10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere kata bendanya, adolescentia
yang berarti remaja yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” Al-Mighwar, 2006 : 55. Masa remaja adolenscence adalah
peralihan masa perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11, atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal,
serta melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial yang saling berkaitan Papalia dkk, 2009 : 8.
Menurut Piaget dalam Hurlock, 1980: 206secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana
anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Di masa remaja, individu cenderung lebih menyadari siklus emosionalnya, seperti perasaan bersalah karena marah. Kesadaran yang baru ini dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi emosi-emosinya. Remaja juga lebih terampil dalam menampilkan emosi-emosinya ke orang lain.
Meskipun meningkatnya kemampuan kognitif dan kesadaran dari remaja dapat mempersiapkan mereka untuk dapat mengatasi stres dan fluktuasi
emosional secara lebih efektif, banyak remaja tidak dapat mengelola emosinya
secara lebih efektif. Sebagai akibatnya, mereka rentan untuk mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi emosinya, yang selanjutnya dapat memicu
munculnya berbagai masalah Santrock, 2007: 202. Disimpulkan bahwa masa remaja adalah usia yang berlangsung kira-kira
dari 13 tahun sampai 21 tahun, dapat dikatakan masa remaja merupakan masa dimana fluktuasi emosi lebih sering terjadi. Hal tersebut kemungkinan
dipengaruhi oleh perubahan hormon, namun pengalaman lingkungan juga memberikan pengaruh yang besar.
2.1.2 Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Garrison dalam Al-Mighwar, 2006: 152-154 membagi tugas perkembangan menjadi enam kelompok berikut :
a. Menerima kondisi jasmani. Pada periode pra-remaja periode pubertas, anak tumbuh cepat yang
mengarahkannya pada bentuk orang dewasa. Pertumbuhan ini diiringi juga oleh perkembangan sikap dan citra diri. Mereka memiliki gambaran diri seolah-olah
sebagai model pujaannya. Mereka sering membandingkan dirinya dengan teman- teman sebayanya, sehingga akan cemas bila kondisinya tidak seperti model
pujaannya atau teman-teman sebayanya. Pada masa remaja, hal itu semakin berkurang, dan mereka mulai menerima kondisi jasmaninya, serta memelihara dan
memanfaatkannya seoptimal mungkin.
b. Mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebaya yang berlainan jenis.
Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial, terutama dengan lawan jenis. Remaja diharapkan
bisa mencari dan mendapatkan teman baru yang berlainan jenis. Mereka ingin mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis ataupun sesama
jenis agar merasa dibutuhkan dan dihargai. Kematangan fisik dan psikis banyak mempengaruhi penerimaan teman-teman sekelompok remaja dalam pergaulannya.
Tanpa penerimaan teman sebaya, dia akan mengalami berbagai gangguan perkembangan psikis dan sosial, seperti membentuk geng sendiri yang berperilaku
mengganggu orang lain. c. Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminnya.
Sejak masa puber, perbedaan fisik antara laki-laki dan wanita tampak jelas lalu berkembang matang pada masa dewasa. Apabila bentuk tubuhnya tidak
memuaskan, mereka menyesali diri sebagai laki-alki atau wanita. Padahal, mereka seharusnya menerima kondisinya dengan penuh tanggung jawab. Remaja laki-laki
harus bersifat maskulin, lebih banyak memikirkan sosial pekerjaan sedangkan remaja wanita harus bersifat feminin, memikirkan pekerjaan yang berkaitan
dengan urusan rumah tangga dan pola asuh anak. d. Mendapatkan kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
Bebas dari kebergantungan emosional merupakan tugas perkembangan penting yang dihadapi remaja. Apabila tidak memiliki kebebasan emosional,
mereka akan menemui berbagai kesukaran dalam masa dewasa, tidak bisa
membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditempuhnya.
e. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi.
Tugas lainnya adalah kesanggupan berdiri sendiri dalam masalah ekonomi karena kelak mereka akan hidup sebagai orang dewasa. Kesanggupan disini
mencakup dua tugas, pertama, mencari sumber keuangan atau pemasukan. Dalam hal ini, remaja diharapkan belajar untuk lepas dari bantuan orangtua dengan
mendapat pekerjaan jangka pendek dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja tetap pada masa depan jangka panjang. Kedua, pengelolaan
keuangan. Dalam hal ini, remaja diharapkan mampu mengatur pengeluarannya. f.
Memperoleh nilai-nilai dan filsafat hidup. Para remaja memang diharapkan memiliki pola pikir, sikap perasaan, dan
perilaku yang menuntun dan mewarnai berbagai aspek kehidupannya dalam masa dewasa kelak. Dengan demikian mereka memiliki kepastian diri, tidak mudah
bingung, tidak mudah terbawa arus kehidupan yang terus berubah yang pada akhirnya tidak mendapatkan kebahagiaan.
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock dalam Ali Asrori, 2011: 10 adalah :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya. b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
d. Mencapai kemandirian emosional. e. Mencapai kemandirian ekonomi.
f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
2.1.3 Ciri-ciri Remaja Menurut Hurlock 1980 : 207 ciri-ciri remaja yaitu :