Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Yang Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
NIM. 071000246
NELLY HARTATY NASUTION
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(2)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan JudulKARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2010
Oleh:
NIM. 071000246
NELLY HARTATY NASUTION
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Februari 2012
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji Ketua Penguji
NIP. 19450817 197302 2 001 Prof. Dr. Nerseri Barus, MPH
Penguji I
NIP. 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes
Penguji II
NIP. 19490417 197902 1 001 Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH
Penguji III
NIP. 1950818 198503 2 002 Drh. Rasmaliah, M.Kes
Medan, 26 April 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, M.S
(3)
KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
NIM. 071000246
NELLY HARTATY NASUTION
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(4)
ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner penyebab utama kematian. World Health Organization melaporkan pada tahun 2000 Proportional Mortality Ratio akibat penyakit jantung koroner adalah 25,4% yang terdiri atas 12,2% kematian pria dan 13,2% kematian wanita. Selain itu WHO juga mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002.
Untuk mengetahui karakteristik penderita PJK yang dirawat di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010. Telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dilanjutkan dengan analisa statistik. Populasi adalah penderita PJK yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 sejumlah 153 orang dan seluruhnya dijadkan sampel penelitian. Analisis data menggunakan uji Anova, uji t, dan uji chi-square.
Proporsi penderita PJk tertinggi ≥ 56-60 tahun 19,9%, umur termuda 31 tahun dan tertua 70 tahun, jenis kelamin perempuan 61,4%, agama Islam 53,6%, suku Batak 41,2%, status perkawinan menikah 89.5%, tingkat pendidikan SLTA 38,6%, pekerjaan ibu rumah tangga 37,3%, tempat tinggal di Kota Medan 81,75%, sumber biaya bukan sendiri 61,4%, keluhan utama sesak napas 36,60%, riwahat hiperkolesterolemia 44,44%, tekanan darah hipertensi ringan 51%, kadar gula darah tinggi 55,6%, kadar kolestrol laki-laki sedang 40,7%, perempuan sedang 48,9%, lama hari rawatan rata-rata 3,57 hari dan pulang berobat jalan 60,1%. Dan CFR 16,3%. Hasil uji chi-square dipreleh ada perbedaan yang bermakna antara umur dan jenis kelamin (p-0,025). Hasil uji T-test dipreoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama hari rawatan berdasarkan umur (p = 0,280), lama rawatan berdasarkan sumber biaya (p = 0,000). Hasil uji Anova diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang ( p = 0,108).
Diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK terutama pada penderita dengan kadar kolesterol tinggi, riwayat penyakit terdahulu hiperkoleterolemia, umur ≥ 56-60 tahun, sumber biaya bukan sendiri, dan hari lama rawatan di atas 4 hari serta peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK di wilayah kerjanya, dengan melakukan pemeriksaan berkala dan terjangkau untuk mencegah agar penderita PJK tidak mendapatkan komplikasi penyakit PJK.
(5)
ABSTRACT
Coronary Heart Disease has become one of the leading causes of death. World Health Organization reported in 2000 Proportional Mortality Ratio from coronary heart disease was 25.4%, consisting of 12.2% male deaths and 13.2% of deaths of women. In addition WHO has also recorded more than 7 million people died from CHD in the entire world in 2002.
To know the character of the patiens which are hospital at RSUP Dr. Pirngadi Medan for period of 2010, desciptive study has been done bay using case series design and continued with the statistical analysis. Population is including those of CHD patients being hospitalized for period 2010 as many 153 people and made the whole study sample. Data analysis was performed with a descriptive analysis and cross tabulation.
The proportion of CHD patients at Hospital Dr. highest Pirngadi Medan in 2010 at age ≥ 56-60 years of age 70 years, female gender 61,4%, religion 53,6%, ethnic Batak 41,2%, married marital status 89,5%, level of school education 38,6%, occupation housewife 37,5%, residence in the city of Medan 81,75%, the source rather than its own cost 61,4%, chest pain 36,60%, hypercholesterolemia 44,44%, hypertension 51%, mild blood pressure 55,6%, high blood sugar levels 40,7%, cholesterol levels are 48,9%, bad heart 3,57%, long day care 4 days and ambulatory home. Chi-square test shows that there is significant difference between age and sex (t = 0,025). T-test shows that there is significant difference between average of stay and age (p = 0,280), average length of stay and cost (p = 0,000), anova shows that there is no significant difference between average length of stay and treatment (p = 0,108). There was a significant difference in proportion between the ages of CHD patients who are hospitalized on the basis of sex in the RSU Dr. Pirngadi Medan. There are significant differences in proportions between long day care CHD patients who are hospitalized based on sources of cost.
Needed to increase health services for people with CHD, especially in patients with high cholesterol levels, history of previous illness hiperkoleterolemia, age ≥ 56-60 years, the source of cost rather than its own, and maintainability in the long days on 4 days and increased health services for people with CHD in the working area, with conduct periodic checks and affordable to prevent CHD patients are not getting CHD disease complications.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nelly Hartaty Nasution
Tempat / Tgl. Lahir : Sayur Mahincat, 05 Desember 1983 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Jumlah Saudara : 5 orang Status Perkawinan : Kawin
Alamat Rumah : JL. Medan – Batang Kuis KM. 14,5 Dusun VII Sei Rotan
Riwayat Pendidikan :
1990 – 1996 : SD Negeri Centar No. 142960 Pasar Ujung Batu 1996 – 1999 : MTsN Sibuhuan
1999 – 2002 : MAN Sibuhuan
(7)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala Puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Yang Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010”. Sakripsi ini merupakan slah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Muslim Nasution dan Ibunda Sri Gunawan Lubis, Suami tercinta M. Ansari, S.Kep dan putriku tersayang Marwah salsabilah yang selalu memberikan semangat, doa, bantuan maupun dukungan kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan.
Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Ketua Departemen Epidemiologi sekaligus selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan demi kesempurnaan panulisan skripsi ini.
3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MAP, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan sumbangan pikiran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Staff Departemen Epidemiologi FKM USU, Medan, buat Ibu Ratna terima kasih karena telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(8)
5. Ibu dr. Rusalawaty selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis di Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh keluarga yang penulis sayangi : Abanganda Zulhaimi, Adik Wildan Sany, AMK, Mira Handayani, yang senantiasa member bantuan dan dukungan kepada penulis
7. Pada alumni yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Rekan – rekan mahasiswa FKM USU khususnya mahasiswa peminatan Epidemiologi stambuk 07 ekstensi (Novel, Nurliana dan Dwi) terima kasih buat kebersamaan dan dukungannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini maupun dalam menjalankan pendidikan di FKM USU.
9. Terima Kasih buat K. Rina, Udur, Ridha dan rekan – rekan peminatan Epidemiologi lainnya atas do’a, bantuan dan semangat dan kebersamaannya dalam meraih gelas Sarjana Kesehatan Masyarakat serta semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, ... Januari 2012 Penulis
(9)
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRCT ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... ... 1
1.2. Perumusan masalah ... ... 3
1.3. Tujuan Penelitian... ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Defenisi Penyakit Jantung Koroner ... 6
2.2. Anatomi Jantung ... 6
2.3. Fisiologi Jantung. ... 8
2.3.1. Proses Memompa Darah ... 8
2.3.2. Sistem Peredaran Darah Tubuh Manusia ... 9
2.4. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner ... 11
2.4.1. Angina pectoris ... 11
2.4.2. Infark Miokard... 12
2.4.3. Payah Jantung ... 13
2.4.4. Mati Mendadak (Sudden Cardiac Death ) ... 13
2.5. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner ... 14
2.5.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Jantung Koroner ... 14
2.5.2. Detarminan Penyakit Jantung Koroner ... 16
2.6. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner ... 24
2.6.1. Pencegahan Primordial ... 24
2.6.2. Pencegahan Primer ... 25
2.6.3. Pencegahan Sekunder ... 26
2.6.4. Pencegahan Tersier ... 28
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 29
3.1. Kerangka Konsep ... 29
3.2. Defenisi operasional ... 30
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 35
(10)
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 35
4.2.2. Waktu Penelitian ... 35
4.3. Populasi dan Sampel... 35
4.3.1. Populasi ... 35
4.3.2. Sampel ... 36
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 36
4.5. Analisa Data ... 36
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 37
5.1 Gambaran Umum RSU Dr. Pirngadi Medam ... 37
5.2 Sosiodemografi Penderita PJK ... 41
5.3 Sumber Biaya ... 44
5.4 Keluhan Utama ... 45
5.5 Keadaan Medis ... 46
5.6 Riwayat Penyakit Terdahulu ... 47
5.7 Lama Hari Rawat ... 48
5.8 Keadaan Sewaktu Pulang ... 49
5.9 Analisa Statistik ... 52
5.9.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
5.9.2 Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Umur ... 53
5.9.3 Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Sumber Biaya . 53 5.9.4 Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 54
BAB 6 Pembahasan ... 56
6.1 Karakteristik Penderita PJK Rawat Inap ... 56
6.1.1 Agama Penderita PJK Rawat Inap ... 57
6.1.2 Suku Penderita PJK Rawat Inap ... 58
6.1.3 Satus Perkawinan Penderita PJK Rawat Inap ... 60
6.1.4 Pendidikan Penderita PJK Rawat Inap ... 61
6.1.5 Pekerjaan Penderita PJK Rawat Inap ... 62
6.1.6 Tempat Tinggal Penderita PJK Rawat Inap ... 62
6.2 Sumber Biaya ... 63
6.3 Keluhan Utama ... 64
6.4 Keadaan Medis ... 66
6.4.1 Derajat Tekanan Darah ... 66
6.4.2 KGD ... 67
6.4.3 Kadar Kolesterol ... 68
6.4.4 Kadar kolesterol Trigliserida ... 71
6.4.5 Riwayat Penyakit Terdahulu ... 72
6.5 Lama Hari Rawat ... 73
6.6 Keadaan Sewaktu Pulang ... 73
(11)
6.7.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75
6.7.2 Lama Hari Rawatan Berdasarkan Umur ... 76
6.7.3 Lama Hari Rawatan Berdasarkan Sumber Biaya ... 77
6.7.4 Lama Hari Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 78
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
7.1 Kesimpulan ... 80
7.2 Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN Master Data
Output Master Data Surat Izin Penelitian Surat Selesai Penelitian
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ... 17 Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan
Sosiodemografi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 42 Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan
Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 44 Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan
Keluhan Utama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan
Keadaan Medis di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 46 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan
Riwayat Penyakit Terdahulu di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 47 Tabel 5.6 Lama Rawatan Rata – Rata (Hari) Penderita PJK Yang Dirawat Inap
Berdasarkan Lama Hari Rawat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan
Keadaan SEwaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 49 Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Meninggal Berdasarkan
Karakteristik Penderita di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 50 Tabel 5.9 Perbedaan Proporsi Umur Penderita PJK Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 52 Tabel 5.10 Proporsi Lama Hari Rawatan Penderita PJK Berdasarkan Umur
Penderita di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 53 Tabel 5.11 Perbedaan Lama Hari Rawatan Penderita PJK Berdasarkan Sumber
Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 54 Tabel 5.12 Perbedaan Lama Hari Rawatan Penderita PJK Berdasarkan Keadaan
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Anatomi Jantung ... 8 Gambar 6.3 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan
Umur Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 56 Gambar 6.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Agama Penderita PJK Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 57 Gambar 6.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Suku Penderita PJK Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 59 Gambar 6.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Status Perkawinan Penderita PJK
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 60 Gambar 6.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Pendidikan Penderita PJK Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 61 Gambar 6.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita PJK Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 62 Gambar 6.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tempat Tinggal Penderita PJK
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 63 Gambar 6.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Sumber Biaya Penderita PJK
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 64 Gambar 6.10 Diagram Bar Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita PJK
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 65 Gambar 6.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tekanan Darah Sistolik
Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 66 Gambar 6.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi KGD Penderita PJK Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 67 Gambar 6.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar Kolesterol Penderita PJK
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 68
(14)
Gambar 6.14 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar Kolesterol Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 70 Gambar 6.15 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar Kolesterol Trigliserida
Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 71 Gambar 6.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Riwayat Penyakit Terdahulu
Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 72 Gambar 6.19 Diagram Pie Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang
Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 74 Gambar 6.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita PJK
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 75 Gambar 6.21 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Hari Rawatan Penderita
PJK Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 76 Gambar 6.22 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Hari Rawatan Penderita
PJK Berdasarkan Sumber Biaya Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 77 Gambar 6.22 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Hari Rawatan Penderita
PJK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 78
(15)
ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner penyebab utama kematian. World Health Organization melaporkan pada tahun 2000 Proportional Mortality Ratio akibat penyakit jantung koroner adalah 25,4% yang terdiri atas 12,2% kematian pria dan 13,2% kematian wanita. Selain itu WHO juga mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002.
Untuk mengetahui karakteristik penderita PJK yang dirawat di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010. Telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dilanjutkan dengan analisa statistik. Populasi adalah penderita PJK yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 sejumlah 153 orang dan seluruhnya dijadkan sampel penelitian. Analisis data menggunakan uji Anova, uji t, dan uji chi-square.
Proporsi penderita PJk tertinggi ≥ 56-60 tahun 19,9%, umur termuda 31 tahun dan tertua 70 tahun, jenis kelamin perempuan 61,4%, agama Islam 53,6%, suku Batak 41,2%, status perkawinan menikah 89.5%, tingkat pendidikan SLTA 38,6%, pekerjaan ibu rumah tangga 37,3%, tempat tinggal di Kota Medan 81,75%, sumber biaya bukan sendiri 61,4%, keluhan utama sesak napas 36,60%, riwahat hiperkolesterolemia 44,44%, tekanan darah hipertensi ringan 51%, kadar gula darah tinggi 55,6%, kadar kolestrol laki-laki sedang 40,7%, perempuan sedang 48,9%, lama hari rawatan rata-rata 3,57 hari dan pulang berobat jalan 60,1%. Dan CFR 16,3%. Hasil uji chi-square dipreleh ada perbedaan yang bermakna antara umur dan jenis kelamin (p-0,025). Hasil uji T-test dipreoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama hari rawatan berdasarkan umur (p = 0,280), lama rawatan berdasarkan sumber biaya (p = 0,000). Hasil uji Anova diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang ( p = 0,108).
Diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK terutama pada penderita dengan kadar kolesterol tinggi, riwayat penyakit terdahulu hiperkoleterolemia, umur ≥ 56-60 tahun, sumber biaya bukan sendiri, dan hari lama rawatan di atas 4 hari serta peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK di wilayah kerjanya, dengan melakukan pemeriksaan berkala dan terjangkau untuk mencegah agar penderita PJK tidak mendapatkan komplikasi penyakit PJK.
(16)
ABSTRACT
Coronary Heart Disease has become one of the leading causes of death. World Health Organization reported in 2000 Proportional Mortality Ratio from coronary heart disease was 25.4%, consisting of 12.2% male deaths and 13.2% of deaths of women. In addition WHO has also recorded more than 7 million people died from CHD in the entire world in 2002.
To know the character of the patiens which are hospital at RSUP Dr. Pirngadi Medan for period of 2010, desciptive study has been done bay using case series design and continued with the statistical analysis. Population is including those of CHD patients being hospitalized for period 2010 as many 153 people and made the whole study sample. Data analysis was performed with a descriptive analysis and cross tabulation.
The proportion of CHD patients at Hospital Dr. highest Pirngadi Medan in 2010 at age ≥ 56-60 years of age 70 years, female gender 61,4%, religion 53,6%, ethnic Batak 41,2%, married marital status 89,5%, level of school education 38,6%, occupation housewife 37,5%, residence in the city of Medan 81,75%, the source rather than its own cost 61,4%, chest pain 36,60%, hypercholesterolemia 44,44%, hypertension 51%, mild blood pressure 55,6%, high blood sugar levels 40,7%, cholesterol levels are 48,9%, bad heart 3,57%, long day care 4 days and ambulatory home. Chi-square test shows that there is significant difference between age and sex (t = 0,025). T-test shows that there is significant difference between average of stay and age (p = 0,280), average length of stay and cost (p = 0,000), anova shows that there is no significant difference between average length of stay and treatment (p = 0,108). There was a significant difference in proportion between the ages of CHD patients who are hospitalized on the basis of sex in the RSU Dr. Pirngadi Medan. There are significant differences in proportions between long day care CHD patients who are hospitalized based on sources of cost.
Needed to increase health services for people with CHD, especially in patients with high cholesterol levels, history of previous illness hiperkoleterolemia, age ≥ 56-60 years, the source of cost rather than its own, and maintainability in the long days on 4 days and increased health services for people with CHD in the working area, with conduct periodic checks and affordable to prevent CHD patients are not getting CHD disease complications.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan suatu negara dari negara agraris menjadi negara industri akan membawa konsekuensi terhadap perubahan gaya hidup, kondisi lingkungan, dan perilaku masyarakat. Faktor ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan.
Pergeseran pola kependudukan menyebabkan perubahan pola penyakit di masyarakat, yaitu dari penyakit infeksi, baik infeksi saluran nafas maupun
gastrointestinal kepada penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah atau penyakit kardiovaskuler yang terus mengalami peningkatan sejak tahun 1986.
1
Penyakit Jantung Koroner (PJK) telah menjadi salah satu penyebab utama kematian. World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2000 Proportional Mortality Ratio (PMR) akibat penyakit jantung koroner adalah 25,4% yang terdiri atas 12,2% kematian pria dan 13,2% kematian wanita. Selain itu WHO juga mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002.
2
Menurut WHO (2004), dari 10 penyakit utama penyebab kematian di dunia, PJK menempati urutan pertama. PJK mengakibatkan 7,2 juta kematian (
4
PMR sebesar 12,6%). Tahun 2005 WHO melaporkan 17,5 juta kematian yang mempresentasikan
(18)
30% dari seluruh kematian didunia (PMR 30%), dari kematian ini 7,6 juta karena PJK (PMR 43,4%), 5,7 juta karena stroke (PMR 32,6%) dan 4,2 juta karena penyakit jantung lainnya (PMR 24%).
Penyakit Jantung Koroner di Amerika adalah 1,5 juta pertahun. Perempuan Amerika dan Afrika memiliki faktor resiko 60% terkena jantung koroner dibandingkan perempuan kaukasia, karena banyak perempuan Amerika dan Afrika mengidap diabetes dan tekanan darah tinggi yang diketahui dapat menyebabkan penyakit jantung.
3
Di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung reumatik, dan penyakit darah tinggi (hipertensi). Penyakit kardiovaskuler yang di dalamnya termasuk PJK menempati urutan pertama penyebab seluruh kematian dengan PMR 16% .
4
Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas tahun 2005, kasus tertinggi PJK di Kota Semarang 19,54%, kasus tertinggi kedua di Kabupaten Sragen 16,53% dan kasus paling sedikit dijumpai di Kabupaten Pemalang yaitu 0,11%.
5
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, penyebab utama kematian berdasarkan urutannya adalah penyakit sistem sirkulasi yang mencakup penyakit jantung dan pembuluh darah (PMR 26,3%), penyakit infeksi (PMR 22,9%), pernafasan (PMR 12,7%), pencernaan (PMR 7%), neoplasma (PMR 7,0%), kecelakaan dan penyakit lain (PMR 5,7%).
6
(19)
Data dari Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2004 yang mengutip hasil SKRT 1992, SKRT 1995, dan SURKESNAS 2001 diketahui bahwa dari 10 penyakit utama penyebab kematian, penyakit kardiovaskuler berada pada peringkat pertama dengan proporsi pada tahun 1992 sebesar 16 %, tahun 1995 sebesar 18,9% dan tahun 2001 menjadi 26,4%.
Menurut hasil penelitian Irma Romauli di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2000-2004 tercatat 290 orang penderita Penyakit Jantung Koroner dengan rincian pada tahun 2000 ditemukan proporsi penderita PJK yang dirawat inap sebesar 51,68%, tahun 2001 sebesar 48,2 %, tahun 2002 sebesar 30 %, tahun 2003 sebesar 54,6% dan pada tahun 2004 sebesar 56,16% dari seluruh penderita penyakit Jantung Koroner yang dirawat inap.
8
Hasil penelitian Ahmat Irfan di Rumah Sakit Martha Friska Medan terdapat 148 penderita PJK rawat inap selama tahun 2004.
10
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan pada survei pendahuluan tercatat penderita PJK yang dirawat inap pada tahun 2006 sebanyak 273 orang, tahun 2007 sebanyak 356 orang, tahun 2008 sebanyak 250 orang, tahun 2009 sebanyak 248 orang, tahun 2010 sebanyak 153 orang,
9
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita penyakit jantung koroner di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.
(20)
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita PJK yang di rawat inap di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal) di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
2. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan sumber biaya di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
3. Untuk mengetahui keluhan utama penderita PJK di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
4. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan riwayat penyakit terdahulu di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
5. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan keadaan medis (tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar kolestrol) di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010..
6. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita PJK di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
7. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
(21)
8. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita PJK berdasarkan jenis kelamin di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
9. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan umur di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
10.Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan sumber biaya di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.
11.Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti
Sebagai suatu pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dan pihak pendidikan pada saat menjalani studi penyusunan skripsi.
1.4.2. Bagi RSU Dr. Pirngadi Medan
Sebagai bahan informasi untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan pencegahan penyakit jantung koroner, khususnya di RSU Dr. Pirngadi Medan.
(22)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Penyakit Jantung Koroner
Menurut WHO, penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease) adalah ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik, yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner.
Dalam Internasional Classification Disease (1993) disebutkan bentuk-bentuk umum PJK adalah Angina Pectoris, Ischemic Heart Disease, Acute Miocard Infarction, dan Sudden Death.
11
12
2.2. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dengan basis di atas dan puncak di bawah, puncaknya (Apex) miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram, dengan ukuran kira-kira se kepalan tangan dewasa.9 Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (thorak), diantara paru-paru.
Jantung terbagi oleh sebuah sekat (septum) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium (serambi) dan yang bawah ventrikel (bilik). Disetiap sisi ada hubungan antara atrium dengan ventrikel melalui lubang atrio ventrikuler dan pada setiap lubang itu teerdapat katup. Yang kanan bernama katup trikuspidalis dan yang kiri katup mitral
(23)
atau katup bikuspidalis. Katup atrio ventrikuler menyebabkan darah hanya mengalir ke satu jurusan, yaitu dari atrium ke ventrikel dan menghindarkan darah mengalir kembali dari ventrikel ke atrium.
Jantung terbungkus oleh sebuah membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapisan yaitu perikardium visceral yang merupakan membranserus yang lekat sekali pada jantung dan perikardium parietal yang merupakan lapisan fibrous yang terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan serus yang bersifat meminyaki sehingga jantung dapat bergerak bebas. Di sebelah dalam jantung dilapisi oleh endokardium.
14
Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling tebal dan dinding ventrikel sebelah kiri lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan. Hal disebabkan kekuatan kontraksi dari ventrikel kiri jauh lebih besar dari yang kanan. Dinding atrium tersusun atas otot-otot yang lebih tipis. Pembuluh darah yang tersambung ke jantung antara lain adalah vena cava superior, vena cava inferior, arteri pulmonalis, vena pulmonalis, dan aorta.
14
(24)
Gambar 2.2. Anatomi Jantung
2.3 Fisiologi Jantung.
2.3.1 Proses Memompa Darah 15
Proses pemompaan darah sehingga darah dapat bersirkulasi ke tubuh dan paru-paru mengikuti urutan sebagai berikut :
a. Pada saat jantung sedang relaks (diastol), darah kurang oksigen dari vena tubuh mengalir ke serambi kanan. Pada saat yang sama, serambi kiri terisi dengan darah yang kaya oksigen dari paru-paru.
b. Pusat listrik (SA Node) yang ada diserambi kanan menembakkan impuls listrik yang menyebabkan kedua serambi mengkerut secara serempak. Pada saat yang sama, katup-katup diantara serambi dan bilik terbuka, memungkinkan darah mengalir kedalam bilik.
(25)
c. Tahap berikutnya adalah pemompaan dari bilik. Pada tahap ini sinyal listrik dari node yang lain menyebabkan kedua bilik berkerut secara serempak. Ini mendorong darah yang kurang oksigen dari bilik kanan ke dalam paru-paru. Darah yang kaya oksigen dari bilik kiri didesak kedalam arteri utama yang disebut, aorta dan dari sini darah disebarkan keseluruh bagian tubuh. Klep-Klep tertutup untuk menjamin agar tidak ada aliran balik kedalam serambi.
d. Setelah pengerutan bilik, jantung mengendor, dan memungkinkan serambi terisi darah, sehingga proses sirkulasi dimulai kembali.
Urutan kejadian ini berlangsung kira-kira 60-70 kali per menit bila tubuh sedang istirahat.
2.3.2 Sistem Peredaran Darah Tubuh Manusia
Sistem pembuluh dan peredaran darah tubuh manusia merupakan suatu jaringan pembuluh nadi (arteri) serta pembuluh balik (vena), yang secara garis besar terdiri dari tiga sistem aliran darah, yaitu :
15
a. Sistem Peredaran Darah Kecil
Dari ventrikel jantung kanan, darah mengalir ke paru-paru melalui katup pulmonal untuk mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida kemudian masuk keatrium kiri. Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi membersihkan darah yang beredar ke seluruh tubuh memasuki atrium jantung kanan dengan kadar oksigen yang rendah antara 60-70% serta kadar karbon dioksida yang tinggi antara 30-40%. Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat oksigen meningkat kira-kira 96% serta karbon dioksida menurun. Proses pembersihan gas
(26)
dalam jaringan paru-paru berlangsung khususnya dalam gelembung-gelembung paru-paru yang halus dan berdinding sangat tipis dimana gas oksigen dari udara disadap oleh komponen sel darah merah. Adapun gas CO2
b. Sistem Peredaran Darah Besar
dikeluarkan melalui udara pernafasan. Dengan demikian darah yang memasuki serambi kanan dikatakan darah kotor, karena kurang oksigen, sedangkan darah yang memasuki serambi kiri disebut sebagai darah bersih yang kaya oksigen.
Darah kaya oksigen dari serambi kiri memasuki bilik kiri melalui katup mitral, untuk kemudian dipompakan keseluruh tubuh dan membawa zat oksigen serta bahan makanan yang diperlukan oleh segenap sel-sel dari alat-alat tubuh kita. Darah ini dipompakan keluar dari bilik kiri melewati katup aorta serta memasuki pembuluh nadi utama, dan selanjutnya melalui cabang-cabang pembuluh ini disalurkan ke segenap bagian tubuh.
c. Sistem Peredaran Darah Koroner
Pembuluh koroner dibagi menjadi Right Coronary Artery (RCA), Left Coronary Artery (LCA), Left Arterior Descending Artery dan Circum Flex Artery, sistem sirkulasi darah koroner terpisah dari sistem aliran darah kecil maupun sistem aliran darah besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu melalui pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik dan kemudian menyatu serta bermuara langsung ke dalam bilik kanan melalui sistem peredaran darah koroner ini, jantung mendapatkan oksigen, zat makanan, serta zat-zat lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan fungsinya.
(27)
2.4 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
Otot Jantung diberi oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien.
16
14
Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui perangsangan lama (kronik). Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang mengenai pembuluh darah yang disebut arteriosklerosis. Hal ini berarti terjadi kekakuan dan penyempitan lubang pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia miokard.
Gangguan pada arteri menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Penyakit ini berkaitan dengan gangguan duplai darah otot jantung sehingga jantung mengalami kekurangan darah dengan segala manifestasinya.
Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pektoris, miokard infark, payah jantung ataupun mati mendadak. Pada umumnya gangguan suplai darah arteri coronaria dianggap berbahaya bila terjadinya penyempitan 10%, atau lebih pada pangkal atau cabang utama coronaria. Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan belum menandakan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung pada beratnya arterioskleorosis dan luasnya gangguan jantung dan apakah serangan tersebut masih lama atau baru.
2.4.1 Angina pektoris
Angina pektoris adalah “jeritan“ otot jantung yang merupakan sakit dada oleh karena kekurangan oksigen. Ini adalah akibat tidak adanya keseimbangan antara
(28)
kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan pembuluh darah koroner menyedikan oksigen secukupnya untuk kontraksi miokard.
Adanya angina pektoris dapat dikenal secara :
a. Kualitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada yang tertekan, merasa terbakar atau susah bernafas.
b. Lokasi nyeri yang menjalar ke sentral dada yang menjalar ke leher, rahang dan turun ke lengan kiri.
c. Faktor pencetus seperti terjadinya emosi, bekerja, sesudah makan, atau dalam udara dingin.
d. Perasaan nyeri hilang segera setelah istirahat ataupun dengan memakai nitrogleserin sublingual.
2.4.2 Miokard Infark
Infark miokard adalah suatu keadaan yang berat disebabkan oleh oklusi (penutupan mendadak pembuluh koroner) atau cabangnya yang mengalami sklerosis (pergeseran ). Biasanya cara penutupan disebabkan adanya trombus dan pendarahan dalam intima. Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang oklusi.
17
Faktor pencetus disebabkan oleh dua keadaan : a. Berkurangnya aliran darah koroner
b. Kerja jantung yang meningkat oleh karena kerja fisik yang berlebihan dan tegangan jiwa (stress).
(29)
Gejala klinik infark miokard antara lain :
a. Nyeri yang hebat terutama di tengah-tengah dada, yang menjalar ke punggung, bahu, leher dan lengan kiri.
b. Gelisah, takut mati
c. Pusing dan keringat dingin
d. Gangguan Gastrointestinal (mual, muntah, diare) e. Lemah dan Lemas
2.4.3 Payah Jantung
Perasaan sakit akan bertahan hingga berjam-jam dan dengan nitrogliserin tidak akan berkurang, penderita gelisah, takut mati, pusing (pening), dan keringat dingin, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), syok dimana tekanan darah rendah, nadi cepat dan kecil pada auskultasi suara jantung yang lemah dan kadang terdengar suara gallop, sebagai tanda telah terjadi gagal jantung kiri.
18
2.4.4 Mati Mendadak (Sudden Cardiac Death )
Sudden Cardiac Death (SCD) adalah kematian mendadak pada penderita PJK dimana 50% diantaranya tidak disertai keluhan. Sedangkan yang mengalami keluhan akan mati 6 jam setelah keluhan. Proses ini dimulai dengan trombosis pembuluh darah yang disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel.
(30)
2.5 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner
2.5.1 Distribusi dan Frekuensi Penyakit Jantung Koroner a. Menurut Orang
WHO melaporkan bahwa pada tahun 2000 proporsi beban penyakit di dunia akibat PJK adalah 3,8% terdiri atas 4,2% pria dan 3,4% wanita dengan proposi kematian akibat PJK adalah 12,4% terdiri atas 12,2% kematian pria dan 12,6% kematian wanita.
Berdasarkan penelitian Nerrida Sarumpaet di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005-2007 penderita penyakit jantung koroner paling banyak ditemukan pada jenis kelamin pria yaitu 178 orang (66,7%) dan perempuan 89 orang (33,3%)
19
b. Menurut tempat
20
Penyakit jantung koroner lebih banyak terjadi pada negara maju di bandingkan negara sedang berkembang dan lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan di bandingkan dengan daerah pedesaan.
Menurut laporan WHO 2004, pada tahun 2002 jumlah penderita PJK mencapai 56,8 juta yaitu 3,9% dari seluruh beban penyakit di dunia. Jumlah penderita PJK di Afrika sebanyak 3,3 juta (5,6%), di Amerika 6,2 juta (10,6%), di Asia Tenggara 20,7 juta (35,3%), di Eropa 15,7 juta (26,7%), di Timur Tengah 5,3 juta (9%), dan di Asia Pasifik 7,4 juta (12,8%). PJK menyebabkan 7,1 juta kematian yaitu 12,6% dari seluruh kematian di dunia. Jumlah kematian di Afrika 400 ribu (5,6%), di Amerika 900 ribu (12,5%), di
(31)
Asia Tenggara 2 juta (27,8%), di Eropa 2,4 juta (33,3%), di Timur Tengah 500 ribu (6,9%) dan di Asia Pasifik 1 juta (13,9%).
c. Berdasarkan waktu
21
Epidemi PJK dimulai pada abad 17 di Amerika Utara, Eropa, dan Australia. Angka kematian tertinggi di temukan di Finlandia, Skotlandia, dan Irlandia. Pada tahun 1998 di Inggris penyakit Kardiovaskuler menyebabkan 250 ribu kematian, dimana 22,2% diantaranya karena PJK yang terdiri atas 25% kematian pria dan 20% kematian wanita.
Di Negara berkembang termasuk Indonesia pada mulanya PJK menyerang masyarakat golongan social ekonomi tinggi, namun saat ini telah merambat kepada golongan social ekonomi menengah ke bawah.
22
Di negara maju, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan pembunuh nomor satu, terutama di Eropa. Di Wales, satu dari empat orang Wales mengalami serangan penyakit jantung koroner (prevalens rate) sebelum ulang tahunnya yang ke 75. Kondisi ini dikaitkan dengan pola hidup sehari-hari yang tidak sehat.
12
Di Inggris, satu dari empat laki-laki dari lima perempuan meninggal pertahunnya akibat penyakit jantung koroner (Sex Spesific Death Rate), yang mempresentasikan sekitar setengah kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Di Inggris, terdapat perbedaan regional sosio ekonomi dan etnik yang bermakna dalam prevalensi penyakit jantung koroner. Prevalensi tertinggi terdapat di utara Inggris dan Skotlandia. The Hearth Survey For England
(32)
(2005) mengatakan bahwa 3% penduduk dewasa menderita angina dan 0,5% penduduk dewasa telah mengalami infark miocard (prevalen rate).
2.5.2 Determinan Penyakit Jantung Koroner
24
Secara garis besar faktor resiko PJK dapat dibagi dua. Yang pertama adalah faktor resiko yang dapat diubah (modifiable) yaitu : hipertensi, hiperkolesterolemia, merokok, obsitas, diabetes mellitus, ketidakaktifan fisik, stress. Dan yang kedua adalah faktor resiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable) yaitu : umur, jenis kelamin, dan genetik.
16
A. Faktor Resiko Yang Dapat Diubah (modifiable) a. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat, yaitu kenaikan tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg.
Meningkatnya tekanan darah dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner. Menurut Joint Nasional Comite on Detectin Evaluation and Ttreatment of High Blood Pressure JNC VII tahun 2003, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita, batasan hipertensi sebagai berkut :
(33)
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
No TDS/TDD Derajat Tekanan Darah
1 <120/8 Normal
2 120-129/ 80-84
Prehipertensi 3 130-139/ 85-89
4 ≥140-159/90-99 Hipertensi derajat 1
5 160179/100109
Hipertensi derajat 2
6 ≤180/110
Sumber : Nasional Comition Detection Evaluation and Treatmrnt of High Blood Pressure (JNC) VII tahun 2003.
b. Hiperkolesterolemia
Terdapat hubungan langsung antara resiko PJK dan kadar kolestrol darah. Kolestrol yang berada dalam zat makanan yang dimakan meningkatkan kadar kolestrol dalam darah. Kolestrol dalam darah dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu LDL (Low Densiy Lipoprotein), VLDL (Very Low Density Lipoprotein), dan HDL (High Density Lipoprotein).
15
Beberapa parameter yang dipakai untuk mengatahui adanya resiko PJK dan hubungannya dengan kolesterol darah :21
(34)
1) Kadar kolesterol total
Kadar kolesterol total dalam darah dikategorikan atas : Normal : < 200 mg/dl
Sedang : 200-240 mg/dl Tinggi : ≥ 240 mg/dl g
Makin meningkatnya kadar kolesterol total dalam darah maka resiko terjadinya PJK semangkin meningkat.
2) Low density lipoprotein (LDL) kolesterol
LDL kolesterol merupakan kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) karena kadar LDL yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengatahui resiko PJK dari pada kolesterol total. Kadar kolesterol LDL dalam darah dikategorikan atas :
Normal : < 130 mg/dl Sedang : 130-159 mg/dl Tinggi : ≥ 160 mg/dl
Makin tinggi kadar kolesterol LDL dalam darah maka resiko untuk terjadinya PJK akan semangkin meningkat.
3) High density lipoprotein (HDL) kolesterol
HDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan
(35)
dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis. Kadar kolesterol HDL dalam darah dapat dikategorikan atas :
Normal : > 45 mg/dl Sedang : 35-45 mg/dl Tinggi : < 35 mg/dl
Makin rendah kolesterol HDL dalam darah maka resiko terjadinya PJK akan semangkin meningkat. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.
4) Rasio Kolestrol
Rasio Kolestrol adalah rasio antara kadar kolesterol total denga kadar kolesterol HDL. Rasio kolestrol dalam darah sebaiknya < 4,5 pada laki-laki dan < 4,0 pada perempuan. Makin tinggi Rasio kolestrol total dalam darah maka resiko terjadinya PJK akan semangkin meningkat.
5) Kadar Trigliserida
Trigliserida dalam tubuh terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tak jenih, dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserida dalam darah dikategorikan atas :
Normal : < 150 mg/dl Sedang : 150-249 mg/dl Tinggi : 250-500 mg/dl Sangat tinggi : > 500
(36)
Makin tinggi kadar trigliserida dalam darah maka resiko terjadi PJK aka semakin meningkat.
c. Merokok
Di USA, merokok berhubungan erat bagi sekitar 325.000 kematian premature/dini setiap tahunnya. Dari jumlah kematian tersebut terdapat kematian akibat PJK dan lebih dari satu dalam kematian PJK itu karena merokok. Merokok sigaret tinggi nikotin menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat serta meningkat tekanan darah sistolik dan diastolik sehingga meningkatan kebutuhan oksigen myokardium.
25
Penelitian Framingham mendapat kematian mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok, perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok, pada perempuan perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan perokok.m
Apabila behenti merokok penurun resiko PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti seperti yang tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.
d. Obesitas
21
Orang dengan berat badan berlebihan mempunyai kemungkinan terkena penyakit jantung dan stroke lebih tinggi. Gemuk tidak sehat karena kelebihan berat badan meningkatkan beban jantung. Ini berhubungan dengan penyakit jantumg koroner terutama karena pengaruhnya pada tekanan darah, kadar kolesterol darah juga diabetes melitus. Seseorang yang mengalami kegemukan kemungkinan menjadi penderita PJK 2 kali lipat dari pada seseorang yang memiliki berat badan normal.
(37)
e. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glukosa darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Gula darah (glukosa) tersebut dapat menjadi pekat, hal ini mendorong terjadinya pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida. Kadar gula darah waktu puasa normal tidak melebihi 120 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah makan kurang dari 200 mg/dl.
26
Resiko terjadinya PJK pada pasien diabetes melitus dua hingga empat kali lebih tinggi. Diabetes mellitus juga berkaitan dengan abnormalitas metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, dan peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan kadar fibrinogen). Pasien diabetic memilliki peningkatan mortalitas dini serta resiko stenosis berulang pasca angioplasty koroner.
26
f. Ketidakaktifan fisik
22
Sejumlah penelitian epidemiologi mendukung hipotesis bahwa aktifitas fisik yang giat menurunkan resiko PJK. Aktifitas fisik (exercise) dapat meningkatan kadar HDL kolestrol, memperbaikai kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi, memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miocard,
(38)
menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol, trigliserida, dan KGD pada pendrita DM, menurunkan tekanan darah.
Hasil penelitian di harvard selama 10 tahun (1962 - 1972 ) terhadap 16.936 alumni universitas Harvard USA, menyimpulkan orang dengan exercise fisik yang adekuat kemungkingan menderita PJK lebih kecil dibandingkan dengan yang kurang melakukan aktifitas.
25
g. Stres
27
Stres, baik fisik maupun mental merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK. Pada masa sekarang, lingkkungan kerja telah menjadi penyebab utama stres, dan terdapat hubungan yang saling berkaitan antara stres dan abnormalis metabolisme lipid.
Perilaku yang rentan terhadap penyakit koroner ( kepribadian tipe A ) antara lain sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, keinginan untuk dipandang, keinginan untuk mencapai sesuatu.. Kepribadian tipe B antara lain orang yang lebih mudah merasa beruntung, tidak terlalu ambius, dan mudah puas memiliki resiko yang lebih kecil untuk menderita PJK dibandingkan mereka yang berkepribadian tipe A.
15
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi yang dapat berakibat mempercepat kekejangan (spasm) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.
24
(39)
2. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah (non modifiable) a. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dengan kematian akibat PJK. Penderita PJK sering ditemui pada usia 60 ke atas, tetapi pada usia di bawah 40 tahun sudah ditemukan. Pada laki-laki, kasus kematian PJK mulai dijumpai pada usia 35 tahun, dan terus meningkat dengan bertambahnya usia.
27
Di AS gelar kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada usia 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai usia 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan biasanya meningkatkan menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.
Dari penelitian Cooper pada 2000 laki-laki yang sehat didapatkan peningkatan kalesterol total dengan bertambahnya usia. Akan tetapi kadar HDL kolesterol akan tetap konstan, sedangkan kadar kolesterol LDL cenderung meningkat.
a. Jenis Kelamin
Di AS gejala PJK sebelum berumur 60 tahun di dapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan, ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi (esterogen) dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil, besar kolesterol akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan.
27
Esterogen dapat meningkatkan mekanisme PJK antara lain: peningkatan kolesterol serum total, peningkatan LDL, peningkatan trigliserida serum,
(40)
intoleransi glukosa yang dapat menyebabkan DM yang merupakan faktor resiko PJK, kecenderungan trombositosis, peningkatan TD, peningkatan tonus otot polos arteri koronaria.
Angka kematian usia muda pada laki-laki didapatkan lebih tinggi dari pada perempuan, akan tetapi setelah monopause hampir tidak didaptkan perbedaan dengan laki-laki.
b. Genetik
Gillium (1978) menyatakan bahwa PJK cenderung lebih banyak pada subjek orangtuanya telah menderita PJK dini. Bila kedua orang tua penderita PJK menderita PJK pada usia muda, maka anaknya mempunyai resiko yang lebih tinggi bagi perkembangan PJK dari pada hanya seseorang atau tidak ada orang tuanya menderita PJK.25
2.6. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Untuk pencegahan terhadap penyakit jantung koroner dapat meliputi 4 tingkat upaya :
2.6.1. Pencegahan Primordial
Yaitu upaya untuk mencegah munculnya faktor predisposisi terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya factor yang menjadi resiko PJK. Tujuannya adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit. 6
(41)
Upaya primordial penyakit jantung koroner dapat berupa Kebijaksanaan Nasional Nutrisi dalam sektor agrokultural, industri makanan,impor dan ekspor makanan, penanganan konprehensif rokok, pencegahan hipertensi dan promosi aktivitas fisik/olah raga.
2.6.2. Pencegahan Primer
28
Yaitu upaya awal untuk mencegah PJK sebelum seseorang menderita PJK. Dilakukan dengan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama pada kelompok resiko tinggi, pencegahan ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembang proses aterosklerosis.
Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini antara lain :
16
a. Mengontrol kolesterol darah. Yaitu dengan cara mengidentifikasi jenis makanan
15
b. Mengontrol tekanan darah. Banyak kasus tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan. Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor resiko seperti stres, kegemukan, terlalu banyak konsumsi garam dan kurang gerak badan. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah mengatur diet, menjaga berat badan, menurunkan stres dan melakukan olah raga.
yang kaya akan kolesteror kemudian mengurangi konsumsinya serta mengkonsumsi serat yang larut (soluble fiber).
(42)
c. Berhenti merokok. Program-program umum dan kampanye anti merokok perlu dilaksanakan secara intensif, seperti di pesawat terbang, di rumah sakit, dan di tempat umum lainnya.
d. Aktifitas fisik. Manfaat dari melakukan aktifitas fisik dan olah raga bagi penyakit jantung koroner antara lain adalah perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskuler, pengurangan faktor resiko lain yang menggaggu pembuluh darah koroner, perbaikan terhadap toleransi stres.
2.6.3. Pencegahan Sekunder
Yaitu untuk mencegah keadaan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang untuk menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah pernah menderita PJK. Pencegahan sekunder ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas.
Pedoman untuk mencegah serangan jantung dan kematian pada penderita PJK hampir sama dengan pencegahan primer. Selain itu juga dilakukan intervensi dengan obat-obatan.
16
a. Intervensi dengan obat-obatan (i) Aspirin
Obat yang paling banyak diberikan, tujuannya adalah mengencerkan darah agar tidak cepat membeku.
(43)
(ii) Beta – Blocker
Obat yang menghambat kerja adrenalin agar tidak meresap ke dalam jantung dan pembuluh darah, untuk mengurangi risiko terulangnya serangan jantung sehingga mampu menurunkan angka kematian.
(iii) Penghambat ACE
ACE (Angiotensin Converting Enzyme) adalah suatu enzim yang meningkatkan jumlah angiotensin dalam darah. Angiotensin membuat pembuluh darah berkerut hingga tubuh dapat menahan garam dan air lebih banyak daripada yang normal. Dengan menurunkan tingkat angiotensin, penghambat ACE berasil menurunkan tingkat angiotensin, penghambat ACE berhasil menurunkan jumlah penderita serangan jantung dan kegagalan jantung.
(iv) Statin
Obat yang berfungsi untuk menurunkan jumlah kolesterol yang dibuat dalam tubuh khususnya di hati, dan membantu agar pembuluh nadi tidak menyempit kembali.
(v) GTN
Obat ini digunakan bila penderita merasa nyeri di dada, bentuk obat ada yang berupa spray untuk disemprot atau bentuk tablet. Obat ini sering diberikan pada penderita PJK yang baru keluar dari rumah sakit.
(44)
b. Pembedahan (operasi) (i) Angioplasti
Angioplasty dilakukan dengan memasukkan balon tipis dan panjang melewati pembuluh darah yang menyempit dengan bantuan kawat yang sangat halus, kemudian balon dipompa pada tekanan tinggi hingga melebarkan pembuluh nadi dan sering memisahkan timbunan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh membuka.
(ii) Bypass
Pembedahan bypass yaitu melakukan bypass terhadap penyumbatan di arteri koronaria dan menggantikannya dengan pembuluh darah yang diambil dari dinding dada atau kaki dengan menghentikan kerja jantung dan menggantikannya dengan mesin jantung paru saat operasi jantung dilakukan. 2.6.4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini berupa rehabilitasi jantung program rehabilitasi jantung ditujukan kepada penderita PJK, atau pernah mengalami serangan jantung atau pasca operasi jantung.6
(45)
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Untuk membantu penulis dalam penelitian, maka dibuat kerangka konsep penelitian yang mencakup semua variabel penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Karateristik Penderita Penyakit Jantung Koroner : 1. Sosiodemografi :
Umur
Jenis Kelamin Agama
Suku
Status Perkawinan Tingkat Pendidikan Pekerjaan
Tempat Tinggal 2. Sumber biaya
3. Keluhan –keluhan utama PJK 4. Riwayat penyakit terdahulu 5. Keadaan medis
6. Lama rawatan
(46)
3.2 Defenisi Operasional
3.2.1 Penderita penyakit jantung koroner (PJK) adalah penderita yang dinyatakan menderita PJK berdasarkan diagnosa dokter RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 yang dicatat di kartu status.
3.2.2 Faktor sosiodemografi PJK yang dibedakan atas :
a. Umur adalah lamanya hidup penderita PJK yang dihitung berdasarkan tahun sejak dilahirkan menjadi pasien di rumah sakit seperti yang tertera dalam status, untuk analisa statistik digunakan menurut Azwar27
1. < 35 tahun : umur beresiko rendah terkena PJK
, yaitu :
2. ≥ 35 tahun : umur beresiko PJK
b. Jenis kelamin adalah ciri organ reproduksi yang dimiliki penderita seperti yang tertera pada kartu status, dikategorikan menjadi :
1. Laki-laki 2. Perempuan
c. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita seperti yang tertera pada kartu status, dikategorikan menjadi :
1. Islam
2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Budha
5. Hindu
d. Suku adalah ras atau etnik penderita seperti yang tertera pada kartu status, dikategorikan menjadi :
1. Batak 2. Jawa 3. Melayu
(47)
4. Aceh 5. Minang 6. Dan lain-lain
e. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukan riwayat pernikahan penderita seperti yang tertera pada kartu status, dikategorikan menjadi :
1. Kawin 2. Belum kawin
f. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir penderita PJK rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan sesuai dengan yang tertera pada kartu status, dikategorikan :
1. Tidak Sekolah 2. SD
3. SLTP 4. SLTA
5. Akademik/Perguruan Tinggi
g. Pekerjaan adalah kegiatan rutin penderita untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup seperti yang tertera pada kartu status, dikategorikan menjadi:
1. PNS 2. Wiraswasta 3. Petani 4. Pensiunan
5. Ibu rumah tangga 6. Dan lain-lain
(48)
h. Tempat tinggal adalah keberadaan penderita seperti yang tertera pada kartu status. dikategorikan menjadi :
1. Medan 2. Luar Medan 3.2.3 Sumber Biaya
Sumber biaya adalah sumber dana untuk biaya perawatan selama penderita PJK dirawat sesuai dengan yang tercatat pada kartu status penderita, dikategorikan atas :
1. Biaya sendiri 2. Bukan biaya sendiri
a. Askes b. Askeskin c. Perusahaan
3.2.4 Keluhan utama PJK adalah jenis keluhan atau gangguan fisik yang sering dirasakan oleh penderita PJK berdasarkan anamnese dokter yang tertera pada kartu status. dikategorikan menjadi :
1. Sesak nafas 2. Nyeri dada
3. Jantung berdebar-debar 4. Sakit kepala
5. Keringat dingin 6. Lemas
7. Gelisah
3.2.5 Riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang pernah diderita yang tercatat pada kartu status penderita, dikategorikan atas :
1. Hipertensi
2. Hiperkolesterolemia 3. Diabetes melitus 4. Tidak ada
(49)
3.2.6 Keadaan medis penderita yang dibedakan atas :
1. Tekanan darah adalah Tekanan darah sistolik (TDS)/Tekanan Darah Diastolik (TDD) penderita yang tertera pada kartu status yang dikategorikan menjadi :
a. Normal : TDS <140 mmHg/TDD 90 mmHg b. Hipertensi Ringan : TDS 140-159 mmHg /TDD 90-99 mmHg c. Hipertensi Berat : TDS ≥160 mmHg /TDD 100 mmHg
2. Kadar Gula Darah adalah kadar gula penderita berdasarkan kadar gula darah puasa seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan menjadi :
a. Normal : KGD <126 mg/dl b. Tinggi : KGD ≥126 mg/dl
3. Kadar kolesterol adalah kadar kolesterol penderita PJK berdasarkan ratio HDL/LDL yang tertera pada kartu status yang dikategorikan menjadi : Pada Laki-laki :
a. Risiko rendah : Ratio HDL/LDL < 4,5 mg /dl b. Risiko sedang : Ratio HDL/LDL 4,5-6,0 mg/dl c. Risiko tinggi : Ratio HDL/LDL > 6,0 mg/dl Pada Perempuan :
a. Risiko rendah : Ratio HDL/LDL < 3,5 mg/dl b. Risiko sedang : Ratio HDL/LDL 3,5-4,0mg/dl c. Risiko tinggi : Ratio HDL/LDL > 4,0 mg /dl
(50)
3.2.7 Lama rawatan adalah lama hari rawatan penderita penyakit jantung koroner, dihitung dari tanggal mulai masuk sampai dengan keluar sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.
3.2.8 Keadaan sewaktu pulang adalah kaedaan dan kondisi penderita waktu keluar dari rumah sakit, dikategorikan atas :
1. Pulang Berobat Jalan (PBJ )
2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal
(51)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pendidikan dan penelitian, tersedianya data yang dibutuhkan, yaitu data penyakit jantung koroner yang rawat inap tahun 2010 di rumah sakit tersebut.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 sampai Januari 2012, dimulai dari survei pendahuluan, seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data serta ujian skripsi.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi adalah semua data penderita PJK yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 sebanyak 153 orang.
(52)
4.3.2 Sampel adalah semua data penderita PJK yang dirawat inap di RS. Dr Pirngadi Medan tahun 2010, dimana besar sampel sama dengan jumlah populasi.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita PJK rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.
4.5 Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan komputerisasi melalui program SPSS, lalu dianalisa secara deskriptif dan tabulasi silang (Cross tabulating). Kemudian hasil disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, diagram pie dan diagram bar.
(53)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum RSU Dr. Pirngadi Medan 5.1.1 Sejarah RSU Dr. Pirngadi Medan
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM beralamat di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan yang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di kota Medan yang berstatus milik pemerintah Kota Medan. RSU Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh pemerintah colonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis pada tanggal 11 Agustus Anno 1928. Peletakan batu pertamanya dilakukan seorang bocah berumur 10 tahun bernama Maria Constantia Macky, dimana sebagai pimpinan yang pertama dipegang oleh Dr. W. Bays.
Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini diambil alih oleh Bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Byusono Ince dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putra Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro. Setelah bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menyatakan kemerdekaannya, pada tahun 1947 rumah sakit ini diambil alih oleh pemerintah Negara bagian Sumatera Timur Republik Indonesia Sementara (RIS) dengan nama “Rumah Sakit Kota Medan”. Dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950 maka Negara bagian (RIS) dihapuskan, rumah sakit kota Medan diambil alih oleh pemerintah pusat/kementerian kesehatan di Jakarta dengan nama “Rumah Sakit Umum Pusat”.
(54)
Kemudian pada tahun 1971, rumah sakit ini diserahkan dari pusat ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan. Pada tahun 1979, Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan ditabalkan menjadi “Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan”.
Sejalan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan dan berganti nama menjadi “Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan”. Pada tanggal 6 September 2002, status kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi ditetapkan menjadi Badan dan berganti nama menjadi “Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan”. Sebagai direktur, pada saat itu dipercayakan kepada Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA.
Pada tahun 2004, Walikota Medan yang menjabat pada saat itu Drs. H. Abdillah, Ak., MBA mencanangkan pengembangan rumah sakit Dr. Pirngadi menjadi delapan tingkat yang peletakan batu pertamanya tepatnya dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2004. Kemudian pada tahun 2005, pemakaian gedung rumah sakit umum Dr. Pirngadi dengan delapan tingkat diresmikan oleh beliau. Dengan adanya peresmian tersebut, maka gedung baru dengan delapan tingkat siap untuk digunakan. Masa jabatan direktur yang dipegang oleh Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA telah berakhir. Beliau telah menjabat sebagai direktur selama tujuh tahun. Tepat pada tanggal 8 April 2009, pimpinan Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan secara
(55)
resmi dipindahtangankan kepada Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, SpPD-KPTI (Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan).
5.1.2 Jaringan Usaha
Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah dan merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Kota Medan, dengan komposisi pasien: penduduk yang berasal dari Kota Medan sebanyak 62%, serta penduduk yang berasal dari luar kota Medan sebesar 38% (Kabupaten/ Kota di Sumut 36%; luar provinsi Sumut 2%). RSU Dr. Pirngadi Medan bertugas melakukan upaya kesehatan kepada masyarakat yang ingin berobat dengan memberikan pelayanan kesehatan secara merata, bermutu serta terjangkau. RSU Dr. Pirngadi Medan juga terus meningkatkan kualitas pelayanan melalui penambahan sarana dan prasarana penunjang kesehatan serta demi tercapainya “Program Indonesia Sehat 2010” seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah bersama Departemen Kesehatan. RSU Dr. Pirngadi Medan bekerja sama dengan PT. ASKES (PERSERO) yang tersebar di seluruh wilayah Kota Medan untuk pelayanan JAMKESMAS, serta PT. Bank Sumut untuk pelaksanaan pembayaran gaji pegawai. Saat ini, dana anggaran JAMKESMAS yang dialokasikan Departemen Kesehatan melalui Kas Negara sebesar Rp. 8,74 milyar telah diterima oleh pihak RSU Dr. Pirngadi Medan untuk dikelola sendiri. Selama ini, RSU Dr. Pirngadi Medan masih melakukan sistem Askeskin, yang mana anggarannya dikelola oleh PT ASKES sehingga pihak RSU Dr. Pirngadi Medan harus mengklaimnya terlebih dahulu.
(56)
5.1.3 Kinerja Usaha Terkini
Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu Rumah Sakit terbesar (kelas B) di Indonesia yang berfokus kepada kepuasan pelanggan (customer oriented) sesuai dengan motto Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan : “Kepentingan Penderita adalah yang Utama”. Sampai saat ini, Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan menyandang predikat Rumah Sakit Kelas B Pendidikan, berdasarkan akreditasi Depkes RI No. YM.00.03.3.5.1309 pada tanggal 14 Februari 2007. Beberapa hasil evaluasi pengukuran kinerja kegiatan RSU Dr. Pirngadi Medan pada tahun terakhir adalah:
1. Pencapaian output kinerja kegiatan yang terbesar adalah upaya kesehatan perorangan sebesar 100,42%,
2. Pencapaian output kinerja kegiatan yang terkecil adalah kegiatan Sumber Daya Manusia, yaitu sebesar 93,77%,
3. Pencapaian kinerja kegiatan Badan Pelayanan Kegiatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah sebesar 96,67% dengan kriteria “ sangat berhasil”.
4. Beberapa jenis pelayanan yang mengalami peningkatan antara lain jumlah pasien, pelayanan Askes, pelayanan radiologi, dan pelayanan laboratorium, 5. Penerimaan uang yang tertinggi adalah penerimaan dari Askes sebesar Rp.
20.694.358.443, sedangkan penerimaan terendah sebesar Rp. 14.000 dari Poli Pulmonologi.
(57)
5.1.4. Rencana Kegiatan
Rencana yang ingin dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan serta sebagai bentuk perwujudan dari Visi: Mandiri, Tanggap dan Profesional tahun 2010 adalah:
1. Pembangunan gedung khusus kelas III dengan kapasitas 300 tempat tidur, 2. Pembangunan ruang radiotherapy,
3. Pelayanan farmasi klinis rawat jalan khusus Askeskin, 4. Penambahan ruang Haemodialisa dengan 25 tempat tidur, 5. Pembentukan pusat jantung terpadu,
6. Pembentukan pelayanan ambulance kedaruratan masyarakat, 7. Pelaksanaan pendidikan ilmu kedokteran berkala tiap bulan,
8. Pengembangan pemulasaraan jenazah,Terealisasinya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
5.2. Sosiodemografi Penderita PJK
Distribusi Proporsi Karakteristik Penderita PJK Yang di rawat inap di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
(58)
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
No. Sosiodemogrfi Jenis Kelamin f %
1 Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan
31-35 12 13 25 16.3
36-40 7 11 18 11.8
41-45 3 4 7 4.6
46-50 1 3 4 2.6
51-55 5 15 20 13.1
56-60 8 22 30 19.6
61-65 11 18 29 19.0
66-70 12 8 20 13.1
Jumlah 59 94 153 100
2 Agama f %
Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Budha 82 35 20 6 10 53.6 22.9 13.1 3.9 6.5
Jumlah 153 100
3 Suku f %
Batak Jawa Melayu Aceh Minang Dll 63 40 16 16 11 17 41.2 40 10.5 10.5 7.2 4.6
Jumlah 153 100
4 Status Perkawinan f %
Kawin Belum Kawin 137 16 89.5 13
Jumlah 153 100
5 Pendidikan f %
Tidak tamat SD SD
SLTP SLTA
Perguruan Tinggi / Akademik
8 13 51 59 22 5.2 8.5 33.3 38.6 14.4
(59)
6 Pekerjaan F % PNS
Wiraswasta Petani Pensiunan
Ibu Rumah Tangga Dll 16 11 7 50 57 12 10.5 7.2 4.6 32.7 37.3 7.8
Jumlah 153 100
7 Tempat Tinggal F %
Medan Luar Medan 125 28 81.7 18.3
Jumlah 153 100
Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin, pada jenis kelamin laki-laki tertinggi pada kelompok umur >= 35 tahun berjumlah 35 orang (59,3%). Pada jenis kelamin perempuan, proporsi kelompok umur tertinggi pada kelompok umur >= 35 tahun berjumlah 73 orang (77,7%).
Berdasarkan agama, proporsi agama tertinggi pada agama Islam (53,6%), dan terendah pada agama Hindu (3,9%). Berdasarkan Suku, proporsi suku tertinggi pada suku Batak (41,2%) dan terendah pada suku lainnya (4,6%). Berdasarkan status perkawinan, proporsi status perkawinan tertinggi pada sudah kawin (89,5%) dan terendah pada belum kawin (10,5%). Berdasarkan pendidikan, proporsi pendidikan tertinggi pada pendidikan SLTA (38,6%), dan terendah pada tidak sekolah (5,2%). Berdasarkan pekerjaan, proporssi pekerjaan tertinggi pada pekerjaan ibu rumah tangga (37,3%), dan terendah pada pekerjaan petani (4,6%). Berdasarkan tempat tinggal, proporsi tempat tinggal tertinggi pada tempat tinggal di Kota Medan (81,7%) dan terendah di luar Kota Medan (18,3%).
(60)
5.3 Sumber Biaya
Proporsi penderita PJK yang dirawat inap berdasarkan sumber biaya di RSU Dr. Pringadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Proposi Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
No. Sumber biaya f %
1 2
Biaya sendiri Bukan biaya sendiri Askes
Askeskin Perusahaan
59 44 27 23
38,6 28,8 17,6 15
Total 153 100
Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa proporsi sumber biaya tertinggi pada bukan biaya sendiri (61,4%) dan terendah pada sumber biaya sendiri (38,6%). Proporsi bukan biaya sendiri tertinggi pada sumber biaya askes (46,8%) dan terendah pada sumber biaya perusahaan (24,5%).
(61)
5.4 Keluhan Utama
Proporsi penderita PJK yang dirawat inap berdasarkan keluhan utama di RSU Dr. Pringadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Proposi Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
No. Keluhan Utama n=153 f %
1 2 3 4 5 6 7 Sesak nafas Nyeri dada Jantung berdebar-debar Sakit kepala Keringat dingin Lemas Gelisah 56 48 38 31 15 12 11 36,60 31,37 28,84 20,26 9,80 7,84 7,19
Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi keluhan utama penderita PJK yang dirawat inap diRumah Sakt Dr Pirngadi Medan.Dari 153 penderita, yang memiliki keluhan sesak nafas (36,60%), memiliki keluhan nyeri dada (31,37%), memiliki keluhan jantung berdebar-debar (28,84%),memiliki keluhan sakit kapala (20,26%),memilki keluhan keringat dingin (9,8%),memiliki keluhan lemas (7,84%) dan memiliki keluhan gelisah (7,19%).
(62)
5.5 Keadaan Medis
Proporsi penderita PJK yang dirawat inap berdasarkan keadaan medis di RSU Dr. Pringadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4. Distribusi Proposi Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Medis di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
No. Keadaan Medis
1 Derajat Tekanan Darah f %
Normal Hipertensi Ringan Hipertensi Berat 12 78 63 7,8 51 41,2
Total 153 100
2 KGD Puasa f %
Normal Tinggi 68 85 44,4 55,6
Total 153 100
3 Kadar Kolesterol Total f %
Pada Laki-laki : a. Risiko rendah b. Risiko sedang c. Risiko tinggi Pada Perempuan : a. Risiko rendah b. Risiko sedang c. Risiko tinggi
4 24 31 10 46 38 6,8 40,7 52,5 10,6 48,9 40,4
Total 153
4 Kadar Kolesterol Trigliserida f %
Normal Sedang Tinggi 42 65 46 27,5 42,5 30,1
Total 153 100
Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi tekanan darah penderita PJK tertinggi tekanan darah TDS 140-159 mmHg /TDD 90-99 mmHg atau normal (51%) dan terendah pada tekanan darah TDS <140 mmHg/TDD 90 mmHg atau normal
(63)
(7,8%). Berdasarkan kadar gula darah puasa, proporsi tertinggi pada KGD ≥126 mg/dl atau tinggi (55,6%) dan terendah pada KGD < 126 mg/dl atau normal (44,4%). Berdasarkan kadar kolesterol pada laki-laki tertinggi pada kadar kolesterol Ratio HDL/LDL 4,5-6,0 mg/dl atau sedang (40,7%), dan terendah pada kadar kolesterol Ratio HDL/LDL < 4,5 mg /dl atau rendah (6,8%). Berdasarkan kadar kolesterol pada perempuan tertinggi pada kadar kolesterol Ratio HDL/LDL 3,5-4,0mg/dl atau sedang (48,9%), dan terendah pada kadar kolesterol Ratio HDL/LDL < 3,5 mg/dl atau rendah (10,6%). Berdasarkan kadar kolesterol trigliserida, proporsi tertinggi pada Kadar trigliserida 150-249 mg/dl atau sedang (42,5%) dan terendah pada Kadar trigliserida 150 mg/dl atau normal (27,5%).
5.6 Riwayat Penyakit Terdahulu
Proporsi penderita PJK yang dirawat inap berdasarkan riwayat penyakit terdahulu di RSU Dr. Pringadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5. Distribusi Proposi Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan
Riwayat Penyakit Terdahulu di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
No. Riwayat Penyakit Terdahulu n=153 f % 1
2 3 4
Hipertensi
Hiperkolesterolemia Diabetes mellitus Tidak ada
57 68 29 21
37,25 44,44 18,95 13,72
(64)
Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa proporsi riwayat penyakit terdahulu memiliki hipertensi (37,25%), memiliki hiperkolesterolemia (44,44%), memiliki diabetes mellitus (18,95%) dan pada tidak ada riwayat penyakit terdahulu (13,72%)
5.7 Lama Hari Rawat
Proporsi penderita PJK yang dirawat inap berdasarkan lama hari rawat di RSU Dr. Pringadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6. Lama Rawatan Rata-Rata (Hari) Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan Lama Hari Rawat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010
Lama Rawatan (Hari)
X 3,57
Standar Deviasi 0,916
95% Confidence of Interval 3,42 – 3,71
Coefisien of Variation 25,6%
Minimum 2
Maximum 5
Dari tabel 5.6. dapat dilihat lama rawatan penderita PJK adalah 3,57 hari (95% CI 3,42 – 3,71) dengan standar deviasi 0,916 hari, lama rawatan paling singkat adalah 1 hari dan paling lama 5 hari. Berdasarkan 95% CI didapatkan lama rawatan rata-rata selama 3,42 – 3,71 hari.
(1)
Crosstabs
Lama hari rawat * Umur
Lama hari rawat * Sumber Biaya
Crosstab7 14 21
33.3% 66.7% 100.0%
18 30 48
37.5% 62.5% 100.0%
13 47 60
21.7% 78.3% 100.0%
7 17 24
29.2% 70.8% 100.0%
45 108 153
29.4% 70.6% 100.0%
Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat 2
3 4 5 Lama hari rawat
Total
< 35 tahun (resiko rendah)
>= 35 tahun (resiko tinggi) Umur
Total
Chi-Square Tests
3.402a 3 .334
3.437 3 .329
1.172 1 .279
153 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.18.
a.
Crosstab
11 10 21
52.4% 47.6% 100.0%
29 19 48
60.4% 39.6% 100.0%
15 45 60
25.0% 75.0% 100.0%
4 20 24
16.7% 83.3% 100.0%
59 94 153
38.6% 61.4% 100.0%
Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat 2
3 4 5 Lama hari rawat
Total
Sendiri
Bukan biaya sendiri Sumber Biaya
(2)
Lama hari rawat * Keadaan sewaktu pulang
20.884a 3 .000
21.410 3 .000
15.269 1 .000
153 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.10.
a.
Crosstab
9 10 2 21
42.9% 47.6% 9.5% 100.0%
37 5 6 48
77.1% 10.4% 12.5% 100.0%
36 15 9 60
60.0% 25.0% 15.0% 100.0%
10 6 8 24
41.7% 25.0% 33.3% 100.0%
92 36 25 153
60.1% 23.5% 16.3% 100.0%
Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat Count
% within Lama hari rawat 2
3 4 5 Lama hari rawat
Total
PBJ PAPS Meninggal
Keadaan sewaktu pulang
Total
Chi-Square Tests
18.799a 6 .005
17.781 6 .007
2.702 1 .100
153 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
3 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.43.
(3)
T-Test
T-Test
Group Statistics
45 3.44 .943 .141
108 3.62 .904 .087
Umur < 35 tahun (resiko rendah) >= 35 tahun (resiko tinggi) Lama hari rawat
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Independent Samples Test
.226 .635 -1.083 151 .280 -.18 .162 -.497 .145 -1.064 79.374 .290 -.18 .165 -.505 .153 Equal variances
assumed Equal variances not assumed Lama hari rawat
F Sig. Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means
Group Statistics
59 3.20 .826 .108
94 3.80 .899 .093
Sumber Biaya Sendiri
Bukan biaya sendiri Lama hari rawat
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Independent Samples Test
.403 .526 -4.106 151 .000 -.59 .145 -.881 -.308
-4.187 131.121 .000 -.59 .142 -.875 -.314
Equal variances assumed Equal variances not assumed Lama hari rawat
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means
(4)
Post Hoc Tests
Descriptives
Lama hari rawat
92 3.51 .819 .085 3.34 3.68 2 5
36 3.47 1.082 .180 3.11 3.84 2 5
25 3.92 .954 .191 3.53 4.31 2 5
153 3.57 .916 .074 3.42 3.71 2 5
PBJ PAPS Meninggal Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum
ANOVA Lama hari rawat
3.728 2 1.864 2.258 .108
123.801 150 .825
127.529 152
Between Groups Within Groups Total
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Lama hari rawat
.04 .179 .829 -.31 .39
-.41* .205 .048 -.81 .00
-.04 .179 .829 -.39 .31
-.45 .237 .060 -.92 .02
.41* .205 .048 .00 .81
.45 .237 .060 -.02 .92
.04 .179 1.000 -.39 .47
-.41 .205 .143 -.91 .09
-.04 .179 1.000 -.47 .39
-.45 .237 .181 -1.02 .12
.41 .205 .143 -.09 .91
.45 .237 .181 -.12 1.02
(J) Keadaan sewaktu pulang PAPS Meninggal PBJ Meninggal PBJ PAPS PAPS Meninggal PBJ Meninggal PBJ PAPS (I) Keadaan
sewaktu pulang PBJ
PAPS
Meninggal
PBJ
PAPS
Meninggal LSD
Bonferroni
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level. *.
(5)
Frequencies
Frequency Table
Umur
10 40.0 40.0 40.0
15 60.0 60.0 100.0
25 100.0 100.0
< 35 tahun (resiko rendah) >= 35 tahun (resiko tinggi) Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Jenis Kelamin
9 36.0 36.0 36.0
16 64.0 64.0 100.0
25 100.0 100.0
Laki-laki Perempuan Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Agama
10 40.0 40.0 40.0
8 32.0 32.0 72.0
5 20.0 20.0 92.0
2 8.0 8.0 100.0
25 100.0 100.0
Islam
Kristen Protestan Kristen Katolik Budha Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Suku
11 44.0 44.0 44.0
5 20.0 20.0 64.0
1 4.0 4.0 68.0
6 24.0 24.0 92.0
1 4.0 4.0 96.0
1 4.0 4.0 100.0
25 100.0 100.0
Batak Jawa Melayu Aceh Minang dll Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(6)
20 80.0 80.0 80.0
5 20.0 20.0 100.0
25 100.0 100.0
kawin belum kawin Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Pendidikan
2 8.0 8.0 8.0
2 8.0 8.0 16.0
8 32.0 32.0 48.0
8 32.0 32.0 80.0
5 20.0 20.0 100.0
25 100.0 100.0
Tidak sekolah SD
SLTP SLTA Akademi / PT Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Pekerjaan
3 12.0 12.0 12.0
2 8.0 8.0 20.0
9 36.0 36.0 56.0
10 40.0 40.0 96.0
1 4.0 4.0 100.0
25 100.0 100.0
PNS Wiraswasta Pensiunan IRT dll Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Tempat Tinggal
21 84.0 84.0 84.0
4 16.0 16.0 100.0
25 100.0 100.0
Medan Luar Medan Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent