Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)

(1)

DAMPAK WARALABA TOKO MODERN

TERHADAP PASAR TRADISIONAL

(STUDI PADA PASAR TRADISIONAL PAJAK SORE PADANG BULAN MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persayaratan Dan Melengkapi Tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana

Disusun Oleh :

THERESIA ELISABETH S S

090907040

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Theresia Elisabeth S S

NIM : 090907040

Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)

Medan, Juli 2013

Pembimbing Ketua Departemen

M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP

NIP. 197910052005011002 NIP. 196805251992031002

Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Dekan FISIP USU

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh: Nama : Theresia Elisabeth S S NIM : 090907040

Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)

Yang dilaksanakan pada : Hari/tanggal :

Pukul :

Tempat :

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan agerahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Waralaba Toko Modern terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Jurusan Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan. Skripsi ini saya persembahkan kepada orangtua saya tercinta Ayahanda dr. H. Situmorang, MHA, M.Kes dan Ibunda M. br. Simamora yang tiada henti memberikankasih sayang, perhatian, motivasi, serta bantuan moril maupun materil dalam proses penyelesaian skripsi ini. Thanks for

all Dad, Mom. I do love you. Begitu juga untuk adikku yang bandel Andi Roy

Sitmorang dan si bawel Millenia Graciella Situmorang yang senantiasa menyayangi dan memberikan dukungan yang tiada henti kepada penulis.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Muhammad Arifin Nasution S.Sos, MSP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(5)

Universitas Sumatera Utara yang juga berperan sebaga Dosen Pembimbing bagi penulis, yang telah banyak memberikan waktu, arahan dan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Malanthon Rumapea selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Didi Cemerlang serta seluruh staff dan pegawai di Perusahan Daerah (PD) Pasar Kota Medan, Ibu Riah Ukurta br Sitepu, Bapak M. Prananta Ginting, serta seluruh staff dan pegawai PD Pasar Tradisional Padang Bulan Medan yang sangat kooperatif.

6. Seluruh pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, Kak Jait, kak Gusnita, Kak Indah, Bibi Barus, serta semua yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

7. My bro Fernandes Sirait (Nandes atau Pirhot) yang setia membantu dengan

solusi maupun ledekannya. Thanks a lot brada, and stop bullying me, please.

8. Elsha Febriyanti Sitorus (Yanti) yang telah banyak membantu penulis kesana-kemari. Huge thanks, yanto. Dan juga kepada all Bengkalas member, Nurul Fauzy Siregar (Uul) dan Iin Sri Karina (Bik Srik). Yan, ul, bik, thanks

for being a great soulsister. Don’t you think this thesis extremely separate us huh? Long time no see each of you. Let’s meet up!

9. Tanteku tersayang, Nora Intan Simamora yang selalu setia menyemangati dan menemani saat penulis siaran malam (dulu). Thanks tante cantik, love you.


(6)

10. Pegawati Gita, Novrista, Santi, termakasih banyak atas dukungan dan doa kalian guys. Success is ours. Hidup pega! Terimakasih juga untuk sahabatku Nurita yang menyemangati disaat down dan teman setia sepanjang segala masa.

11. My bro Heberlin Sandro Tinambunan alias Bang Berlin yang setia menemani saat penelitian. I can’t imagine how bad it’s going to be without you. Thanks

a lot bro.

12. Yarsyud yang udah jadi super hero saat penulis seminar proposal. Gifta yang udah mentorin penelitian kuantitatif, serta seluruh mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis stambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Masa kuliah yang menyenangkan bersama kalian semua guys.

13. Semua kru Radio 88 Lafemme Medan yang selalu memberi semangat kepada penulis. It’s great being a part of this little family. Love.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Juli 2013

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang ... 1

I. 2 Rumusan Masalah ... 8

I. 3 Tujuan Penelitian ... 8

I. 4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KERANGKA TEORI II. 1 Pasar Tradisional ... 9

II. 2 Pasar Modern ... 10

II. 2. 1 Toko Modern ... 11

II. 2. 2 Waralaba ... 12

II. 2. 3 Tinjauan Hukum Waralaba ... 16

II. 2. 4 Waralaba dan Persaingan Usaha ... 17

II. 3 Penjualan ... 18

II. 3. 1 Volume Penjualan ... 19

II. 4 Pemasaran ... 20

BAB III METODE PENELITIAN III. 1 Bentuk Penelitian ... 27

III. 2 Lokasi Penelitian ... 27 III. 3 Populasi dan Sampel


(8)

III. 3.1 Populasi ... 27

III. 3. 2 Sampel ... 28

III. 4 Hipotesis ... 31

III. 5 Defenisi Konsep ... 31

III. 6 Defenisi Operasional ... 33

III. 7 Variabel Operasional dan Model Pengukuran ... 34

III. 8 Kerangka Konsep Penelitian ... 37

III. 9 Teknik Pengumpulan Data III. 9. 1 Jenis dan Sumber Data ... 38

III. 9. 2 Pengumpulan Data ... 38

III. 10 Teknik Analisis Data III. 10. 1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

III. 10. 2 Analisis Univariat ... 39

III. 10. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson ... 40

III. 10. 4 Analisis Regresi ... 40

III. 10. 5 Uji Asumsi Klasik III. 10. 5. 1 Uji Normalitas ... 41

III. 10. 5. 2 Uji Heteroskedastisitas ... 42

III. 10. 5. 3 Uji Autokorelasi ... 43

III. 10. 6 Uji Hipotesis III. 10. 6. 1 Koefisien Determinasi (R2) ... 43

III. 10. 6. 2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 44

III. 10. 6. 3 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN IV. 1 Deskripsi Lokasi Penelitian IV. 1.1 Letak Pasar Tradisional Padang Bulan ... 46

IV. 1. 2 Sejarah Singkat Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan ... 47


(9)

IV. 2 Penyajian Data

IV. 2. 1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 54

IV. 2. 2 Analisis Univariat ... 56

IV. 2. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson ... 59

IV. 2. 4 Analisis Regresi Berganda ... 63

IV. 2. 5 Uji Asumsi Klasik IV. 2. 5. 1 Uji Normalitas ... 67

IV. 2. 5. 2 Uji Heteroskedastisitas ... 70

IV. 2. 5. 3 Uji Autokorelasi ... 71

IV. 2. 6 Uji Hipotesis IV. 2. 6. 1 Identifikasi Determinan (R2) ... 71

IV. 2. 6. 2 Uji F (Uji Sgnifikansi Simultan) ... 73

IV. 2. 6. 3 Uji t (Parsial) ... 75

IV. 3 Analisis Data dan Pembahasan ………... 81

BAB V PENUTUP V. 1 Kesimpulan ... 89

V. 2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Data Jumlah Pedagang Pasar Tradisional

“Pajak Sore” Padang Bulan Medan ... 28

Tabel III. 2 Jumlah Sampel Pedagang ... 30

Tabel IV. 1 Jumlah Populasi Pedagang Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan ... 48

Tabel IV.2 Jumlah pedagang yang menjadi responden ... 49

Tabel IV.3 Jumlah pedagang berdasarkan jenis kelamin ... 50

Tabel IV.4 Jumlah pedagang berdasarkan umur ... 51

Tabel IV.5 Jumlah pedagang berdasarkan pendidikan ... 52

Tabel IV.6 Jumlah pedagang berdasarkan lamanya berdagang ... 53

Tabel IV.7 Uji Validitas ... 55

Tabel IV.8 Reliability Statistics ... 56

Tabel IV.9 Statistik Deskriptif Univariat ... 56

Tabel IV.10 Interval Nilai r ... 59

Tabel IV.11 Correlations ... 60

Tabel IV.12 Correlations ... 61

Tabel IV.13 Coefficients ... 64

Tabel IV.14 Model Summary Uji Autokorelasi ... 71

Tabel IV.15 Model Summary ... 72

Tabel IV.16 ANOVA ... 74

Tabel IV.17 Realiability Statistics ... 75


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 37 Gambar IV.1 Histogram ... 68 Gambar IV.2 Normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual ... 69 Gambar IV.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot) ... 70


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 2 : Surat Penugasan Dosen Pembimbing

Lampiran 3 : Kartu Seminar Proposal Penelitian (Skripsi) Lampiran 4 : Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

Lampiran 5 : Surat Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Pembimbing Lampiran 6 : Surat Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Penguji Lampiran 7 : Berita Acara Seminar Proposal Rencana Usulan Penelitian Lampiran 8 : Daftar Hadir Peserta Smeinar Proposal

Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian Dari Kampus

Lampiran 10 : Surat Persetujuan Ijin Penelitian Pd Pasar Kota Medan Lampiran 11 : Daftar Pertanyaan Kuesioner

Lampiran 12 : Hasil Kuantifikasi Jawaban Responden Lampiran 12 : Hasil Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Lampiran 13 : Analisis Univariat

Lampiran 14 : Analisis Bivariat

Lampiran 15 : Regresi Linier Berganda Lampiran 16 : Charts


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Dampak Waralaba Toko Modern terhadap Pasar Tradisional (Studi pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kehadiran toko modern terhadap volume penjualan pedagang tradisional dari segi pendapatan, serta mengetahui tingkat pengaruh dari variabel marketing mix dan variabel di luar marketing mix terhadap volume penjualan pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Analisis variabel menggunakan analisi univariat dan bivariat. Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial. Pengerjaan metode analisis data menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini melibatkan 77 responden sebagai sampel penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling.

Hasil penelitian berdasarkan analisis univariat menunjukkan bahwa volume penjualan mengalami penuruan yaitu berada pada interval keempat yaitu interval 60%-80% dibandingkan keadaan sebelum waralaba toko modern hadir. Analisis linier berganda menunjukkan bahwa secara bersama-sama atau simultan variabel marketing mix dan variabel diluar marketing mix berpengaruh poositif dan signifikan terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan. Sedangkan secara parsial variabel placement dan variabel price mempunyai dampak yang paling signifikan terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.


(14)

ABSTRACT

The research is titled “The effect of franchise towards traditional market (case in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan). The objective of this research is knowing the effect of business franchise towards sales volume of traditional seller from its revenue, and knowing marketing mix and others variables effect towards seller sales volume in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

This is a quantitative research. Variable analyzed by univariat and bivariat analysis. Analysis method to test the hypothesis by using multiple linier regression, simultaneous test and partial test. SPSS 17.0 for windows was used to calculate and analyze data of the research. The research data consist of primary and secondary data. This research need 77 respondents which determined by using cluster sampling.

The result of this research by univariat analysis shows that volume of sales decreases, stuck in fourth interval 60%-80% compared to the condition before the presence of the franchise. Multiple regression shows that by using simultaneous test all the variable in marketing mix have positive and significant effect towards sales volume of seller in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan. And based on partial test showed that placement and price have the most dominant effect towards sales volume of seller in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Pasar merupakan tempat yang penting bagi masyarakat sebagai lokasi berlangsungnya kegiatan ekonomi yang melibatkan penjual dan pembeli untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing. Pembeli mendapat barang yang diperlukan dari penjual dan penjual memperoleh uang dari barang yang disediakan yang kemudian dijual kepada pembeli dengan sejumlah harga yang disepakati. Secara umum, pasar terdiri dari 2 jenis yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional sifatnya konvensional dimana penjual dan pembeli masih melakukan transaksi secara tawar-menawar. Fisik dari pasar tradisional bisa dikatakan sederhana karena biasanya hanya terdiri dari los, kios, dan lingkungan yang kurang nyaman seperti lingkungan yang becek, kotor, dan bau. Biasanya di setiap kawasan kecamatan atau kelurahan ada pasar tradisional, sehingga penduduk yang berada di daerah tersebut bisa dengan mudah memenuhi kebutuhannya di pasar tradisional.

Berbeda dengan pasar tradisional, pasar modern tidak mengenal istilah tawar-menawar dalam transaksi. Sebab pada pasar modern, setiap produk yang dijual sudah dicantumkan barcode harga yang pasti. Fisik dari pasar modern pun lebih lengkap dengan berbagai fasilitas. Display produk juga tertata rapi dalam satu bangunan yang nyaman dan permanen.

Perbedaan antara pasar modern dan pasar tradisional tersebut ternyata membuat masyarakat yang tadinya pelanggan pasar tradisional, banyak


(16)

memutuskan untuk memilih pasar modern sebagai tempat membeli kebutuhan. Suasana gerai yang bersih, rapi, nyaman, ber-AC, bahkan ada promo discount pada produk-produk tertentu semakin menarik minat masyarakat untuk datang ke pasar modern. Jadi tidak bisa dipungkiri keberadaan pasar modern menjadi tuntutan dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat. Pasar modern pun seakan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan di mana masyarakat sangat antusias, sehingga perluasan jangkauan pun makin gencar dilakukan. Pasar modern yang terdiri dari berbagai jenis seperti supermarket, hypermarket,

department store dan minimarket ini semakin berkembang dari waktu ke waktu,

tidak hanya di kota besar tetapi sudah merambah daerah-daerah kecil seperti kabupaten bahkan kelurahan. Apalagi khusus pada jenis pasar modern yang berbentuk minimarket, pertumbuhannya berjalan sangat signifikan. Di Medan saja jumlah gerai Indomaret sudah mencapai 216 gerai sedangkan Alfamart mencapai 42 gerai yang tersebar diseluruh wilayah Kota Medan. (http://www.starberita.

com/index.phpoption comcontent&view=article&id=99944:121

Segala kelebihan yang ditawarkan, membuat pertumbuhan minimarket yang waralaba mampu memberi kontribusi yang besar dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Namun hal ini tidak serta-merta menjadi lampu hijau untuk membuat waralaba toko modern tumbuh cepat dan terkendali. Majunya waralaba toko modern yang diwujudkan membuat mereka semakin memburu lokasi-lokasi potensial yaitu daerah-daerah yang pada awalnya ada di jangkauan pasar tradisional. Pada saat ini kita bisa dengan mudah dapat melihat pasar modern berupa waralaba toko modern gerainya berdiri berdekatan dengan pasar


(17)

tradisional. Berada pada satu kawasan yang sama dengan sasaran konsumen yang sama pula tentu membuat pasar tradisional mau tidak mau seperti harus kalah bersaing dengan pasar modern yang berdiri di sekitarnya.

Berbagai penelitian yang mengkaji mengenai toko modern dan usaha tradisional baik pun sudah banyak dilakukan untuk mengetahui dampak dari hadirnya usaha waralaba toko modern terhadap pedagang tradisional. Seperti penelitian skripsi Desinita Ristanti (2008) mengenai “Dampak Kehadiran Minimarket (Indomaret) terhadap Peritel Tradisional (Survei Persepsi Peritel Tradisional/Toko di Wilayah Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo)” yang menunjukkan bahwa peritel tradisional merasa terganggu dengan hadirnya toko modern Indomaret yang berdiri di dekat usaha tradisional. Dan variabel yang mempunyai hubungan atau dampak secara signifikan adalah variabel Omzet Penjualan dan Tenaga Kerja, dimana hubungan atau dampaknya adalah rendah, sedangkan variabel Harga ternyata tidak mempunyai hubungan atau dampak secara signifikan terhadap peritel tradisional di wilayah Kecamatan

Kanigaran Kota Proboli

Pengaruh negatif dari toko modern terhadap usaha tradisional juga diungkap oleh hasil penelitian Iffah,dkk (2011) yang berjudul “Pengaruh Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus: Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang)”. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa semakin besar jangkauan minimarket, maka akan semakin banyak toko yang terfriksi dengan jangkauan pelayanannya. Satu minimarket


(18)

berdampak terhadap 4 toko usaha kecil, dengan rata-rata friksi sebesar 57.29%. Berdasarkan penelitian, semakin jauh toko usaha kecil terhadap minimarket, pengaruh yang ditimbulkan akan semakin kecil. Namun, semakin dekat toko usaha kecil dengan minimarket, maka pengaruh yang sangat besar terjadi pada jumlah konsumen yang datang setiap harinya (http://tatakota. ub.ac.id/index.php /tatakota/article/download/129/128

Hasil penelitian senada juga diungkapkan oleh Setiawan,dkk (2012) dalam penelitian “Pengaruh Keberadaan Minimarket Terhadap Pendapatan Pedagang Kelontong Dikelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur”. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa keberadaan minimarket membawa pengaruh negatif kepada hampir seluruh pedagang kelontong, Pengaruh tersebut ditinjau dari keempat faktor yaitu pengalaman berusaha tidak menjamin kestabilan tingkat pendapatan yang diperoleh. Temuan di lapangan menunjukkan pedagang kelontong yang sudah berdagang sejak 31 tahun pendapatannya juga turun sebesar 47%. Faktor lain adalah berkurangnya modal kerja yang dapat dikumpulkan oleh pedagang kelontong, penghentian penggunaan tenaga kerja pada 4 pedagang kelontong yang sebelumnya menggunakan tenaga kerja untuk membantu usaha warung kelontong mereka dan semakin meningkatnya persaingan harga maupun keberagaman bara

).

Hasil yang kurang lebih sama juga diungkap O K Laksemana Lufti (2012) pada penelitian “Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional Di Kelurahan Terjun


(19)

Kecamatan Medan Marelan” yang menyatakan pembangunan gerai Indomaret disekitar pasar tradisional maupun disekitar pedagang grosir membawa pengaruh negatif seperti membuat pedagang tradisonal terpinggirkan bahkan gulung tikar

Dan kondisi membuat para pengusaha tradisional harus memikirkan strategi untuk bertahan seperti yang diungkap oleh penelitian Yenika Sri Rahayu dan Bahtiar Fitanto (2011) yang berjudul “Strategi Pedagang Pasar Tradisional Menghadapi Persaingan Dengan Retail Modern Dan Preferensi Konsumen (Studi Kasus Pada Pasar Legi Kota Blitar)” dimana minimarket Indomaret menjadi salah satu penyebab yang menurunkan jumlah konsumen para pedagang tradisional, dan pedagang tradisional dengan keterbatasannya harus membuat strategi untuk bisa bersaing dengan toko modern seperti mengutamakan pelayanan dengan sikap yang ramah terhadap konsumen, memberikan rasa kepercayaan penuh ketika ada konsumen yang ingin berhutang serta faktor harga yang penting, harga faktor utama yang bisa menarik para konsumen

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Zul Morado Slawat Siregar dari Fraksi PKS DPRD Kota Medan, bahwa dalam dua tahun terakhir, kota Medan sedang booming dengan usaha waralaba minimarket mengisyaratkan bahwa keberadaan waralaba ini merupakan bentuk investasi usaha jika tidak diatur dan dikendalikan, akan mematikan usaha masyarakat yang sejenis namun bukan

waralaba


(20)

Namun perlu diketahui bahwa pembauran antara organisasi bisnis modern dengan organisasi bisnis tradisional sesungguhnya dapat memberi dampak yang positif pada tuan rumah apabila mereka memiliki kemampuan atau reaksi mempelajari strategi dagang yang dibawa oleh semua pebisnis modern. Seperti misalnya perusahaan-perusahaan waralaba yang ada di kota-kota besar di pulau Jawa, yang kemudian dapat membentuk perusahaan waralaba bersama sesama pedagang tradisonal. Dampak positif atau negatif dapat saja tercipta dari kehadiran pada waralaba terdahulu, namun semua itu tergantung dari penyikapan dan perubahan perilaku dagang yang dapat diterapkan mengimbangi para pendatang.

Sebab pemerintah sama sekali tdak bertujuan mematikan usaha tradisional dengan melegalkan usaha-usaha modern yang berkembang sekarang. Pemerintah justru memberikan catatan bahwa bisnis waralaba harus mampu memberi pengaruh positif dengan memberdayakan Usaha Kecil Menengah (UKM) seperti pengusaha tradisional. Namun yang terjadi memang banyak gerai waralaba tidak menunjukkan pemberdayaannya terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada. Pertumbuhan yang tinggi yang dialami oleh pasar modern tidak serta merta mampu mengangkat pertumbuhan pasar tadisional. Ini dapat dipandang sebagai suatu persiapan bom waktu kesenjangan sosial di masa mendatang.

Seperti yang terjadi di kota Medan, gerai-gerai waralaba toko modern dengan berbagai merk semakin berkembang. Masing-masing toko waralaba tersebut saling berlomba menawarkan pelayanan yang terbaik, harga yang lebih terjangkau, layanan pramuniaga, banyaknya variasi barang dengan dukungan


(21)

kualitas yang baik pula, serta tempat belanja dibuat lebih nyaman untuk menarik para pembelanja di gerai mereka. Akhirnya para konsumen di sekitar daerah persaingan antara pasar modern dan tradisional, membuat mereka beralih dari pasar tradisional ke waralaba toko modern.

Dengan segala kelebihan yang diterapkan oleh pengusaha waralaba toko modern dalam pengelolaannya, bukan tidak mungkin jika pedagang yang berada di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan yang lebih dulu ada di sana secara langsung atau tidak langsung merasakan dampak setelah kehadiran waralaba toko modern. Namun perlu diketahui bahwa dengan datangnya berbagai waralaba toko modern, para pedagang tradisional lokal justru memiliki kesempatan untuk melakukan pembaharuan strategi bisnis menjadi modern dengan mengadopsi strategi-strategi bisnis seperti bauran pemasaran (marketing

mix) dan beberapa faktor lain, yang sebenarnya dapat mereka pelajari dari

perusahaan bisnis waralaba pendatang. Apakah kemudian pihak pedagang tradisional di Pasar Tradisonal “Pajak Sore” Padang Bulan hanya mampu melihat segi negatif dari persaingan yang timbul akibat kehadiran bisnis waralaba tetapi tidak menjadikan dampak negatif itu sebagai titik balik menerapkan strategi yang mampu mengimbangi, adalah suatu kata kunci untuk merubah hasil persaingan menjadi lebih menguntungkan pihak pedagang tradisional untuk menjadi modern.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pedagang Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan, Medan)”.


(22)

I. 2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah bagaimana dampak kehadiran waralaba toko modern terhadap volume penjualan Pedagang Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan, Medan?”

I. 3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dampak kehadiran waralaba toko modern terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan dari segi pendapatannya.

2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh empat variabel dari marketing mix terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

3. Untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel-varibel lain di luar

marketing mix terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional

“Pajak Sore” Padang Bulan Medan. I. 4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Memberi input informasi pada khalayak akademisi mengenai pengaruh keberadaan waralaba toko modern.

2. Memberi masukan pada pihak pedagang tradisional mengenai strategi

marketing mix untuk dipakai dalam kegiatan berdagang sehari-hari.

3. Memberi maasukan pada pihak pedagang tradisional mengenai strategi manajemen pemasaran di lihat dari faktor-faktor di luar marketing mix.


(23)

BAB II

KERANGKA TEORI

II. 1 Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Pasal 1 ayat 2).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemu antara penjual dan pembeli, melakukan transaksi secara langsung dengan adanya aktifitas tawar-menawar harga. Selain itu, pasar tradisional dianggap sebagai pasar basah karena keadannya yang cenderung tidak nyaman, kotor, kumuh, bahkan menjadi sumber

kemacetan lalu lint

Namun keadaan pasar tradisonal yang seperti ini awalnya tidak menjadi satu hal yang dihindari oleh sebagian masyarakat karena di pasar tradisional pembeli bisa melakukan tawar menawar yang memberikan kepuasan khususnya jika berhasil mendapatkan harga tawaran terendah. Ketersediaan kebutuhan sehari


(24)

hari dalam jumlah, jenis dan harga yang beragam juga dianggap sesuai dengan keadaan keuangan yang tidak menentu dari masyarakat pada saat krisis. Dan dari sudut kepentingan pemerintah daerah, keberadaan pasar tradisional juga berperan penting dalam memberikan pemasukan yang menerus dan langsung kepada kas pemerintah daerah.

II. 2 Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar dimana penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung, melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti buah, sayuran daging, sebagian besar barang lain yang juga dijual adlah barang-barang yang dapat bertahan lama (Fithrati 2002:1).

Biasanya pasar modern melakukan pengelolaan manajemen yang modern pula, seperti sistem persediaan barang di gudang yang terukur, penetapan harga yang pasti, serta kualitas barang yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek atau tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.

Pasar modern ini awalnya menyasar pada masyarakat kelas menengah ke atas. Namun seiring dengan perubahan di masyarakat dan keinginan memperluas jangkauan, pasar modern pun menurunkan margin keuntungan dari tiap jenis produk agar masyarakat dari kelas ekonomi menengah ke bawah juga bisa membelanjakan uangnya di pasar modern. Pasar modern ini terdiri dari mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan,


(25)

pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Namun sesuai dengan judul penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, jenis pasar modern yang dibahas pada penelitian ini terbatas pada pasar modern dengan jenis waralaba toko modern. II. 2. 1 Toko Modern

Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang dapat berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Pasal 1 ayat 5).

Toko modern biasanya dilengkapai berbagai fasilitas yang memberikan rasa nyaman bagi pembeli yang datang. Mulai dari AC, music, display produk yang rapi dan teratur, ruangan yang wangi dan bersih hingga pramuniaga yang bersikap ramah saat menyambut konsumen datang. Transaksi pembayaran pun dilakukan secara teratur dengan mengantri dan pembeli bisa memilih sistem pembayaran, secara tunai atau debit. Semua transaksi dan kegiatan ekonomi pada toko modern ini berlangsung di gerai. Luas gerai ini nantinya menetukan kategori dari toko modern itu sendiri, antara lain:

1. Gerai minimarket memiliki luas gerai ≤ 400m² 2. Gerai supermarket memiliki luas gerai ≤ 1200m² 3. Gerai department store memiliki luas gerai ≤ 2000m² II. 2. 2 Waralaba

Waralaba yang saat ini berkembang pesat di Indonesia berasal dari bahasa Perancis, yaitu franchise. Franchise sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu


(26)

“francorum rex” yang artinya bebas dari ikatan, yang mengacu pada kebebasan untuk memilih hak usaha. Sedangkan pengertian franchise berasal dari bahasa Perancis abad pertengahan, diambil dari kata “franc” (bebas) dan “francher” (membebaskan) yang secara umum diartikan sebagai pemberian hak istimewa. Namun kemudian di Indonesia dialih-bahasakan dengan istilah waralaba yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM). Waralaba berasal dari dua kata yaitu kata "wara" yang berarti lebih atau istimewa dan kata “laba” yang berarti untung. Sehingga waralaba berarti usaha yang memberikan laba lebih atau istimewa (Sutedi 2008:7).

Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba (Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern Pasal 1 ayat 1)

Dari dimensi bisnis, waralaba dapat didefinisikan sebagai pengaturan dengan sistem pemberian hak pemakaian nama dagang milik franchisor oleh pihak independen atau franchisee untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian (Sutedi 2008:6).

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik


(27)

merk (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merk, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu (Sutedi 2008:1).

Beberapa istilah yang kerap ditemui dalam sistem usaha waralaba (franchise) antara lain :

1. Pemberi waralaba (franchisor)

Franchisor adalah pihak pertama baik berupa perorangan ataupun

badan usaha yang memiliki kapasitas untuk memberikan hak intelektual yang dimilikinya kepada pihak kedua (franchisee) untuk memanfaatkan segala ciri khas usaha dan segala kekayaan intelektual, seperti nama, merek dagang, logo dan sistem usaha, dan semua prosedur yang dimilikinya.

2. Penerima waralaba (franchisee)

Franchisee adalah pihak kedua baik berupa perorangan ataupun

badan usaha yang menerima hak untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh

franchisor.

3. Royalty fee

Royalty fee adalah kontribusi biaya dari operasional usaha franchisee

yang dibayarkan kepada franchisor set iap peri od e p e nju alan b ula na n. Royalty fee ini berupa persentase tertentu dari besarnya omset penjualan franchisee.


(28)

Franchisee fee adalah biaya waralaba berupa kontribusi biaya dari franchisee kepada franchisor, sebagai imbalan atas pemberian hak

pemanfaatan dan penggunaan hak intelektual franchisor dalam kurun waktu tertentu. Franchisee fee ini sering juga disebut sebagai one time/

initial fee.

5. Refranchising

Refranchising adalah suatu lokasi yang pada awalnya dimiliki oleh franchisee tetapi akhirnya gerai tersebut dimiliki (dibeli kembali) dan

dikelola oleh franchisor.

6. Master franchisee

Master franchisee adalah franchisee yang mendapat hak waralaba

langsung dari franchisor yang meliputi are geografis tertentu dan umumnya meliputi satu wilayah hukum (negara). Master franchise dapat menjual hak waralabanya kepada area, multiple, maupun individual

franchisee.

7. Multiple franchisee

Franchisee yang memegang hak waralaba untuk lebih dari satu outlet

di area geografis tertentu, tetapi tidak dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya.

8. Individual franchisee

Franchisee yang bertindak atas nama sendiri yang memegang hak

waralaba untuk satu outlet saja dan tidak dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya.


(29)

9. Area franchisee

Inividu atau perusahaan yang diberi hak waralaba meliputi cakupan wilayah geografis yang disepakati sebelumnya dalam perjanjian waralaba. Area franchisee dalam hal ini diberikan target atau deadline berkaitan dengan jumlah outlet yang harus dibuka dalam periode waktu tertentu. Area franchisee dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya kepada individual atau multiple franchisee.

10.Retrofranchising

Retrofranchising adalah lokasi yang dimiliki dan dikelola

sendiri oleh franchisor dan tidak akan dijual (di-franchise-kan)

Suatu usaha dapat diwaralabakan bila setidaknya ada lima syarat minimal, yaitu : 1. Memiliki keunikan

2. Terbukti telah berhasil 3. Memiliki standar

4. Dapat diajarkan/diaplikasikan 5. Menguntungkan (Sutedi 2008:54) II. 2. 3 Tinjauan Hukum Waralaba

Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah untuk menjadi landasan hukum jalannya bisnis waralaba. Tidak hanya bersifat melegalisasi dan mendukung, peraturan yang dikeluarkan juga ada yang bertujuan untuk membatasi agar bisnis waralaba tetap dalam jumlah yang proporsional di pasar. Peraturan itu antara lain :


(30)

2. Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

3. Permendag No. 53/MDAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba

4. Permendag Nomor 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern

Selain peraturan dari pemerintah pusat, pemerintah Kota Medan juga mengeluarkan peraturan daerah yang mengatur tentang waralaba yaitu Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Namun kemudian seiring dengan perkebambangan yang terjadi, peraturan ini mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan waralaba yang ada. Maka dari itu, pada tanggal 26 Juli 2012 pemerintah kota medan melalui walikota Medan mengeluarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 23 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

Tidak sampai disitu, perubahan dirasa masih perlu dilakukan untuk menciptakan peraturan yang lebih ideal lagi untuk mengatur waralaba di kota Medan khususnya. Karena itu pemerinath kota Medan kemudian mengeluarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan


(31)

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern pada 13 Desember 2012.

II. 2. 4 Waralaba Dan Persaingan Usaha

Salah satu yang membedakan pedagang tradisional dengan para pengusaha waralaba adalah akses langsung yang dimiliki pengusaha waralaba dengan produsen, sehingga mereka bisa menurunkan harga pokok penjualan, yang pada akhirnya mampu membuat pengusaha waralaba menawarkan harga yang lebih rendah. apalagi ditambah dengan semakin banyaknya gerai-gerai waralaba toko modern yang tersebar, memegang pangsa pasar dengan persentase yang sangat tinggi, bukan tidak mungkin satu saat akan terbentuk kartel.

Tapi ternyata waralaba merupakan jenis usaha yang dikecualikan tunduk pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Dikecualikan dari ketentuan UU No. 5 Tahun 1999, perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba (UndangUndang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 50 huruf b).

Ada beberapa alasan yang mendukung hal ini. Pertama, bisnis waralaba termasuk dalam golongan usaha kecil dan menengah. Kedua, waralaba merupakan suatu sistem pemasaran yang vertikal dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau


(32)

penemuan atau ciri-ciri yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan/atau penjualan barang dan/atau jasa (Sutedi 2008:148)

Jika dilihat sepintas, isi ketentuan Pasal 50 huruf b Undang-undang Antimonopoli ini seolah-olah menyatakan waralaba secara jelas dan pasti dikecualikan dari jangkauan Undang-Undang Antimonopoli. Tapi sebenarnya tidak, sebab yang dikecualikan adalah sistem waralabanya, sedangkan tindakan pelaku usaha waralaba tidak dikecualikan. Jadi apabila pelaku usaha waralaba melakukan persaingan usaha tidak sehat, ia dapat terkena Undang-Undang Antimonopoli (Sutedi 2008:149)

II. 3 Penjualan

Penjualan merupakan fungsi yang paling penting dalam pemasaran karena menjadi tulang punggung kegiatan untuk mencapai pasar yang dituju (Swastha dan Sukotjo 2002:183).

Atau dapat juga dikatakan sebagai salah satu usaha manusia untuk memperoleh imbalan berupa uang sejumlah tertentu sesuai persetujuan bersama dengan menyampaikan suatu barang atau produk bagi pihak yang membutuhkan.

Fungsi penjualan merupakan sumber pendapatan yang diperlukan untuk menutup ongkos-ongkos dengan harapan bisa mendapatkan laba. Jika barang diproduksi, atau dibeli untuk kemudian dijual kembali, maka harus diusahakan sejauh mungkin agar barang tersebut dapat terjual. Oleh karena itu perlu adanya berbagai acam cara untuk memajukan penjualan seperti periklanan, peragaan, dan


(33)

sebagainya. Selain mendapatkan laba, kegiatan penjualan juga dilakukan untuk menunjang pertumbuhan dan mencapai volume penjualan.

II. 3. 1 Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan hasil akhir dari hasil penjualan produk dan dihitung secara total baik kredit maupun tunai dalam jangka waktu tertentu. Volume penjualan biasanya berbanding lurus dengan laba yang diperoleh. Jika volume penjualan meningkat dan biaya distribusi menurun maka tingkat pencapaian laba meningkat, tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun maka laba yang diperoleh juga menurun. Dalam hal ini pembeli menurun, volume penjualan berkurang, semua biaya mungkin tidak dapat ditutup dan akhirnya perusahaan bisa menderita rugi (Swastha dan Sukotjo 2002:211).

Adapun usaha untuk meningkatkan volume penjualan tersebut antara lain : a. Menjajakan produk agar dilihat konsumen

b. Tata letak atau display produk c. Analisa pasar

d. Menentukan calon pembeli atau konsumen potensial

e. Discount atau potongan harga

II. 4 Pemasaran

Pemasaran berbeda dengan penjualan. Theodore Levitt menyatakan bahwa penjualan berfokus pada kebutuhan penjual; pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan didasari oleh kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang; pemasaran didasari oleh gagasan untuk memuaskan kebutuhan


(34)

pelanggan melalui produk dan hal-hal yang berhubungan dengan menciptakan, menghantarkan dan akhirnya mengkonsumsinya. Untuk itu, pemasaran bisa dikatakan sebagai kunci untuk mempertahankan kelangsungan perkembangan dan perluasan perusahaan (Kotler dan Keller 2000:20)

Pemasaran juga adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler dan Amstrong, 2001:7).

Dengan demikian terdapat unsur-unsur penting dalam pemasaran, yaitu: a. Kebutuhan dan keinginan konsumen

b. Adanya kebutuhan produk yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan c. Adanya pertukaran dan membutuhkan tempat untuk pertukaran yaitu pasar

Selain itu di zaman modern seperti saat ini pemasaran memiliki konsep yang disebut sebagai Marketing Mix, yang sangat menentukan keberhasilan pengusaha dalam mengejar maksimum profit. Marketing Mix atau bauran Pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran (Kotler 2002:18).

Unsur-unsur dalam Marketing Mix biasa disebut 4P, yaitu:

a. Product (produk)

Produk adalah sesuatu yang dijual. Produk lebih dari sesuatu yang nyata dan jelas, produk merupakan suatu kesatuan dari nilai tambah yang mampu memberikan kepuasan bagi konsumennya.


(35)

b. Price (harga)

Harga adalah faktor dari marketing mix yang ditunjukkan dari berapa banyak seorang konsumen diharuskan untuk membayar.

c. Place (tempat/distribusi)

Place adalah metode distribusi yang diadaptasi antara produk dengan

konsumen. Tujuannya adalah menghubungkan antara persediaan dengan permintaan yang ada.

d. Promotion (promosi)

Promosi adalah cara bagi sebuah perusahaan untuk menyediakan informasi bagi target pasar aan penawaran mereka, baik melalui iklan, public relation, dan promosi penjualan.

Setiap pihak yang melakukan kegiatan pemasaran juga harus mengatur arus informasi pemasarannya. Sistem informasi manajemen atau pemasaran adalah serangkaian subsistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara, untuk mengambil keputusan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Anoraga 1997:203). Sistem informasi pemasaran terdiri dari orang-orang, peralatan, dan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, menyortir, menganalisa, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi dengan tepat waktu, akurat dan dibutuhkan kepada pembuat keputusan pemasaran (Kotler 1997:97). Sistem informasi tersebut terdiri dari empat komponen yaitu:

a. Sistem pencatatan internal yang meliputi informasi siklus pesanan ke pembayaran dan sistem pelaporan penjualan.


(36)

b. Sistem intelijensi pemasaran, serangkaian prosedur dan sumber yang digunakan untuk memperoleh informas harian tentang perkembangan dalam lingkungan pemasaran.

c. Sistem riset yang memungkinkan rancangan sistematis, pengumpulan, analisa dan pelaporan data dan temuan yang relevan dengan situasi pemasaran tertentu.

d. Sistem pendukung keputusan pemasaran terkomputerisasi yang membantu dalam menginterpretasikan data dan informasi relevan serta menjadikan mereka sebagai dasar tindakan pemasaran.

Riset juga menjadi satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemasaran. Riset pemasaran adalah perancangan, pengumpulan , analisa dan pelaporan data yang sistematis dan temuan-temuan yang relevan dengan situasi tertentu yang dihadapi. Alasan utama dilakukannya riset pemasaran adalah untuk menemukan peluang pasar (Kotler 1997:125).

Pemasaran juga melihat bagaimana kulaitas pelayanan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyaman bagi konsumennya. Sebab konsumen tentu cenderung lebih menyukai hal yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Seperti yang dikatakan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry pada (Kotler 2000), salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk memberi rasa nyaman pada pelanggan adalah dengan menerapkan Serve Equal, yaitu:

a. Reliability : kehandalan dalam menghadapi dan melayani konsumen atau

kemampuan untu menampilkan secara tepat pelayanan yang sudah dijanjikan..


(37)

b. Responsiveness : sikap dan keinginan untuk tanggap melayani pelanggan

c. Assurance : pengetahuan dan kemampuan yang bisa dipercaya dari pihak

pemasar.

d. Emphaty : kemampuan untuk peduli dan memperhatikan pelanggan secara

mendalam dan mampu menyesuaikan dan berbaur dengan pelanggan.

e. Tangibles : penampilan yang menggambarkan suatu nilai lebih misalnya

dari fasilitas, peralatan, pegawai maupun materi komunikasi.

Selain Serve Equal, faktor keamanan atau sekuritas juga diperlukan untuk menimbulkan perasaan nyaman bagi pelanggan. Sebab bagaimana mungkin seseorang bisa nyaman berbelanja atau membeli suatu barang jika ditempat dia ingin membeli barang tersebut banyak terjadi tindakan kriminal, tidak aman dan berbahaya. Untuk itu faktor keamanan atau sekuritas pada pembelanja juga perlu menjadi prioritas dalam menetapkan strategi pemasaran.

Kegiatan pemasaran juga perlu didukung dengan adanya kerjasama antar beberapa pihak dalam satu jaringan yang membantu mereka untuk saling terhubung satu sama lain. Sebab tanpa disadari tidak ada pihak pemasar atau bahkan pedagang yang berdiri sendiri. Kegiatan pemasaran dan perdagangan yang mereka jalankan terlebih dahulu melewati rantai pasokan mulai dari produsen, distributor, pedagang akhir hingga ke konsumen nantinya. Jika tidak ada kerjasama dari berbagai pihak tersebut tentunya akan menghambat proses pemasaran yang direncanakan. Dan satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah faktor legalitas. Kegiatan pemasaran perlu bentuk legalitas untuk menjamin segala


(38)

kegiatan opereasional yang dijalankan benar-benar legal, sah, tidak ada indikasi melanggar hukum sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Sedangkan yang menjadi fungsi pokok dari pemasaran adalah: a. Penjualan

Fungsi penjualan merupakan sumber pendapatan untuk bisa mendapatkan laba

b. Pembelian

Fungsi pembelian betujuan memilih barang yang dibeli untuk dijual atau digunakan dalam perusahaan dengan harga, pelayanan dari penjual dan kualitas produk tertentu

c. Pengankutan

Pengangkutan merupakan fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke tempat barang dkonsumsikan

d. Penyimpanan

Penyimapanan merupakan fungsi menyiman barang-barang pada saat barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsikan

e. Pembelanjaan

Pembelanjaan adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber ekstern guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran

f. Penanggungan resiko

Penanggungan resiko adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan pemasaran barang


(39)

Standarisasi adalah penentuan batas-batas dasar dalam bentuk spesifikasi barang-barang hasl manufatur, kadang disebut juga normalisasi. Grading adalah usaha menggolongkan barang ke dalam golongan standar kualitas yang telah mendapat pengakuan dunia perdagangan

h. Pengumpulan informasi pasar

Pengumpulan informasi pasar termasuk juga penafsiran keterangan tentang macam barang yang beredar di pasar, jumlahnya, macam barang yang dibutuhkan konsumen, harapannya, dan sebagainya (Swastha dan Sukotjo 2002:185).


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

III. 1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitaif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono 2012:13).

III. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah Kelurahan Padang Bulan Medan dengan objek penelitian para pedagang tradisional yang berdagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

III. 3 Populasi dan Sampel III. 3. 1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek ataupun subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2012:115).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pedagang yang ada di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan yang berjumlah 334 orang.


(41)

Tabel III.1

Data Jumlah Pedagang Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan Medan

No Klasifikasi Jumlah Pedagang

1 Pedagang pakaian 167

2 Pedagang buah-buahan 28

3 Pedagang sayur-sayuran 33

4 Pedagang daging, ayam dan ikan 36

5 Pedagang kelontong 70

Jumlah 334

Sumber: PD. Pasar Tradisional Pasar Sore Padang Bulan Medan (2013)

III. 3. 2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari seluruh populasi yang akan diteliti (Arikunto 2010:174). Untuk menentukan jumlah sampel dari penelitian ini digunakan rumus Slovin:

=

�+(�)(�²) Keterangan :

� = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = tingkat kesalahan yang ditolerir


(42)

�= 334 1 + (334)(0,01)

�= 334

1 + 3,34

�= 334 4,34

�= 76,9 dibulatkan menjadi � = 77

Total sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 77 orang. Namun, karena pedagang tersebut terdiri dari tiga jenis pedagang yang menjual tiga jenis dagangan yang berbeda, maka diperlukan penentuan sampel untuk masing-masing kelas, yaitu dengan menggunakan rumus :

=

��

.

Keterangan :

n

i = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya


(43)

Berdasarkan rumus tersebut selanjutnya dapat dihitung besar sampel dari masing-masing jenis pedagang yaitu sebagai berikut :

Tabel III. 2

Jumlah Sampel Pedagang

Klasifikasi Perhitungan Jumlah Sampel

Pedagang pakaian 167

334 x 77 = 38,5 39

Pedagang buah-buahan 28

334 x 77 = 6,4 6

Pedagang sayur-sayuran 33

334 x 77 = 7,6 8

Pedagang daging, ayam dan ikan 36

334 x 77 = 8,2 8

Pedagang kelontong 70

334 x 77 = 16,1 16

Jumlah 77

Sumber : Hasil pengolahan data primer

Dari tabel II. 2 maka jumlah sampel untuk setiap jenis pedagang didapat sebagai berikut, 39 orang pedagang pakaian, 6 orang pedagang buah-buahan, 8 orang pedagang sayuran, 8 orang pedagang daging, ayam dan ikan, serta 16 orang pedagang kelontong.


(44)

III. 4 Hipotesis

Menurut Arikunto (2010:110) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan signifikan disebabkan oleh dampak keberadaan waralaba toko modern terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan

H1 : Ada perbedaan signifikan disebabkan oleh dampak keberadaan waralaba toko modern terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan

III. 5 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu objek secara abstrak. Konsep digunakan untuk menyederhanakan pemikiran dengan penggunaan istilah tertentu. Variabel, indikator, maupun skala pengukuran yang diadakan pada penelitian akan lebih mudah dipahami dengan adanya konsep. Dengan demikian, untuk memperjelas penelitian ini, yang menjadi defenisi konsep disini adalah sebagai berikut:

1. Dampak merupakan suatu akibat yang disebabkan oleh sesuatu dan mempengaruhi keadaan seseorang atau kelompok.

2. Waralaba adalah hak istimewa (privilege) yang terjalin atau diberikan pemberi waralaba (franchisor) kepada penerima waralaba (franchisee) dengan sejumlah kewajiban atau pembayaran


(45)

3. Indomaret adalah salah satu jenis waralaba toko modern dengan sistem pelayanan mandiri dimana penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung. Pembeli cukup melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode). Indomaret disini adalah yang berdiri di Kelurahan Padang Bulan medan.

4. Alfamart juga merupakan salah satu jenis waralaba toko modern dengan sistem pelayanan mandiri dimana penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung. Pembeli cukup melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode). Alfamart disini adalah yang berdiri di Kelurahan Padang Bulan medan.

5. Carrefour adalah sebuah kelompok waralaba supermarket internasional yang juga menerapkan sistem manajemen modern dengan pelayanan mandiri.

6. Volume penjualan adalah jumlah barang yang terjual dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu

7. Pedagang adalah orang yang menawarkan barang dagangannya dalam sebuah pasar untuk memperoleh keuntungan. Pedagang disini adalah pedagang di Pasar Tradisional Pasar Sore Padang Bulan, Medan

8. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan


(46)

usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar, yang dalam penelitian ini adalah Pasar Tradisional Pasar Sore Padang Bulan, Medan.

III. 6 Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel bebas (independent variable) adalah ciri ciri penampilan dari waralaba toko modern.

1. Placement adalah karakteristik pajangan atau susunan dari produk yang

tertata rapi dalam etalase yang baik, teratur dan menarik dipandang mata konsumen.

2. Product adalah poduk yang berkualtias sesuai dengan kebutuhan, berkualitas

baik biasanya dijamin (minimal secara psikologis) oleh suatu merek yang paten

3. Price adalah harga yang relatif lebih murah untuk kualitas produk yang

serupa dibandingkan dengan yang dijual di lokasi lain.

4. Promotion adalah suatu upaya yang dilakukan secara efektif dan efisien oleh

pihak waralaba tentang kualitas produk dan pelayanan mereka melalui jalur informasi dan promosi dagang

5. Riset dan Pengembangan adalah upaya yang lazim dilakukan industri modern didalam usaha merebut pasar yang lebih luas yaitu melakukan riset dan pengembangan berbasis informasi kepuasan pelanggan dan lain-lain.

6. Sistem Informasi yaitu upaya pihak perusahaan waralaba melakukan komunikasi tentang informasi-informasi yang akurat disekitar prose bisnis yang mereka lakukan secara bersma-sama dalam perusahaan mereka.


(47)

7. Kenyaman Lingkungan yaitu hasil pencermatan dan persiapan dari pengusaha menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman dipersepsi pelanggannya, bersih, tidak becek, tidak berdesak-desakan dan tidak bau. 8. Kerjasama dalam jaringan yaitu tentang kondisi kerjasama yang baik diantara

sesama anggota franchise karena semua pihak harus sama sama mendukung usaha perdagangan yang sama-sama menguntungkan.

9. Sekuritas pada Pembelanja adalah kepastian keamanan selama berada di lingkungan toko waralaba. Pihak perusahaan selalu memperhatikan faktor keamanan pelanggan dari gangguan-gangguan keamanan seperti misalnya Satpam dan sarana kesehatan serta pencegahan bahaya api atau bencana lain. 10. Legalitas yaitu kondisi yang lazimnya menjadi ciri khas perusahaan waralaba

dimana ada ikatan hukum yang menaungi proses perdangan yang legalitasnya umumnya lebih terjamin.

III. 7 Variabel Operasional dan Model Pengukuran

Variabel-variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur atau dinilai oleh pihak responden yaitu pemilik usaha dagang atau pedagang tradisonal. Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebasnya adalah 10 karakteristik pemasaran yang umumnya dicitrakan oleh waralaba toko modern, yang secara bervariasi dimiliki pula oleh masing-masing pedagang tradisional. Nilai-nilai dari variabel tersebut dinilai sendiri oleh pewawancara berdasarkan observasi lingkungan ataupun pengakuan dari pihak responden.


(48)

Variabel bebas (independent variable) adalah karakteristik khas dari semua perusahaan modern yang menjalankan prinsip franchising. Pernyataan itu telah banyak ditelaah dalam kerangka teori minimal tentang aplikasi marketing

mix (bauran pemasaran) yang mengutamakan ciri variabel product (produk), placement (tata letak), pricing (harga) dan promotion (promosi/informasi). Pada

teori lain bahwa pemasaran membutuhkan fasilitas yang dipersepsi lebih nyaman, lebih aman dan kepastian kualitas pelayanan oleh pihak pemakai produk.

Masing-masing komponen variabel bebas tersebut dinilai menurut persepsi dan kesadaran dari pihak responden, seberapa nilai dari item kuesioner yang ditanyakan dijawab dalam skala kualitatif Skala Likert. Nilai pencapaian pada awalnya itu dinilai dalam skala kualitatif (skala Likert) mulai dari: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju dan (5) sangat setuju.

Variabel terikat (dependent variable) adalah pertambahan atau pengurangan tingkat pendapatan atau penjualan yang diakui oleh masing-masing responden. Pertanyaan tidak diarahkan untuk nilai nominal atau rupiah karena nilai nominal antar pedagang berbeda. Selain itu akan sangat mustahil mendapat pengakuan jumlah nominal yang jujur oleh pihak responden. Penilaian pencapaian itu dibuat dalam skala kualitatif (skala Likert) menilai secara kualitatif mulai dari: (1) <21%, (2) 21% - 40 %, (3) 41% - 60%, (4) 61% - 80% dan (5) 81% - >100%.


(49)

Karena data kualitatif tidak berupa angka, sedangkan statistik hanya bisa bisa memproses yang berupa angka, maka data kualitatif harus dikuantifikasikan atau diubah menjadi data kuantitaif. Pengubahan bisa dilakukan dengan cara memberi skor tertentu (dikotomi) atau bisa juga dengan memberi ranking (Santoso 2000:5)

Pada penelitian ini digunakan dengan cara meranking. Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternatif jawaban apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah terlebih dahulu menentukan interval kaegori jawaban responden masing-masing variabel kedalam 5 interval yaitu :

a. Interval 1 dengan range 0 – 20% b. Interval 2 dengan range >20% - 40% c. Interval 3 dengan range >40% - 60% d. Interval 4 dengan range >60% - 80% e. Interval 5 dengan range >80% - 100%

Hasilnya akan memberi nilai yang valid menjadikan pengukuran yang setara dengan nilai kuantitatif. Nilai kuantitatif tersebut yang seterusnya dipakai menjadi skala ukur untuk perhitungan statistik regresi.


(50)

III. 8 Kerangka Kosep Penelitian

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan kerangka sederhana sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar III.1

Kerangka Konsep Penelitian

1. Placement

2. Product

3. Price

4. Promotion

5. Riset dan pengembangan 6. Sistem Informasi

7. Kenyamanan dalam lingkungan

8. Kerjasama dalam jaringan 9. Sekuritas pada

pembelanja 10.Legalitas

Rasio

Pertumbuhan 1. Kunjungan 2. Penjualan


(51)

III. 9 Teknik Pengumpulan Data III. 9. 1 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Data pada penelitian terdiri dari 2 jenis yaitu:

a. Data primer. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono 2012:402). Sumber data primer pada penelitian ini adalah para pedagang yang ada di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

b. Data Sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan dan PD Pasar Padang Bulan Medan.

III. 9. 2 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini antara lain:

a. Metode angket (kuesioner). Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2012:199). Metode angket ini digunakan untuk memperoleh data primer. Kuesioner (angket) akan dibagikan kepada pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan untuk diminta menjawab daftar pertanyaan mengenai dampak yang mereka rasakan dari keberadaan waralaba toko modern yang berdiri di sekitar pasar.


(52)

b. Sedangkan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan Metode Studi Pustaka. Di dalam pengumpulan data studi pustaka penulis memperoleh data-data dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan dan PD Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan, Medan.

III. 10 Teknik Analisis Data

III. 10. 1 Uji Validitas dan Realiabilitas

Uji validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut (Santoso 2000:270).

Sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Santoso 2000:270).

Karena data pada penelitian ini adalah data berskala yaitu Skala Likert, maka pengujan dilakukan dengan menggunakan Alfa Cronbach.

III. 10. 2 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah variabel untuk menginformasikan suatu variabel dalam kondisi tertentu tanpa dikaitkan dengan variabel lain, serta untuk mengetahui perkembangan data suatu variabel dengan cara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Indikasinya dapat dilihat antara lain melalui distribusi frekuensi, rata-rata, proporsi, standar deviasi, varians, median, modus dan sebagainya.


(53)

III. 10. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson

Analisis bivariat dipakai untuk melihat hubungan dua variabel. Hubungan yang dimaksud bisa berupa hubungan kausal yaitu variabel independen (variable yang mempengaruhi) denganvariabel dependent (dipengaruhi). Ini dapat diuji dengan menggunakan bivariate correlation.

III. 10. 4 Analisis Regresi

Berdasarkan judul, latar belakang, dan perumusan masalah maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda., yang bertujuan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktur dimanipulasi (Sugiyono, 2012:277).

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program komputer SPSS 17. Adapun model yang digunakan dari regresi linear berganda menurut (Sugiyono, 2012:277) yaitu :

Yt = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 +

b9 X9 + b10 X10 + e

Keterangan :

Yt = Rasio Pertumbuhan

a = Koefisien Konstanta

X1 = Placement

X2 = Product


(54)

X4 = Promotion

X5 = Riset dan pengembangan

X6 = Sistem Informasi

X7 = Kenyamanan dalam lingkungan

X8 = Kerjasama dalam jaringan

X9 = Sekuritas pada pembelanja

X10 = legalitas

e = Koefisien Error (Variabel Pengganggu)

III. 10. 5 Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas :

III. 10. 5. 1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Pola pengujian bisa dilakukan secara visual yaitu dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(55)

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

III. 10. 5. 2 Uji Heterokedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, bisa dilihat dari grafik scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED) dengan studentized residual (SRESID). Ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya).

Dasar pengambilan keputusan yaitu:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(56)

III. 10. 5. 3 Uji Autokorelasi

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Deteksi adanya autokorelasi bisa dilihat dari besaran angka D-W (Durbin-Watson) yaitu:

Angka Durbin-Watson dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif

Angka Durbin-Watson diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi Angka Durbin-Watson diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif

III. 10. 6 Uji Hipotesis

Hipotesis secara statistik merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian statistik (Sugiyono 2012:221).

Untuk itu, setelah pengujian asumsi klasik, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian atas hipotesis. Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitin ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu uji koefisien determinasi (R2), uji signifikan simultan dan uji signifikan parsial. Untuk melakukan uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program komputer SPSS 17.

III. 10. 6. 1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, sebaliknya nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai koefisien


(57)

determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai adjusted R2 karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari dua variabel. Selain itu nilai adjusted R2 dianggap lebih baik dari nilai R2, karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model regresi.

III. 10. 6. 2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua varibel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen/terikat.

Di dalam penelitian ini uji F digunakan untuk menguji placement, product, place, promotion, riset dan pengembangan, sistem informasi, kenyamanan dalam lingkungan, kerjasama dalam jaringan, sekuritas pada pembelanja, dan legalitas terhadap volume penjualan pedagang tradisional di Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan, Medan.

Uji F dilakukan dengan membandingkan signifikansi Fhitung dengan Ftabel dengan ketentuan sebagai berikut :

1. H0 diterima dan H1 ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 0,05 2. H0 ditolak dan H1 diterima jika F hitung > F tabeluntuk α = 0,05

III. 10. 6. 3 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.


(58)

Di dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji placement, product, place, promotion, riset dan pengembangan, sistem informasi, kenyamanan dalam lingkungan, kerjasama dalam jaringan, sekuritas pada pembelanja, dan legalitas terhadap volume penjualan pedagang tradisional di Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan, Medan.

Uji t dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ttabel dengan ketentuan:

1. H0 diterima dan H1 ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 0,05 2. H0 ditolak dan H1 diterima jika t hitung > t tabeluntuk α = 0,05


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

IV. 1 Deskripsi Lokasi Penelitian

IV. 1. 1 Letak Pasar Tradisional Padang Bulan

Pasar Tradisional Padang Bulan “Pajak Sore” secara administratif terletak di Kelurahan Padang Bulan, Medan. Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Padang Bulan termasuk di dalam Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah ± 168 Ha. Kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rantai c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia

Luas wilayah kelurahan ini banyak dipakai untuk pemukiman dan sarana umum seperti kantor, sekolah, perguruan tinggi, tempat ibadah, kuburan dan pasar tradisional. Namun keberadaan pasar tradisional Padang Bulan “Pajak Sore” yang berada di pinggir jalan raya Jamin Ginting, Padang Bulan Medan, belakangan ini digerogoti kehadiran pusat-pusat perniagaan seperti jaringan waralaba toko modern Indomaret, Alfamart, Carrefour yang berdiri di sekitar kawasan ini.


(60)

IV. 1. 2 Sejarah Singkat Pasar Tradisional Padang Bulan “Pajak Sore” Pasar Tradisional Padang Bulan atau yang lebih dikenal dengan nama “Pajak Sore” didirikan pada tahun 1987 dan merupakan salah satu 64 pasar tradisional yang berada di bawah pengelolaan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan. Pada tahap awal Pasar Tradisional “Pajak Sore” ini berada di tanah yang berdataran rendah namun kemudian tanah tersebut telah ditinggikan oleh pemerintah daerah setempat sejak 12 tahun yang lalu. Pasar tradisional ini berada di Jalan Jamin Ginting dengan luas lahan 4.600 m2 dan luas bangunan 3.910 m2 dan beroperasi mulai pagi hingga sore hari. Barang-barang yang dijual beraneka ragam diantaranya kebutuhan pokok, sayur mayur, ikan, bumbu, buah-buahan, peralatan rumah tangga, dan pakaian. Penjual yang berdagang disini cukup banyak untuk mengetahui lebih rinci dapat dilihat keterangan di bawah ini :

a. Jumlah Bangunan di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan

1. Kios : 223 petak, terdiri dari 143 petak aktif beroperasi (buka) , 37 tutup dan 44 buka/tutup

2. Stand : 88 petak, terdiri dari 60 petak aktif beroperasi (buka) , 21 tutup, 6 buka/tutup dan 1 dicabut

3. Toko : 21 petak 4. Informal : 2 petak b. Fasilitas Umum

1. Parkir : Ada

2. Mushola : Tidak Ada 3. Reklame : Tidak Ada 4. TPS :

a) Volume sampah : 12 m3 / Hari b) Pengelola : Dinas


(61)

5. Drainase : ada 6. MCK:

a) Jumlah : 3 pintu b) Sumber Air : PDAM c) Pengelola : UPTD IV. 1. 3 Karakteristik Responden

Tabel IV.1

Jumlah Populasi Pedagang Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan

Jenis Pedagang Jumlah Persentase

Pedagang pakaian 167 50 %

Pedagang buah-buahan 28 8,38 %

Pedagang sayur-sayuran 33 9,88 %

Pedagang daging, ayam dan ikan 36 10,77 %

Pedagang kelontong 70 20,95 %

Jumlah 334 100%

Sumber : Hasil pengolahan data primer

Dari tabel IV. 1 tersebut dapat dilihat banyaknya pedagang yang berjualan di Pasar Ngaliyan menurut jenis dagangannya, pedagang pakaian ada 167 (50 %), pedagang buah 28 (8,38 %), pedagang sayur-sayuuran 33 (9,88 %), pedagang daging, ayam, ikan 36 (10,77 %), dan pedagang kelontong 70 (20,95 %).


(62)

Dari seluruh populasi pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan, yang menjadi responden berdasarkan karakteristiknya sebagai berikut :

Tabel IV.2

Jumlah Pedagang yang Menjadi Responden

Pedagang Jumlah Persentase

Pedagang pakaian 39 50,64 %

Pedagang buah-buahan 6 7,79 %

Pedagang sayur-sayuran 8 10,38 %

Pedagang daging, ayam dan ikan 8 10,38 %

Pedagang kelontong 16 20,77 %

Jumlah 77 100 %

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2013

Dari tabel IV. 2 di atas dapat dilihat banyaknya pedagang yang berjualan di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan menurut jenis dagangannya yang menjadi responden, pedagang pakaian 39 orang (50,64%), pedagang buah-buahan 6 orang (7,79 %), pedagang sayur-sayuran 8 orang (10,38 %), pedagang daging, ayam, ikan 8 orang (10,38 %), dan pedagang kelontong 16 orang (20,77 %).


(63)

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV.3

Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 10 12,98 %

Perempuan 67 87,01 %

Jumlah 77 100 %

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2013

Dari tabel IV.3 dapat dilihat banyaknya pedagang yang dijadikan responden dalam penelitian berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 10 Orang (12,98 %) dan perempuan sebanyak 67 Orang (87,01 %). Pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan didominasi perempuan (Ibu rumah tangga) yang ingin mencari kesibukan dan membantu perekonomian untuk keluarganya daripada hanya duduk di rumah, dan lainnya memang memilih bekerja menjadi pedagang karena latar belakang keluarganya para pedagang.


(64)

Karakteristik responden berdasarkan uur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV.4

Jumlah Pedagang Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase

21 – 30 10 12,98 %

31 – 40 31 40,25 %

41 – 50 23 29,87 %

> 51 13 16,88 %

Jumlah 77 100 %

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2013

Dari tabel IV. 4 dapat dilihat jumlah pedagang responden berdasarkan umur, jumlah pedagang yang berumur 21-30 sebanyak 10 orang (12,98 %), 31-40 sebanyak 31 orang (40,25%), 41-50 sebanyak 23 orang (29,87%), lebih dari 51 sebanyak 13 orang (16,88%). Untuk usia responden, baik laki-laki maupun perempuan semuanya berada dalam usia produktif. Dalam hal ini usia produktif bisa dikatakan juga sebagai usia kerja yaitu usia antara 21 tahun sampai 65 tahun. Dengan kondisi tersebut bisa dikatakan bahwa para pengusaha ini masih memiliki semangat kerja yang tinggi untuk menjalankan usahanya dan dimungkinkan juga untuk dilakukan pengembangan terhadap usaha mereka.


(65)

Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV.5

Jumlah Pedagang Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Persentase

SD 10 12,98 %

SMP 22 28,57 %

SMA/SMK 37 48,05 %

Perguruan Tinggi 8 10,38 %

Jumlah 77 100 %

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2013

Dari tabel IV.5 menunjukkan banyaknya pedagang menurut pendidikan, jumlah pedagang yang pendidikan akhirnya SD sebanyak 10 orang (12,98%), SMP sebanyak 22 orang (28,57%), SMA sebanyak 37 orang (48,05%) dan Perguruan Tinggi 8 orang (10,38`%). Dengan kondisi ini bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah ini akhirnya memaksa atau menuntut mereka untuk menciptakan suatu usaha yang sesuai dengan kemampuan mereka sehingga pilihan terakhir adalah dengan menjadi pengusaha ritel tradisional. Juga dipengaruhi oleh pola pemikiran yang sederhana bahwa pendidikan tinggi tidak diperlukan tetapi yang terpenting adalah bagaimana bisa mencari nafkah dan menambah pemenuhan kebutuhan rumah tangga.


(66)

Karakteristik responden berdasarkan lamanya berdagang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV.6

Jumlah Pedagang Berdasarkan Lamanya Berdagang Lama berdagang Jumlah Persentase

1 – 5 tahun 9 11,68 %

6 – 10 tahun 37 48,05 %

11 – 15 tahun 24 31,16 %

16 – 20 tahun 7 9,09 %

Jumlah 77 100 %

Sumber : Hasil pengolahan data primer

Dari tabel IV. 6 menunjukkan jumlah pedagang responden berdasarkan lamanya berdagang. Jumlah pedagang yang lama berdagangnya 1-5 tahun sebanyak 9 orang (11,68%), 6-10 tahun sebanyak 37 orang (48,05%), 11-15 tahun sebanyak 24 orang (31,16%), dan 16-20 tahun sebanyak 7 orang (9,09%). Lama usaha yang telah dijalani oleh pengusaha ritel tradisional paling banyak berkisar antara 6 sampai 10 tahun.


(67)

IV. 2 Penyajian Data

IV. 2. 1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Data yang valid adalah data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen, dapat menjawab tujuan penelitian. Sedangkan reliabel artinya konsisten atau stabil. Agar data yang diperoleh valid dan reliabel maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika rhitung > rtabel maka hasilnya valid b. Jika rhitung < rtabel maka hasilnya tidak valid

c. Nilai rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Correlation.

Analisis kesahihan (validity) dan kehandalan (reliability) terhadap isi dan konstruksi kuesioner dibuat melalui uji coba kuesioner yang sudah siap dirancang pada 30 orang responden yaitu pedagang tradisional di kelompok lain di kawasan Pasar V (Jl Sembada Padang Bulan, Medan). Nilai tabel r degan ketentuan df = jumlah kasus = 30, dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, maka angka yang diperoleh = 0,361.


(68)

Tabel IV.7 Uji Validitas Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR01 34,7133 23,837 ,570 ,802

VAR02 33,7900 25,254 ,364 ,817

VAR03 34,7167 23,172 ,596 ,798

VAR04 34,3233 23,121 ,529 ,803

VAR05 34,3433 22,313 ,522 ,804

VAR06 34,3167 22,144 ,498 ,807

VAR07 33,9367 24,025 ,497 ,807

VAR08 34,2300 23,088 ,513 ,804

VAR09 33,9100 24,175 ,370 ,818

VAR10 34,5433 23,956 ,370 ,819

VAR11 34,6100 22,055 ,609 ,795

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 17.0, 2013)

Tabel IV.7 di atas menunjukkan bahwa semua nilai rhitung pada Corrected

Item Total Correlation lebih besar dari nilai rtabel (0,361). Hal ini membuktikan bahwa semua variabel adalah valid.

Selanjutnya, suatu kontruk atau variabel dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > 0,60. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program


(69)

Tabel IV.8 Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,821 11

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 17.0, 2013) Berdasarkan tabel tersebut, dinayatakan bahwa nilai reliabilitas pada nilai Cronbach’s Alpha yaitu 0,821, jauh lebih besar dari 0,6. Hal ini membuktikan bahwa semua item kuesioner tersebut juga handal (reliable).

IV. 2. 2 Analisis Univariat

Data – data univariat dari semua variabel yang bergabung pada hasil kuesioner diungkapkan seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel IV.9

Statistik Deskriptif Univariat

Kode Keterangan Variabel Mean Std Deviasi N

VAR11

Variabel Dependent yaitu gabungan kualitas jumlah pengunjung dengan jumlah pendapatan yang dirasakan pedagang tradisional pada bulan-bulan terakhir

3.144 .7840 77

VAR01

Apa yang diketahui, dinalar, diaplikasikan dan dievaluasi oleh pedagang dari nilai-nilai

placement yang diterapkan oleh

pebisnis modern


(70)

Kode Keterangan Variabel Mean Std Deviasi N

VAR02

Nilai-nilai pemilihan produk/ barang yang diperdagangkan meniru sistem perdagangan modern yang dapat mereka baca, pakai dan evaluasi di sistem perdagangan sendiri

3.875 .7204 77

VAR03

Nilai-nilai pengelolaan harga penjualan di adopsi dari sistem perdagangan modern yang sehari-hari dapat mereka baca, adopsi pakai dan evaluasi di sistem perdagangan responden

3.069 .6687 77

VAR04

Nilai-nilai pengelolaan promosi penjualan di adopsi dari sistem

perdagangan modern yang mereka baca, adopsi, pakai dan

evaluasi di sistem dagang responden sendiri

3.203 .8049 77

VAR05

Riset dan pengembangan yang sebenarnya dilakukan juga menurut kadar yang tidak pernah terpantau oleh penelitian ilmiah modern tapi sebenarnya dilakukan juga oleh pedagang tradisional

3.018 .9331 77

VAR06

Aplikasi Sistem Informasi yang dipakai oleh para pedagang tradisional dengan mencermati


(71)

sistem perdagangan yang dipakai oleh pebisnis modern.

Kode Keterangan Variabel Mean Std Deviasi N

VAR07

Aplikasi sistem perbaikan masalah lingkungan tempat mereka berdagang diakui oleh pihak pedagang tradisional dilakukan juga diusaha dagang mereka

3.852 .7715 77

VAR08

Pengakuan pedagang tradisional bahwa sebenarnya mereka juga memakai sistem dagang franchising dengan pihak konsumen ataupun agen suplai mereka

3.283 .8512 77

VAR09

Variabel sistem keamanan lingkungan yang diakui diaplikasikan juga di lingkungan pasar tradisional

3.751 .8222 77

VAR10

Variabel perdagangan yang legal dalam arti menuruti peraturan dari pihak pemerintah melalui pengelola pasar yang selalu mengawasi pasar tradisional.

3.205 .7887 77


(72)

Berdasarkan data-data diatas yang diolah dari jawaban kuesioner, terlihat bahwa rata-rata pedagang melakukan perubahan sistem perdagangan mereka dalam tingkat yang sedikit kearah lebih baik dari nilai netral. Kecuali pada variabel VAR01 yang memiliki nilai rata 2,905 (sedikit di bawah nilai 3). Catatan pada tabel kolom N adalah tentang jumlah data yang ditemukan pada setiap variabel sebesar 77 buah. Artinya semua responden mengisi data pada isian kuesioner.

IV. 2. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson

Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Variabel-variabel dikaitkan fokus pada variabel VAR11 yaitu variabel dependent yang sudah digabungkan sebagai faktor. Pada tabel berikut dipaparkan informasi-informasi nilai korelasi Pearson dari semua variabel independent terhadap variabel

dependent. Penghitungan korelasi menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS versi 17.0. Berikut adalah kelas interval nilai r


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DENAH LOKASI PENELITIAN