Tabel 32 . Lanjutan
Juta Rp
Permintaan Penaw aran
Sekt or Antara
Akhir Domestik
Ekspor Total
Produksi Domestik
I mpor Tot al
I nd. Pupuk Pest. 56 833.43
467.62 0.00
57 301.05 3 528.47
53 772.58 57 301.06
I nd. Kimia Lainnya 944 178.33
54 869.52 820 096.30
1 819 144.16 1 801 802.13
17 342.03 1 819 144.16
I nd. Logam Dasar 131 230.43
5 776.73 344 778.45
481 785.61 472 178.25
9 607.36 481 785.62
I nd. Barang dari Logam 217 534.24
40 554.62 37 613.96
295 702.81 95 716.67
199 986.14 295 702.81
I ndustri Lainnya 971 932.71
578 773.86 138 135.61
1 688 842.18 1 029 750.86
659 091.31 1 688 842.17
Listrik, Gas Air Bersih 133 061.53
53 705.42 0.00
186 766.96 92 551.27
94 215.69 186 766.96
Bangunan 170.83
44 446.00 0.00
44 616.82 44 616.82
0.00 44 616.82
Perdagangan 203 957.00
137 807.67 212 784.99
554 549.66 554 549.66
0.00 554 549.66
Hotel Restoran 72 195.53
179 362.60 22 300.95
273 859.08 120 180.53
153 678.54 273 859.07
Angkutan Komunikasi 269 120.87
72 121.92 9 065.63
350 308.42 183 475.57
166 832.84 350 308.41
Keu, SewaJasa Perush 210 437.46
144 146.68 40.31
354 624.45 203 753.08
150 871.37 354 624.45
Jasa Pemerintahan Umum Pert hnan
0.00 170 751.40
0.00 170 751.40
170 751.40 0.00
170 751.40 Jasa-Jasa Lainnya
81 9 96.57 192 563.69
30 201.04 304 761.29
295 431.94 9 329.35
304 761.29 Kegiat an yng t ak Jls Batasannya
1 297.09 0.00
0.00 1 297.09
0.00 1 297.09
1 297.09
Tot al 6 593 108.71
3 413 650.30 4 689 303.50
14 696 062.51 11 536 342.25
3 159 7 2 0 .2 6 14 696 062.51
Persentase 44.86
23.23 31.91
100.00 78.50
21.50 100.00
Sumber: Tabel I-O Kabupat en Pasuruan, 2000 Diolah
Untuk memenuhi keseluruhan permintaan barang dan jasa tersebut, Kabupaten Pasuruan memenuhinya dari produksi domestik sebesar Rp 11 536
342.25 juta atau 78.50 persen sedangkan sisanya 21.50 persen merupakan barang dan jasa yang berasal dari lu ar Kabupaten Pasuruan impor. Komposisi
permintaan dan penawaran sektoral secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 2. Jika dilihat dari sisi penawaran sektoral, industri gula di Kabupaten
Pasuruan belum mampu memenuhi total permintaannya permintaan antara, akhir domestik dan ekspor dari produksi domestik. Produksi domestik industri
gula Kabupaten Pasuruan hanya mampu memenuhi 57.51 persen atau sebesar Rp 116 270.13 juta sedangkan 42.49 persen lainnya masih mengandalkan impor
dari luar Kabupaten Pasuruan. I n dustri gula di Kabupaten Pasuruan lebih banyak digunakan sebagai input antara dibandingkan dengan konsumsi akhir. Hal ini
ditunjukkan oleh tingginya persentase permintaan antara industri gula, dimana dari keseluruhan permintaan yang mencapai Rp 202 182.35 juta, 81.99 persen
diantaranya merupakan permintaan antara sedangkan konsumsi akhir domestik dan ekspor, masing-masing hanya 12 .45 persen dan 5.56 persen.
7.1.2. Struktur Permintaan Akhir
Barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan oleh konsumen akhir dalam terminologi tabel I-O disebut sebagai permintaan akhir.
Komponen permintaan akhir terdiri dari konsumsi rumah tangga termasuk konsumsi lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
bruto, perubahan stok dan ekspor. Nilai to tal permintaan akhir di Kabupaten Pasuruan pada tahun 2000 adalah Rp 8 102 953.80 juta. Dari nilai tersebut,
sebagian besar merupakan permintaan ekspor barang dan jasa, yakni 57.87 persen. Komponen permintaan akhir berikutnya yang memiliki nilai cukup besar
adalah konsumsi rumah tangga mencapai Rp 2 856 850.59 juta dan berkontribusi sebesar 35.26 persen terhadap total permintaan akhir. Komposisi permintaan
akhir Kabupaten Pasuruan t ahun 2000 disajikan pada Tabel 33 . Tabel 33 .
Komposisi Permintaan Akhir Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000
Kode I O
Nama Sekt or Nilai
Juta Rp
301 Konsumsi RT
2 856 850.59 35.26
302 Kons. Pemerintah
233 286.24 2.88
303 Pembentukan Modal
Tetap Bruto 276 850.78
3.42 304
Perubahan Stok 46 662.69
0.58 305
Ekspor Barang dan Jasa 4 689 303.50
57.87
309 Tot. Permintaan Akhir 8 102 953.80
100.00
Sumber: Tabel I nput-Output Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
Jika dilakukan analisa sektoral terhadap masing-masing komponen permintaan akhir terlihat bahwa pada komponen konsumsi rumah tangga,
sektor-sektor yang berkontribusi paling besar diantaranya adalah sektor industri makanan lain n y a 22.97 persen, industri lainnya 12.87 persen, sayur dan buah
7.61 persen, jasa-jasa lainnya 6.6 7 persen dan industri penggilingan padi- padian dan tepung 6.25 persen Lampiran 9 . Dari pola konsumsi rumah
tangga ini terlihat bahwa konsumsi terhadap bahan pangan masih relatif tinggi, khususnya untuk produk pangan olahan. Konsumsi rumah tangga merup akan
potensi demand permintaan yang penting artinya dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga pola konsumsi yang tinggi terhadap bahan pangan, peranan
sektor pertanian dalam arti luas sebagai penghasil bahan pangan akan menjadi makin penting.
Industri gula hanya berkontribusi 0.87 persen terhadap total konsumsi rumah tangga, sebagaimana terlihat pada penjelasan di atas, hal ini disebabkan
bahwa produk industri gula lebih banyak digunakan sebagai input antara dibandingkan dengan konsumsi langsung. Dengan dem ikian, konsumsi
masyarakat terhadap produk industri gula adalah secara tidak langsung melalui konsumsi produk-produk industri makanan lainnya, industri minuman dan
industri pengolahan dan pengawetan yang menggunakan gula sebagai bahan bakunya.
Komponen konsumsi pemerintah sebagian besar dialokasikan pada sektor jasa pemerintahan umum dan pertahanan 59.26 persen, sektor berikutnya
adalah industri lainnya 17.21 persen, listrik, gas dan air bersih 6.39 persen, industri barang dari logam 6.31 persen se rta angkutan dan komunikasi 3.72
persen. Komponen pembentukan modal tetap bruto hanya terdistribusi pada sembilan sektor yaitu industri lainnya 59.59 persen, bangunan 14.87 persen,
industri furniture 9.97 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 8.70 persen, industri barang dari logam 2.95 persen, industri logam dasar 2.09 persen,
perdagangan 1.09 persen, peternakan lainnya 0.58 persen serta angkutan dan komunikasi 0.177 persen.
Sektor-sektor yang berkontribusi terbesar pada komponen perubahan stok diantaranya adalah sektor industri tekstil dan pakaian jadi 64.39 persen,
industri lainnya 11.84 persen, palawija 8.51 persen, sayur dan buah 4.39 persen dan industri makanan lainnya 2.44 persen. Sementara itu, industri gula
berada pada ran g king 15 dengan nilai Rp 80.26 juta atau 0.17 persen dari total nilai perubahan stok.
7.1.3. Struktur Output Sektoral
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah adanya pertumbuhan output yang mampu dihasilkan oleh daerah terseb ut. Artinya jika
jumlah output mengalami peningkatan maka perekonomian daerah tersebut mengalami peningkatan. Output adalah nilai produksi barang maupun jasa yang
dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi yang berada di suatu daerah. Telaah terhadap besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor akan dapat
diketahui sektor mana yang memberikan sumbangan besar dalam pembentukan output secara keseluruhan di Kabupaten Pasuruan.
Pada tahun 2000, Kabupaten Pasuruan menghasilkan output senilai Rp 11 536 342,25 juta dan sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri
kimia lainnya dengan nilai output sebesar Rp 1 801 802.13 juta atau 15.62 persen dari total output. Empat sektor lain yang memberikan kontribusi terbesar
pada total output Kabupaten Pasuruan adalah industri makanan lainnya 10.87 persen, industri lainnya 8.93 persen, sayur dan buah 7.32 persen serta
industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, sayur dan buah 6.83 persen. Nilai output I ndustri gula di Kabupaten Pasuruan memberikan kontribusi
sebesar 1.01 persen terhadap total output dan tebu sebagai salah satu bahan baku industri gula, hanya berkontribusi sebesar 0.18 persen. Rincian nilai output
domestik sektoral dapat dilihat pada Lampiran 1 0. Tabel 34 .
Persentase Nilai Output Domestik Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000 Agregasi 10 Sektor
Kode I O
Sektor Nilai Output Domestik
Rangking
1 -14 Pertanian
10.719 3
15 Pertambangan Penggalian
0.003 10
16-26 Agroindustri
45.345 1
27-31 Non Agroindustri
29.498 2
32 Listrik, Gas Air Bersih
0.802 8
33 Bangunan
0.387 9
34-35 Perdagangan, Hotel Resto
5.849 4
36 Angkutan Komunikasi
1.590 7
37 Keuangan, Persewaan
Jasa Perusahaan 1.766
6 38-40
Jasa 4.041
5
Tot al 100.00 0
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
Jika dilakukan agregasi terhadap sektor-sektor pada Tabel I-O Kabupaten Pasuruan Tahun 2000 Tabel 34, persentase nilai output sektor-sektor yang
dikategorikan sebagai sektor agroindustri sektor dengan kode 16-26 menduduki rangking tertinggi yakni sebesar 45.35 persen. Hal ini berarti bahwa lebih dari 45
persen nilai output Kabupaten Pasuruan berasal dari industri- industri yang mengolah produk-produk sektor pertanian. Sementara itu, kontribusi industri-
industri yang tergolong non agroindustri hanya 29.5 persen. Kontribusi sektor pertanian terhadap total nilai output menduduki rangking ketiga, yakni 10.72
persen. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi penciptaan output, sektor pertanian dan agroindustri merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian
Kabupaten Pasuruan.
7.1.4. Struktur Nilai Tambah Bruto
Nilai Tambah Bruto NTB merupakan balas jasa terhadap faktor produksi y ang terbentuk karena adanya kegiatan produksi. Dalam tabel I-O ini, NTB terdiri
dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Besarnya NTB masing-masing sektor ditentukan oleh besarnya output nilai
produksi yang dihasilkan dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Dengan demikian sektor yang memiliki output besar belum tentu
memiliki nilai tambah yang besar juga, karena tergantung pula dengan jumlah biaya produksi yang digunakan.
Nilai tambah bruto y ang dihasilkan Kabupaten Pasuruan pada tahun 2000 adalah Rp 4 943 233.54 j ut a. Jika dilihat dari komposisinya, komponen terbesar
NTB Kabupaten Pasuruan adalah berupa surplus usaha 43.33 persen serta upah dan gaji 42.97 persen sedangkan komponen penyusutan dan pajak tak
langsung netto berkontribusi kurang dari 10 persen. Struktur nilai tambah seperti
y ang tertera pada Tabel 35 , ternyata proporsi untuk upah dan gaji relatif hampir seimbang dengan surplus usaha. Upah dan gaji merupakan komponen nilai
tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja sedangkan surplus usaha merupakan bagian yang diterima oleh pengusaha dan belum tentu dapat
langsung dinikmati oleh masyarakat karena surplus usaha tersebut sebagian ada y ang tersimpan di perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan.
Tabel 35 . Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya, Tahun 2000
Kode Nama Sektor
Nilai Juta Rp
201 Upah dan Gaj i
2 124 054.83 42.97
202 Surplus Usaha
2 142 046.03 43.33
203 Penyusutan
388 180.01 7.85
204 Pajak Tak Langsung
288 952.66 5.85
Total 4 943 233.54
100.00
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
Sektor yang menciptakan n ilai tambah b ruto terbesar adalah sektor sayur dan buah yang berkontribusi sebesar 16.06 persen terhadap keseluruhan nilai
tambah atau senilai Rp 793 827.85 juta. Urutan kedua adalah sektor industri kimia lainnya yang memberikan kontribusi sebesar 8.48 persen atau senilai Rp
418 983.35 juta. Sektor perdagangan merupakan sektor berikutnya yang memberikan sumbangan sebesar 8.41 persen atau senilai Rp 415 670.68 juta.
I ndustri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, sayur dan buah serta industri lainnya merupakan sektor ber ikutnya yang termasuk dalam kelompok lima
terbesar, sektor-sektor penghasil nilai tambah. Kontribusi kedua sektor tersebut terhadap total nilai tambah bruto, berturut-turut adalah 7.35 persen dan 7.21
persen. Rincian nilai tambah bruto sektoral disajikan p ada Lampiran 1 1. Dari sisi penciptaan nilai tambah bruto, posisi tebu dan industri gula
sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontribusi kedua sektor tersebut terhadap nilai output domestik. Pada penciptaan nilai tambah bruto, rangking
industri gu la berada pada urutan ke-18 dan tebu berada pada urutan ke-28, sementara jika dilihat dari pembentukan nilai output domestik, rangking industri
gula berada pada urutan ke-20 dan tebu berada pada urutan ke-2 9 . Kontribusi industri gula terhadap penciptaan nilai tambah bruto sebesar 1.69 persen atau
senilai Rp 83 270.08 juta sedangkan tebu berkontribusi sebesar 0.31 persen terhadap total nilai tambah atau senilai Rp 15 394.01 juta.
Tabel 36 . Persentase Nilai Tambah Bruto Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000
Agregasi 10 Sektor
Kode I O
Sektor Nilai Tambah Bruto
Rangking
1 -14 Pertanian
22.678 2
15 Pertambangan Penggalian
0.005 10
16-26 Agroindustri
31.158 1
27-31 Non Agroindustri
21.068 3
32 Listrik, Gas Air Bersih
1.071 8
33 Bangunan
0.459 9
34-35 Perdagangan, Hotel Resto
9.481 4
36 Angkutan Komunikasi
2.753 7
37 Keuangan, Persewaan
Jasa Perusahaan 3.337
6 38-40
Jasa 7.992
5
Tot al 100.00 0
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
Tabel 36 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh nilai tambah bruto y ang tercipta di Kabupaten Pasuruan 53.84 persen berasal dari sektor
pertanian dan industri yang mengolah hasil-hasil pertanian. Sedangkan industri- industri yang termasuk dalam kelompok non agroindustri hanya berada pada
urutan ke-3 yakni berkontribusi sebesar 21.07 persen. Hal yang paling menarik adalah walaupun pada pembentukan nilai output domestik, sektor pertanian
hanya berkontribusi sebesar 10.72 persen namun pada penciptaan nilai tambah, sektor pertanian mampu berkontribusi dua kali lipat lebih besar 22.68 persen
dari kontribusinya terhadap nilai output domestik.
7.1.5. Struktur Ekspor dan I mpor
Ekspor dan impor barang dan jasa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah transaksi ekonomi yang terjadi antara penduduk Kabupaten Pasuruan
dengan bukan penduduk Kabupaten Pasuruan. Transaksi ekonomi tersebut meliputi transaksi barang merchandise, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa
komunikasi maupun transaksi komoditas lainnya. Pada tahun 2000, kondisi neraca perdagangan Kabupaten Pasuruan
mengalami surplus senilai Rp 1 529 583.25 j ut a. Angka ini merupakan selisih antara nilai ekspor Rp 4 689 303.50 juta dengan nilai impor Rp 3 159 720.26
j ut a. Rata-rata nilai neraca perdagangan untuk semua sektor ekonomi adalah Rp 38 239.58 j ut a. Transaksi ekspor, impor dan neraca perdagangan sektoral secara
lengkap disajikan pada Lampiran 12 . Walaupun secara total nilai neraca perdagangan mengalami surplus namun secara sektoral terdapat beberapa
sektor yang mengalami defisit atau neraca perdagangannya bernilai negatif. Analisis nilai ekspor secara sektoral menunjukkan bahwa tidak semua
sektor melakukan transaksi ekspor, dari 40 sektor yang ada, 13 sektor diantaranya tidak melakukan transaksi ekspor. Sektor yang paling banyak
menjual prod uknya ke luar Kabupaten Pasuruan adalah industri kimia lainnya, dengan nilai ekspor sebesar Rp 820 096.30 juta atau sebesar 17.49 persen dari
total nilai ekspor Kabupaten Pasuruan. Sektor berikutnya yang termasuk kedalam sektor yang memiliki kontribusi besar pada ekspor daerah Kabupaten Pasuruan
adalah industri furniture 12.16 persen, industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, sayur dan buah 12.12 persen, industri makanan ternak 9.31
persen dan sektor sayur dan buah 9.24 persen. Jika dilakukan analisis lebih lanjut, terlihat bahwa sektor-sektor yang mengolah hasil pertanian agroindustri
merupakan sektor-sektor yang berkontribusi paling tinggi terhadap nilai ekspor Kabupaten Pasuruan Tabel 3 7. Dari nilai ekspor sebesar Rp 4 689 303.50 juta,
55.02 persen diantaranya merupakan ekspor produk-produk agroindustri, sementara produk-produk nonagroindustri hanya berkontribusi sebesar 28.59
persen. Sektor pertanian berkontribusi 10.54 persen dengan nilai ekspor sebesar Rp 494 040.87 j ut a. Tingginya ekspor sektor pertanian ini disebabkan oleh
tingginya kontribusi ekspor sayur dan buah. Beberapa komoditi buah -buahan y ang merupakan primadona ekspor Kabupaten Pasuruan adalah mangga, pisang
dan apel. Jika dilihat dari nilai impornya, sektor yang memiliki nilai impor terbesar
adalah sektor industri lainnya yakni Rp 659 091.31 juta atau 20.86 persen dari total impor Kabupaten Pasuruan. Sektor perikanan, kehutanan, tanaman
perkebunan lainnya dan industri barang dari logam merupakan sektor-sektor y ang memiliki nilai transaksi impor tertinggi dengan kontribusi berturut-turut
adalah 12.21 persen, 10.96 persen, 9.02 persen, 6.33 persen. I ndustri gula memiliki nilai impor sebesar Rp 85 912.22 juta atau berkontribusi sebesar 2.72
persen sedangkan tebu merupakan sekt or yang memiliki kontribusi kecil terhadap total nilai transaksi impor yakni 0.03 persen.
Sebagaimana pada transaksi ekspor, jika dilakukan agregasi dari 40 sektor menjadi 10 sektor maka terlihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor
y ang berkontribusi paling besar terhadap impor daerah Kabupaten Pasuruan. 41.88 persen Rp 1 323 303.70 juta impor Kabupaten Pasuruan berupa impor
produk-produk sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan, perikanan dan kehutanan. Ketiga subsektor ini memiliki kontribusi lebih dari 10 persen terhadap
total impor. Sektor berikutnya yang memiliki nilai impor tertinggi adalah sektor
nonag roindustri dengan kontribusi sebesar 29.74 persen, sedangkan impor produk-produk sektor agroindustri hanya 6.25 persen Tabel 3 7.
Analisis sektoral terhadap neraca perdagangan menunjukkan bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap neraca perdagangan
Kabupaten Pasuruan adalah sektor industri kimia lainnya. 52.82 persen nilai neraca perdagangan Kabupaten Pasuruan merupakan kontribusi dari produk-
produk industri kimia lainnya. Sektor-sektor lain yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri furniture dengan kontribusi sebesar 36.69 persen atau senilai Rp
561 277.52 juta, industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, sayur dan buah berkontribusi sebesar 36.68 persen atau senilai Rp 561 003.71 juta, sayur
dan buah berkontribusi sebesar 28.21 persen atau senilai Rp 431 541.30 juta serta industri makanan ternak yang berkontribusi sebesar 27.91 persen atau
senilai Rp 426 954.16 j ut a. I ndustri gula di Kabupaten Pasuruan termasuk kedalam sektor-sektor
y ang memiliki neraca perdagangan defisit senilai Rp 74 680.44 juta. Berbeda dengan industri gula, tebu sebagai bahan baku industri gula mengalami surplus
neraca perdagangan walaupun nilainya relatif kecil yakni Rp 1 106.20 juta atau 0.07 persen dari total nilai neraca perdagangan Kabupaten Pasuruan. Hal ini
menunjukkan bahwa dari sisi ketersediaan bahan baku bagi industri gula Kabupaten Pasuruan, produksi tebu domestik relatif dapat diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan produksi industri gula. Sementara itu, produk industri gula sendiri belum mampu untuk memenuhi kebutuhan gula daerah, khususnya untuk
memenuhi permintaan antara bagi industri- industri yang berbahan baku gula seperti industri makanan lain, industri susu dan makanan dari susu dan industri
minuman. Ketiga industri di atas merupakan industri- industri yang tergolong
industri besar dari sisi penciptaan nilai output sehingga dalam proses produksinya juga memerlukan bahan baku yang relatif besar.
Analisis neraca perdagangan dengan melakukan agregasi terhadap sektor-sektor perekonomian seperti yang disajikan pada Tabel 37, menunjukkan
bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap neraca perdagangan Kabupaten Pasuruan adalah sektor agroindustri.
Nilai surplus neraca perdagangan dari sektor ini lebih besar dari total nilai surplus p erdagangan
Kabupaten Pasuruan. Surplus neraca perdagangan sektor agroindustri mencapai Rp 2 382 703.23 juta atau sebesar 155.76 persen dari total surplus neraca
perdagangan. Sektor-sektor lain yang memiliki kontribusi besar terhadap surplus neraca perdagangan adalah sektor nonagroindustri yang berkontribusi sebesar
26.21 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berkontribusi sebesar 5.32 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki defisit
neraca perdagangan paling besar, yakni senilai Rp 829 262.83 juta atau sebesar 54.22 persen. Dari sisi penciptaan nilai output, sektor pertanian memiliki
kontribusi yang relatif besar namun dari sisi neraca perdagangan defisit yang dialami oleh sektor pertanian paling besar diantara sektor lainnya. Defisit neraca
perdagangan di sektor pertanian terutama disebabkan oleh adanya defisit pada subsektor perikanan 24.89 persen, perkebunan 23.01 persen dan kehutanan
22.64 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan akan sektor pertanian masih cukup besar, khususnya dalam rangka untuk mencukupi
kebutuhan bahan baku bagi sektor agroindustri. Hal ini dapat terlihat bahwa subsektor yang men galami defisit adalah produk-produk sektor pertanian yang
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Sektor agroindustri yang memiliki kontribusi besar , baik terhadap nilai output, nilai tambah bruto maupun terhadap
Tabel 3 7 . Persentase Nilai Ekspor, I mpor dan Neraca Perdagangan Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000 Agregasi 10 Sektor
Kode I O
Sektor Nilai Ekspor
Rank Nilai I mpor
Rank Neraca Perdagangan
Rank
1-14 Pertanian
10.535 3
41.880 1
-54.215 10
15 Pertambangan Penggalian
0.000 8
3.888 7
-8.032 7
16 -26 Agroindustri
55.024 1
6 .252 3
155.77 5 1
27 -31 Non Agroindustri
28.589 2
29.743 2
26.205 2
32 Listrik, Gas Air Bersih
0.000 9
2.982 8
-6.160 6
33 Bangunan
0.000 10
0.000 10
0.000 5
34 -35 Perdagangan, Hotel Resto
5.013 4
4.864 5
5.322 3
36 Angkutan Komunikasi
0.193 5
5.280 4
-10.314 9
37 Keuangan, Persewaan Jasa
Perusahaan 0.001
7 4.775
6 -9.861
8 38 -39
Jasa 0.6 44
6 0.336
9 1.280
4
Total 100.00
100.00 100.00
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
neraca perdagangan mer upakan pasar potensial bagi sektor pertanian di Kabupaten Pasuruan.
7.1.6 . Struktur Ketenagakerjaan
Pada tahun 2000, tenaga kerja yang mampu terserap pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Pasuruan sebanyak 676 495 jiwa. Jumlah tenaga
kerja yang mampu terserap pada suatu sektor perekonomian merupakan salah satu indikator kemampuan sektor tersebut dalam menciptakan kesempatan kerja
bagi masyarakat di wilayah ini. I lustrasi kondisi ketenagakerjaan Kabupaten Pasuruan t ahun 2000 disajikan pada Tabel 38 dan Tabel 39.
Berdasarkan Tabel 38 dan Tabel 39 terlihat bahwa sektor sayur dan b u ah merupakan sektor penyerap tenaga kerja tertinggi. Tenaga kerja yang bekerja
pada sektor ini sebanyak 173 953 orang atau menyerap 25.71 persen dari keseluruhan tenag a kerja di Kabupaten Pasuruan. Sektor perdagangan
merupakan sektor terbesar berikutnya yang menyerap tenaga kerja sebanyak 97 955 orang atau 14.48 persen. Sektor- sektor lain yang merupakan sektor
penyerap tenaga kerja terbesar di Kabupaten Pasuruan adalah sektor jasa- jasa lainnya, angkutan dan komunikasi dan sektor bangunan, dengan kontribusi
berturut-turut adalah 7.69 persen, 6.22 persen dan 5.03 persen. Penduduk Kabupaten Pasuruan yang bekerja pada perkebunan tebu dan industri gula
sebanyak 23 961 orang atau 3.54 persen dari total penduduk yang bekerja. Jika dilakukan agregasi terhadap 40 sektor menjadi 10 sektor, seperti
y ang disajikan pada Tabel 40 terlihat bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor andalan sebagai penyerap tenaga kerja terbesar di Kabupaten Pasuruan.
Dari keseluruhan penduduk yang bekerja di Kabupaten Pasuruan, 39.28 persen atau sebanyak 265 726 orang diantaranya bekerja di sektor pertanian, khususnya
Tabel 38. Jumlah Tenaga Kerja, Produktivitas dan Nilai Upah Sektoral d i
Kabupaten Pasuru an, Tahun 2000
Sektor NTB
Juta Rp Total Upah
Juta Rp Jumlah
TK Orang
Produkt ivit as 2 4
Rasio Upah
3 4
1 2
3 4
5 6
Padi 4 811.44
3 069.80 1 677
2.87 1.83
Palawija 3 722.67
1 971.66 1 013
3.67 1.95
Sayur Buah 793 827.85
488 949.50 173 953
4. 56 2.81
Tebu 15 394.01
9 967.59 18 544
0.83 0.54
Kapuk Randu 55 503.33
7 065.97 10 496
5.29 0.67
Kelapa 941.21
192.47 1 144
0.82 0.17
Kopi 7 274.40
2 973.72 5 417
1.34 0.55
Tembakau 3 229.76
1 484.37 428
7.55 3.47
Kapas 9 576.18
1 304.72 608
15.75 2. 15
Tan Perkbnan Lain 3 344.29
827.82 1 075
3.11 0.77
Susu 111 063.91
39 584.35 19 094
5.82 2.07
Peternakan Lainnya
38 386.76 13 128.01
15 653 2.45
0.84 Kehutanan
7 437.17 4 179.87
2 233 3.33
1.87 Perikanan
66 498.67 34 171.04
14 391 4.62
2.37 Pertamb. Galian
225.14 92.99
3 282 0.07
0.03 I PP Daging, I kan,
Sayur Buah 363 301.52
135 086.95 15 078
24.09 8.96
IGPT 28 532.15
13 788.27 2 175
13.12 6.34
I nd. SusuMknn dari Susu
112 791.23 45 341.30
5 061 22.29
8.96
I nd. Gula 83 270.08
44 896.34 5 4 1 7
15.37 8.29
I nd. Mknn Trnak 154 098.40
51 011.57 5 694
27.06 8.96
I nd. Makanan Lain 233 129.65
96 339.83 19 543
11.93 4.93
I nd. Minuman 112 986.98
66 153.66 7 384
15.30 8.96
I nd. Rokok Tembakau
38 499.41 6 138.11
3 487 11.04
1.76 I nd. Kapuk Randu
4 980.21 838.97
1 523 3.27
0.55 I nd. Tekstil
Pakaian Jadi 193 279.99
55 325.35 8 972
21.54 6.17
I nd. Furnit ure 215 320.84
86 438.07 12 261
17.56 7.05
I nd. Pupuk Pest.
901.20 567.30
137 6.58
4.14 I nd. Kimia Lainnya
418 983.35 205 614.00
21 831 19.19
9. 42 I nd. Logam Dasar
206 637.30 81 970.06
10 149 20.36
8.08 I nd. Barang dari
Logam 58 511.47
18 964.15 3117
18.77 6.08
I ndust ri Lainnya 356 401.26
148 635.04 19 392
18.38 7.66
List rik, Gas Air Bersih
52 941.54 16 815.49
2 811 18.83
5.98 Bangunan
22 665.35 11 812.03
34 051 0.67
0.35 Perdagangan
415 670.68 105 269.02
97 955 4.24
1.07 Hotel Restoran
53 016.39 15 994.58
26 548 2.00
0.60 Angkutan
Komunikasi 136 066.62
35 402.56 42 045
3.24 0.84
Keu, SewaJasa Perush
164 942.86 39 552.43
7376 22.36
5.36 Jasa
Pemerintahan Umum Perthnan
170 751.40 162 620.38
3 450 49.49
47.14 Jasa- Jasa Lainnya
224 316.88 70 515.50
52 030 4.31
1.36 Kegiatan yng tak
Jls Batasannya 0.00
0.00 0.00
- -
Tot al 4 943 233.54
2 124 054.83 6 7 6 4 9 5
7.31 3.14
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
Tabel 39. Persentase Jumlah Tenaga Kerja, Total Upah, Rangking
Produktivitas dan Rasio Upah Sektoral d i Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000
Sekt or Jumlah TK
Total Upah Rank
Produktivitas Rank
Rasio Upah
Padi 0.25
0.14 32
25 Palawija
0.15 0.09
27 23
Sayur Buah 25.71
23.02 24
19
Tebu 2 .7 4
0.47 36
36
Kapuk Randu 1.55
0.33 22
32 Kelapa
0.17 0.01
37 38
Kopi 0.80
0.14 35
35 Tembakau
0.06 0.07
19 18
Kapas 0.09
0.06 13
21 Tan Perkbnan Lain
0.16 0.04
31 31
Susu 2.82
1.86 21
22 Peternakan Lainnya
2.31 0.62
33 30
Kehutanan 0.33
0.20 28
24 Perikanan
2.13 1.61
23 20
Pertamb. Galian 0.49
0.00 39
39 I PP Daging, I kan, Sayur
Buah 2.23
6.36 3
3 I GPT
0.32 0.65
16 11
I nd. SusuMknn dari Susu 0.75
2.13 5
5
I nd. Gula 0 .8 0
2.11 14
7
I nd. Mknn Trnak 0.84
2.40 2
6 I nd. Makanan Lain
2.89 4.54
17 16
I nd. Minuman 1.09
3.11 15
4 I nd. Rokok Tembakau
0.52 0.29
18 26
I nd. Kapuk Randu 0.23
0.04 29
34 I nd. Tekstil Pakaian Jadi
1.33 2.60
6 12
I nd. Furniture 1.81
4. 07 12
10 I nd. Pupuk Pest.
0.02 0.03
20 17
I nd. Kimia Lainnya 3.23
9.68 8
2 I nd. Logam Dasar
1.50 3.86
7 8
I nd. Barang dari Logam 0.46
0.89 10
13 I ndustri Lainnya
2.87 7.00
11 9
Listrik, Gas Air Bersih 0.42
0.79 9
14 Bangunan
5.03 0.56
38 37
Per dagangan 14.48
4.96 26
28 Hotel Restoran
3.92 0.75
34 33
Angkutan Komunikasi 6.22
1.67 30
29 Keu, SewaJasa Perush
1.09 1.86
4 15
Jasa Pemerintahan Umum Pert hnan
0.51 7.66
1 1
Jasa-Jasa Lainnya 7.69
3.32 25
27 Kegiatan yng tak Jls
Batasannya 0.00
0.00 40
40
Total 100.00
100.00
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
di sub sektor tanaman bahan makanan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor agroindustri merupakan sektor penyerap tenaga kerja tertinggi
berikutnya, yang mampu menyerap pekerja sebanyak 18.40 persen dan 12.80 persen dari total tenaga kerja. Pada tahun 2000, sektor agroindustri di
Kabupaten Pasuruan mampu menampung tenaga kerja sebanyak 86 595 orang sementara sektor non agroindustri hanya mampu menyerap ten aga kerja
sebanyak 55 480 orang pekerja atau 8.08 persen. Tabel 4 0 .
Persentase Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000 Agregasi 10 Sektor
Kode I O
Sektor Jumlah Tenaga Kerja
Rangking
1 -14 Pertanian
39.280 1
15 Pertambangan Penggalian
0 .485 9
16-26 Agroindustri
12.801 3
27-31 Non Agroindustri
8.075 5
32 Listrik, Gas Air Bersih
0.416 10
33 Bangunan
5.033 7
34-35 Perdagangan, Hotel Resto
18.404 2
36 Angkutan Komunikasi
6.215 6
37 Keuangan, Persewaan
Jasa Perusahaan 1.090
8 38-40
Jasa 8.201
4
Tot al 100.00 0
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
Untuk melihat daya serap tenaga kerja pada masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Pasuruan perlu dihitung juga nilai koefisien tenaga
kerja labor coefficient. Koefisien tenaga kerja merupakan rasio antara nilai output yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja yan g digunakan pada suatu
sektor. Nilai koefisien ini menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Dari hasil perhitungan koefisien
tenaga kerja yang disajikan pada Tabel 41 menunjukkan bahwa sektor yang memiliki daya serap tenaga kerja tertinggi di Kabupaten Pasuruan adalah sektor
pertambangan dan penggalian dengan nilai koefisien sebesar 9.441. Nilai ini
menunjukkan bahwa untuk menghasilkan output jasa pemerintahan umum dan pertahanan sebesar Rp 1, dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 9 orang. Sektor
perekonomian di Kabupaten Pasuruan yang memiliki nilai koefisien tenaga kerja terendah adalah sektor industri penggilingan padi-padian dan tepung, dimana
untuk menghasilkan output senilai Rp 1000 hanya diperlukan 6 orang tenaga kerja. Sektor-sektor yang memiliki nilai koefisien tenaga kerja terbesar berikutnya
adalah kelapa, tebu, bangunan dan kopi dengan nilai koefisien berturut-turut adalah 1.013 , 0.914, 0.763 dan 0.632 .
Dari rangking koefisien tenaga kerja, sektor perkebunan tebu menduduki peringkat ke-3 dari 40 sektor yang ada di Kabupaten Pasuruan , hal ini
menunjukkan bahwa perkebunan tebu memiliki daya serap tenaga kerja yang relatif tinggi. Untuk menghasilkan output tebu senilai Rp 100 dibutuhkan tenaga
kerja sebanyak 91 orang. Sementara untuk industri gula sebagai industri pengolah tebu, memiliki daya serap tenaga kerja yang lebih rendah . Pada satu
kali p roses produksi industri gula hanya membutuhkan 5 orang tenaga kerja untuk menghasilkan output senilai Rp 100.
Secara agregat Tabel 42 terlihat bahwa pada sektor industri baik agroindustri maupun non agroindustri, penggunaan faktor produksi tenaga kerja
lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja pada sektor primer pertanian. Umumnya pada tahap produksi suatu industri, penggunaan tenaga
mesin lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan tenaga manusia sehingga sektor industri cenderung ber sifat padat modal dibandingkan padat karya.
Sektor-sektor yang menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Pasuruan adalah sektor pertambangan dan penggalian, bangunan
dan angkutan dan komunikasi, dengan daya serap berturut -turut adalah 9.4 4, 0.76 dan 0.23.
Tabel 41. Koefisien Tenaga Kerja Sektoral Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000
Sektor Nilai Output
Juta Rp Jumlah TK
Orang Koefisien
TK 3 2
Rank Koef. TK
1 2
3 4
5
Padi 5 352.77
1 677 0.313
7 Palawija
4 110.03 1 013
0.246 10
Sayur Buah 844 392.33
173 953 0.206
13
Tebu 20 284.00
18 5 4 4 0.914
3
Kapuk Randu 60 510.00
10 496 0.173
17 Kelapa
1 129.00 1 144
1.013 2
Kopi 8 570.00
5 417 0.632
5 Tembakau
4 191.76 428
0.102 19
Kapas 10 440.00
608 0.058
21 Tan Perkbnan Lain
3 667.79 1 07 5
0.293 8
Susu 146 799.43
19 094 0.130
18 Peternakan Lainnya
45 039.01 15 653
0.348 6
Kehutanan 7 804.72
2 233 0.286
9 Perikanan
74 244.40 14 391
0.194 14
Pertamb. Galian 347.64
3 282 9.441
1 I PP Daging, I kan, Sayur
Buah 787 663.10
15 078 0.019
32 I GPT
390 104.74 2 175
0.006 39
I nd. SusuMknn dari Susu 455 000.17
5 061 0.011
38
I nd. Gula 116 270.13
5 41 7 0.047
22
I nd. Mknn Trnak 457 069.00
5 694 0.012
36 I nd. Makanan Lain
1 254 210.60 19 543
0.016 34
I nd. Minuman 319 311.96
7 384 0.023
28 I nd. Rokok Tembakau
102 090.47 3 487
0.034 25
I nd. Kapuk Randu 20 699.06
1 523 0.074
20 I nd. Tekstil Pakaian Jadi
694 069.84 8 972
0.013 35
I nd. Furniture 634 683.64
12 261 0.019
31 I nd. Pupuk Pest.
3 528.47 137
0.039 23
I nd. Kimia Lainnya 1 80 1 802.13
21 831 0.012
37 I nd. Logam Dasar
472 178.25 10 149
0.021 29
I nd. Barang dari Logam 95 716.67
3117 0.033
26 I ndustri Lainnya
1 029 750.86 19 392
0.019 33
Listrik, Gas Air Bersih 92 551.27
2 811 0.030
27 Bangunan
44 616.82 34 051
0.763 4
Per dagangan 554 549.66
97 955 0.177
15 Hotel Restoran
120 180.53 26 548
0.221 12
Angkutan Komunikasi 183 475.57
42 045 0.229
11 Keu, SewaJasa Perush
203 753.08 7376
0.036 24
Jasa Pemerintahan Umum Pert hnan
170 751.40 3 450
0.020 30
Jasa-Jasa Lainny a 295 431.94
52 030 0.176
16 Kegiatan yng tak Jls
Batasannya 0.00
0.00 -
40
Total 11 536 342.25
676 495 0.059
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
Tabel 4 2 . Koefisien Tenaga Kerja Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000
Agregasi 10 Sektor
Kode I O
Sektor Koefisien
Tenaga Kerja Rangking
1 -14 Pertanian
0.2 15 4
15 Pertambangan Penggalian
9.441 1
16-26 Agroindustri
0.017 9
27-31 Non Agroindustri
0.016 10
32 Listrik, Gas Air Bersih
0 .030 8
33 Bangunan
0 .763 2
34-35 Perdagangan, Hotel Resto
0 .185 6
36 Angkutan Komunikasi
0 .229 3
37 Keuangan, Persewaan
Jasa Perusahaan 0.0 36
7 38-40
Jasa 0.1 19
5
Sumber: Tabel I-O Kabupaten Pasuruan, 2000 Diolah
Salah satu hal terpenting dalam analisis ketenagakerjaan adalah mengukur produktivitas tenaga kerja. Pada penelitian ini, nilai produktivitas
tenaga kerja dihitung dari rasio nilai tambah bruto sektoral terhadap jumlah tenaga kerja pada masing-masing sektor. Dari nilai ini dapat diketahui sejauh
mana efektivitas penggunaan input tenag a kerja dalam penciptaan nilai tambah untuk setiap sektor perekonomian.
Sektor yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi adalah jasa pemerintahan umum dan pertahanan dengan tingkat produktivitas sebesar
Rp 49 .49 jutaTK. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa pemerintahan umum dan pertahanan menghasilkan nilai tambah
sebesar Rp 49.49 juta. Sektor yang memiliki produktivitas terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan tingkat produktivitas sebesar
Rp 70 000 TK. Sektor yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi berikutnya adalah industri makanan ternak dengan tingkat produktivitas sebesar Rp 27.06
j ut aTK. I ndustri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, sayur dan buah, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta industri susu dan makanan dari
susu termasuk kedalam lima sektor yang memiliki nilai produktivitas tertinggi. I ndustri gula di Kabupaten Pasuruan memiliki tin gkat produktivitas sebesar
Rp 15.37 juta TK sedangkan tingkat produktivitas perkebunan tebu seb esar Rp 0.83 juta TK. Tingkat produktivitas industri gula masih lebih tinggi
dibandingkan tingkat produktivitas rata- rata seluruh sektor 11.10 jutaTK. Nilai tambah yang mampu diciptakan oleh satu orang tenag a kerja pada industri gula
adalah Rp 15.37 juta. Dilihat dari tingkat upah, jasa pemerintahan umum dan pertahanan
merupakan sektor yang memb erikan tingkat upah tertinggi. Besarnya upah yang diterima tiap pekerja pada sekt or ini adalah Rp 47.14 j ut atahun sedangkan upah
rat a-rata untuk seluruh sektor adalah Rp 4.90 juta TK tahun. Tingkat upah terendah diterima oleh pekerja yang bekerja di sektor pertambangan dan
penggalian, kelapa dan sektor bangunan. Tingkat upah yang ditawarkan oleh industri gula tergolong tingkat upah tinggi, karena nilai rasio upah TK industri
gula jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata rasio upah TK di Kabupaten Pasuruan. Tiap pekerja pada industri gula menerima upah sebesar
Rp 8.29 juta tahun. Dari uraian diatas terlihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai produktivitas yang tinggi akan memiliki rasio upah yang relatif tinggi
sebaliknya sektor-sektor yang memiliki produktivitas rendah juga memiliki rasio upah yang relatif rendah. Rincian rasio upah TK sektoral dapat d ilihat pada Tabel
38 sedangkan rangking rasio upah TK disajikan pada Tabel 39.
7.2. Peranan I ndustri Gula d alam Perekonomian Daerah 7.2.1. Keterkaitan I ndustri Gula