kepentingan kelompok sosial tertentu dalam pertentangannya dengan kelompok lain Purwanto,2005:129-132; baca pula Rosanti, 2008.
Historisme baru telah mendorong munculnya kesadaran dekonstruktif bahwa kehidupan sehari-hari juga merupakan bagian yang integral dari proses
sejarah. Kesadaran dekonstruktif itu sangat kelihatan pada historiografi tradisional dalam penulisan sejarah yang bersifat profetis atau mengandung ramalan
Sugihastuti, 2002:163. Lebih tegas lagi pendapat Purwanto yang mengatakan, historisme baru
telah mendorong munculnya sebuah tradisi historiografis yang demokratis, yang memberi kebebasan kepada sejarawan untuk merekonstruksi fakta masa lalu
melalui imajinasi metodologisnya untuk menghasilkan beragam narasi sejarah 2005:137. Sebab keobjektifan mutlak tidak pernah tercapai karena beberapa hal
: a. fakta-fakta tidak pernah lengkap, selalu fragmentarik; b. penulis sejarah mau tidak mau harus berlaku selektif : tidak semua fakta dan data sama penting dan
relevannya, dia harus memilih, dan kriteria yang objektif untuk untuk seleksi tidak ada; c. penulis itu sendiri adalah manusia yang latar belakang,
kecenderungan, pendiriannya bersifat subjektif, ditentukan oleh pengalaman, situasi dan kondisi hidupnya sebagai manusia sosio-budaya dalam masa dan
masyarakat tertentu Teeuw, 1988:244-245.
2.3 Nasionalisme Bangsa Indonesia
Nasionalisme adalah suatu ideologi yang memandang seluruh rakyat yang menginginkan membangun masa depannya bersama sebagai suatu nasion
Bahar,1998:147. Istilah nasion atau bangsa adalah sekelompok besar manusia
yang membentuk kesatuan politik yang merdeka, dan merupakan subjek dari suatu pemerintahan pusat tertinggi; mendiami suatu kawasan geografis dengan tapal
batas tertentu, selanjutnya ditentukan oleh warisan ras, kebiasaan dan adat istiadat budaya, jiwa yang sama serta merasa bersatu Webster Dictionary dalam
Fernandes 1988:3. Jelaslah di dalam pengertian bangsa setidaknya terdapat empat elemen utama, yakni pertama, rasa persatuan dan kesatuan yang sangat kokoh dan
mengikat; kedua, tradisi, kepentingan, dan cita-cita yang menyatukan bangsa dengan masa lampau dan masa yang akan datang; ketiga, aspirasi nasional yang
didasari oleh kesatuan, kemerdekaan, kebebasan, kekhasan dan keamanan; dan keempat
masyarakat budaya Fernandes, 1988:5. Dapat ditarik sebuah simpulan, nasionalisme adalah suatu cita-cita untuk
membentuk pemerintahan sendiri dari sekelompok manusia yang disatukan oleh bahasa, sejarah dan tradisi yang sama, suatu bentuk perwujudan loyalitas yang
tinggi terhadap tanah airnya. Nasionalisme sebagai landasan ideologis bagi keberadaan sebuah
komunitas politik mengalami pasang surut sepanjang sejarahnya Hikam, 1999:96. Timbulnya nasionalisme di Indonesia berkaitan erat dengan
kolonialisme Belanda Suhartono, 1994:6. Melalui keinginan bersama yang didasarkan oleh persamaan kepentingan dalam menghadapi kolonialisme inilah
yang merupakan dasar nasionalisme. Khusus mengenai nasionalisme Indonesia, Utomo 1995:24 menulis, nasionalisme mengalami pertumbuhan dan
perkembangan pada masa lalu seirama dengan dinamika pertumbuhan dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia.
Dalam sejarah Indonesia nasionalisme berkaitan dengan pergerakan kebangsaan Indonesia yang merupakan fenomena historis yang muncul sebagai
jawaban reaksi terhadap gejala khusus yang kompleks yang ditimbulkan oleh situasi kolonial Belanda. Nasionalisme di Indonesia telah diawali dengan
tumbuhnya upaya-upaya pencarian jatidiri oleh pemimpin masyarakat untuk memotivasi mengadakan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Perkembangan selanjutnya adalah pencarian identitas sebagai bangsa yang berdasarkan kesatuan kultural, sebagaimana dilakukan oleh Budi Utomo.
Munculnya kaum cendekiawan dan aktivis yang berpendidikan modern melahirkan sintesa dan pemahaman baru mengenai nasionalisme, yang ternyata
berhasil memadukan berbagai elemen yang ada. Di bawah pemimpin pergerakan seperti Sukarno, Hatta, dan Sjahrir paham nasionalisme dapat dirumuskan yang
pada gilirannya mampu menjadi payung bagi berbagai identitas kelompok. Nasionalisme ini menggunakan landasan pengalaman bersama sebagai kaum
terjajah dan cita-cita untuk mendirikan sebuah negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur Hikam, 1999:101.
2.4 Peta Sejarah Indonesia