Sistem Dan Prosedur Penatausahaan Barang Dan Jasa Langsung Pada Kantor Walikota Medan

(1)

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

SISTEM DAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN BARANG DAN JASA LANGSUNG PADA KANTOR WALIKOTA MEDAN

Oleh

Nama : Edy Prianto NIM : 040522053 Departemen : Akuntansi

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008


(2)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“Sistem Penatausahaan Barang dan Jasa Langsung Pada Kantor Walikota Medan” Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan , atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan 12 Februari 2008 Yang membuat pernyataan,

Edy Prianto NIM: 040522053


(3)

ii

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program Ekstensi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki, sehingga penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati akan menerima saran dan kritik demi penyempuranaan skripsi ini untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi baik secara moriil maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara , selain itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc,Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Erlina, MSi, Ak selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, petunjuk, dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

iii saran serta kritiknya

6. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Dosen penguji II atas semua saran dan kritiknya

7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya di Fakultas Ekonomi yang telah mendidik serta memberikan bimbingan dalam perkuliahan

8. Kepada seluruh staf dan pegawai Kantor Walikota Medan yang telah memberikan data dan keterangan yang diperlukan kapada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Buat teman – teman penulis di Fakultas Ekonomi Program Ekstensi terima kasih atas kerjasamanya selama ini

Semua ini penulis serahkan kepada Allah S.W.T untuk membalas segala budi baik dan jasa yang telah diberikan kepada penulis. Semoga kita semua selalu dalam limpahan rahmat dan hidayahNya

Akhirnya penulis berharap agar skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca

Medan, 12 Februari 2008 Penulis,

Edy Prianto


(5)

vi

PERNYATAAN...i

KATA PENGANTAR...ii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

DAFTAR ISI...vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...………...1

B. Perumusan Masalah ………...4

C. Tujuan Penelitian………. ...4

D. Manfaat Penelitian………...5

E. Kerangka Konseptual………...6

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur………...7

B. Pengertian Barang dan Jasa………...8

C. Peraturan MENDAGRI No.13 Thn 2006………...9

D. Penatausahaan Barang dan Jasa Langsung………...26

BAB III: METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...30

B. Jenis Data...30

C. Teknik Pengumpulan Data...30

D. Metode Analisis Data...31


(6)

vii A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan...32 2. Struktur Organisasi Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Kota Medan

Berdasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006...43 3. Sistem dan prosedur Penatausahaan barang dan Jasa Langsung berdasar

Peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006...55 4. Sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa berdasar

Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003……….59 B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisa dan Evaluasi Terhadap Struktur Organisasi

Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan

Kotamadya Medan………...………..61 2. Analisa dan evaluasi Proses pengadaan barang dan jasa berdasar

Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 dengan prosedur penata usahaan barang dan jasa langsung berdasar Peraturan Menteri dalam

Negeri Nomor 13 tahun 2006...65

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………...………...68

B. Saran………....………...………...69

DAFTAR PUSTAKA...70 LAMPIRAN


(7)

iv

Terselenggaranya administrasi keuangan terutama dalam hal penatausahaan barang dan jasa langsung membutuhkan suatu system yang tepat dan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini. Penerapan sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung yang ada sekarang berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, untuk pelaksanaan peraturan dibutuhkan pemahaman menyeluruh dari pelaksanaan manajemen keuangan daerah dan adanya penyempurnaan secara kontinyu dari instansi yang berwenang agar tujuan untuk menciptakan Good Governance dapat menjadi kenyataan.

Penelitian yang dilakukan berupa metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data, mengklasifikasi data , serta menganalisis data sehingga memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan di teliti. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawan carai para karyawan Kantor Walikota Medan.

Berdasar penelitian yang dilakukan bahwa Kantor Walikota Medan telah menerapkan sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung yang berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 , dan dalam pelaksanaan sistem dan prosedur penatusahaan barang dan jasa langsung harus perlu adanya monitoring serta pengawasan secara berkala untuk menghindari praktik-praktik yang merugikan dalam hal penerapan sistem tersebut sehingga nantinya akan tercipta suatu pemerintahan yang baik, efektif, efisien dan ekonomis.


(8)

v

Application of financial administration in any firms need an accurate system based on the applied rule. Implementation of system and procedure of goods and services in accordance to domestic minister regulation of local financial management and the improvement continuously from the government official to build a Good Governance.

The research which doing is descriptif methode. The descriptif methode is collected data, classified data, and analyzed data until descripted a problem . Collect data which doing interviewed with employers in the Regent office of Medan.

Based on a research conducted, the Regent office of Medan had apply the system and procedure of goods and service management directly based on the domestic minister’s regulation No. 13 of 2006 and the implementation must be monitored and supervision regularly in order to build a good, effective, efficient and economical governance.


(9)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada tahun 1999, otonomi daerah mulai diterapkan di Indonesia, ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999, dan kemudian diganti dengan Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 , daerah diberi kewenangan untuk mengelola keuangan sendiri, keuangan ini tentunya harus dijalankan secara jujur, transparan, dan bertanggung jawab.

Dengan adanya Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang mengacu pada Undang -Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara , maka dapat diduga terjadi perubahan yag cukup mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah, selain dari Undang -Undang tersebut masih ada peraturan perundangan sebagai dasar hukum pembentukan peraturan pemerintah yang berguna untuk batasan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya yaitu;

• Undang -Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

• Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara.


(10)

• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dengan dikeluarkannya Undang – Undang tersebut pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Peraturan pelaksanaan tersebut antara lain :

• Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang pinjaman daerah

• Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2002 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah

• Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

• Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2002 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah

• Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepala Daerah

• Peraturan Pemerintah Nomor 58 tentang Pengelolan Keuangan Daerah

• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemerintah daerah dalam mengelola keuangan saat ini berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 yang merupakan pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002.

Kantor Walikota Medan merupakan salah satu instansi pemerintah yang menerapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 salah satunya


(11)

dalam hal sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung. Sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung berdasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 mengatur mengenai hal yang menyangkut pengeturan keuangan sedangkan proses pengadaan fisik diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan jasa Pemerintah.

Penerapan Peraturan menteri dalam Negeri Nomor 13 dan Keputusan Presiden Nomor 80 bertujuan perwujudan Good Governance dapat menjadi kenyataan. Untuk dapat memusatkan dalam melakukan penelitian yang fokus dan sistematis, penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang ada yaitu ;

• Penerapan pengelolaan keuangan daerah berdasar Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 terutama dalam hal Sistem dan Prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung pada Kantor Walikota Medan guna menerapkan konsep Economic Value for Money yang lebih dikenal dengan konsep 3E yaitu Ekonomis, efisiensi, dan Efektif.

• Membandingkan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 dalam hal penerapan sistem dan prosedur Penatausahaan barang dan jasa langsung dan pengadaan barang dan jasa di dalam pemerintahan .


(12)

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengetahui ”Bagaimanakah Sistem dan Prosedur Penatausahaan Barang dan Jasa Langsung pada Kantor Walikota Medan ?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentu mempunyai tujuan tertentu dimana tujuan tertentu tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan yang hendak dilakukan sehingga menuju sasaran yang diinginkan

Secara umum tujuan penelitian untuk penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung berdasar pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006.

2. Untuk mengetahui dengan jelas sejauh mana peranan faktor pendukung terhadap keberhasilan penerapan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 terutama dalam hal sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung pada Kantor Walikota Medan.


(13)

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diperoleh dalam melakukan penelitian adalah:

1. Sebagai dasar bahan masukan kepada penulis dan pembaca yang dapat memberikan pemikiran dan pengetahuan tentang penerapan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 terutama dalam hal sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung pada Kantor Walikota Medan.

2. Sebagai dasar pedoman bagi pihak – pihak yang bertanggung jawab atas sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung pada Kantor Walikota Medan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006


(14)

E. Kerangka konseptual

Keterangan :

Membandingkan antara pengadaan barang dan jasa langsung berdasar Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 dengan sistem penatausahaan barang dan jasa langsung berdasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 dan menghubungkan dengan konsep 3 E yang menjadi misi dari pemerintah yang bertujuan untuk mewujudkan Good Governance yang menjadi visi dari lembaga pemerintahan tersebut.

Pengadaan Barang dan jasa

Penatusahaan Barang dan jasa langsung

Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

13 tahun 2006

Konsep 3E Ekonomis, Efektif, Efisien

GOOD

GOVERNANCE


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem dan Prosedur

Istilah sistem menimbulkan gambaran mental tentang komputer dan program. Kenyataannya , istilah ini memiliki makna yang lebih luas. Sebagian sistem muncul secara alami, sementara sebagian lain secara artifisial . Sistem alam berkisar dari atom , suatu sistem yang terdiri atas elektron, proton dan netron. Sistem artifisial merupakan buatan manusia , sistem ini meliputi segala sesuatu dari jam ke kehidupan bawah laut dan dari sistem sosial ke sistem informasi.

menurut Harnanto (1992:40) ” Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur – prosedur yang diintegrasikan dan diciptakan untuk dapat mengikuti dan mengawasi pelaksanaan kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan salah satu bidang akuntansi dalam sautu perusahaan”.

Menurut Nugroho (2001:40) ” Sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian – bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui 3 tahapan yaitu input, proses, dan output”.

Dari definisi diatas dapat dirinci lebih lanjut pengertian umum mengenai sisitem sebagai berikut:

1. Setiap sistem terdiri dari unsur -unsur ,

2. Unsur - unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang bersangkutan, 3. Unsur sistem tersebut bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem,


(16)

Sedangkan yang dimaksud dengan Prosedur menurut Mulyadi (2001,5) ”Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang -ulang ”.

B. Pengertian Barang dan jasa

Menurut Jay Heizer dan Barry Render yaitu ”Barang yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk yang nyata sedangkan jasa yaitu kegiatan ekonomi yang tidak menghasilkan produk yang tidak nyata.”

Berikut ini merupakan ciri- ciri barang dan jasa:

Ciri – ciri Barang

Ciri – ciri Jasa

a. Barang dapat dijual kembali, b. Barang dapat dijadikan persediaan, c. Beberapa aspek kualitas dapat diukur, d. Penjualan berbeda dari produksi, e. Barang dapat dipindahkan,

f. Lokasi fasilitas sangat mempengaruhi biaya,

g. Mudah dibuat secara otomatis,

h. Penghasilan dihasilkan dari barang nyata

a. Penjualan kembali tidak dapat dilakukan, b. Banyak jasa tidak dapat disimpan,

c. Banyak aspek kualitas tidak dapat diukur, d. Penjualan seringkali merupakan bagian

dari jasa,

e. Penyedia jasa, bukan jasanya dapat dipindahkan

f. Lokasi fasilitas penting untuk hubungan dengan pelanggan,


(17)

otomatis,

h. Penghasilan dihasilkan dari jasa yang tidak nyata.

Menurut Keputusan Menteri Dalam negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman pengurusan , pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan dan belanja derah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan pehitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah yaitu Barang dan jasa mempunyai prinsip – prinsip ,

• Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan yang diisyaratkan / ditetapkan

• Terarah dan terkendali sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanankan pokok dan fungsi perangkat daerah.

• Menggunakan produksi dalam negeri

• Memberikan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

C. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 mengenai penatausahaan keuangan daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 13 tahun 2006 adalahpedoman pengelolaan keuangan daerah yaitu merupakan pengganti dari Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2002, PERMENDAGRI Nomor 13 mengatur tentang penatausahaan yang meliputi serangkaian prosedur, mulai dari proses


(18)

pengumpulan data, pencatatan data, penggolongan data, dan peringkasan atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Untuk menyelenggarakan penatausahaan pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan sistem penatausahaan pemerintah daerah dengan mengacu pada peraturan daerah tentang pokok – pokok pengelolaan keuangan daerah, disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern an standar akuntansi pemerintahan. Dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapkan entitas pelaporan dan entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Sisitem akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar terdiri dari empat prosedur akuntansi yaitu prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas,selain kas dan aset.

1. Prosedur akuntansi penerimaan kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atas kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada SKPD dan/atau SKPKD.


(19)

a. Fungsi terkait:

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsiakuntansi pada SKPKD.

b. Dokumen yang digunakan.

Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD dan/atau SKPKD terdiri atas:

b.1 Surat ketetapan pajak daerah, digunakan untuk menetapkan pajak daerah atas wajib pajak yang dibuat oleh PPKD.

b.2 Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), digunakan untuk menetapkan retribusi daerah atas wajib retribusi yang dibuat oleh pengguna anggaran.

b.3 Surat Tanda Bukti Penerimaan (STBP), digunakan untuk mencatat setiap penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan .

b.4 Surat Tanda Setoran (STS), digunakan untuk menyetorkan penerimaan daerah yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan pada SKPD.

b.5 Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah. b.6 Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan adanya

transfer uang masuk ke rekening kas.

b.7 Buku jurnal penerimaan kas, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan denagn penerimaan kas.


(20)

b.8 Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk memosting semua transaksi atas kejadian selain kas dari jurnal pengeluaran kas ke buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan.

b.9 Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

c. Laporan yang dihasilkan

c.1 Laporan yang dihasilkan dalam prosdur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD terdiri dari :

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

• Neraca

• Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)

c.2 Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntasi pengeluaran kas pada SKPKD terdiri atas:

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

• Neraca

• laporan Arus kas


(21)

d. Uraian prosedur

d.1 Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD dilaksanakan olehfungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

d.2 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas melakukan pencatatan ke dalam jornal penerimaan kas, disertai rekening lawan asal penerimaan kas tersebut.

d.3 Bukti – bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain:

• Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP)

• Surat Tanda Setoran (STS)

• Bukti transfer

• Nota kredit

• Bukti penerimaan lainnya.

d.4 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku besar.

d.5 Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian buku besar dan berlaku sebagai kontrol.

d.6 Pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas, buku besar, dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.


(22)

d.7 Pada akhir periode, fungsi akuntansi pada PPK-SKPKD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD menyusun laporan keuangan.

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada SKPD dan/atau SKPKD.

a. Fungsi terkait

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

b. Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dan/atau SKPKD terdiri atas:

b.1 Surat Penyediaan Dana (SPD), merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai media atau surat yang yang menunjukkan tersediannya dana untuk diserap/ direalisasi.


(23)

b.2 Surat Perintah Membayar (SPM), merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran untuk mengajukan Surat Perintah pencairan dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) atau Kuasa BUD. b.3 Kuitansi pembayaran dan bukti pembayaran lainnya, merupakan dokumen

sebagai tanda bukti pembayaran.

b.4 SP2D merupakan dokumen yang diterbitkan oleh BUD atau Kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk.

b.5 Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah. b.6 Nota debit bank, merupakan dokumen , atas bukti dari bankyang menunjukkan

adanya transfer uang keluar dari rekening kas umum daerah.

b.7 Buku jurnal pengeluaran kas, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas.

b.8 Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal pengeluaran kas ke buku besar untuk setiap rekening aset , kewajiban, ekuitas, dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

b.9 Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.


(24)

c. Laporan yang dihasilkan

c.1 Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD terdiri atas:

• Laporan Realisasi anggaran (LRA)

• Neraca

• Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)

c.2 Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD terdiri atas :

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

• Neraca

• Laporan arus kas

• Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

d. Uraian prosedur

d.1 Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

d.2 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas, disertai rekening lawan asal pengeluaran kas tersebut.

d.3 Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain:

• SP2D


(25)

• Nota Kredit

• Bukti penerimaan lainnya

d.4 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku besar.

d.5 Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian buku besar dan berlaku sebagai kontrol.

d.6 Pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas, buku besar,da buku besar pembantu dilaksanakn oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD sesuai dengan tugas pokok dab fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

d.7 Pada akhir periode, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD menyusun laporan keuangan.

3. Prosedur akuntansi selain kas

Prosedur akuntansi selain kas adalah meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan /atau kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjwaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan transaksi dan/atau kejadian keuangan selain kas pada SKPD dan/atau SKPD.


(26)

• Pengesahan pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran dana yang merupakan pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui mekanisme uang persediaan/ganti uang/ tambahan.

• Koreksi kesalahan pencatatan yang merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnalyang telah diposting ke buku besar.

• Penerimaan hibah selain kas yang merupakan penerimaan sumber ekonomi non kas yang bukan merupakan pelaksanaan APBD, tetapi mengandung konsekuensi ekonomi bagi pemda.

• Pembelian secara kredityang merupakan transaksi pembelian aset tetap yang pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang.

• Retur pembelian kredit yang merupakan pengembalian aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas yang merupakan pemindahtanganan aset tetap kepada pihal ketiga karena suatu hal tanpa ada penggantian berupa kas.

• Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas yang merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar (rulslaag) dengan pihak ketiga.

a. Fungsi terkait

Fungsi terkait dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.


(27)

b. Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPD dan/atau SKPKD terdiri atas :

• Berita acara penerimaan barang

• Surat keputusan penghapusan barang

• Surat keputusan mutasi barang

• Berita acara pemusnahan barang

• Berita acara serah terima barang

• Berita acara penilaian

• Bukti memorial

• Buku jurnal umum

• Buku besar

• Buku besar pembantu

c. Laporan yang dihasilkan

c.1. Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPD terdiri atas :

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

• Neraca

• Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

c.2. Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD terdiri atas :


(28)

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

• Neraca

• Laboran Arus Kas

• Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

d. Uraian Prosedur

d.1 Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD dilaksanakan oleh fungís akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungís akuntani pada SKPKD.

d.2 Transaksi dan / atau kejadian selain kas antara lain sebagai berikut :

• Pengesahan pertangungjawaban (SPJ) pengeluaran dana.

• Koreksi kesalahan pencatatan

• Penerimaan hibah/donasio selain kas

• Pembelian secara kredit

• Retur pembelian kredit

• Pelepasan hak atas aset/barang milik daerah tanpa konsekuen kas.

• Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas. d.3 Bukti transaksi dan/atau kejadian selain kas antara lain:

• Berita acara penerimaan barang

• Surat keputusan penghapusan barng

• Surat pengiriman barang

• Surat keputusan mutasi barang


(29)

• Berita acara serah terima barang

• Berita acara penilaian barang

d.4 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian melakukan pencatatn bukti memorial.

d.5 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti memorial mencatat ke dalam buku jurnal umum.

d.6 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD secara periodik melakukan posting ke buku besar.

d.7 Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi sebagai rincian buku besar dan kontrol.

d.8 Pencatatan ke dalam buku jurnal umum dan buku besar pembantu dilaksanakna oleh fungsi akuntansi pada SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

4. Prosedur Akuntansi Aset

Prosedur akuntansi aset meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, sehingga pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset yamg dikuasai/digunakan SKPD


(30)

dan/atau SKPKD. Prosedur akuntansi digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aset yang digunakan / dikuasaiSKPD dan/atau SKPKD.

a. Fungsi terkait

Fungsi terkait yang dalam prosedur akuntansi aset pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

b. Dokumen yang digunakan

b.1 Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset pada SKPD terdiri atas :

• Berita acara penerimaan barang

• Berita acara serah terima barang

• Berita acara penyelesaian pekerjaan

• Bukti memorial, merupakan dokumen yang memuat informasi mengenai jenis/ nama aset tetap , kode rekening , klasifikasi , aset tetap, nilai aset tetap, dan tanggal transaksi dan/atau kejadian sebagai dasar pencatatan ke dalam buku jurnal umum.

• Buku jurnal umum, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi dan/atau kejadian yang berhubungan dengan aset.

• Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPDuntuk memosting semua transaksi dan/atau


(31)

kejadian dari buku jurnal umum ke buku besar untuk setiap rekening aset , kewajiban, ekuitas dana, pendapatan , belanja, dan pembiayaaan.

• Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

b.2 Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset pada SKPKD terdiri atas:

•Berita acara penerimaan barang

•Surat keputusan penghapusan barang

•Surat keputusan mutasi barang (antar SKPD)

•Berita acara pemusnahan barang

•Berita acara serah terima barang

•Berita acara penilaian

•Berita acara penyelesaian pekerjaan

•Bukti memorial, merupakan dokumen yang memuat informasi mengenai jenis/ nama aset tetap , kode rekening , klasifikasi , aset tetap, nilai aset tetap, dan tanggal transaksi dan/atau kejadian sebagai dasar pencatatan ke dalam buku jurnal umum.

•Buku jurnal umum, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi dan/atau kejadian yang berhubungan denagn aset.


(32)

•Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPDuntuk memosting semua transaksi dan/atau kejadian dari buku jurnal umum ke buku besar untuk setiap rekening aset , kewajiban, ekuitas dana, pendapatan , belanja, dan pembiayaaan

•Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

c. Laporan yang dihasilkan

c.1. Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPD terdiri atas :

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

• Neraca

• Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

c.2. Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD terdiri atas :

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

• Neraca

• Laporan Arus Kas


(33)

d. Uraian prosedur

d.1. Prosedur akuntansi aset pada SKPD dilaksanakan olehfungsi akuntansi pada PPK-SKPD serta pejabat, pengurus,dan penyimpanan barang, sdeangkan pada SKPKD dilaksanakan olehfungsi akuntansi pada SKPKD d.2. Bukti transaksi dan / atau kejadian akuntansi terdiri atas :

•Berita acara penerimaan barang

•Surat keputusan penghapusan barang

•Surat pengiriman barang

•Surat keputusan mutasi barang

•Berita acara pemusnahan barang

•Berita acara serah terima barang

•Berita acara penilaian

•Berita acara penyelesaian pekerjaan

d.3. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian melakukan pencatatan ke bukti memorial.

d.4. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti memorial mencatat ke dalam buku jurnal umum.

d.5 Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD secara periodik melakukan posting ke buku besar.

d.6. Setiap akhir periode, semua buku besar di tutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD dan/atau SKPKD.


(34)

D. Penatausahaan Barang dan Jasa Langsung

Penatausahaan barang dan jasa termasuk dalam bentuk belanja, dimana belanja menurut PERMENDAGRI No.13 Tahun 2006 ada 2 jenis yaitu :

• Belanja tidak langsung dan ,

• Belanja langsung.

Belanja tidak langsung yaitu merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud yang terdiri dari:

a. belanja pegawai; b. bunga;

c. subsidi; d. hibah;

e. bantuan sosial; f. belanja bagi hasil; g. bantuan keuangan; dan h. belanja tidak terduga

Belanja Langsung yaitu merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan sebagaimana dimaksud yaitu:

a. belanja pegawai;

b. belanja barang dan jasa; dan c. belanja modal.


(35)

Yang dimaksud belanja barang dan jasa langsung menurut Peraturan menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 yaitu Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa sebagaimana dimaksud mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

Sedangkan penatausahaan barang dan jasa langsung merupakan bagian tugas dari pada bendahara pengeluaran, berikut dalam skema dibawah ini digambarkan penatausahaan bendahara pengeluaran


(36)

Berdasarkan skema diatas penatausahaan barang dan jasa langsung termasuk dari proses SPP-LS (Surat Permintaan Pembayaran langsung), LS (Langsung) yaitu uang yang dibayarkan langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak atau berdasar surat perintah kerja, dimana SPP-LS terdiri atas:

A. SPP LS belanja pegawai :

. 1. Pembayaran gaji induk, gaji susulan, kekurangan gaji, gaji terusan, uang duka wafat, dengan lampiran sesuai peruntukannnya.

2. Pembayaran lembur

3. Pembayaran honor / vakasi

B. SPP LS non belanja pegawai (belanja barang) : 1. Pembayaran pengadaan barang dan jasa. 2. Pembayaran biaya langganan daya dan jasa 3. Pembayaran belanja perjalanan dinas.


(37)

Dalam pembayaran pengadaan barang dan jasa harus dilampirkan hal berikut : 1. Kontrak / SPK yang mencantumkan nomor rekening rekanan,

2. Surat pernyataan KPA mengenai penetapan rekanan. 3. Berita acara penyelesaiaan pekerjaan

4. Berita acara serah terima pekerjaan 5. Berita acara pembayaran

6. Kuitansi yang disetujui KPA

7. Faktur pajak dan SSP ditandatangani wajib pajak 8. Jaminan Bank/ Lembaga keuangan non Bank

9. Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari puhak lain.


(38)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan berupa studi deskriptif dengan secara langsung mendatangi objek penelitian, yaitu Pemerintah Kota Medan guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini didasarkan pada teori –teori yang mendukung sebagai landasan teoritis dalam menganalisa data di lapangan.

B. Jenis Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaituindividu atau perorangan sebagai objek penelitian, dimana data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut

Data sekunder adalah data yang telah diolah dan diperoleh langsung dari objek penelitian berkaitan dengan pembahasan yang dilakukan , serta bahan-bahan lain dari tempatpenelitian yang telah diolah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam usaha untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk dijadikan sebagai bahan dalam menganalisis masalah yang sedang diteliti adalah sebagai berikut :


(39)

Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan kepala bagian dan para pegawai yang bersangkutan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Dalam melakukan analisis terhadap data – data yang diperoleh, digunakan beberapa metode analisis , yaitu :

Metode Deskriptif , yaitu metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data, mengklasifikasikan, menganalisis, dan mentafsirkan data sehingga data memberikan gambaran mengenai permasalahan yang diteliti.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kantor Walikota Medan Jalan Kapten Maulana Lubis 2 Medan, 20112


(40)

ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek penelitian

1. Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan

Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi dan karakteristik Kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi yang luas dan besar (METRO), serta sebagai salah satu dari 3 (tiga) kota metropolitan terbesar di Indonesia. Realitasnya, Kota Medan kini berfungsi:

(1) Sebagai pusat Pemerintahan daerah, baik pemerintah Propinsi Sumatera Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat Negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan Perusahaan, Bisnis, Keuangan di Sumatera Utara.

(2) Sebagai Pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara seperti: Rumah sakit, Perguruan Tinggi, Stasiun TVRI, RRI, dll, termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan Swasta, khususnya pusat-pusat Perdagangan.

(3) Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jasa secara regional maupun internasional.

(4) Sebagai pintu gerbang regional/Internasional/Kepariwisataan untuk kawasan Indonesia bagian barat.


(41)

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya Propinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah propinsi (Sumbagut). Adanya fungsi regional yang luas tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi yang besar tersebut ditunjukan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Medan, yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi daerah – daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Provinsi Sumatera Utara maupun Nasional

Walaupun Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 (- 20%), namun selama tahun 2000 – 2004, ekonomi Kota Medan dapat tumbuh kembali rata – rata sebesar 5,19%. Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya (dalamnya), krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia dan Kota Medan khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang sangat berat tersebut

Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai (uang) PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan pendapatan perkapita Rp. 12,5 juta, sektor tertier merupakan sektor sekunder (29,06%), dan sektor primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi ini, sekaligus memberikan kontribusi lebih kurangnya sebesar 21% bagi pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi


(42)

terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Propinsinya. Ini menunjukan bahwa Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah – daerah lainnya di Sumatera Utara.

INDIKATOR UTAMA EKONOMI KOTA MEDAN

KETERANGAN TAHUN 2004

• Penduduk

• PDRB

• Pertumbuhan ekonomi

• Income perkapita

• Tingkat inflasi

• Jumlah tenaga kerja produktif

• Tingkat Pengangguran

• Total of export (FOB,000 US$)

• Total of import (CIF,000 US$)

2.006.142 jiwa 24,5 trilyun 5,49 % Rp.12,500,000 6,64 % 682.826 jiwa 13,01 % 2.229.125 679.000,00 Major export :

Lemak dan minyak nabati /hewani, udang, kerang, kayu lapis, aluminium, barang kesenian, coklat, kopi, mineral mentah, dll.

Major import :

Impor barang modal (suku cadang / asesoris kendaraan bermotor, mesin / peralatan industri khusus, alat elektronik, dll) impor barang konsumsi, (makanan ternak, beras, aluminium, sayur segar, tembakau, dll)

Partners :

Malaysia, Jerman, Inggris, Singapura, RRC, Belanda, Taiwan, Hongkong, dll)

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan


(43)

penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat .

Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin


(44)

INDIKATOR SOSIAL KOTA MEDAN

KETERANGAN TAHUN 2004

Jumlah penduduk (jiwa)

APK

o SD / MI (%) o SMP / MTs (%) o SMA / MA(%)

APM

o SD / MI (%) o SMP / MTs (%) o SMA / MA(%)

Umur harapan hidup

o Laki-laki o Perempuan

Angka kelahiran kasar

Angka kematian kasar

TPAK (%)

Pengangguran

o Terbuka (%)

Penduduk Miskin (%)

2.006.142jiwa 112,40 101,60 76,05 90,00 74,83 62,45 69 71 2,26 1,70 52,92 13,01 7,13

Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM)Tahun 2006-2010 Pemko Medan

Secara konstitusional Negara Indonesia di bagi dalam daerah propinsi dan daerah yang lebih kecil (Kota-Kabupaten). Masing-masing daerah pada dasarnya memiliki sifat otonom dan atministratif. Adanya daerah, menjadikan adanya pemerintahan daerah, pertimbangan situasional, historis, politis, psikologis dan tehnis pemerintahan, merupakan latar belakang pemikiran strategis perlunya pemerintahan daerah di Indonesia.

Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada dasarnya menjadi semangat penyusunan dan diperlakukannya UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004, yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di daerah,


(45)

dengan prinsip demokratis, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:

(1) Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima (5) sifat, yaitu Pemberian pelayanan,

(2) Fungsi pengaturan (penetapan perda), (3) Fungsi pembangunan,

(4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi /Pusat), (5) Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota. Dalamkaitannya dengan

penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,

Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 (dua) bidang urusan yaitu :

(1) Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Dinas-dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum) dan

(2) Urusan pemerintahan umum, yang terdiri dari:

• Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagi Badan Legislatif Kota.


(46)

• Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang

diselenggarakan oleh Wlikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Kota

Berdasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi (pimpinan Eksekutif tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.

Harus diakui UU : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah menjembatani aspirasi dan semangat reformasi masyararakat lokal, yang menginginkan adanya keleluasaan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Secara filosofis, implimentasi otonomi daerah ternyata dapat mendorong daerah berkembang dengan prakarsa kreditivitas dan inisiatifnya sendiri, termasuk menumbuhkan partisipasi masyarakat, akuntabilitas, transparansi dan komitmen yang kuat untuk mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.

Adanya keleluasan melaksanakan otonomi daerah, tercermin dari pola pembagian kewenangan antara pusat dan daerah. Semangat Undang-Undang Nomor : 32 Thn. 2004, telah menempatkan kewenangan pusat hanya pada aspek- aspek yang sangat terbatas seperti politik luar negeri, pertahanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan lain yang tidak atau belum dapat diselenggarakan oleh daerah. Untuk itu, Kota Medan dituntut untuk mampu menyelenggarakan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, meliputi administrasi pemerintahan umum, pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian dan


(47)

perdagangan, koperasi, penanaman modal, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pemukiman, pekerjaan umum, perhubungan, lingkungan hidup, kependudukan dan olahraga.

Bagi Pemerintah Kota Medan, implementasi otonomi daerah diwujudkan dalam kewajiban Pemerintah Kota untuk menjamin pelayanan umum yang sangat mendasar kepada masyarakat dan dunia usaha, berdasarkan kewenangan dan bidang – bidang wajib yang dilaksanakan Pemerintah Kota. Secara terus menerus, Pemerintah Kota Medan memperbaiki mutu pelayanan umum yang ada, mulai dari identifikasi dan standarisasi pelayanan, peningkatan kerja pelayanan Pemerintah Kota, dan monitoring pelayanan. Usaha ini diharapkan mampu menciptakan pemberian pelayanan yang adil dan merata bagi seluruh pihak, baik masyarakat maupun dunia usaha yang bersifat lokal, nasional dan asing.

Diberlakukannya Undang-Undang No : 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing- masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif.


(48)

Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok, yaitu : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah, (4) Lain- lain penerimaan yang sah. Sebagai daerah yang perkembangan ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum (redistribusi pendapatan) dari pada sekedar budgeter.

Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun diakui 70% sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari alokasi pusat (dana perimbangan / dana alokasi umum). Hal yang menggembirakan dalam hal pembiayaan pembangunan kota adalah, jika sebelumnya sebagian besar program pembangunan yang disediakan oleh pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk dana Inpres (regional) maupun dana DIP (sektoral), maka saat ini sebagian besar sudah dalam bentuk bantuan spesifik (specific blok grant), dan blok grant yang lansung diterima dan dikelola oleh daerah.

Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar – benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang


(49)

pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah Kota kepada Pemerintah Pusat.

REALISASI APBD PEMERINTAH KOTA MEDAN LIMA TAHUN TERAKHIR

TAHUN REALISASI

2000 204.336.107.826,67

2001 568.639.837.266,58

2002 722.197.831.000,00

2003 1.079.834.024.000,00

2004 1.123.865.492.000,00

2005 1.228.649.091.079,96

Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) Tahun 2006-2010 Pemko Medan Diberlakukannya UU Nomor : 32 Tahun 2004 ternyata telah membawa perubahan, baik secara filosofis maupun administratif penyelenggaraan Pemerintahan Kota. Secara filosofis, diberlakukannya Undang –Undang tersebut membawa implikasi bahwa :

• Semua persoalan diselesaikan di tingkat lokal.

• Semua daerah harus berkembang dengan prakarsa, kreativitas dan inovasi daerah masing- masing.

• Merubah pandangan kesatuan, dari yang semula harus sama menjadi pengakuan adanya keanekaragaman, sebagai potensi bangsa/daerah.


(50)

• Adanya pergeseran dari yang semula dominasi Eksekutif menjadi keseimbangan dengan Legislatif.

• Perlunya partisipasi masyarakat yang dinamis dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan kota.

Secara administratif, otonomi daerah juga dimaknai adanya pergeseran kewenangan dari yang semula dominasi pusat kepada daerah, dan dari yang semula dominasi daerah kepada masyarakat. Adanya perubahan fundamental tersebut, menjadikan adanya perubahan dalam strategi pembangunan kota yang dijalankan termasuk oleh pemerintah Kota Medan. Perubahan tersebut juga harus dimaksimalkan adanya pergeseran dalam paradigma pembangunan kota. Secara skematis perubahan paradigma pembangunan tersebut adalah:

SEBELUM MENJADI PEMBANGUNAN

KOTA

KOTA PEMBANGUNAN Sentralisasi Desentralisasi

Dari atas ke bawah Simultan Keseragaman Keberagaman Petunjuk Kreativitas/ Inovasi Instruksi Pilihan

Ketergantungan Kemandirian Hirarki Keterkaitan Kesenjangan Keserasian

Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) Tahun 2006-2010 Pemko Medan


(51)

Bagi Pemerintah Kota Medan, adanya perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dan pembanguanan kota tersebut diantisipasi dengan merumuskan apa yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan lima tahun kedepan, dengan menetapkan Pemerintah Kota, DPRD, swasta dan masyarakat sebagai pilar utama pembangunan kota.

2. Struktur Organisasi Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Kota Medan Berdasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

Penyusunan struktur organisasi dalam suatu organisasi sangat penting dilakukan gunamempermudah pelaksanaan tugas – tugas yang di bebankan . Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola – pola tata hubungan diantara fungsi – fungsi , bagian – bagian atau posisi – posisi maupun orang – orang yang menunjukkan kedudukan, tugas , wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu struktur organisasi

Struktur ini mengendung unsur – unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, dalam pembuatan keputusan dalam satuan kerja. Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dapat diketahui secara jelas dengan melihat struktur organisasi.

Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan merupakan bagian dari struktur organisasi Pemerintah Kota Medan secara keseluruhan. Namun dalam hal ini hanya akan disajikan struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah.


(52)

Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan sebagai berikut:

2.1. Walikota Medan (Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan daerah) Walikota Medan selaku kepala pemerintah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan darah sebagaimana dimaksud mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan APBD;

b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah; c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran / barang ;

d. Menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;

Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

WALIKOTA MEDAN

( PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUDA)

SEKRETARI S DAERAH

( KOORDI NATOR PENGELOLAAN KEUDA)

PENGGUNA

ANGGARAN/ PENGGUNA BARANG ( KEPALA SKPD)

PPKD SELAKU BUD ( KEPALA SKPKD)

BENDAHARA

PPTK

KUASA PA

PPK- SKPD

KUASA BUD

Gambar : Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan daerah Pemerintah Kota Medan


(53)

e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;

f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah ;

h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

i. Melimpahkan sebagian atas seluruh kekuasaannya kepada ;

• Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan keuangan daerah ;

• Kepala SKPD selaku PPKD;

• Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran / Pengguna Barang.

Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud, ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan .

2.2 Sekretaris Daerah ( Koordinator pengelolaan keuangan daerah)

Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam membantu Walikota selaku kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintah daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah. Koordinator pengelolaan


(54)

keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud kepada kepala daerah.

Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerahmempunyai tugas koordinasi di bidang:

a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;

b. Penyusunan dan pelaksanana kebijakan pengelolaan barang daerah; c. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

d. Penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

e. Tugas – tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan daerah dan ;

f. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

Selain tugas – tugas diatas koordinator pengelolaan keuangan daerah juaga mempunyai tugas:

a. Memimpin TAPD;

b. Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;

c. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;

d. Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; e. Melaksanakan tugas – tugas koordinasi pengelolaan keuangan

daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.


(55)

2.3 Kepala SKPD (PPKD selaku BUD)

PPKD selaku SKPKD mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah ; b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah;

d. Melaksanakan fungís Bendahara Umum daerah ;

e. Menyusun laboran keuangan daerah dalm rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

f. Melaksankan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah;

PPKD selaku BUD berwenang :

a. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; b. Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

c. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah;

e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah ;

f. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;

g. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;


(56)

h. Menyimpan uang daerah; i. Menetapkan SPD;

j. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi;

k. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekeningkas umum daerah;

l. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daeah;

m. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; n. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

o. Melakukan penagihan piutang daerah;

p. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah q. Menyajikan informasi keuangan daerah;

r. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.

2.4 Kuasa BUD

PPKD selaku BUD dapat menunjuk pejabat di lingkungan SKPD selaku kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD.

Kuasa BUD mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menyiapkan anggaran kas;


(57)

b. Menyiapkan SPD; c. Menerbitkan SP2D;

d. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

e. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;

f. Mengusahakan dan mengatur yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;

g. Menyimpan uang daerah;

h. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola /menatausahakan investasi daerah;

i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atau beban rekening kas umum daerah;

j. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; k. Melakukan penagihan piutang daerah.

2.5 Kepala SKPD (Pengguna Anggaran / Pengguna Barang)

Pejabat pengguna anggran / pengguna barang daerah mempunyai tugas dan wewanang:

a. Menyusun RKA- SKPD b. Menyusun DPA – SKPD

c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja


(58)

e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak

g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan

h. Menandatangani SPM atas beban anggaran belanja SKPD yang dipimpinnya

i. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya

j. Mengelola barang milik daerah / kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya

k. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya

l. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya m. Melaksanakan tugas – tugas pengguna anggaran/barang lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah

n. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui Sekretaris daerah

2.6 Kuasa Pengguna Anggaran (Kuasa PA)

a. Pejabat pengguna anggaran / barang dalam melaksanakan tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggran/ barang.


(59)

b. Kuasa pengguna anggaran/barang pada SKPD minimal pejabat eselon III

c. Pelimpahan wewenang ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

d. Penetapan kuasa pengguna anggaran / barang pada SKPD berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

e. Kuasa pengguna anggaran/barang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan anggaran / barang yang dilimpahkan

f. Atas pelaksanaan tugasnya, kuasa pengguna anggaran/barang melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada pengguna anggaran/barang.

2.7 Bendahara

a. Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD.

b. Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara pengeluaran untuk memaksakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja SKPD.


(60)

c. Kepala daerah atas usul PPKD dapat mengangkat bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk tiap unit kerja yang ada pada SKPD.

d. Pengangkatan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada tiap unit kerja sebagaimana dimaksud pada point 3 diberikan berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan , anggaran, kegiatan , beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

e. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada poin 1,2,3 adalah pejabat fungsional.

f. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang melakukan , baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan ,pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan / penjualan tersebut, serta menyimpan uang pada suatu bentuk dan lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

g. Bendahara penerimaan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu dan/atau pembantu bendahara penerimaan.

h. Bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara pengeluaran pembantu dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.


(61)

i. Bendahara penerimaan pembantu dan pembantu bendahara penerimaan bertanggungjawab kepada bendahara penerimaan.

j. Bendahara pengeluaran pembantu dan pembantu bendahara pengeluaran bertanggung jawab kepada bendahara pengeluaran.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya lepada PPKD selaku BUD.

2.8 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD (PPTK-SKPD)

Pejabat pengguna anggaran barang dalam melaksanakan program dan kegiatan SKPD menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK atas usul kuasa pengguna anggaran/barang. Penunjukan PPTK ditetapkan oleh kepala daerah.

Pejabat Pelakasanateknis kegiatan SKPD (PPTK-SKPD) mempunyai tugas mencakup:

a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan,

b. Melaporkan perkembangan pelaksana kegiatan,

c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.


(62)

2.9 Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPDmenetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD.

Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) mempunyai tugas:

a. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/disetujui oleh PPTK dan/atau kuasa pengguna anggaran/barang.

b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, SPP-GU nihil dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran.

c. Menyipakan SPM

d. Melakukan verifikasi SPJ

e. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan f. Melaksanakan akuntansi SKPD

g. Menyiapkan laporan keuangan SKPD

PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK kecuali ditentukan lain atas pertimbangan daerah.


(63)

3. Sistem dan prosedur Penatausahaan Barang dan Jasa Langsung berdasar Peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006

Berikut Bagan alir yang menggambarkan Sistem dan Prosedur Penatausahaan Barang dan Jasa Langsung berdasar Peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006:

Pelaksanaan Pengeluaran Barang dan Jasa

PPTK

Bendahara Pengeluaran

PA

Pihak Ketiga

SPD SPD

Pelaksanaan

lelang

Keputusan

lelang

Kontrak Pelaks Pekerjaan

Kontrak Pelaks Pekerjaan

Kontrak Pelaks Pekerjaan

Berita Acara Penyelesaian

Pekerjaan

Berita Acara Penyelesaian

Pekerjaan

Kontrak Pelaks Pekerjaan

Berita Acara Penyelesaian


(64)

Proses yang pertama sekali dari sistem dan prosedur penatausahaan barang dan jasa langsung yaitu Proses Pelaksanaan Pengeluaran Barang dan Jasa yaitu:

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara Pengeluaran dan berdasarkan SPD, melaksanakan lelang pekerjaan

2. Setelah keluar dokumen keputusan lelang, pengguna anggaran membuat kontrak pelaksanaan pekerjaan.

3. Pengguna anggaran menyerahkan pelaksanaan pekerjaan kepada pehak ketiga. 4. Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dan membuat berita acara penyelesaian

pekerjaan

5. Pihak ketiga menyerahkan berita acara penyelesaian pekerjaan dan kontrak pelaksanaan pekerjaan kepada PPTK

6. PPTK menyerahkan berita acara penyelesaian pekerjaan dan kontrak pelaksanaan pekerjaan kepada bendahara pengeluaran.


(65)

Proses selanjutnya yaitu Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) Barang dan Jasa :

1. Berdasar SPD, berita acara penyelesaian pekerjaan , dan kontrak pelaksanaan pekerjaan , bendahara pengeluaran membuat SPP-LS dan dokumen lain. Dokumen lain tersebut terdiri dari :

• Surat Pengantar SPP-LS Barang dan Jasa

• Ringkasan SPP-LS Barang dan Jasa

• Rincian SPP-LS Barang dan Jasa

Pengaj uan SPP – LS Barang dan Jasa

Bendahara Pengeluaran PPK - SKPD PA

Kontrak Pelaks Pekerjaan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan SPD

SPP LS dan Dokumen lain

SPP LS dan Dokumen lain DPA Penelitian SPP LS Rancangan SPM lengkap SPD SPD SPM 2 hr kerja sejak SPP diterima

SPP LS dan Dokumen lain Surat Penolakan Penerbitan SPM Tidak lengkap

SPP LS dan Dokumen lain

Surat Penolakan Penerbitan

SPM SPP LS dan

Dokumen lain Surat Penolakan

Penerbitan SPM


(66)

Lampiran SPP-LS terdiri dari

• Salinan SPD

• Salinan Surat Rekomendasi dari SKPD terkait

• SSP disertai faktur pajak yang ditandatangani WP

2. Bendahara pengeluaran menyerahkan SPP-LS beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD untuk diteliti

3. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-LS berdasarkan SPD yang diterima dari pengguna anggaran dan DPA-SKPD.

4. Bila SPP-LS dinyatakan lengkap, maka PPK-SKPD membuat SPM paling lambat 2 hari kerja sejak SPP diterima.

5. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada pengguna anggran untuk diotorisasi 6. Jika SPP-LS dinyatakan tidak lengkap , PPK- SKPD akan menerbitkan surat

penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-LS diterima.

7. Surat penolakan penerbitan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD kepada pengguna anggaran untuk diotorisasi

8. Surat penolakan penerbitan SPM diberikan kepada bendahara agar bendahara melakukan penyempurnaa SPP-LS.


(67)

Proses selanjutnya yaitu Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana langsung Barang dan Jasa (SP2D-LS):

1. Pengguna anggaran menyerahkan SPM kepada kuasa BUD. 2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM.

3. Bila dokumen SPM dinyatakan lengakap, kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM . Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D :

Penerbitan SP2D LS Barang dan Jasa

Bendahara Pengeluaran PA Kuasa BUD Pihak Ketiga

SPM SPM Penelitian Kelengkapan SP2D Dokumen Penatausahaan SP2D SP2D lengkap Nota Debet dari Bank Surat Penolakan Penerbitan SP2D Surat Penolakan Penerbitan SP2D

1 hari kerja sjk SPM diterima SP2D Dokumen Penatausahaan Tidak lengkap


(68)

• Surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran / kuasa pengguna anggaran

• Bukti – bukti pengeluaran yang sah dan lengkap.

4. Kuasa BUD menyerahkan SP2D kepada Bank dan pengguna anggaran

5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota debet ke dokumen penatausahaan .

6. Pengguna anggaran menyerahkan SP2D kepada bendahara pengeluaran

7. Bendahara pengeluaran mencatat SP2D ke dalam dokumen penatausahaan yang terdiri dari:

• BKU Pengeluaran

• Buku pembantu simpanan / Bank.

• Buku pembantu pajak.

• Buku pembantu panjar

• Buku rekapitulasi pengeluaran per rincian objek.

8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, kuasa BUD menerbitkan surat penolakan penerbitan SP2D paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan kepada pengguna anggaran


(69)

Proses terakhir yaitu Pembelanjaan dana barang dan jasa :

1. Berdasarkan SP2D yang diterima , bank mencairkan dana dan membuat Nota debet, Nota debet ini kemudian diserahkan kepada kuasa BUD.

Bank membayarkan / mentransfer uang kepada pihak ketiga.

4. Sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa berdasar Keputusan

Presiden nomor 80 tahun 2003

Dalam keputusan presiden nomor 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa diatur sistem dan metode pengadaan barang dan jasa, dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan

Pembelanjaan Dana Barang dan Jasa

Pihak Ketiga Bank

SP2D SP2D

Nota Kredit

uang

uang

Diserahkan ke Kuasa BUD


(70)

pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilakukan swakelola maupun oleh penyedia barang dan jasa.

Sedangkan yang dimaksud dengan pengguna barang/jasa adalah kepala kantor / satuan kerja / pemimpin proyek / pengguna anggaran daerah / pejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang / jasa dalam lingkungan unit kerja / proyek tertentu.

Dalam pemilihan penyediaan barang dan jasa pada prinsipnya dilakukan dengan metode pelelangan umum. Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang / jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Prosesnya diantaranya adalah :

1. Pengumuman prakualifikasi

2. Pengambilan dokumen prakualifikasi 3. Pemasukan dokumen prakualifikasi 4. Evaluasi prakualifikasi

5. Penetapan hasil prakualifikasi 6. Pengumuman hasil prakualifikasi 7. Masa sanggah prakualifikasi

8. Undangan kepada konsultan yang masuk daftar pendek 9. Pengambilan dokumen seleksi umum

10.Penjelasan


(71)

12.Pemasukan penawaran

13.Pembukaan penawaran administrasi dan teknis 14.Evaluasi administrasi dan teknis

15.Penetapan perangkat teknis

16.Pemberitahuan / pengumuman peringkat teknis (pemenang) 17.Masa sanggah

18.Pembukaan penawaran harga peringkat teknis terbaik 19.Klarifikasi dan teknis dan biaya

20.Penunjukam pemenang 21.Penandatanganan kontrak

Pejabat yang berwenang menetapkan penyediaan barang dan jasa adalah ;

1. Pengguna barang / jasa untuk pengadaan bernilai sampai dengan Rp 50.000.000.000 ( lima puluh milyar rupiah ) tanpa memerlukan persetujuan menteri / Panglima TNI / Pemimpin Lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN / BUMD, pejabat pengguna barang / jasa yang bersangkutan.

2. Menteri / Panglima TNI / Kepala POLRI / Pemimpin Lembaga / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN / BUmd untuk pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dari dana APBN bernilai diatas Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar )


(72)

3. Gubernur untuk pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dari dana APBD propinsi yang bernilai diatas Rp 50.000.000.000 ( lima puluh milyar ).

4. Bupati / Walikota untuk pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dari dana APBD Kabupaten / Kota yang bernilai diatas Rp 50.000.000.000 ( lima puluh milyar )

5. Direksi BUMD untuk pengadaaan barang dan jasa yang dibiayai dari APBN / APBD yang bernilai diatas Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar) dengan persetujuan Gubernur / Walikota / Bupati.

B. Analisa Data

1. Analisa dan Evaluasi Terhadap Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kotamadya Medan

Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kotamadya Medan berbentuk garis, dimana atasan mempunyai sejumlah bawahan dan bertanggungjawab langsung mengenai tugas-tugasnya kepada atasannya. Hal ini memudahkan koordinasi antara atasan dengan bawahan dan memudahkan pengawasan oleh atasan kepada bawahan.

Pengelolaan keuangan daerah adalah seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Badan / dinas / kantor / dan organisasi yang terkait dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah terdiri dari :

a. Walikota


(73)

c. Asisten Sekretaris Daerah

d. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah e. Kuasa BUD

f. Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran g. Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) h. Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)

i. Biro Ekonomi dan Pembangunan j. Pejabat Pelaksana teknis Kegiatan k. Tim Anggaran Pemerintah Daerah

l. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah m. Bendahara Penerimaan

n. Bendahara Pengeluaran

o. Bendahara Penerimaan Pembantu p. Bendahara Pengeluaran Pembantu q. Pembantu Bendahara Penerimaan r. Pembantu Bendahara Pengeluaran

Pada struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah tingkat II dipimpin oleh seorang pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan, pada Pemerintah Kotamadya Medan hal tersebut dipimpin oleh seorang Walikota.

Apabila sampai dengan awal tahun berkenaan RAPERDA APBD belum dapat ditetapkan, Walikota dapat menetapkan bendahara Pengeluaran dan Kuasa Pengguna


(1)

68

Di dalam pengadaan barang dan jasa pada instansi pemerintah terdapat beberapa proses yang dilakukan, diantaranya adalah proses pengadaan barang dan jasa dan proses pencatatan ( penatausahaan) barang dan jasa. Proses pengadaan barang dan jasa lebih menekankan kepada proses awal dimana barang dan jasa tersebut agar dapat masuk kedalam suatu instansi pemerintah, pada proses ini ditekankan bagaimana prasyarat untuk para pengusaha agar dapat ikut dalam pengadaan barang dan jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah. Proses pengadaan barang dan jasa dilaksanakan sampai barang dan jasa telah selesai dilaksanakan , maka setelah itu pembayaran diatur dalam penatausahaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006, Dalam pencatatan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yaitu berdasar Basis Akrual yaitu dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi (dan bukan hanya pada saat kas diterima atau dibayar). Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.

Contoh I : Pada tanggal 1 Januari 2006 diterbitkan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) dan diterima oleh bendahara pengeluaran pada tanggal 5 Februari 2006 sebesar Rp 500.000, maka jurnalnya dicatat pada tanggal 1 Januari 2006 yaitu sebesar

Biaya perjalanan dinas Rp 500.000


(2)

Contoh II: Pada awal tahun 19XA jumlah bahan pakai habis adalah Rp 100.000 dan pembelian bahan pakai habis selama tahun tersebut adalah Rp 600.000, dengan demikian total bahan pakai habis adalah Rp 700.000. Pada akhir periode, jumlah persediaan yang tersisa adalah Rp 200.000. Jumlah bahan pakai habis yang terpakai

atau menjadi belanja bahan pakai habis adalah Rp 700.000 – Rp 200.000 = Rp 500.000 , Untuk mencatat biaya bahan pakai habis ini dibuat jurnal penyesuaian

berikut :

Belanja Bahan Pakai Habis Rp 500.000

Bahan Pakai Habis Rp 500.000

Bila diposting maka saldo rekening bahan pakai habis adalah : Rp 700.000 – Rp 500.000 = Rp 200.000

Jika dicatat sebagai belanja bahan pakai habis , penyesuaiannya adalah : Bahan Pakai Habis Rp 200.000

Belanja Bahan Pakai Habis Rp 200.000

Bila diposting maka saldo rekening belanja bahan pakai habis adalah Rp 700.000 – Rp 200.000 = Rp 500.000

Dalam proses antara pengadaaan barang dan jasa dan penatausahaan harus berkesinambungan. Karena antara pengadaaan barang / jasa dan penatausahaan keuangan daerah saling bertautan antara satu dengan lainnya, good governance harus benar – benar diwujudkan dalam hal pengadaan dan penatausahaan barang dan jasa . Tapi dalam hal ini diperlukan transparansi yang benar harus dijalankan, agar adanya kejelasan mengenai penggunaan APBD yang dikutip dari rakyat, kantor Walikota Medan sudah menerapkan hal ini dengan sebaik – baiknya , walaupun masih ada


(3)

70

sedikit kekurangan dalam hal penatausahaan keuangan berdasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 yang masih tergolong baru di kantor Walikota Medan , sehingga butuh pembenahan , terutama dalam hal kinerja dan perangkat. Karena dalam hal kinerja di kantor Walikota Medan tidak mencerminkan konsep 3E (Ekonomis,Efektif, Efisien) yang sering menjadi tujuan dan pedoman dalam melakukan pekerjaan di pemerintahan yang bertujuan untuk menciptakan Good Governance yang mampu memberi pelayanan yang optimal kepada masyarakatnya. Tetapi hal ini sudah lebih baik dibanding sebelumnya, dalam hal transparansi kantor Walikota Medan sudah cukup transparan dalam melakukan kegiatan , agar masyarakat mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan di kantor Walikota Medan.


(4)

A. KESIMPULAN

1. Penerapan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dalam hal penatausahaan barang dan jasa harus sejalan dengan proses pengadaan barang dan jasa berdasar Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003.

2. Penerapan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 dalam lingkungan Kantor Walikota Medan sudah tersosialisasi dengan baik, ini dibuktikan dengan kesiapan para pegawai Kantor Walikota Medan, seperti diperbaharui system yang terkomputerisasi dan pelatihan pegawai – pegawai.

3. Untuk setiap segala pengadaan barang dan jasa Kantor Walikota Medan telah menerapkan prosedur – prosedur yang telah ditetapkan oleh Keputusan Presiden maupun oleh Peraturan Menteri .

B. SARAN

1. Kantor Walikota Medan disarankan harus lebih selektif dalam memilih para pegawai yang akan melaksanakan system dan prosedur yang menyangkut dengan pengadaan dan penatausahaan barang dan jasa, karena penatusahaan dan pengadaan barang dan jasa rentan terhadap praktek – praktek yang dapat merugikan.


(5)

72

2. Kantor Walikota Medan disarankan agar selalu menonitoring segala kegiatan yang dilakukan oleh para pegawainya, untuk mewujudkan kualitas dalam pelayanan dan perwujudan suatu sikap efektif , efisien dan ekonomis yang bertujuan untuk menciptakan good governance.


(6)

Abdul, Halim,2007, Akuntansi keuangan Daerah,Akuntansi Sektor Publik,Edisi III : Salemba Empat, Jakarta.

Arif, Bahtiar, 2002, Akuntansi Pemerintahan Edisi I, salemba Empat, Jakarta Bastian, Indra,2001, Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Edisi I, Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta

Bastian, Indra, dan gatot Soepriyanto,2002, Sistem Akuntansi Sektor Publik konsep Untuk Pemerintahan Daerah, edisi I, Salemba Empat, Jakarta. Deddi, Noerdiawan,2006, Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta. Heizer,Jay, dan Barry Render,2005, Manajemen Operasi, edisi ketujuh, Salemba

Empat, Jakarta

Mardiasmo,2002, Akuntansi Sektor Publik, Edisi I, Andi, Jakarta Mulyadi,2001,Sistem Akuntansi,Salemba Empat, Jakarta

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa

Undang- Undang No.32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah

Undang- Undang No.33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah

Undang- Undang No.17 Tahun 2003, Tentang Keuangan Negara Peraturan Pemerintah No.107 Tahun 2000, Tentang Pinjaman Daerah,

Peraturan Pemerintah No.58 tahun 2005, Tentang Pengelola dan Pertanggungjawaban Keuangan daerah,

Peraturan pemerintah No.11 tahun 2001, Tentang Informasi Keuangan Daerah,

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.