BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek penelitian 1. Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan
Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi dan karakteristik Kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi
yang luas dan besar METRO, serta sebagai salah satu dari 3 tiga kota metropolitan terbesar di Indonesia. Realitasnya, Kota Medan kini berfungsi:
1 Sebagai pusat Pemerintahan daerah, baik pemerintah Propinsi Sumatera Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilankonsulat Negara-
negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan Perusahaan, Bisnis, Keuangan di Sumatera Utara.
2 Sebagai Pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara seperti: Rumah sakit, Perguruan Tinggi, Stasiun TVRI, RRI, dll, termasuk
berbagai fasilitas yang dikembangkan Swasta, khususnya pusat-pusat Perdagangan.
3 Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jasa secara regional maupun internasional.
4 Sebagai pintu gerbang regionalInternasionalKepariwisataan untuk kawasan Indonesia bagian barat.
Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya
Propinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah propinsi Sumbagut. Adanya fungsi regional yang luas tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat
menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi yang besar tersebut ditunjukan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota
Medan, yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi daerah – daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Provinsi Sumatera Utara maupun
Nasional
Walaupun Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 - 20, namun selama tahun 2000 – 2004, ekonomi Kota Medan dapat
tumbuh kembali rata – rata sebesar 5,19. Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya dalamnya, krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia dan Kota
Medan khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang sangat berat tersebut
Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai uang PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan
pendapatan perkapita Rp. 12,5 juta, sektor tertier merupakan sektor sekunder 29,06, dan sektor primer 4,18. Jumlah volume kegiatan ekonomi ini, sekaligus
memberikan kontribusi lebih kurangnya sebesar 21 bagi pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya,
pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi
terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi
Propinsinya. Ini menunjukan bahwa Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah – daerah lainnya di Sumatera Utara.
INDIKATOR UTAMA EKONOMI KOTA MEDAN KETERANGAN
TAHUN 2004
•
Penduduk
•
PDRB
•
Pertumbuhan ekonomi
•
Income perkapita
•
Tingkat inflasi
•
Jumlah tenaga kerja produktif
•
Tingkat Pengangguran
•
Total of export FOB,000 US
•
Total of import CIF,000 US 2.006.142 jiwa
24,5 trilyun 5,49
Rp.12,500,000 6,64
682.826 jiwa 13,01
2.229.125 679.000,00
Major export :
Lemak dan minyak nabati hewani, udang, kerang, kayu lapis, aluminium, barang kesenian, coklat, kopi, mineral
mentah, dll.
Major import :
Impor barang modal suku cadang asesoris kendaraan bermotor, mesin peralatan industri khusus, alat elektronik,
dll impor barang konsumsi, makanan ternak, beras, aluminium, sayur segar, tembakau, dll
Partners :
Malaysia, Jerman, Inggris, Singapura, RRC, Belanda, Taiwan, Hongkong, dll
Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah RJPM Tahun 2006-2010 Pemko Medan
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat
untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .
Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi
dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan
kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan
perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat .
Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota medan tahun 2004 berjumlah 7,13 atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat
dari persebarannya, Medan bagian Utara Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan merupakan kantong kemiskinan terbesar 37,19 dari
keseluruhan penduduk miskin
INDIKATOR SOSIAL KOTA MEDAN KETERANGAN
TAHUN 2004
•
Jumlah penduduk jiwa
•
APK
o
SD MI
o
SMP MTs
o
SMA MA
•
APM
o
SD MI
o
SMP MTs
o
SMA MA
•
Umur harapan hidup
o
Laki-laki
o
Perempuan
•
Angka kelahiran kasar
•
Angka kematian kasar
•
TPAK
•
Pengangguran
o
Terbuka
•
Penduduk Miskin
2.006.142jiwa 112,40
101,60 76,05
90,00 74,83
62,45
69 71
2,26 1,70
52,92 13,01
7,13
Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah RJPM
Tahun 2006-2010 Pemko Medan
Secara konstitusional Negara Indonesia di bagi dalam daerah propinsi dan daerah yang lebih kecil Kota-Kabupaten. Masing-masing daerah pada dasarnya
memiliki sifat otonom dan atministratif. Adanya daerah, menjadikan adanya pemerintahan daerah, pertimbangan situasional, historis, politis, psikologis dan tehnis
pemerintahan, merupakan latar belakang pemikiran strategis perlunya pemerintahan daerah di Indonesia.
Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada dasarnya menjadi semangat penyusunan dan diperlakukannya UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004,
yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di daerah,
dengan prinsip demokratis, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah
otonom yang lain sebagai unsur penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:
1 Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima 5 sifat, yaitu Pemberian pelayanan,
2 Fungsi pengaturan penetapan perda, 3 Fungsi pembangunan,
4 Fungsi perwakilan dengan berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi Pusat, 5 Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota. Dalamkaitannya dengan
penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,
Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 dua bidang urusan yaitu : 1 Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Dinas-
dinas daerah Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum dan 2
Urusan pemerintahan umum, yang terdiri dari: • Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kota Medan, sebagi Badan Legislatif Kota.
• Kewenangan yang tidak bersifat mengatur segala sesuatu yang dicakup dalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum, yang
diselenggarakan oleh WlikotaWakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Kota
Berdasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi pimpinan Eksekutif tertinggi seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.
Harus diakui UU : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah menjembatani aspirasi dan semangat reformasi masyararakat lokal, yang
menginginkan adanya keleluasaan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Secara filosofis, implimentasi otonomi daerah ternyata dapat mendorong daerah
berkembang dengan prakarsa kreditivitas dan inisiatifnya sendiri, termasuk menumbuhkan partisipasi masyarakat, akuntabilitas, transparansi dan komitmen yang
kuat untuk mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.
Adanya keleluasan melaksanakan otonomi daerah, tercermin dari pola pembagian kewenangan antara pusat dan daerah. Semangat Undang-Undang Nomor :
32 Thn. 2004, telah menempatkan kewenangan pusat hanya pada aspek- aspek yang sangat terbatas seperti politik luar negeri, pertahanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama serta kewenangan lain yang tidak atau belum dapat diselenggarakan oleh daerah. Untuk itu, Kota Medan dituntut untuk mampu menyelenggarakan bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, meliputi administrasi pemerintahan umum, pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian dan
perdagangan, koperasi, penanaman modal, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pemukiman, pekerjaan umum, perhubungan,
lingkungan hidup, kependudukan dan olahraga.
Bagi Pemerintah Kota Medan, implementasi otonomi daerah diwujudkan dalam kewajiban Pemerintah Kota untuk menjamin pelayanan umum yang sangat
mendasar kepada masyarakat dan dunia usaha, berdasarkan kewenangan dan bidang – bidang wajib yang dilaksanakan Pemerintah Kota. Secara terus menerus, Pemerintah
Kota Medan memperbaiki mutu pelayanan umum yang ada, mulai dari identifikasi dan standarisasi pelayanan, peningkatan kerja pelayanan Pemerintah Kota, dan
monitoring pelayanan. Usaha ini diharapkan mampu menciptakan pemberian pelayanan yang adil dan merata bagi seluruh pihak, baik masyarakat maupun dunia
usaha yang bersifat lokal, nasional dan asing.
Diberlakukannya Undang-Undang No : 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang
Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab.
Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing- masing daerah harus memiliki
penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan
demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif.
Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok,
yaitu : 1 Pendapatan Asli Daerah PAD, 2 Dana Perimbangan, 3 Pinjaman Daerah, 4 Lain- lain penerimaan yang sah. Sebagai daerah yang perkembangan
ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi
Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum redistribusi pendapatan dari pada sekedar
budgeter.
Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun diakui 70 sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari alokasi
pusat dana perimbangan dana alokasi umum. Hal yang menggembirakan dalam hal pembiayaan pembangunan kota adalah, jika sebelumnya sebagian besar program
pembangunan yang disediakan oleh pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk dana Inpres regional maupun dana DIP sektoral, maka saat ini sebagian besar
sudah dalam bentuk bantuan spesifik specific blok grant, dan blok grant yang lansung diterima dan dikelola oleh daerah.
Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk
pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar – benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan
kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang
pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah
Kota kepada Pemerintah Pusat.
REALISASI APBD PEMERINTAH KOTA MEDAN LIMA TAHUN TERAKHIR
TAHUN REALISASI
2000 204.336.107.826,67
2001 568.639.837.266,58
2002 722.197.831.000,00
2003 1.079.834.024.000,00
2004 1.123.865.492.000,00
2005 1.228.649.091.079,96
Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah RJPM Tahun 2006-2010 Pemko Medan
Diberlakukannya UU Nomor : 32 Tahun 2004 ternyata telah membawa perubahan, baik secara filosofis maupun administratif penyelenggaraan Pemerintahan
Kota. Secara filosofis, diberlakukannya Undang –Undang tersebut membawa implikasi bahwa :
•
Semua persoalan diselesaikan di tingkat lokal.
•
Semua daerah harus berkembang dengan prakarsa, kreativitas dan inovasi daerah masing- masing.
•
Merubah pandangan kesatuan, dari yang semula harus sama menjadi pengakuan adanya keanekaragaman, sebagai potensi bangsadaerah.
•
Adanya pergeseran dari yang semula dominasi Eksekutif menjadi keseimbangan dengan Legislatif.
•
Perlunya partisipasi masyarakat yang dinamis dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan kota.
Secara administratif, otonomi daerah juga dimaknai adanya pergeseran kewenangan dari yang semula dominasi pusat kepada daerah, dan dari yang semula
dominasi daerah kepada masyarakat. Adanya perubahan fundamental tersebut, menjadikan adanya perubahan dalam strategi pembangunan kota yang dijalankan
termasuk oleh pemerintah Kota Medan. Perubahan tersebut juga harus dimaksimalkan adanya pergeseran dalam paradigma pembangunan kota. Secara
skematis perubahan paradigma pembangunan tersebut adalah:
SEBELUM MENJADI
PEMBANGUNAN KOTA
KOTA PEMBANGUNAN
Sentralisasi Desentralisasi
Dari atas ke bawah Simultan
Keseragaman Keberagaman
Petunjuk Kreativitas Inovasi
Instruksi Pilihan
Ketergantungan Kemandirian
Hirarki Keterkaitan
Kesenjangan Keserasian
Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah RJPM Tahun 2006-2010 Pemko Medan
Bagi Pemerintah Kota Medan, adanya perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dan pembanguanan kota tersebut diantisipasi dengan merumuskan
apa yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Kota Medan lima tahun kedepan, dengan menetapkan Pemerintah Kota, DPRD, swasta dan
masyarakat sebagai pilar utama pembangunan kota.
2. Struktur Organisasi Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Kota Medan Berdasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Penyusunan struktur organisasi dalam suatu organisasi sangat penting dilakukan
guna mempermudah pelaksanaan tugas – tugas yang di bebankan . Struktur organisasi
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola – pola tata hubungan diantara fungsi – fungsi , bagian – bagian atau posisi – posisi maupun orang – orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas , wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu struktur organisasi
Struktur ini mengendung unsur – unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, dalam pembuatan keputusan dalam satuan kerja. Hubungan dan kerjasama dalam
organisasi dapat diketahui secara jelas dengan melihat struktur organisasi. Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan
merupakan bagian dari struktur organisasi Pemerintah Kota Medan secara keseluruhan. Namun dalam hal ini hanya akan disajikan struktur organisasi
pengelolaan keuangan daerah.
Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan sebagai berikut:
2.1 . Walikota Medan Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan daerah Walikota Medan selaku kepala pemerintah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan darah sebagaimana dimaksud mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan APBD; b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran barang ; d. Menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
WALIKOTA MEDAN
PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUDA SEKRETARI S DAERAH
KOORDI NATOR PENGELOLAAN KEUDA
PENGGUNA ANGGARAN PENGGUNA BARANG
KEPALA SKPD
PPKD SELAKU BUD KEPALA SKPKD
BENDAHARA
PPTK KUASA PA
PPK- SKPD KUASA BUD
Gambar : Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan daerah Pemerintah Kota Medan
e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;
f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah ;
h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
i. Melimpahkan sebagian atas seluruh kekuasaannya kepada ; • Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan
keuangan daerah ; • Kepala SKPD selaku PPKD;
• Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran Pengguna Barang.
Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud, ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan .
2.2 Sekretaris Daerah Koordinator pengelolaan keuangan daerah Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah berkaitan
dengan tugas dan fungsinya dalam membantu Walikota selaku kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah. Koordinator pengelolaan
keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud kepada kepala daerah.
Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerahmempunyai tugas koordinasi di bidang:
a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD; b. Penyusunan dan pelaksanana kebijakan pengelolaan barang daerah;
c. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; d. Penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; e. Tugas – tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat
pengawas keuangan daerah dan ; f. Penyusunan
laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
Selain tugas – tugas diatas koordinator pengelolaan keuangan daerah juaga mempunyai tugas:
a. Memimpin TAPD; b. Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
c. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah; d. Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPDDPPA-SKPD;
e. Melaksanakan tugas – tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.
2.3 Kepala SKPD PPKD selaku BUD PPKD selaku SKPKD mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah ; b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah;
d. Melaksanakan fungís Bendahara Umum daerah ; e. Menyusun laboran keuangan daerah dalm rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD; f. Melaksankan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
kepala daerah;
PPKD selaku BUD berwenang : a. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. Mengesahkan DPA-SKPDDPPA-SKPD; c. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah;
e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah ; f. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank
danatau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk; g. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD;
h. Menyimpan uang daerah; i. Menetapkan SPD;
j. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelolamenatausahakan investasi;
k. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekeningkas umum daerah;
l. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daeah;
m. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; n. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
o. Melakukan penagihan piutang daerah; p. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah
q. Menyajikan informasi keuangan daerah; r. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan
barang milik daerah.
2.4 Kuasa BUD PPKD selaku BUD dapat menunjuk pejabat di lingkungan SKPD selaku kuasa
BUD. Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada BUD. Kuasa BUD mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menyiapkan anggaran kas;
b. Menyiapkan SPD; c. Menerbitkan SP2D;
d. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah; e. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh
bank danatau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk; f. Mengusahakan dan mengatur yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD; g. Menyimpan uang daerah;
h. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola menatausahakan investasi daerah;
i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atau beban rekening kas umum daerah;
j. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; k. Melakukan penagihan piutang daerah.
2.5 Kepala SKPD Pengguna Anggaran Pengguna Barang Pejabat pengguna anggran pengguna barang daerah mempunyai tugas dan
wewanang: a. Menyusun RKA- SKPD
b. Menyusun DPA – SKPD c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
g. Mengadakan ikatanperjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan
h. Menandatangani SPM atas beban anggaran belanja SKPD yang dipimpinnya
i. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya
j. Mengelola barang milik daerah kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya
k. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya
l. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya m. Melaksanakan tugas – tugas pengguna anggaranbarang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah n. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui Sekretaris daerah
2.6 Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa PA a. Pejabat pengguna anggaran barang dalam melaksanakan tugas dapat
melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggran barang.
b. Kuasa pengguna anggaranbarang pada SKPD minimal pejabat eselon III
c. Pelimpahan wewenang ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.
d. Penetapan kuasa pengguna anggaran barang pada SKPD berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang
yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, danatau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
e. Kuasa pengguna anggaranbarang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan anggaran barang yang dilimpahkan
f. Atas pelaksanaan tugasnya, kuasa pengguna anggaranbarang melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada pengguna
anggaranbarang.
2.7 Bendahara a. Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara penerimaan
untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD.
b. Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara pengeluaran untuk memaksakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran belanja SKPD.
c. Kepala daerah atas usul PPKD dapat mengangkat bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk tiap unit kerja yang ada
pada SKPD. d. Pengangkatan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada
tiap unit kerja sebagaimana dimaksud pada point 3 diberikan berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan , anggaran, kegiatan ,
beban kerja, lokasi, danatau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
e. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada poin 1,2,3 adalah pejabat fungsional.
f. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang melakukan , baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan
perdagangan ,pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatanpekerjaan penjualan
tersebut, serta menyimpan uang pada suatu bentuk dan lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.
g. Bendahara penerimaan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu danatau pembantu bendahara
penerimaan. h. Bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu
oleh bendahara pengeluaran pembantu danatau pembantu bendahara pengeluaran.
i. Bendahara penerimaan pembantu dan pembantu bendahara penerimaan bertanggungjawab kepada bendahara penerimaan.
j. Bendahara pengeluaran pembantu dan pembantu bendahara pengeluaran bertanggung jawab kepada bendahara pengeluaran.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya lepada PPKD selaku BUD.
2.8 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD PPTK-SKPD Pejabat pengguna anggaran barang dalam melaksanakan program dan
kegiatan SKPD menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK atas usul kuasa pengguna anggaranbarang. Penunjukan PPTK ditetapkan oleh kepala daerah.
Pejabat Pelakasanateknis kegiatan SKPD PPTK-SKPD mempunyai tugas mencakup:
a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan, b. Melaporkan perkembangan pelaksana kegiatan,
c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen
administrasi yang terkait dengan persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2.9 Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD PPK-SKPD Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran yang dimuat
dalam DPA-SKPD, kepala SKPDmenetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD.
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD PPK-SKPD mempunyai tugas: a. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan
oleh bendahara pengeluaran dan diketahuidisetujui oleh PPTK danatau kuasa pengguna anggaranbarang.
b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, SPP-GU nihil dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran.
c. Menyipakan SPM d. Melakukan verifikasi SPJ
e. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan f. Melaksanakan akuntansi SKPD
g. Menyiapkan laporan keuangan SKPD PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan negaradaerah, bendahara, danatau PPTK kecuali ditentukan lain atas pertimbangan daerah.
3. Sistem dan prosedur Penatausahaan Barang dan Jasa Langsung berdasar Peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006
Berikut Bagan alir yang menggambarkan Sistem dan Prosedur Penatausahaan Barang dan Jasa Langsung berdasar Peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006:
Pelaksanaan Pengeluaran Barang dan Jasa
PPTK
Bendahara Pengeluaran
PA
Pihak Ketiga
SPD SPD
Pelaksanaan lelang
Keputusan lelang
Kontrak Pelaks Pekerjaan
Kontrak Pelaks Pekerjaan
Kontrak Pelaks Pekerjaan
Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan
Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan Kontrak Pelaks
Pekerjaan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan
Proses yang pertama sekali dari sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa
langsung yaitu Proses Pelaksanaan Pengeluaran Barang dan Jasa yaitu:
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara Pengeluaran dan berdasarkan SPD, melaksanakan lelang pekerjaan
2. Setelah keluar dokumen keputusan lelang, pengguna anggaran membuat kontrak pelaksanaan pekerjaan.
3. Pengguna anggaran menyerahkan pelaksanaan pekerjaan kepada pehak ketiga. 4. Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dan membuat berita acara penyelesaian
pekerjaan 5. Pihak ketiga menyerahkan berita acara penyelesaian pekerjaan dan kontrak
pelaksanaan pekerjaan kepada PPTK 6. PPTK menyerahkan berita acara penyelesaian pekerjaan dan kontrak
pelaksanaan pekerjaan kepada bendahara pengeluaran.
Proses selanjutnya yaitu Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran Langsung SPP-LS Barang dan Jasa :
1. Berdasar SPD, berita acara penyelesaian pekerjaan , dan kontrak pelaksanaan pekerjaan , bendahara pengeluaran membuat SPP-LS dan dokumen lain.
Dokumen lain tersebut terdiri dari : • Surat Pengantar SPP-LS Barang dan Jasa
• Ringkasan SPP-LS Barang dan Jasa • Rincian SPP-LS Barang dan Jasa
Pengaj uan SPP – LS Barang dan Jasa
Bendahara Pengeluaran
PPK - SKPD
PA
Kontrak Pelaks Pekerjaan
Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan SPD
SPP LS dan Dokumen lain
SPP LS dan Dokumen lain
DPA Penelitian
SPP LS Rancangan
SPM
lengkap
SPD SPD
SPM
2 hr kerja sejak SPP diterima
SPP LS dan Dokumen lain
Surat Penolakan Penerbitan
SPM Tidak
lengkap SPP LS dan
Dokumen lain Surat Penolakan
Penerbitan SPM
SPP LS dan Dokumen lain
Surat Penolakan Penerbitan
SPM
1 hari kerja sejak SPP diterima
Lampiran SPP-LS terdiri dari • Salinan SPD
• Salinan Surat Rekomendasi dari SKPD terkait • SSP disertai faktur pajak yang ditandatangani WP
2. Bendahara pengeluaran menyerahkan SPP-LS beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD untuk diteliti
3. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-LS berdasarkan SPD yang diterima dari pengguna anggaran dan DPA-SKPD.
4. Bila SPP-LS dinyatakan lengkap, maka PPK-SKPD membuat SPM paling lambat 2 hari kerja sejak SPP diterima.
5. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada pengguna anggran untuk diotorisasi 6. Jika SPP-LS dinyatakan tidak lengkap , PPK- SKPD akan menerbitkan surat
penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-LS diterima.
7. Surat penolakan penerbitan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD kepada pengguna anggaran untuk diotorisasi
8. Surat penolakan penerbitan SPM diberikan kepada bendahara agar bendahara melakukan penyempurnaa SPP-LS.
Proses selanjutnya yaitu Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana langsung Barang dan Jasa SP2D-LS:
1. Pengguna anggaran menyerahkan SPM kepada kuasa BUD. 2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM.
3. Bila dokumen SPM dinyatakan lengakap, kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM . Kelengkapan
dokumen untuk penerbitan SP2D :
Penerbitan SP2D LS Barang dan Jasa
Bendahara Pengeluaran
PA
Kuasa BUD
Pihak Ketiga
SPM SPM
Penelitian Kelengkapan
SP2D
Dokumen Penatausahaan
SP2D SP2D
lengkap
Nota Debet dari
Bank
Surat Penolakan Penerbitan SP2D
Surat Penolakan Penerbitan SP2D
1 hari kerja sjk SPM diterima
SP2D
Dokumen Penatausahaan
Tidak lengkap
• Surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran kuasa pengguna anggaran
• Bukti – bukti pengeluaran yang sah dan lengkap. 4. Kuasa BUD menyerahkan SP2D kepada Bank dan pengguna anggaran
5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota debet ke dokumen penatausahaan .
6. Pengguna anggaran menyerahkan SP2D kepada bendahara pengeluaran 7. Bendahara pengeluaran mencatat SP2D ke dalam dokumen penatausahaan
yang terdiri dari: • BKU Pengeluaran
• Buku pembantu simpanan Bank. • Buku pembantu pajak.
• Buku pembantu panjar • Buku rekapitulasi pengeluaran per rincian objek.
8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, kuasa BUD menerbitkan surat penolakan penerbitan SP2D paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima.
9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan kepada pengguna anggaran agar dilakukan penyempurnaan SPM.
Proses terakhir yaitu Pembelanjaan dana barang dan jasa : 1. Berdasarkan SP2D yang diterima , bank mencairkan dana dan membuat Nota
debet, Nota debet ini kemudian diserahkan kepada kuasa BUD. Bank membayarkan mentransfer uang kepada pihak ketiga.
4. Sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa berdasar Keputusan
Presiden nomor 80 tahun 2003
Dalam keputusan presiden nomor 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa diatur sistem dan metode pengadaan barang dan jasa, dalam Keputusan Presiden
ini yang dimaksud dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan
Pembelanjaan Dana Barang dan Jasa
Pihak Ketiga
Bank
SP2D SP2D
Nota Kredit
uang
uang
Diserahkan ke Kuasa BUD
pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan APBNAPBD, baik yang dilakukan swakelola maupun oleh penyedia barang dan jasa.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengguna barangjasa adalah kepala kantor satuan kerja pemimpin proyek pengguna anggaran daerah pejabat yang
disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang jasa dalam lingkungan unit kerja proyek tertentu.
Dalam pemilihan penyediaan barang dan jasa pada prinsipnya dilakukan dengan metode pelelangan umum. Pelelangan umum adalah metode pemilihan
penyedia barang jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum
sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Prosesnya diantaranya adalah :
1. Pengumuman prakualifikasi 2. Pengambilan dokumen prakualifikasi
3. Pemasukan dokumen prakualifikasi 4. Evaluasi prakualifikasi
5. Penetapan hasil prakualifikasi 6. Pengumuman hasil prakualifikasi
7. Masa sanggah prakualifikasi 8. Undangan kepada konsultan yang masuk daftar pendek
9. Pengambilan dokumen seleksi umum 10. Penjelasan
11. Penyusunan berita acara penjelasan dokumen seleksi dan perubahannya
12. Pemasukan penawaran 13. Pembukaan penawaran administrasi dan teknis
14. Evaluasi administrasi dan teknis 15. Penetapan perangkat teknis
16. Pemberitahuan pengumuman peringkat teknis pemenang 17. Masa sanggah
18. Pembukaan penawaran harga peringkat teknis terbaik 19. Klarifikasi dan teknis dan biaya
20. Penunjukam pemenang 21. Penandatanganan kontrak
Pejabat yang berwenang menetapkan penyediaan barang dan jasa adalah ; 1. Pengguna barang jasa untuk pengadaan bernilai sampai dengan Rp
50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah tanpa memerlukan persetujuan menteri Panglima TNI Pemimpin Lembaga Gubernur Bupati Walikota
Dewan Gubernur BI Pemimpin BHMN Direksi BUMN BUMD, pejabat pengguna barang jasa yang bersangkutan.
2. Menteri Panglima TNI Kepala POLRI Pemimpin Lembaga Dewan Gubernur BI Pemimpin BHMN Direksi BUMN BUmd untuk pengadaan
barang dan jasa yang dibiayai dari dana APBN bernilai diatas Rp 50.000.000.000 lima puluh milyar
3. Gubernur untuk pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dari dana APBD propinsi yang bernilai diatas Rp 50.000.000.000 lima puluh milyar .
4. Bupati Walikota untuk pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dari dana APBD Kabupaten Kota yang bernilai diatas Rp 50.000.000.000 lima puluh
milyar 5. Direksi BUMD untuk pengadaaan barang dan jasa yang dibiayai dari APBN
APBD yang bernilai diatas Rp 50.000.000.000 lima puluh milyar dengan persetujuan Gubernur Walikota Bupati.
B. Analisa Data 1. Analisa dan Evaluasi Terhadap Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan