Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KEBERHASILAN USAHA PERIKANAN RAKYAT

(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

TESIS

Oleh

BARMEN LAMSIHAR MANURUNG

097039032

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KEBERHASILAN USAHA PERIKANAN RAKYAT

(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Barmen Lamsihar Manurung

097039032/MAG

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul :Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat

(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

Nama : Barmen Lamsihar Manurung

NIM : 097039032

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D

Ketua Anggota

H M Mozart B Darus, M.Sc

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

ABSTRAK

BARMEN LAMSIHAR MANURUNG. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Binaan Pemerintah dan Usaha Perikanan Binaan Swasta (Di bawah bimbingan Ir. DIANA CHALIL, MSi, PhD sebagai ketua dan H.M. MOZART B. DARUS, MSc sebagai anggota)

Sektor perikanan dan kelautan merupakan sektor potensial yang akan dikembangkan di Serdang Bedagai. Program tersebut melibatkan pemerintah dan swasta. Kenyataannya perkembangan pembudidaya binaan swasta jauh lebih baik dibandingkan dengan pembudidaya binaan pemerintah. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha pembudidaya binaan pemerintah dan usaha pembudidaya swasta digunakan data dari 30 orang pembudidaya binaan pemerintah dan 20 orang pembudidaya binaan swasta.

Data di analisis dengan Uji Mann Whitney dan Regresi Logit Biner. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat keberhasilan kelompok usaha perikanan binaan swasta dengan kelompok usaha perikanan binaan pemerintah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan tersebut adalah luas kolam, pengalaman, manajemen kelompok, kepatuhan, dan pelatihan/pendampingan.

Kata kunci : usaha perikanan, binaan pemerintah, binaan swasta, tingkat keberhasilan, faktor-faktor yang mempengaruhi.


(5)

ABSTRACT

BARMEN LAMSIHAR MANURUNG. Factors Affecting the Success Rate Fishery Patronage Patronage Government and Private Fishery Enterprises (Under the guidance of Ir. DIANA Chalil, MSi, PhD as chairman and HM MOZART B. Darus, MSc as a member)

Fishery and marine sectors are the potential sectors to be developedin Serdang Bedagai. This program involves the government and private sector. In fact, the development of private assisted farmers is much better compared to that of government assisted cultivators. To analyze the factors influencing the level of success of the business run by both government and private assisted farmersn the data were obtained from 30 government assisted farmers and 20 private assisted farmers.

The data obtained were analyze through Mann Whitney test and Biner Logit Regression test. The result of business groups assited by private sector and those assisted by the government. The factors influencing the level of success are pond area, experience, group management, compliance, and training/guidance

Keyword : fishery business, government assisted, private assisted, level of success, factor influencing.


(6)

RIWAYAT HIDUP

BARMEN LAMSIHAR MANURUNG, lahir di Sei Bamban, Kab.

Serdang Bedagai pada tanggal 08 Desember 1985 dari Bapak H. Manurung dan

ibu N. Br Butar-Butar. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar Negeri 165735 Tebing Tinggi, tamat

tahun 1998

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tebing Tinggi,

tamat tahun 2001

3. Tahun 2001masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tebing Tinggi, tamat

tahun 2004

4. Tahun 2004 diterima di Fakultas Peternakan, Jurusan Sosial Ekonomi

Peternakan Universitas Andalas Padang, tamat tahun 2009

5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Adapun

judul dari tesis ini adalah “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat (Studi Kasus: Desa Sei Bamban,

Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)”

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ir. Diana Chalil, MSi, PhD selaku ketua komisi pembimbing yang telah

mengajari, memotivasi dan membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc selaku anggota komisi Pembimbing yang

telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

3. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Program Studi Magister

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Instansi dan responden yang terkait dalam penelitian ini yang telah

banyak membantu penulis dalam memperoleh data.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada ayahanda H.

Manurung dan Ibunda N. Br Butar-Butar dan juga kepada Oppung Boru tercinta,

Adik saya Putra Leo Manurung beserta keluarga besar yang telah mendorong dan

memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan ke 2 dan


(8)

terimakasih saya ucapkan kepada teman-teman yang ada di kantor BPKP Berohol

Serdang Bedagai yang telah member dukungan dan semangat sehingga penilis

dapat menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Juli 2013


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1. Potensi Perikanan ... 6

2.1.2. Kemitraan ... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Teori Umum Kemitraan agribisnis ... 9

2.2.2. Indikator-indikator Keberhasilan Kemitraan ... 11

2.2.3. Biaya Produksi ... 14

2.2.4. Produksi ... 14

2.2.5. Pendapatan ... 15

2.2.6. Luas Lahan ... 16

2.2.7. Pendidikan ... 17

2.2.8. Penelitian Terdahulu ... 17

2.2.9. Kerangka Pemikiran ... 19

2.3. Hipotesis ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 21

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3. Metode Penentuan Data ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 22

3.4.1. Model Analisis ... 22

3.4.2. Pengujian Paramentrik ... 26

3.5. Defenisi Operasional Penelitian ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 30

4.1.1. Luas dan Batas Wilayah ... 30


(10)

4.1.3. Karakteristik usaha budiaya ikan lele dan Usaha budidaya

belut ... 31

4.1.4. Pola Tanam ... 31

4.1.5. Pemberian Pakan ... 32

4.1.6. Tenaga Kerja ... 32

4.2. Deskripsi Data Variable Penelitian ... 33

4.3. Hasil Analisis ... 34

4.3.1. Perkembangan usaha perikanan binaan pemerintah dan usaha perikananan binaan swasta ... 34

4.3.2. Perkembangan omzet dan laba rugi ... 36

4.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha perikanan ... 37

4.3.4. Pengujian parameter ... 37

4.3.5. Perbedaan pertambahan pendapatan dan pertumbuhan aset antara kelompok usaha perikanan binaan pemerintah dan kelompok usaha perikanan binaan swasta ... 45

V. KESIMPILAN DAN SARAN ... 48

5.1. Kesimpulan ... 48

5.2. Saran ... 48


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Aset Kelompok Tani Pembudidaya Binaan Pemerintah ... 3

Tabel 2. Aset Kelompok Tani Pembudidaya Binaan Swasta ... 3

Tabel 3. Kelompok Pembudidaya Binaan Pemerintah ... 3

Tabel 4. Kelompok Pembudidaya Binaan Swasta ... 4

Tabel 5. Jumlah Populasi dan Sampel Pembudidaya ... 21

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Sei Bamban ... 31

Tabel 7. Deskripsi data variable ... 33

Table 8. Perkembangan usaha perikanan binaan Pemerintah dan usaha perikanan binaan Swasta ... 35

Table 9. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha perikanan .. 37

Table 10. Hasil Uji Omnibus Hasil Uji Hosmer and Lemeshow ... 43

Table 11. Pertambahan pendapatan dan pertumbuhan aset ... 46

Table 12. Uji Perbedaan Tingkat Keberhasilan antara Kelompok Perikanan Binaan Pemerintah dan Kelompok Binaan Swasta ... 47


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema rangka pemikiran ... 19 Gambar 2. Perkembangan Jumlah anggota kelompok usaha perikanan

binaan pemerintah dan anggota kelompok usaha perikanan binaan swasta ... 36


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Analisis Logit ... 53

Lampiran 2. Compare Mean ... 60

Lampiran 3. Uji Mann Whitney ... 63

Lampiran 4. Nilai Rata-rata Pertambahan Pendapatan dan Pertumbuhan Aset ... 64

Lampiran 5. Skor Managemen Kelompok ... 65

Lampiran 6. Skor Kepatuhan ... 67

Lampiran 7. Skor Pelatihan dan Pendampingan ... 69

Lampiran 8. Analisis Usaha Perikanan Binaan Pemerintah Musim ... 71

Lampiran 9. Penerimaan, Pendapatan dan Aset Binaan Pemerintah Musim I ... 73

Lampiran 10. Analisis Usaha Perikanan Binaan Pemerintah Musim II ... 75

Lampiran 11. Penerimaan, Pendapatan dan Aset Binaan Pemerintah Musim II ... 77

Lampiran 12. Skor Pertambahan Pendapataan Kelompok Binaan Pemerintah ... 79

Lampiran 13. Skor Pertumbuhan aset (%) Kelompok Binaan Pemerintah .... 80

Lampiran 14. Analisis Usaha Perikanan Binaan Swasta Musim I ... 81

Lampiran 15. Penerimaan, Pendapatan dan Aset Binaan Swasta Musim I ... 83

Lampiran 16. Analisis Usaha Perikanan Binaan Swasta Musism II ... 84

Lampiran 17. Penerimaan, Pendapatan dan Aset Binaan Swasta Musim II .. 86

Lampiran 18. Skor Pertambahan Pendapatan Kelompok Binaan Swasta ... 87

Lampiran 19. Skor Pertumbuhan Aset (%) Kelompok Binaan Swasta ... 88

Lampiran 20. Dummy Tingkat Keberhasilan (Skor Pertambahan Pendapatan dan Pertumbuhan Aset) ... 89


(14)

ABSTRACT

BARMEN LAMSIHAR MANURUNG. Factors Affecting the Success Rate Fishery Patronage Patronage Government and Private Fishery Enterprises (Under the guidance of Ir. DIANA Chalil, MSi, PhD as chairman and HM MOZART B. Darus, MSc as a member)

Fishery and marine sectors are the potential sectors to be developedin Serdang Bedagai. This program involves the government and private sector. In fact, the development of private assisted farmers is much better compared to that of government assisted cultivators. To analyze the factors influencing the level of success of the business run by both government and private assisted farmersn the data were obtained from 30 government assisted farmers and 20 private assisted farmers.

The data obtained were analyze through Mann Whitney test and Biner Logit Regression test. The result of business groups assited by private sector and those assisted by the government. The factors influencing the level of success are pond area, experience, group management, compliance, and training/guidance

Keyword : fishery business, government assisted, private assisted, level of success, factor influencing.


(15)

RIWAYAT HIDUP

BARMEN LAMSIHAR MANURUNG, lahir di Sei Bamban, Kab.

Serdang Bedagai pada tanggal 08 Desember 1985 dari Bapak H. Manurung dan

ibu N. Br Butar-Butar. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar Negeri 165735 Tebing Tinggi, tamat

tahun 1998

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tebing Tinggi,

tamat tahun 2001

3. Tahun 2001masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tebing Tinggi, tamat

tahun 2004

4. Tahun 2004 diterima di Fakultas Peternakan, Jurusan Sosial Ekonomi

Peternakan Universitas Andalas Padang, tamat tahun 2009

5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional

terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi nelayan atau

pembudidaya ikan, sumber protein hewani yang bernilai gizi tinggi, serta sumber

devisa yang sangat potensial (Djazuli,2002).

Potensi perikanan dan kelautan yang terdapat di berbagai wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai akan terus dikembangkan pada masa-masa

mendatang dalam upaya menjadikan Serdang Bedagai sebagai salah satu daerah

produsen ikan terbesar khususnya ikan air tawar dan ikan air payau (hasil

tambak). Potensi perikanan budidaya air tawar yang terdapat di Kabupaten

Serdang Bedagai saat ini lebih 20.000 hekter meliputi kolam air tenang 6.908

hektar, keramba 425 unit, kolam air deras dan budidaya ikan disawah 12.350

hektar, kolam pekarangan/kolam pancing 744 hektar, pembenihan 75 hektar,

sedangkan potensi budidaya air payau atau tambak mencapai 400 hektar.

Kapasitas produksi dengan luas kolam 100 m² adalah 10000 -15.000 kg (Dinas

Perikanan dan Kelautan Serdang Bedagai, 2011).

Tingginya permintaan pasar akan kebutuhan ikan setiap hari merupakan

tantangan bagi nelayan dan pembudidaya ikan di Kabupaten Serdang Bedagai

untuk meningkatkan produksi ikan dari daerah ini. Untuk memenuhi kebutuhan

itu, potensi perikanan yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu

perikanan tangkap di kawasan perairan laut dan budidya ikan tambak harus dapat


(17)

Serdang Bedagai. Hal ini dikemukakan oleh Bupati Serdang Bedagai H.T.

Erry Nuradi di hadapan lima ratus pembudidaya ikan.

Menurut Effendi (2004), perikanan budidaya berdasarkan sumber air dibagi

menjadi tiga yaitu budidaya air tawar (freshwater culture), budidaya air payau (brackishwater culture), dan budidaya laut (mariculture). Tingginya peluang dalam perikanan budidaya menyebabkan banyak masyarakat mulai tertarik pada

sektor ini. Dalam pengembangannya, petambak mendapat binaan baik dari

Pemerintah maupun Swasta. Namun demikian jika dibandingkan terlihat indikasi

bahwa binaan Swasta cenderung lebih berkembang dibandingkan dengan

Pemerintah.

Sesuai program nasional Departemen Kelautan dan Perikanan bahwa

peningkatan produksi perikanan 5 tahun ke depan yang ditargetkan sebesar 300%

dari produksi budidaya perikanan, maka komoditi ikan tidak hanya dari perikanan

tangkap di laut tapi harus dapat dipenuhi melalui pengembangan budidaya

tangkap dengan berbagai jenis ikan seperti ikan lele, ikan patin, bandeng, dan ikan

kerapu. Dalam mencapai target produksi nasional itu maka potensi perikanan

budidaya di Kabupaten Serdang Bedagai yang cukup luas harus dimanfaatkan

secara optimal oleh masyarakat pembudidaya ikan.

Dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Serdang bedagai mempunyai

harapan kepada pembudidaya yang ada di serdang bedagai untuk dapat

meningkatkan gairah dalam melakukan usaha budidaya ikan. Sehingga dapat

memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dengan target peningkatan


(18)

Sebagai contoh dapat dilihat dari data yang diperoleh dari penyuluh

perikanan Kabupaten Serdang Bedagai 2012, dapat diketahui bahwa kelompok

pembudidaya binaan Pemerintah dan binaan Swasta di Kecamatan Sei Bamban

sebagai berikut :

Tabel 1. Aset Kelompok Pembudidaya Binaan Pemerintah, 2012

No Nama Kelompok tani Luas kolam (m²)

1 Sejahtera 2700

2 Serasi 2850

3 Mawar 2500

Sumber : Penyuluh Perikanan, 2012

Table 2. Aset Kelompok Pembudidaya Binaan Swasta, 2012

No Nama Kelompok Tani Luas kolam (m²)

1 Tenang 2380

2 Saroha 2100

Sumber : Penyuluh Perikanan, 2012

Dari data terlihat bahwa luas kolam yang dimiliki oleh pembudidaya binaan

pemerintah lebih luas dibandingkan dengan pembudidaya binaan swasta. Karena

pembudidaya binaan swasta memanfaatkan perkarangan rumah dengan

menggunakan terpal.

Table 3. Kelompok pembudidaya Binaan Pemerintah, 2012

No Nama

Kelompok Budidaya

Jumlah Anggota Awal (2007)

Jumlah Anggota Sekarang

(2012)

Perubahan (%)

1 Sejahtera Lele 20 27 35

2 Serasi Lele 20 27 35

3 Mawar Lele 20 27 35

Jumlah 60 81 105


(19)

Table 4. Kelompok Pembudidaya Binaan Swasta, 2012

No Nama

kelompok Budidaya

Jumlah Anggota Awal (2007)

Jumlah Anggota Sekarang

(2012)

Perubahan (%)

1 Tenang Belut 10 25 150

2 Saroha Belut 10 25 150

Jumlah 20 50 300

Sumber : Penyuluh Perikanan, 2012.

Dari data terlihat bahwa dengan ketersediaan dana Pemerintah dan

pemberian bantuan dalam bentuk hibah, sejak awal Pemerintah dapat membina

kelompok tani dalam jumlah yang relatif banyak. Sebaliknya Swasta tidak

memberikan bantuan cuma - cuma dan hanya dapat membina pembudidaya dalam

jumlah relatif sedikit. Namun demikian dalam kurun waktu lima tahun ternyata

perkembangan jumlah anggota pada kelompok binaan Pemeritah sebesar 35%,

sebaliknya jumlah anggota binaan Swasta meningkat sebesar 150%.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih jauh tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

keberhasilan usaha perikanan rakyat”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan usaha perikanan binaan Pemerintah dan usaha

perikanan binaan Swasta ?


(20)

3. Apakah ada perbedaan pertambahan pendapatan dan pertumbuhan aset antara

usaha kelompok perikanan binaan Pemerintah dan usaha kelompok perikanan

binaan Swasta?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis perkembangan usaha perikanan binaan Pemerintah dan

usaha perikanan binaan Swasta.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha

perikanan.

3. Untuk menganalisis perbedaan pertambahan pendapatan dan pertumbuhan aset

antara usaha kelompok perikanan binaan Pemerintah dan usaha kelompok

perikanan binaan Swasta.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukkan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan kemitraan

usaha budidaya perikanan.


(21)

I.

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Tinjauan Pustaka

1.1.1. Potensi Perikanan

Budidaya perikanan adalah mengusahakan kecukupan pangan, khususnya

pemenuhan kebutuhan protein hewani dari sumber perikanan. Sektor perikanan

sendiri bersifat ekstraktif dan lebih mudah diusahakan untuk penyediaan konsumsi

protein hewani yang murah ( Murtidjo, 2001). Peningkatan perkembangan sektor

perikanan saat ini cukup pesat, hal ini tentunya banyak menyerap tenaga kerja

yang cukup banyak, sehingga akan mengurangi angka pengangguran serta dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak

langsung dan memungkinkan berkembangnya bidang lain yang saling berkaitan

satu dengan lainnya. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang

sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di

Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan

di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi

budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah

dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat

memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka

memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di

rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut

mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan


(22)

Menurut Bungaran Saragih (2001) dimasa akan datang, kesempatan sub

sektor perikanan untuk tumbuh masih terbuka luas, baik dilihat dari sisi

penawaran maupun dari sisi permintaan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka

usaha-usaha menjadikan sektor perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi

baru sangat mungkin dilakukan mengingat potensi sumber daya perikanan di

Indonesia sangat melimpah. Sampai saat ini usaha perikanan nasional masih

banyak didominasi oleh usaha dengan skala kecil (perikanan rakyat) yang

menggunakan modal investasi terbatas, teknologi sederhana, sangat dipengaruhi

musim dan untuk konsumsi lokal.

Karena konsumsi lele dan belut sangat tinggi baik di pasaran lokal maupun luar negeri. Sementara saat ini, belut masih kekurangan pasokan untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi belut. Pangsa pasar ekspor belut di dunia sangat tinggi. Permintaan belut dari negara-negara Uni Eropa hingga kini belum terpenuhi. Oleh sebab itu, prospek bisnis belut sangat menjanjikan. Pembudidaya belut tidak perlu merasa takut hasil panennya tidak ada yang beli. Jika disalurkan atau bekerja sama dengan mitra yang bisa dipercaya, pemasaran belut bukan lagi masalah.

1.1.2. Kemitraan

Dalam penjelasannya Hafsah (2000), mengatakan bahwa dalam

pengembangan usaha kecil disktor perikanan di Indonesia, terdapat beberapa pola

atau bentuk kemitraan antara usaha kecil atau petani dengan pengusaha besar,

yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Pola kemitraan inti-plasma. Pada pola ini umumnya merupakan hubungan


(23)

bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi,

bimbingan teknis, manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil

produksi. Sedangkan kelompok mitra berkewajiban memenuhi kebutuan

perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati bersama.

Pola ini dapat diterapkan dalam pengembangan Tambak Inti Rakyat.

2. Pola Kemitraan subkontrak. Pola ini merupakan pola kemitraan antara

perusahaan dengan kelompok mitra yang memproduksi komponen yang

diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari hasil produksinya. Pada pola

ini ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama yang

menyangkut volume, harga, mutu dan waktu. Pola ini sangat bermanfaat

dalam transfer alih teknologi, modal, ketrampilan, dan produktifitas.

3. Pola Kemitraan dagang umum. Pola ini merupakan hubungan usaha dalam

pemasaran hasil produksi. Dalam pola ini pihak yang terlibat adalah pihak

pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas tertentu. Penerapan

pola banyak dijumpai pada kegiatan agribisnis hortikultura, dimana

kelompok tani hortikultura bergabung dalam bentuk koperasi kemudian

bermitra dengan swalayan atau kelompok supermarket. Pihak kelompok tani

berkewajiban memasok barang-barang dengan persyaratan dan kualitas

produk yang telah disepakati bersama.

4. Pola kemitraan kerjasama operasional. Pola kemitraan ini merupakan pola

hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan

mitra. Umumnya kelompok mitra adalah kelompok yang menyediakan lahan,

sarana dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya,


(24)

perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar dengan

meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan.

Pola ini sering diterapkan pada usaha perkebunan tebu, tembakau, sayuran

dan pertambakan. Dalam pola ini telah diatur tentang kesepakan pembagian

hasil dan resiko.

Kemitraan usaha pertanian/perikanan adalah kerjasama usaha antara

perusahaan mitra dengan kelompok mitra di bidang pertanian/perikanan. Secara

formal, konsepsi kemitraan telah tercantum dalam Undang-undang (UU) Nomor

31 Tahun 2004 pasal 63 tentang Perikanan yang berbunyi : "Pengusaha perikanan

mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan dengan kelompok

nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, baik dari sumber dalam negeri maupun

sumber luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku".

Keputusan Menteri Pertanian No : 940/Kpts.OT.210/10/97 Bab 1 pasal 2

tentang pedoman Kemitraan usaha pertanian menyebutkan bahwa tujuan

kemitraan usaha pertanian/perikanan adalah untuk meningkatkan pendapatan,

kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra,

peningkatan skala usaha dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan kelompok mitra yang mandiri.

1.2. Landasan Teori

1.2.1. Teori Umum Kemitraan Agribisnis

Martodireso, S dan Suryanto, W.A, (2002) mengatakan bahwa kemitraan


(25)

terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan, dan ketrampilan yang didasari

saling percaya antara perusahaan mitra dan kelompok melalui perwujudan sinergi

kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling

menguntungkan dan saling memperkuat.

Kemitraan adalah kerjasama yang sinergis antar dua atau lebih pihak untuk melaksanakan suatu kegiatan (in acion with). Kerjasama tersebut merupakan pertukaran sosial yang saling memberi (sosial rewards), bersifat timbal balik (dyadic) dan saling menerima (reinforcement) (Mardikanto, 2009).

Pada dasarnya tujuan dan manfaat kemitraan adalah win-win solution partnership. Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan

yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar yang setara

berdasarkan peran masing-masing (Sutawi, 2002)

Kemitraan mempunyai beberapa prinsip dasar yang harus dilakukan agar

proses kemitraan tersebut dapat berjalan baik serta tujuan dapat tercapai.

Mardikanto (2009) mengatakan bahwa prinsip-prinsip kemitraan adalah saling

membutuhkan, saling ketergantungan, saling percaya, saling menguntungkan,

saling mendukung, saling membangun dan saling melindungi.

Salah satu indikator keberhasilan dari suatu pembangunan ekonomi adalah

adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat. Fokus terhadap pertumbuhan seringkali

menimbulkan efek samping berupa kesenjangan dan ketimpangan, yaitu

ketimpangan antar wilayah, antar desa dan kota, ketimpangan antar sektor, dan

lainlain, akibat dari kurang diperhatikannya keseimbangan, pemerataan dan

keadilan. Tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah kesejahteraan yang


(26)

masyarakat. Dengan demikian makin dirasakan betapa pentingnya kemitraan

dalam era pembangunan dewasa ini dan di masa mendatang untuk menjembatani

lapisan masyarakat yang belum tersentuh oleh derasnya arus pembangunan secara

lebih merata ke semua lapisan masyarakat sesuai dengan peran dan partisipasi

aktif dalam pembangunan serta menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut

(Hafsah, 2000).

Karena merupakan suatu strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan sangat

ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan

etika bisnis. Dengan kata lain keberhasilan kemitraan merupakan resultan dari

konsistensi dalam penerapan etika bisnis, perencanaan yang tepat dibarengi

dengan strategi yang jitu serta proses pelaksanaan yang selalu dimonitor,

dievaluasi dalam lingkungan dan kondisi yang kondusif serta hal yang tidak dapat

dipungkiri adalah faktor keberuntungan ( Hafsah,2000).

Kemitraan juga harus memadukan prosedur guna memastikan kemajuan pada program-program tindakan efektif dan meletakkan hal-hal dengan benar ntuk menjaga masalah-masalah tidak timbul dan berkembang dalam kemitraan ( Linton, 1997).

1.2.2. Indikator-Indikator Keberhasilan Kemitraan

Indikator-indikator keberhasilan kemitraan berkaitan erat dengan pola

kemitraan yang diterapkan perusahaan. Pola kemitraan mendasari latar belakang

kemitraan, tujuan kemitraan dan ketentuan-ketentuan dalam kemitraan.

Indikator-indikator keberhasilan suatu kemitraan disesuaikan dengan pola kemitraan yang

diterapkan oleh perusahaan. Namun, ada beberapa indikator yang berlaku secara

umum dan digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu kemitraan,


(27)

1) Pada Penelitian Putro (2008), Aryani (2008), dan Iftaudin (2005), pendapatan

mitra merupakan indikator keberhasilan petani mitra. Ukuran pendapatan

digunakan karena memilki cakupan yang luas, yaitu mencakup ukuran tunai dan

ukuran-ukuran non tunai. Penelitian keberhasilan kemitraan berdasarkan

pendapatan dilakukan dengan melihat pendapatan kotor usahatani, pendapatan

bersih usahatani, dan RC rasio (Soekartawi, 1986). RC rasio biasanya digunakan

oleh peneliti untuk melihat perbandingan petani mitra dan petani lain yang tidak

tergabung dalam kemitraan.

2) Pertumbuhan aset usahatani mengidikasikan keberhasilan petani mitra dalam

meningkatkan skala usahanya. Pertumbuhan aset erat kaitannya dengan akumulasi

kapital, yaitu besarnya pendapatan yang disisihkan untuk menambahkan modal

usaha (Soekartawi, 1986). Pertumbuhan aset yang tinggi menunjukan

perkembangan usahatani dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi

kemandirian petani mitra dan pertumbuhan sektor pertanian suatu daerah.

3) Transparansi antara perusahaan dengan petani mitra (Putro, 2008). Tranparansi

dapat meminimalisir kecurangan baik dari pihak perusahaan ataupun pihak

peternak mitra. Transparansi sangat penting dalam kemitraan usahatani biasanya

berkaitan dengan penjualan produk. Pihak perusahaan harus memberikan catatan

yang lengkap agar petani mitra mengetahui seberapa besar hak yang diterimanya

sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Petani mitra juga harus bisa

menjelaskan aktifitas budidaya yang dilakukan, kondisi sumberdaya, pemberian

pupuk, dan bisa menjelaskan dengan jelas apabila target perusahaan tidak tecapai

atau adanya kegagalan dalam panen. Dalam janka panjang transparansi dapat


(28)

4) Kepatuhan peternak mitra terhadap kontrak (Putro, 2008). Dalam kemitraan,

perusahaan menetapkan kebijakan-kebijakan dalam hal standar produk yang

diterima, pola tanam, dan kewajiban-kewajiban petani lainnya. Namun, masih ada

saja kewajiban-kewajiban yang disetujui antara petani dan perusahaan yang

dilanggar. Sehingga hal ini akan berpengaruh negatif terhadap keuntungan yang

diterima petani dan perusahaan. Selain itu, kepercayaan perusahaan juga akan

menurun apabila petani mitra tidak mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah

disepakati dalam kontrak kemitraan yang telah disepakati sebelumnnya.

5) Menurut Soetardjo (1994) beberapa indikator keberhasilan kemitraan dapat

dirumuskan, diantaranya:

a. Keuntungan perusahaan lebih besar apabila menerapkan sistem kemitraan

daripada mengerjakan sendiri. Dalam kemitraan kedelai edamame, perusahaan

melakukan kemitraan karena memiliki keterbatasan lahan usaha, sehingga

produksi kedelai edamame terbatas dan permintaan pasar tidak dapat

terpenuhi. Kemitraan membantu perusahaan dalam memproduktifkan

sumberdaya modal yang dimilikinya sehingga keuntungan perusahaan dapat

dioptimalkan. Namun, perlu ada kajian yang lebih dalam mengenai

perbandingan tambahan keuntungan melalui kemitraan dengan keuntungan

perusahaan apabila memelihara sendiri dengan menyewa lahan.

b. Adanya kepastian pasar, jumlah, dan harga bagi petani mitra.

c. Peningkatan sumberdaya manusia terutama berkaitan dengan teknis dan

manajemen usaha.

6) Peningkatan jumlah petani mitra dan peningkatan jumlah aset perusahaan yang


(29)

terjadi, maka sistem kemitraan dapat dikatakan semakin berhasil. Kondisi ini

menunjukan adanya perkembangan sistem kemitraan yang dijalankan.

1.2.3. Biaya Produksi

Biaya produksi biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap

(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya

produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya

berhubungan langsung dengan besarnya produksi (Mubyarto, 1994).

1.2.4. Produksi

Faktor-faktor

yang mempengaruhi biaya adalah: Metode kerja, Pekerja, Lokasi, Requirement

alat, Faktor satuan, Budaya, Komposisi sumber daya yang dibutuhkan,

Pendefinisian lingkup pekerjaan, iklim, gempa bumi, badai, banjir, air pasang dan

lain-lain (Mankiw, 2000).

Menurut Soekartawi (2005), faktor produksi memang sangat menentukan

besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman

menunjukkanbahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk,

obat-obatan, tenagakerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang

terpenting diantara faktorproduksi yang lain. Hubungan antara faktor produksi

(input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi.

Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor

produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman

tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal


(30)

menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan,

modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek

manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor

produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi

atau faktor relationship.

1.2.5.

Pendapatan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi

yang ikut dalam proses produksi. Pengukuran pendapatan untuk tiap-tiap jenis

factor produksi yang ikut dalam usaha tergantung kepada tujuannya

(Prawirokusumo, 1990). Pendapatan

Dalam kegiatan perusahaan, pendapatan ditentukan dengan cara

mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang

diperoleh. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya

yang dikeluarkan produsen nilainya adalah positif maka diperolehlah pendapatan.

Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh para pengusaha sebagai

pembayaran dari melakukan kegiatan-kegiatan seperti: menghadapi risiko

ketidakpastian di masa yang akan datang, melakukan inovasi/pembaruan di dalam

berbagai kegiatan ekonomi dan mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar

(Sukirno, 1994).

Menurut Mankiw (2009), jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu

perusahaan sebagai hasil dari penjualan output disebut pendapatan total (Total Revenue-TR). Jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan suatu perusahaan untuk membeli input disebut biaya total (Total Cost-TC). Jadi, keuntungan (profit) dinyatakan sebagai pendapatan total dikurangi dengan biaya total. Sedangkan


(31)

pendapatan usahatani dapat kita hitung dengan mengurangi nilai output total

(penerimaan) dengan nilai total input (biaya). Sisa itu kita namakan pendapatan

pengelola atau management income. Jadi pendapatan itu jumlah yang tersisa

setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar

dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan

(Soekartawi, 1990).

1.2.6. Luas Kolam

Menurut Daniel (2002), luas penguasaan lahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada penerapan teknologi. Karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi cenderung berlebihan (hal ini erat hubungannya dengan konversi luas lahan ke hektar), dan menjadikan usaha tidak efisien.

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan selanjutnya

akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang akan diterima petani.

Mubyarto (1989) menyatakan lahan atau tanah sebagai salah satu faktor produksi

yang merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi

berjalan dan dari mana hasil produksi keluar.

Menurut Rosyidi (2002), yang dimaksud dengan tanah bukanlah sekedar

tanah untuk ditanami atau untuk di tinggali saja, tetapi termasuk pula didalamnya


(32)

bisa menjadi faktor produksi, yang antara lain meliputi: a) tenaga penumbuh dari

pada tanah, baik untuk pertanian, perikanan, maupun pertambangan; b) ikan dan

mineral, baik ikan dan mineral darat (sungai, danau, tambak, kuala, dan

sebagainya) maupun ikan dan mineral laut.

1.2.7. Pendidikan

Singarimbun dan Penny dalam Soekartawi (1999) mengemukakan bahwa

banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan

berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu

kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam

menghasilkan pendapatan bagi rumahtangga.

Batoa (2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu

indikator untuk melihat mutu sumber daya petani. Pendidikan formal dan informal

merupakan ,modal dasar petani untuk dapat mengakses informasi dari berbagai

media, sehingga memudahkan petani untuk menyerapsuatu perubahan inovasi

yang berhubungan dengan perilaku.

1.2.8. Penelitian Terdahulu.

Penelitian yang dilakukan oleh Iftahuddin (2005) mengenai pengaruh kemitraan petani tambak udang terhadap pendapatan usahatani dan efisiensi penggunaan input produksi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pendapatan petani mitra lebih besar dari pada petani non-mitra, namun perbedaan pendapatannya tidak signifikan. Analisis terhadap tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi petani mitra belum optimal karena tenaga kerja terlalu banyak.

Penelitian yang dilakukan oleh Deshinta (2006) melakukan penelitian peranan kemitraan terhadap pendapatan peternak broiler di Kabupaten Sukabumi. Hasil


(33)

penelitian tersebut yaitu kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak.

Witasari (1996) meliputi dampak pola kemitraan Contact farming terhadap pendapatan petani dan eksportir kopi di Kecamatan Sumber Jaya, Lampung Barat. Hasil penelitian tersebut yaitu petani mitra memperoleh pendapatan yang lebih besar, dan dapat disimpulkan bahwa kemitraan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani.


(34)

1.2.9. Kerangka Pemikiran

Gambar. 1. Skema Kerangka Pemikiran

KEMITRAAN

PEMERINTAH SWASTA

Tingkat Keberhasilan 1. Pendapatan 2. Pertumbuhan aset

Tingkat Keberhasilan 1. Pendapatan 2. Pertumbuhan aset

Berbeda 1. Luas kolam

2. Pengalaman 3. Pendidikan 4. Umur 5. Manajemen kelompok 6. Kepatuhan 7. Pelatihan dan

pendampingan 8. Bantuan

permodalan 9. Kepastian

pasar

1. Luas kolam 2. Pengalaman 3. Pendidikan 4. Umur 5. Manajemen kelompok 6. Kepatuhan 7. Pelatihan dan

pendampingan 8. Bantuan permodalan 9. Kepastian pasar Sama


(35)

1.3. Hipotesis

1. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha perikanan adalah Luas

kolam, Pengalaman, Pendidikan, Umur, Manajemen kelompok, Kepatuhan,

Pelatihan, Bantuan permodalan, dan Kepastian pasar

2. Ada perbedaan pertambahan pendapatan dan pertumbuhan asset antara

usaha kelompok perikanan binaan Pemerintah dan usaha kelompok

perikanan binaan Swasta.


(36)

II.

METODE PENELITIAN

2.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Sei Bamban, Kecamatan Sei

Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Metode penentuan daerah penelitian

dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja. Pertimbangan pemilihan daerah

penelitian ini adalah karena daerah ini merupakan salah satu daerah

pengembangan budidaya ikan lele dan belut yang memiliki produksi yang cukup

baik di Kabupaten Serdang Bedagai.

2.2. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan sampel cluster sampling atau metode cluster. Metode cluster adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok dari beberapa kelompok (cluster) dimana setiap kelompok terdiri dari jumlah elemen yang sama maupun berbeda.

Populasi dalam penelitian adalah pembudidaya binaan pemerintah dan

pembudidaya binaan swasta di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban,

Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah sampel dapat dilihat pada tabel 5 dibawah

ini:

Tabel 5. Jumlah populasi dan sampel

Kelompok Usaha Budidaya Populasi Sampel

Binaan Pemerintah 81 81 / 131 x 50 = 30

Binaan Swasta 51 50 / 131 x 50 = 20

Jumlah 131 50


(37)

Menurut Suprian AS (1995), “Minimal sampel 30% (syarat statistik),

terhadap populasi kurang dari 100 bisa diambil 20% - 50% (untuk sampel).

Sampel penelitian adalah sebanyak 50 orang responden dengan demikian telah

memenuhi syarat penarikan sampel. .

2.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dan penyebaran

kuisioner kepada sampel penelitian. Data tersebut berupa data luas lahan,

kapasitas, jumlah anggota perkelompok dan pendapatan, Sedangkan Data

Sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang

Bedagai, Balai Penyuluh Pertanian, dan lembaga terkait serta literature yang

mendukung penelitian ini.

2.4. Metode Analisis Data

2.4.1. Model Analisis

Untuk indentifikasi masalah 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu

dengan melihat kegiatan budidaya binaan pemerintah dan kelompok budidaya

binaan swasta (manajemen kelompok, kepatuhan, kepastian pasar, dan pelatihan).

Untuk indentifikasi masalah 2 dianalisis dengan metode menggunakan

model regresi logit (logit regression) yang menggunakan lebih dari dua variabel independen. Regresi logit sebenarnya sama dengan regresi berganda hanya

variabel terikatnya merupakan variabel dummy (0 dan 1). Regresi logit mempunyai asumsi normalitas meskipun screening data outlier tetap bisa dilakukan


(38)

Model regresi logit menggunakan transformasi logit. Pada model ini yang

diregresikan adalah peluang variabel respon = 1. Model umum regresi logit biner

adalah:

Ln

    −Pi P

1

=

β

1 +

β

2

X

i

+U

Ln (P/(1-P) adalah Odd Ratio (perbandingan resiko)

i

Dimana (p) menyatakan probabilitas terjadinya peristiwa (y =1); y = β1 + β2Xi

+Ui

Dan (p-1) menyatakan probabilitas tidak terjadinya peristiwa (y = 0). . i=1,...6

β0 = Konstanta Keterangan :

X1

X

= Luas kolam (m²)

2

X

= Pengalaman (Tahun)

3

X

= Pendidikan (Tahun)

4

X5 = Manajemen kelompok (Dinamika)

= Umur (Tahun)

X6 = Kepatuhan (SOP)

X7 = Pelatihan dan Pendampingan (ada dan kontiniu)

X8 = Bantuan permodalan (Rupiah/Saprodi)

= 1, jika ada bantuan permodalan

= 0, jika tidak ada bantuan permodalan

X9 = Kepastian pasar (Kontrak)

= 1, jika ada kontrak harga

= 0, jika tidak ada kontrak harga


(39)

Y = Tingkat keberhasilan pembudidaya

Pertambahan pendapatan (Y1) :

Y11 > 80% : Skor 4 50% < Y11 < 80% : Skor 3 10% < Y11 <. 50% : Skor 2 Y11 < Rp 10% : Skor 1

Pertumbuhan aset (Y2)

Y2 > 7 % : Skor 4 5% < Y2 < 7% : Skor 3 1% < Y2 < 5% : Skor 2

Y2 < 1% : Skor 1

Y = Total skor (skor pertambahan pendapatan + pertumbuhan asset)

Rentang total skor : 2 – 8

Total skor < 5 : Tidak berhasil

Total skor > 5 : Berhasil

Untuk menyelesaikan identifikasi masalah 3 yaitu melihat perbedaan

pertambahan pendapatan dan pertumbuhan aset dihitung dengan menggunakan uji

t-test yaitu untuk menguji nilai mean (rata-rata) 2 kelompok yang secara statistik

berbeda. Rumus umumnya adalah:

t =

b a p

b a

n n S

X X

1 1

+ −


(40)

(

)

(

)

2

1

1 2 2

2 − + − − − b a b b a a p n n S n S n S Dimana:

Xa = rata-rata kelompok a

Xb = rata-rata kelompok b

Sp = Standar Deviasi gabungan

Sa = Standar deviasi kelompok a

Sb = Standar deviasi kelompok b

na = banyaknya sampel di kelompok a

nb = banyaknya sampel di kelompok b

Untuk menguji hipotesis ini dengan memberikan pertanyaan atau kuesioner

kepada responden dan memberikan skor pada setiap pilihan jawaban, pemberian

skor dengan menggunakan skala ordinal. Skala ordinal yaitu skala yang

didasarkan pada rangking, diurutkan dari jenjang lebih tinggi sampai jenjang

terendah atau sebaliknya. Skor jawaban yaitu :

Adapun rumus U-Mann Whitney adalah sebagai berikut:

U1 = n1

n

2 +

2 ) 1 1 ( 1n + n

- R1

Atau ekuivalen dengan :

U2 = n1

n

2 +

2 ) 1 2 ( 1n + n

- R2

Dimana:

n1 = jumlah sampel 1

n2 = jumlah sampel 2


(41)

U2 = jumlah peringkat 2

R1 = jumlah rangking pada sampel n1

R2 = jumlah rangking pada sampel n2

 Tidak Berhasil : Bernilai 1

 Kurang Berhasil : Bernilai 2

 Berhasil : Bernilai 3

 Sangat Berhasil : Bernilai 4

Total skor tingkat keberhasilan

Y > 8 : Skor 4

5 <

2 < Y < 5 : Skor 2

Y < 7 : Skor 3

Y < 2 : Skor 1

2.4.2. Pengujian Parameter

Model persamaan yang diperoleh perlu dilakukan pengujian signifikansi.

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel yang terdapat

dalam model memiliki kontribusi yang nyata bagi variabel respon. Pengujian yang

dilakukan adalah:

a. Uji Serentak (Uji Omnibus)

Dilakukan untuk mengetahui signifikansi parameter β secara

keseluruhan atau serentak. Hipotesis pengujian ini adalah:

Ho: βo = β1= … = βp

H

= 0

1: paling tidak ada satu βj

Dengan uji statistik:


(42)

G = -2ln

( ) (

)

              − Π             −

= i i

y i y i n i n n n n n n 1 1 1 1 1 0 1 π π

Daerah penolakan : tolak Ho apabila nilai G > χα2,1 dimana p merupakan banyaknya variabel statistic dalam model atau p- value < α

b. Uji Individu (Uji Wald)

Dimaksudkan untuk memeriksa signifikansi parameter β secara individu. Hipotesis pengujian ini adalah:

H0: βj = 0 H1: βj

Dengan uji statistik:

≠ 0, j = 1, 2, …, p

W (Wald) =

( )

j j E S β β .

Daerah penolakan : tolak H0 apabila Wj2 >

2 1 , α

χ atau p- value< α

c. Uji Hosmer and Lemeshow

Uji ini bertujuan untuk membandingkan distribusi observasi dengan

distribusi teori (uji model). Hipotesis pengujian ini adalah:

Ho : K = (1-B) = 1, tidak ada perbedaan distribusi observasi dengan distribusi

teori / model sesuai dengan data

H1

Kriteria pengujian:

: K = (1-B) ≠ 0, ada perbedaan distribusi observasi dengan distribusi teori / model tidak sesuai dengan data

Jika sign < 0,1 maka terima H1

Jika sign > 0,1 maka terima Ho tolak H tolak Ho


(43)

d. Odd Ratio dan perhitungan efek marjinal

Odds ratio adalah kemungkinan hasil yang diperoleh antara individu

dengan x = 1 didefinisikan π(1)/[1- π (1)]. Demikian pula, kemungkinan hasil

yang hadir antara individu dengan x = 0 didefinisikan sebagai π(0)/[1- π (0)]. Odds Rasio yang dilambangkan dengan OR, didefinisikan sebagai rasio

peluang untuk x = 1 dan peluang untuk x = 0 yang dapat dituliskan dalam

persamaan berikut (Hosmer dan Lemeshow 2002):

     − − ) 0 ( 1 /[ ) 0 ( ) 1 ( 1 /[ ) 1 ( π π π π

2.5. Definisi Operasional Penelitian

Masing-masing variabel dan cara pengukurannya perlu diperjelas untuk

memperoleh kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep dalam

penelitian ini, antara lain :

1. Luas kolam adalah luas kolam pembudidaya binaan pemerintah dan luas

kolam pembudidaya binaan swasta, dalam satuan (m²).

2. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang ditempuh

pembudidaya binaan pemerintah maupun pembudidaya binaan swasta.

3. Tingkat pendapatan pembudidaya adalah pendapatan yang diperoleh

pembudidaya dari kegiatan budidaya yang dinyatakan dalam Rupiah

4. Pertumbuhan asset adalah besarnya pendapatan pembudidaya yang disisikan

untuk menambahkan modal usaha.

5. Jumlah anggota adalah jumlah anggota pembudidaya pada saat penelitian


(44)

6. Kepastian pasar adalah kepastian pasar dalam penjualan produk yang

dihasilkan.

7. Kepatuhan adalah pembudidaya harus mengikuti kontrak

kebijakan-kebijakan dalam hal standar produk yang diterima.

8. Usaha binaan adalah kelompok pembudidaya perikanan yang di bina oleh


(45)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Luas dan Batas Wilayah

Kecamatan Sei Bamban adalah salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Serdang bedagai Propinsi Sumatera Utara, wilayah Kecamatan Sei

Bamban berada di ketinggian 13 m diatas permukaan air laut.

Kecamatan Sei Bamban memiliki luas wilayah 81.610 ha dengan bataas

wilayah Kecamatan Sei Bamban adalah 72.260 Km² dengan bataas wilayah

Kecamatan Sei Bamban adalah:

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bandar Khalifah

• Sebelah Barat berbatasan dengan Sei ular dan Kecamatan Sei Rampah

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tebing Tinggi

4.1.2. Keadaan Penduduk

Dari luas Kecamatan tersebut dibagi ke dalam 10 desa dan 72 dusun.

Jumlah penduduk Kecamatan Sei Bamban mencapai 42.791 dengan jumlah

rumahtangga 9.815 RT. Penduduk Kecamatan Sei Bamban pada umumnya

memiliki sumber mata pencarian dari sektor pertanian komoditas pertanian,

peternakan, perkebunan dan perikanan. Selain itu, sebagian penduduk memiliki

mata pencarian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai swasta, ABRI,


(46)

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Sei

Bamban, Kabupaten Serdang bedagai sebagai berikut:

Tabel 6. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Sei Bamban pada bulan Maret

No Desa

Tidak tamat sekolah

SD SMP SMA Dipl oma

S1 S2 S3 Juml ah

1 Suka Damai 67 821 353 244 34 11 - - 1530

2 Sei Bulutu - 565 383 313 19 36 - - 1316

3 Bakaran Batu 23 433 389 413 107 1 - - 1366

4 Bamban Estate

10 151 71 139 9 13 - - 393

5 Buluh Estate 70 562 384 394 28 12 - - 1450

6 Bamban 234 2372 1796 1998 177 134 5 - 6716

7 Pon 49 989 730 875 18 63 - - 2664

8 Penggalangan 99 1050 843 555 28 23 - - 2598

9 Gempolan 61 839 709 1135 75 30 - - 2849

10 Rampah Estate

8 99 63 129 1 4- - - 304

Sumber : Kantor Camat Sei Bamban, 2013.

4.1.3. Karakteristik Usaha Budidaya Ikan Lele dan Usaha Budidaya Belut.

Karakteristik usaha budidaya yang dimaksud adalah pola tanam,

pemberian pakan dan pengunaan tenaga kerja baik tenaga kerja dari luar maupun

tenaga kerja dari dalam (rumahtangga).

4.1.4. Pola Tanam

Penebaran bibit ikan lele dalam penelitian ini dilakukan dengan bergiliran

dari satu kolam ke kolam berikutnya. Penebaran bibit ikan lele untuk kolam

berikutnya dilakukan 2-3 minggu setelah penebaran bibit ikan yang pertama. Ikan

lele dapat dipanen pada umur 4 bulan, sehingga panen pertama dan panen

berikutnya hanya berselang waktu 2-3 minggu. Frekuensi panen yang dapat


(47)

menunjukkan bahwa dalam satu periode (satu tahun) pembudidaya dapat

melakukan 2-3 siklus pola tanam.

Penebaran bibit belut dilakukan saat bersamaan pada semua kolam yang

telah disiapkan. Belut dapat dipanen pada umur 5-6 bulan, sehingga frekuensi

panen yang dapat dilakukan adalah satu kali dalam satu periode (satu tahun). Hal

ini disebabkan karena sebelum melakukan usaha budidaya belut, pembudidaya

harus membuat media pada kolam selama 1 bulan sebelum bibit belut ditebar.

Selain itu juga pembudidaya membudidayakan cacing selama 3-4 bulan, cacing

ini adalah pakan yang akan diberikan kepada belut.

4.1.5. Pemberian pakan

Pemberian pakan pada budidaya ikan lele umumnya dilakukan 3 kali

dalam sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pakan yang digunakan para

pembudidaya adalah pakan berupa pellet. Menurut pembudidaya ikan lele pakan

yang diberikan adalah jenis 781 (-2) dalam waktu satu minggu selanjutnya

memakai jenis pakan 781 sampai panen.

Frekuensi pemberian pakan pada budidaya belut dilakukan 2 kali sehari

yaitu pada subuh dan malam hari. Pemberian pakan pada budidaya belut

diharuskan alami dan tidak dianjurkan untuk pemberian pakan kimia. Beberapa

pembudidaya juga memberikan pakan alternative yaitu keong mas dengan

proporsi sedikit dibandingan dengan pemberian pakan cacing.

4.1.6. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam melakukan usaha


(48)

merawat kolam tersebut. Dalam penelitian ini tenaga kerja yang digunakan untuk

penebaran benih, memberi pakan, menjaga dan merawat kolam dibutuhkan 1

orang tenaga kerja dari keluarga (pemilik). Sedangkan pengunaan tenaga kerja

dari luar rumahtangga digunakan pada saat panen, untuk itu dibutuhkan 2 orang

tenaga kerja.

Dalam penelitian ini tenaga kerja yang digunakan untuk budidaya belut

dibutuhkan 1 orang tenaga kerja dari luar rumahtangga untuk pembuatan media

dan pada saat panen. Sedangkan tenaga kerja dalam keluarga dibutuhkan 1 orang

yang kegiatannya berupa penebaran benih, penyediaan pakan cacing, pemberian

pakan, merawat kolam dan pada saat panen.

4.2. Deskripsi Data Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini data diolah dan diperoleh hasil rata-rata sebagai

berikut:

Tabel 7. Deskripsi Data Variabel

Variabel

Mean Pembudidaya Binaan Pemerintah

Pembudidaya Binaan Swasta

Luas Kolam 91,2667 25,7000

Pengalaman 6,1500 3,3500

Pendidikan 8,5000 9,2500

Umur 40,0000 35,9500

Manajemen kelompok 3,2000 8,0000

Kepatuhan 5,0000 6,0000

Pelatihan dan Pendampingan 2,5000 4,9000

Jumlah sampel 30 20

Sumber : Output SPSS

Dari Tabel 7 dapat diilihat bahwa jumlah populasi di daerah penelitian


(49)

pemerintah dan 20 orang pembudidaya binaan swasta. Rata-rata luas kolam

pembudidaya binaan pemerintah adalah 91 m² dan rata-rata luas kolam

pembudidaya binaan swasta sebesar 28 m².

Dari tingkat pengalaman budidaya, ada sedikit perbedaan antara kedua

kelompok sampel yaitu rata-rata pengalaman pembudidaya binaan Pemerintah

adalah 6 tahun dan 3 tahun untuk pembudidaya binaan Swasta. Untuk rata-rata

tingkat pendidikan yang telah ditempuh semua sampel adalah 9 tahun, sehingga

dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan yang berarti untuk rata-rata tinggkat

pendidikan responden.

Ada perbedaan antara umur kedua kelompok sampel yaitu kelompok

pembudidaya binaan Pemerintah rata-rata berumur 40 tahun sedangkan kelompok

pembudidaya binaan swasta berumur 36 tahun. Dalam hal manajemen kelompok,

kelompok pembudidaya binaan pemerintah hanya melaksanakan 3 poin dari 8

total poin sedangkan kelompok pembudidaya binaan Swasta 8 poin. Untuk

kepatuhan, kelompok pembudidaya binaan pemerintah hanya melaksanakan 5

poin dari 6 total poin, sedangkan kelompok pembudidaya binaan Swasta 6 poin.

Kelompok pembudidaya binaan Pemerintah pernah mengikuti 3 kali pelatihan

dan pendampingan usaha budidaya, sedangkan kelompok pembudidaya binaan

Swasta lebih banyak mengikuti pelatihan dan pendampingan yaitu 5 kali.

4.3. Hasil Analisis

4.3.1. Perkembangan usaha perikanan binaan pemerintah dan usaha

peikanan binaan swasta

Perkembangan jumlah anggota merupakan pertambahan jumlah anggota


(50)

binaan Swasta. Untuk mengetahui perkembangan kelompok usaha perikanan

binaan Pemerintah dan kelompok usaha perikanan binaan Swasta selama 5 tahun

terakhir dapat dilihat pada table 8 berikut ini :

Tabel 8. Perkembangan Jumlah Anggota

Perkembangan Tahun

Kelompok usaha perikanan binaan

Pemerintah

Kelompok usaha perikanan binaan Swasta

Jumlah Perkembangan (%)

Jumlah Perkembangan (%) Anggota

(Orang)

2007 20 10

2008 23 15 13 30

2009 23 - 17 30,7

2010 27 17,4 20 17,6

2011 27 - 23 15

2012 27 - 25 9

Rata-rata Perkembangan (%)

5,4 20,46

Sumber : Kelompok usaha perikanan binaan pemerintah dan kelompok usaha perikanan binaan Swasta

Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah anggota

kelompok usaha binaan pemerintah selama 5 tahun terakhir hanya 5,4%, hal ini

terjadi karena anggota masyarakat yang ingin bergabung menjadi anggota

kelompok budidaya ikan lele sangat sedikit atau kurang berminat disebabkan

anggota masyarakat berpendapat jika ada bantuan baru mau menjadi anggota

kelompok pembudidaya. Sedangkan perkembangan jumlah anggota kelompok

usaha binaan Swasta selama 5 tahun terakhir lebih tinggi yaitu sebesar 20,46%,

hal ini terjadi karena pihak swasta memberikan pelatihan kepada beberapa

masyarakat tentang peluang keberhasilan budidaya belut dan kepastian pasar


(51)

Untuk lebih jelasnya perkembangan jumlah anggota kelompok usaha

perikanan binaan pemerintah dan anggota kelompok usaha perikanan binaan

swasta dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2. Perkembangan Jumlah anggota kelompok usaha perikanan binaan pemerintah dan anggota kelompok usaha perikanan binaan swasta

4.3.2. Perkembangan omzet dan laba rugi

Perkembangan omzet dan laba rugi sangat dipengaruhi harga jual dan

biaya produksi. Untuk usaha ikan lele harga jual tidak pasti, sehingga jika harga

jual rendah dan biaya produksi tinggi maka pembudidaya dapat mengalami

kerugian. Nilai harga jual ikan lele pada daerah penelitian mulai dari Rp 7000 –

Rp. 13.5000/kg sedangkan biaya pakan mulai dari Rp. 8000 – Rp. 8500/kg .

Omzet penjualan rata-rata 1388 kg / musim panen atau sekitar Rp 13.880.000 –

Rp 18.738.000,-

Untuk usaha belut, ada kepastian harga jual yaitu mulai dari Rp 35.000 –

Rp 50.000,-/kg. Sehingga omzet penjualan rata-rata 347 kg / musim panen atau

sekitar Rp 12.145. 000 – Rp. 17.350.000,-

0 5 10 15 20 25 30

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Ju

m

la

h

An

ggo

ta

Tahun

Kelompok binaan pemerintah


(52)

4.3.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha perikanan.

Variabel yang diuji sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

usaha perikanan binaan pemerintah dan keberhasilan usaha perikanan binaan

swasta adalah luas kolam, pengalaman, umur, pendidikan, manajemen, kepatuhan,

pelatihan/pendampingan, bantuan permodalan, dan kepastian pasar.

Tabel 9. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha perikanan

Variabel B Std. Error Wald Sign Exp (B)

X1 0.111 .052 4.657 .031 1.118

X2 0.604 .317 3.624 .057 .547

X3 -.427 .330 1.677 .195 .653

X4 -.114 .097 1.396 .237 .892

X5 4.237 2.598 2.659 .103 69.185

X6 2.326 1.015 5.255 .022 .098

X7 1.730 .779 4.931 .026 5.642

X8 1.668 2.117 .621 .431 5.302

X9 -4.326 7797.168 .000 1.000 .013

Konstanta -.225 7797.185 .000 1.000 .799

Dari hasil diatas maka diperoleh persamaan regresi:

Ln

P P

1 = 0,799 + 1,118X1 + 0,547X2 + 0,653X3 + 0,892X4 + 69,185X5 + 0,098X6 + 5,642X7 + 5,302X8 + 0,013X9

Hasil estimasi logit faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha

perikanan binaan pemerintah dan keberhasilan usaha perikanan binaan swasta.

4.3.4. Pengujian Parameter

a. Uji Serempak (Uji Omnibus)

Uji omnibus bertujuan untuk menguji kemampuan seluruh variabel

independent secara bersama-sama memprediksi variasi pada variabel dependent,


(53)

Dari hasil uji omnibus yang dilakukan diperoleh hasil signifikansi sebesar

0,00 (α = 0,1), maka dapat dikatakan bahwa faktor luas kolam, pengalaman, pendidikan, umur, bantuan permodalan, manajemen kelompok, kepatuhan,

kepastian pasar serta pelatihan dan pendampingan mempengaruhi keberhasilan

usaha perikanan binaan pemerintah dan keberhasilan usaha perikanan binaan

swasta

Tabel 10. Hasil Uji Omnibus dan Hosmer dan lemeshow

Uji Chi-Square Sig

Omnibus 39.708 .000

Hosmer dan lemeshow 0,658 1,000

b. Uji Individu (Uji Wald)

Pengujian parsial (uji Wald) dari hasil estimasi menunjukkan bahwa luas

kolam, pengalaman, manajemen kelompok, kepatuhan, pelatihan dan

pendampingan mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya kelompok perikanan

binaan Pemerintah dan budidaya kelompok perikanan binaan swasta. Hal ini

diperoleh dari hasil signifikansi yang diproleh untuk masing-masing variabel luas

kolam sebesar 0,031 (α = 0,1), pengalaman 0,057 (α = 0,1), manajemen kelompok 0,1 (α = 0,1), kepatuhan 0,022 (α = 0,1) serta pelatihan dan pendampingan sebesar 0,026 (α = 0,1). Sedangkan signifikansi untuk tingkat pendidikan 0,19 (α = 0,1) dan umur 0,23 (α = 0,1) tidak mempengaruhi keberhasilan pembudidaya untuk kegiatan budidaya perikanan


(54)

c. Uji Hosmer dan Lemeshow

Untuk menguji kesesuaian distribusi observasi dengan distribusi teori maka

dilakukan pengujian Hosmer dan Lemeshow. Hasil uji menunjukkan bahwa

signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 (α = 0,1), maka terima Ho tolak H1, hal

ini berarti bahwa tidak ada perbedaan distribusi observasi dengan distribusi teori /

model sesuai dengan data.

d. Marginal Effect

ln

Pi P

1 = β0 + βiX dimana: ketika X

i i Pi P − 1

= 1 maka ln bertambah sebesar βi, Pi

P

1

atau

bertambah sebesar exp (βi,

Maka untuk perhitungan marginal effect masing-masig variabel adalah : )

- Luas Kolam

Pi P

1 =1,118

Pi = 1,118 (1-P)

Pi = 1,118 – 1,118P

Pi = 118 , 2 118 , 1

Pi = 0,52

Ci = βP(1-P)

= (0,111)(0,52)(1-0,52)


(55)

Artinya bahwa setiap penambahan luas kolam 1 m² maka tingkat

keberhasilan budidaya perikanan meningkat sebesar 3%. Hal ini berarti bahwa

besar kecilnya luas kolam yang dimiliki pembudidaya berpengaruh nyata terhadap

keberhasilan budidaya ikan. Kolam adalah salah satu faktor penentu keberhasilan

dalam usaha pemeliharaan ikan air tawar.

- Pengalaman

Pi P

1 =0,547

Pi = 0,547 (1-P)

Pi = 0,547 – 0,547P

Pi = 547 , 1

547 , 0

Pi = 0,35

Ci = βP(1-P)

= (0,604)(0,35)(1-0,35)

= 0,14

Artinya bahwa setiap penambahan pengalaman sebesar 1 tahun maka

tingkat keberhasilan budidaya perikanan naik sebesar 14%. Pembudidaya yang

telah berpengalaman sangat mengerti tentang cara budidaya yang baik.

Pengalaman yag bersifat menguntungkan akan mendorong lebih termotivasi untuk

melakukan kegiatan yang optimal. Menurut Soekartawi (1988), bahwa semua

pengalaman sangat berperan dalam menentukan penilaian individu guna

melangkah ke proses produksi selanjutnya.


(56)

- Pendidikan

Pi P

1 =0,653

Pi = 0,653 (1-P)

Pi = 0,653 – 0,653P

Pi = 653 , 1

653 , 0

Pi = 0,39

Ci = βP(1-P)

= (-0,427)(0,39)(1-0,39)

= - 0,10

Tingkat pendidikan pembudidaya perikanan di daerah penelitian adalah

masih tergolong rendah yaitu setingkat SMP, sehingga setiap penambahan tingkat

pendidikan sebesar 1 tahun maka tingkat keberhasilan budidaya perikanan turun

sebesar 10%, hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan

menyebabkan pembudidaya lebih cenderung minatnya terhadap aktivitas lain.

- Umur

Pi P

1 = 0,892

Pi = 0,892 (1-P)

Pi = 0,892 – 0,892P

Pi = 892 , 1

892 , 0


(57)

Ci = βP(1-P)

= (-0,114)(0,47)(1-0,47)

= - 0,06

Artinya bahwa setiap penambahan umur sebesar 1 tahun di daerah

penelitian maka tingkat keberhasilan budidaya perikanan turun sebesar 6%. Hal

ini terkait dengan tingkat produktivitas tenaga kerja dalam usaha budidaya.

Sebagaimana diketahui bahwa hampir seluruh aktivitas usaha budidaya

berhubungan dengan tingkat kemampuan fisik. Dimana pembudidaya dalam usia

produktif tertentu akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding dengan

pembudidaya yang telah memasuki usia senja. Untuk itu perlu ke depan adanya

regenerasi dari orang tua kepada anak-anaknya atau keluarganya yang lebih muda.

- Manajemen kelompok

Pi P

1 = 69,18

Pi = 69,18 (1-P)

Pi = 69,18 – 69,18P

Pi = 18 , 70

18 , 69

Pi = 0,98

Ci = βP(1-P)

= (4,237)(0,98)(1-0,98)

= 0,08

Artinya bahwa setiap penambahan manajemen kelompok sebesar 1 poin di


(58)

Permasalahan dalam menjalankan manajemen kelompok ialah kurangnya

pengetahuan tentang pentingnya pembuatan rencana usaha, kurangnya partisipasi

anggota terhadap kegiatan kelompok, kurangnya dilaksanakan pencatatan

kegiatan usaha budidaya (mengevaluasi)

- Kepatuhan

Pi P

1 =0,098

Pi = 0,098 (1-P)

Pi = 0,098 – 0,098P

Pi = 098 , 1

098 , 0

Pi = 0,09

Ci = βP(1-P)

= (2,326)(0,09)(1-0,09)

= 0,19

Artinya bahwa setiap penambahan kepatuhan sebesar 1 poin di daerah

penelitian maka tingkat keberhasilan budidaya perikanan naik sebesar 19%. Jadi

usaha budidaya ikan dapat meningkatkan produksi sesuai yang diharapkan jika

melaksanakan aspek teknis (persiapan kolam, pembibitan, dan pemberian pakan)

dengan patuh seperti yang diberitahu petugas penyuluh dilapangan.

- Pelatihan dan Pendampingan

Pi P

1 = 5,642


(59)

Pi = 5,642 – 5,642P

Pi = 642 , 6

642 , 5

Pi = 0,85

Ci = βP(1-P)

= (1,73)(0,85)(1-0,85)

= 0,22

Artinya bahwa setiap penambahan pelatihan dan pendampingan di daerah

penelitian sebesar 1 poin maka tingkat keberhasilan budidaya perikanan naik

sebesar 22%. Peran serta pemerintah dalam hal ini adalah dinas perikanan dan

mitra melakukan pelatihan dengan materi yang sangat menarik serta penyuluhan

dengan kebutuhan pengembangan usaha budidaya perikanaan kepada

pembudidaya sehingga diharapkan dapat membantu dalam peningkatan

pendapatan keluarga.

- Bantuan permodalan

Pi P

1 =5,302

Pi = 5,302(1-P)

Pi = 5,302 – 5,302P

Pi = 302 , 6

302 , 5

Pi = 0,84

Artinya bahwa peluang tingkat keberhasilan kelompok budidaya perikanan

di daerah penelitian atas bantuan permodalan sebesar 84%, hal ini terjadi karena


(60)

terkait atau mitra dapat mengurangi biaya produksi untuk usaha budidaya ikan.

Bantuan yang diberikan kepada kelompok budidaya berupa benih ikan, pakan, dan

uang.

- Kepastian Pasar

Pi P

1 = 0,013

Pi = 0,013(1-P)

Pi = 0,013 – 0,013P

Pi = 013 , 1

013 , 0

Pi = 0,013

Artinya bahwa peluang tingkat keberhasilan kelompok budidaya perikanan

atas kepastian pasar di daerah penelitian sebesar 1,3%. Kepastian pasar (kontrak

harga) dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak baik pembudidaya dan

juga mitra. Pada kelompok budidaya perikanan binaan pemerintah tidak ada

kontrak harga seperti yang dilakukan oleh kelompok budidaya perikanan binaan

swasta. Kelompok budidaya perikanan binaan pemerintah menjual hasil

produksinya kepada agen ikan yang ada di desa tersebut (lokal). Sehingga jika

harga anjlok maka kelompok budidaya binaan pemerintah dapat mengalami

kerugian.

4.3.4. Perbedaan pertambahan pendapatan dan pertumbuhan aset antara kelompok usaha perikanan binaan Pemerintah dan kelompok usaha perikanan binaan Swasta.


(61)

Uji t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak

berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji t-test dilakukan dengan

cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error

dari perbedaan antara rata-rata dua sampel.

Untuk melihat peningkatan pendapatan dan aset antara kelompok

perikanan binaan pemerintah dan usaha perikanan binaan swasta dapat dilihat

pada lampiran 22 :

Berdasarkan lampiran 22 dapat dilihat bahwa ada perbedaan nilai rata –

rata pertambahan pendapatan kelompok perikanan binaan pemerintah adalah Rp.

1.334.067 dengan nilai range Rp. 369.000 – Rp. 3.350.000,- sedangkan pada

kelompok perikanan binaan swasta sebesar Rp. 3.486.500 dengan nilai range Rp.

1.820.000 – Rp. 4760.000,-. Untuk nilai rata-rata pertumbuhan aset antara

kelompok perikanan binaan pemerintah dan kelompok perikanan binaan swasta

tidak ada perbedaan dengan nilai range yang sama Rp. 0 – 50.000,-.

Tabel 11. Pertambahan Pendapatan dan Pertumbuhan Aset

Variabel Kelompok Mean Sign n

-Pertambahan pendapatan

Binaan Pemerintah 2.5333 .000 30

Binaan Swasta 4.0000 .000 20

- Pertumbuha n aset

Binaan Pemerintah 1.8667 .357 30

Binaan Swasta 2.0500 .357 20

Sumber : data diolah dari lampiran

Dari hasil tabel 11, Signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,000 (α = 0,1) hal ini menunjukkan bahwa pertambahan pendapatan kelompok perikanan


(62)

signifikan. Dilihat dari pertumbuhan aset untuk kedua kelompok budidaya secara

statistik tidak berbeda secara nyata.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan alat uji SPSS dapat dilihat

bahwa rata-rata nilai skor pertambahan pendapatan yang diusahakan kelompok

perikanan binaan pemerintah adalah 2,5 sedangkan skor pada kelompok perikanan

binaan swasta adalah 4 atau rata-rata skor pertambahan pendapatan yang

diusahakan kelompok perikanan binaan swasta lebih tinggi dari skor kelompok

perikanan binaan pemerintah.

Tabel 12. Uji Perbedaan Tingkat Keberhasilan antara Kelompok Perikanan Binaan Pemerintah dan Kelompok Binaan Swasta

Uji Statistik Tingkat keberhasilan

U-Mann Whitney 215.500

Z -1.743

Signifikan (2- Tailed) 0.080

Sumber : data diolah dari lampiran

Berdasakan Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

pertambahan pendapatan dan pertumbuhan aset terhadap tingkat keberhasilan

kelompok perikanan binaan pemerintah dan binaan swasta. Dari hasil uji U-Mann

Whitney pada tabel 12 dihasilkan nilai probalitas 0,080 < 0,1 sehingga tolak Ho,

terima Hi yaitu terdapat perbedaan pertambahan pendapatan dan pertumbuhan


(63)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan usaha perikanan binaan pemerintah dilihat dari jumlah anggota

selama 5 tahun terakhir hanya 5,4 % sedangkan perkembangan jumlah

anggota kelompok binaan swasta yaitu 20,46%.

2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan adalah luas kolam, pengalaman,

manajemen kelompok, kepatuhan, dan pelatihan/pendampingan.

3. Terdapat perbedaan pertambahan pendapatan dan pertumbuhan aset yang

signifikan antara antara kelompok usaha perikanan binaan Pemerintah dan

kelompok usaha perikanan binaan Swasta.

5.2. Saran

Kepada Anggota Kelompok Perikanan

1. Sebaiknya anggota kelompok lebih kreatif dan menciptakan inovasi dalam

mengembangkan usahanya. Khususnya kelompok perikanan binaan

pemerintah sehingga meningkatkan pertambahan pendapatan dan

pertumbuhan aset.

2. Khusus kelompok perikanan binaan swasta agar menambah luas kolam


(64)

Kepada Pemerintah dan Dinas Terkait

1. Pembinaan dan pendampingan kepada kelompok perikanan sebaiknya lebih

kreatif dan kontiniu, baik dalam menyampaikan materi serta penyuluhan yang

dilakukan kepada anggota kelompok.

2. Diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan yang dapat membantu

kelompok perikanan binaan pemerintah dalam hal pemasaran hasil usaha.

Kepada Peneliti

Bagi peneliti yang berminat, agar diadakan penelitian selanjutnya dalam


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy, Liviawaty, Evi. 1998. Beberapa metode budidaya ikan. Yogyakarta: Kanisius

Aryani, L. 2009. Analisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kacang tanah (kasus kemitraan PT. Garuda food dengan petani kacang tanah di desa palarang, Kec. Jangkar, Kab. Situbondo, jawa timur.[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Baton, 2008. “Factor-faktor yang berhubungan dengan kompetensi petani rumput laut di kabupaten konawe, provinsi Sulawesi Tenggara.

Bugaran, S., 2001. Suara dari Bogor, mengembangkan sisitem agribisnis. Bogor

Daniel, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Deshinta, M., 2006. Peranan kemitraan terhadap peningkatan pendapatan peternak ayam broiler. Kasus PT . Sierad produce dengan peternak di kabupaten sukabumi. [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan manajemen. Institute Pertanian Bogor.

Djazuli, N.2002. Penanganan Dan Pengolahan Produk Perikanan Budidaya Dalam

Menghadapi Pasar Global: Peluang Dan Tantangan.

<URL:http://tumoutou.net/702_05123/ nazori_djazuli.htm>.

Effendi, 2004. Pengantar Akuakultur. PT. Penebus swadaya. Jakarta

Hafsah, Mohammad Jafar,2000, Kemitraan Usaha, Konsepsi Dan Strategi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Iftaudin, 2005. Kajian kemitraan dan pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani dan efisiensi penggunaan input [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institute Pertanian Bogor.

Liston, 1997. Kajian system perangsang kerjasama kemitraan industry kecil. Jakarta : penerbit Universitas Indonesia

Mardikanto, 2009. Membangun pertanian modern. Sebelas maret, University Press Surakarta

Mankiw, 2009. Pengantar ekonomi mikro. Salemba empat. Jakarta. MPOB, 2009.

_______, 2000. Teori makro ekonomi. Edisi ke empat. Alih bahasa : imam nurmala. Jakarta ; Erlangga.


(66)

Martodireso, 2099. Membangun Pertanian Modern. Sebelas Maret

Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian, pustaka LP3ES, Jakarta

Murtidjo, B.A, 2001 Pedoman Meramal Pakan Ikan. Penerbit Kanasius Yogyakarta.

Putro, F.S.,2008. Kajian Kemitraan Peternak Sukabumi Dengan Perusahaan Kampung Ternak terhadap pendapatan peternak, Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Prawirokusumo, S.,1990. Ilmu Usaha Tani, BPFE, Yogyakarta.

Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta

Santoso, budi. 1993. Petunujk praktis: Budidaya ikan mas. Yogyakarta : Kanisius.

Soekartawi, 1986. Ilmu Usaha Tani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

__________, 2002. Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta

__________, 2005. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali, Press. Jakarta.

Sumantadinata, komar. 1991. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Jakarta : sastra Husada

Sukirno, S.,1994. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Raja Grafindo.


(67)

(1)

Lampiran 15 : Penerimaan, Pendapatan dan Aset binaan swasta musim ke 1

No Total biaya (Rp)

Penerimaan (Rp)

Pendapatan ( Penerimaan – T.

biaya) Aset (Rp)

1 4215000 8140000 3925000 140000

2 4905000 8860000 3955000 90000

3 5845000 11340000 5495000 1500000

4 4215000 8035000 3820000 210000

5 5845000 11340000 5495000 1500000

6 4215000 7930000 3715000 305000

7 4215000 8140000 3925000 1500000

8 4040000 7560000 3520000 1450000

9 4040000 6920000 2880000 480000

10 5845000 9560000 3715000 480000

11 4215000 7215000 3285000 1500000

12 4215000 8160000 3645000 480000

13 4215000 8160000 3945000 785000

14 4935000 8140000 3205000 485000

15 4215000 8140000 3925000 320000

16 5845000 9560000 3715000 290000

17 4935000 7560000 2625000 485000

18 4215000 7560000 3345000 380000

19 4215000 7560000 3345000 800000

20 5845000 11340000 5495000 1025000


(2)

Lampiran 17 : Penerimaan, Pendapatan dan Aset binaan swasta musim ke 2 No Total biaya

(Rp)

Penerimaan (Rp)

Pendapatan (Penerimaan – T. biaya) Aset (Rp)

1 4215000 11970000 7755000 150000

2 4905000 12460000 7555000 95000

3 5845000 16100000 10255000 1550000

4 4215000 11235000 7020000 220000

5 5845000 15050000 9205000 1550000

6 4215000 11830000 7615000 310000

7 4215000 10920000 6705000 1550000

8 4040000 9380000 5340000 1500000

9 4040000 9800000 5760000 500000

10 5845000 13090000 7245000 500000

11 4215000 11970000 7755000 1500000

12 4215000 11130000 6915000 500000

13 4215000 11375000 7160000 800000

14 4935000 11340000 6405000 500000

15 4215000 12110000 7895000 330000

16 5845000 15050000 9205000 300000

17 4935000 11130000 6195000 500000

18 4215000 10920000 6705000 400000

19 4215000 11025000 6810000 825000


(3)

Lampiran 18 : Skor Pertambahan Pendapatan Kelompok Binaan Swasta Rumus : ������������������−��������������������

Pendapatansebelumnya x 100

No Pendapatan sekarang

(Rp)

Pendapatan sebelumnya

(Rp)

Pertambahan pendapatan

(Rp)

Pertambahan pendapatan

(%)

Skor Pertambahan

pendapatan

1 7755000 3925000 3830000 97 3

2 7555000 3955000 3600000 91 3

3 10255000 5495000 4760000 86 3

4 7020000 3820000 3200000 83 3

5 9205000 5495000 3710000 67 3

6 7615000 3715000 3900000 104 4

7 6705000 3925000 2780000 70 3

8 5340000 3520000 1820000 51 3

9 5760000 2880000 2880000 100 4

10 7245000 3715000 3530000 95 3

11 7755000 3285000 4470000 136 3

12 6915000 3645000 3270000 89 3

13 7160000 3945000 3215000 81 3

14 6405000 3205000 3200000 99 3

15 7895000 3925000 3970000 101 4

16 7205000 3715000 3490000 93 3

17 6195000 2625000 3570000 136 4

18 6705000 3345000 3360000 100 4

19 6810000 3345000 3465000 103 4

20 9205000 5495000 3710000 67 3

Total 69730000

Rataan 3486500


(4)

Lampiran 19 : Pertumbuhan Aset (%) usaha binaan swasta Rumus : ������������−��������������

Assetsebelumnya x 100

No

Aset Sekarang

(Rp)

Aset Sebelumnya

(Rp)

Pertumbuhan Aset

Pertumbuhan Aset (%)

Skor Pertumbuhan

Aset

1 150000 140000 10000 7 3

2 95000 90000 5000 5.5 3

3 1550000 1500000 50000 3.3 2

4 220000 210000 10000 4.7 2

5 1550000 1500000 50000 3.3 2

6 310000 305000 5000 1.6 1

7 1550000 1500000 50000 3.3 2

8 1500000 1450000 50000 3.4 2

9 500000 480000 20000 4.1 2

10 500000 480000 20000 4.1 2

11 1500000 1500000 0 0 1

12 500000 480000 20000 4.1 2

13 800000 785000 15000 1.9 2

14 500000 485000 15000 3 2

15 330000 320000 10000 3.1 2

16 300000 290000 10000 3.4 2

17 500000 485000 15000 3 2

18 400000 380000 20000 5.2 3

19 825000 800000 25000 3.1 2

20 1050000 1025000 25000 2.4 2

Total 425000


(5)

Lampiran 20 : Dummy Tingkat keberhasilan Binaan Pemerintah (Skor Pertambahan pendapatan + Pertumbuhan)

No Skor Pertambahan Pendapatan

Skor Pertumbuhan

aset Total Skor Y

1 3 3 6 1

2 3 4 7 1

3 3 4 7 1

4 3 4 7 1

5 3 4 7 1

6 3 4 7 1

7 3 4 7 1

8 2 2 4 0

9 2 2 4 0

10 2 2 4 0

11 3 2 5 1

12 3 1 4 0

13 3 4 7 1

14 2 3 5 1

15 2 1 3 0

16 2 4 6 1

17 3 2 5 1

18 3 2 5 1

19 3 2 5 1

20 2 1 3 0

21 2 2 4 0

22 2 1 3 0

23 2 1 3 0

24 3 2 5 1

25 3 2 5 1

26 3 2 5 1

27 2 1 3 0

28 2 1 3 0

29 2 1 3 0

30 2 1 3 0


(6)

Lampiran 21 : Dummy Tingkat keberhasilan Binaan Swasta (Skor Pertambahan pendapatan + Pertumbuhan aset)

No Skor Pertambahan Pendapatan

Skor Pertumbuhan

aset Total Skor

Tingkat Keberhasilan

(Y)

1 3 3 6 1

2 3 3 6 1

3 3 2 5 1

4 3 2 5 1

5 3 2 5 1

6 4 1 5 1

7 3 2 5 1

8 3 2 5 1

9 4 2 6 1

10 3 2 5 1

11 4 1 5 1

12 3 2 5 1

13 3 2 5 1

14 3 2 5 1

15 4 2 6 1

16 3 2 5 1

17 4 2 6 1

18 4 3 7 1

19 4 2 6 1


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 40

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Usaha Perikanan Rakyat(Studi kasus : Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 20

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 21

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 2

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 7

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 19