Derajat Kemasaman Tanah pH dan Daya Hantar Listrik EC Kapasitas Tukar Kation dan Basa-basa dd K, Na, Ca dan Mg

4.2.2 Derajat Kemasaman Tanah pH dan Daya Hantar Listrik EC

Tanah pada lahan bekas tambang pasir besi memiliki kemasaman tanah awal 6,8. Namun setelah diberi perlakuan nilai pH menjadi 6,3 - 6,6. Meskipun berdasarkan analisis ragam Tabel Lampiran 2 proses penanaman tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pH tanah, pemberian bahan organik yang diberikan ke dalam tanah cenderung menurunkan pH tanah. Secara umum, nilai pH pada kondisi yang netral memudahkan unsur-unsur hara diserap tanaman. Keterangan : 1= koro benguk, 2= rumput gajah, 3= rumput gajah dan flemingia, 4= rumput gajah dan kaliandra, 5= koro benguk dan flemingia, 6= koro benguk dan kaliandra Gambar 3. Nilai pH pada Tanah Awal, Kontrol dan Setiap Perlakuan Lahan bekas tambang pasir besi Kutoarjo memiliki daya hantar listrik DHL awal 7,73 µScm. Setelah dilakukan proses penanaman nilai DHL mengalami peningkatan menjadi 16,51 hingga 22,36 µScm. Peningkatan nilai DHL ini diduga karena kation-kation yang berasal dari pupuk dasar yang bersifat anorganik terurai menjadi kation-kation. Kation-kation tersebut yang menyebabkan peningkatan DHL. Penentuan nilai DHL merupakan suatu cara pendekatan untuk mengetahui taraf kejenuhan garam di dalam tanah. Menurut 4 5 6 7 8 9 awal kontrol 1 2 3 4 5 6 Nila i p H Perlakuan kriteria klasifikasi berdasarkan Soil Science Society of America, Madison Wisconsin dalam Anwar dan Sudadi, 2007 tentang tanah-tanah dipengaruhi garam Lampiran 15, nilai DHL ≤ 4 dSm menunjukkan kandungan garam di dalam tanah rendah, dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Nilai DHL yang rendah menunjukkan tekanan osmosis yang rendah sehingga akan memudahkan masuknya unsur hara ke dalam tanaman. Walaupun setelah penanaman mengalami peningkatan nilai DHL, peningkatan DHL yang terjadi masih dalam kategori yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

4.2.3 Kapasitas Tukar Kation dan Basa-basa dd K, Na, Ca dan Mg

Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai nilai KTK lebih tinggi dari tanah-tanah dengan kadar bahan organik rendah dan tanah-tanah berpasir Hardjowigeno, 2003. Penelitian ini dilakukan pada tanah pasir dengan tekstur pasir mencapai 95,45 Tabel Lampiran 1 dan memiliki nilai KTK kurang dari 5 me100gr atau sangat rendah. Lahan bekas tambang pasir besi Kutoarjo memiliki nilai KTK awal 0,96 me100gr. KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Dengan penambahan bahan organik yang dilakukan mampu menaikkan KTK menjadi 2,88 hingga 3,13 me100gr. Perlakuan yang diuji mampu menaikkan kadar KTK hingga 300 . Kejenuhan basa merupakan gambaran kation-kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tanah, yaitu Ca ++ , Mg ++ , K + dan Na + Unsur hara K pada tanah awal sekitar 0,05 me100gr, nilai ini termasuk dalam kelas kriteria sangat rendah. Setelah dilakukannya penanaman terjadi peningkatan kelas kriteria dari sangat rendah menjadi rendah pada sebagian besar kombinasi. Kadar hara K pada petak kontrol menunjukkan peningkatan yang lebih . Kejenuhan basa menunjukan perbandingan nilai antara jumlah kation basa dengan jumlah semua kation kation basa dan kation asam yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Kejenuhan basa pada tanah awal adalah 83,11 , namun setelah pemberian biomassa nilai kejenuhan basa antara 11,60 – 18,45 . Penurunan nilai kejenuhan basa ini dipengaruhi oleh meningkatnya nilai KTK setelah dilakukannya pemberian biomassa. besar daripada petak kombinasi walaupun tidak dilakukan pemberian biomassa. Hal ini dapat disebabkan karena pemberian pupuk KCl dan senyawa humat. Senyawa humat dapat mengikat unsur hara K bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia. Pada proses penanaman juga mengalami peningkatkan nilai K menjadi 0,09 - 0,11 me100gr, hal ini dapat dilihat dalam Gambar 4. Berdasarkan analisis ragam Tabel Lampiran 3 penanaman tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar K. Keterangan : 1= koro benguk, 2= rumput gajah, 3= rumput gajah dan flemingia, 4= rumput gajah dan kaliandra, 5= koro benguk dan flemingia, 6= koro benguk dan kaliandra Gambar 4. Nilai Hara K pada Tanah Awal, Kontrol, dan Setiap Kombinasi Unsur hara Na berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan daerah pantai karena tingginya kadar Na di laut. Suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh 15 Na, yang unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Nilai Na pada tanah awal tergolong sedang yaitu 0,66 me100gr menurut kriteria penilaian sifat kimia tanah Staf PPT, 1983 dalam Hardjowigeno.S, 2003. Setelah dilakukan penanaman, kadar Na menurun menjadi rendah sekitar 0,16 – 0,36 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 awal kontrol 1 2 3 4 5 6 K -d d m e 100g r Perlakuan me100gr. Berdasarkan analisis ragam Tabel Lampiran 5 proses penanaman berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan Na. Unsur hara Ca bermanfaat mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim. Kadar Ca pada tanah awal adalah 0,06 me100gr. Setelah dilakukannya penambahan bahan organik nilai Ca cenderung stabil pada kisaran 0,05 - 0,07 me100gr, namun pada kombinasi koro benguk dan flemingia mengalami peningkatan yang sangat nyata berdasarkan analisis ragam Tabel Lampiran 6 yaitu 0,13 me100gr. Unsur hara Mg merupakan unsur pembentuk klorofil. Kadar Mg pada tanah awal adalah 0,03 me100gr. Berdasarkan analisis ragam Tabel Lampiran 7 setelah dilakukannya penambahan bahan organik berpengaruh sangat nyata. Pada kombinasi koro benguk dan flemingia mengalami peningkatan menjadi 0,07 me100gr. Sedangkan pada kombinasi lain cenderung stabil pada kisaran 0,04 – 0,05 me100gr.

4.2.4 Unsur Mikro Tersedia Fe, Mn, Cu, Zn

Dokumen yang terkait

Pengaruh abu terbang dan bahan humat terhadap pertumbuhan tanaman sengon (Paraserienthes falcataria) dan sifat sifat kimia tanah di lahan bekas tambang batubara

0 2 1

Reklamasi Lahan Bekas Tambang Pasir Besi Melalui Teknik Ameliorasi In Situ Bahan Organik

0 8 10

Pengaruh abu terbang dan bahan humat terhadap pertumbuhan tanaman sengon (Paraserienthes falcataria) dan sifat-sifat kimia tanah di lahan bekas tambang batubara

2 11 95

Reklamasi lahan bekas tambang pasir besi dengan aplikasi bahan organik in situ serta penambahan bahan humat dan kapur pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea l), studi kasus PT. Aneka Tambang, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

1 10 132

Pengaruh pemberian bahan organik in situ terhadap beberapa sifat kimia tanah di lahan bekas tambang pasir besi di Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah

0 3 78

REKLAMASI LAHAN-LAHAN BEKAS TAMBANG: Beberapa Permasalahan Terkait Sifat-sifat Tanah dan Solusinya

0 2 8

Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol Akibat Pemberian Beberapa Bahan Organik dan Waktu Inkubasi

0 2 68

MANAJEMEN BAHAN ORGANIK UNTUK REKLAMASI LAHAN: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN POHON DI LAHAN TIMBUNAN BEKAS TAMBANG BATUBARA PT BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk.

0 0 12

RENCANA REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR DAN BATU DI DESA NGLUMUT, KECAMATAN SRUMBUNG, KABUPATEN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH

0 0 6

BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH LAHAN PERKEBUNAN CAMPURAN BEKAS LAHAN PERSAWAHAN DI KELURAHAN PANAU KECAMATAN TAWAELI

0 0 8