merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja dikatakan juga semiologi. Dalam memahami studi tentang makna setidaknya
terdapat tiga unsur utama yakni; 1 tanda, 2 acuan tanda, dan 3 pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita,
tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya;
mangacungkan jempol kepada kawan kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagai pujian dari saya dan ini diakui seperti itu baik oleh
saya maupun teman saya yang berprestasi. Makna disampaikan dari saya kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun berlangsung.
Pembacaan secara semiotika ini melalui dua tahap, yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik.
3.4.1 Teknik baca heuristik
Sastra adalah lembaga masyarakat yang bermedium bahasa, dan bahasa adalah ciptaan masyarakat. Sebagai karya kreatif karya sastra
diciptakan oleh pengarang, yang notabene anggota masyarakat, yang dilingkupi oleh suatu budaya tertentu. Dengan demikian kosa kata yang
dipergunakan dalam karya kreatifnya itu juga memiliki kekhasan dan ciri khusus yang tidak jarang membutuhkan keahlian khusus untuk
mengungkap makna sesungguhnya yang disampaikan oleh pengarang melalui karya yang diciptakan. Oleh karena itu, untuk mengungkap
konvensi bahasa digunakan pembacaan heuristik, yaitu membaca sesuai dengan kode bahasa yang ada.
Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem
semiotik tingkat pertama. Pembacaan heuristik cerkan cerita rekaan adalah pembacaan ”tata bahasa” ceritanya, yaitu pembacaan dari awal
sampai akhir cerita secara berurutan. Untuk mempermudah pembacaan ini dapat berupa pembuatan sinopsis cerita. Cerita yang beralur sorot balik
dapat dibaca secara alur lurus. Pembacaan heuristik itu adalah penerangan kepada bagian-bagian cerita secara berurutan. Begitu juga,
analisis bentuk formalnya merupakan pembacaan heuristik Pradopo, 2005:135; baca pula Jabrohim, 2001 : 96.
Kerja heuristik merupakan pembacaan karya sastra pada sistem semiotik tingkat pertama. Ia berupa pemahaman makna sebagaimana yang
dikonvensikan oleh bahasa yang bersangkutan. Jadi, bekal yang dibutuhkan adalah bekal tentang pengetahuan sistem bahasa itu,
kompetensi terhadap kode bahasa. Kerja heuristik menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat, actual meaning.
Namun, dalam banyak kasus karya sastra, makna yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pengarang justru diungkapkan hanya secara tersirat, dan
inilah yang disebut sebagai makna intensional, intenstional meaning. Untuk itu, kerja penafsiran karya sastra haruslah sampai pada kerja
hermeneutik, yaitu berupa pemahaman karya sastra pada tataran semiotik
tingkat kedua. Artinya, berdasarkan makna dari hasil kerja heuristik di atas, dicobatafsirkan makna tersiratnya, signifikansinya. Jika pada tataran
kerja heuristik dibutuhkan pengetahuan tentang kode bahasa, pada tataran kerja hermeneutik dibutuhkan pengetahuan tentang kode-kode yang lain,
khususnya kode sastra dan kode budaya Nurgiyantoro, 2005:33. Jadi, jelaslah bahwa membaca hermeneutik jauh lebih sulit daripada
pembacaan heuristik.
3.4.2 Teknik baca hermeneutik