Panah Asmara Alunan Cinta

15 Pada birama ke-18 tempo berubah menjadi tempo largo dan menggunakan tangga nada C natural untuk menggambarkan matahri yang perlahan-lahan terbenam dan menggambarkan suasana hati penulis yang tidak sanggup berkata ketika ia berhadapan dengan pria yang dikaguminya. Gambar 3.5 Pada birama ke-23 sampai dengan selesai terdapat pengulangan nada yang sama dengan maksud ingin menegaskan bahwa penulis merasa gugup dan malu ketika ia berhadapan dengan pria itu.

B. Panah Asmara

Bagian ini menceritakan saat-saat mereka mencoba saling mengenal lebih dekat sampai saling mengetahui perasaan masing-masing. Berikut ini a dalah syair dari “Panah Asmara”: “Panah Asmara” Dalam lelapku kau hadir Tiada henti s’lalu terpikir Mungkin ini hanyalah ketidaksengajaan Namun pesonamu telah menyihirku dengan perlahan 16 Oh, apakah ini ? Kau sihirku dengan panah asmaramu ? Ku terikat dalam jaring cintamu ? Tangkaplah aku, jangan lepaskan ku pe Gambar 3.6 Pada bagian ini dibuka oleh introduksi dari birama 1-9 dengan menggunakan tangga nada C Mayor. Pada birama ke 2 untuk iringan flute terdapat sekuen turun yang menggambarkan penulis yang sedang berangan- angan akan sebuah khayalan yang senang. 17 Gambar 3.7 Pada bagian ini coda dimualai dari birama 27 sampai dengan selesai. Pada birama 31 iringan flute sama dengan birama 27 terdapat pengulangan karena ingin menggambarkan penulis yang terbangun dari khayalannya dan berharap apa yang dikhayalkannya akan terwujud menjadi nyata.

C. Alunan Cinta

Bagian ini mengisahkan tentang saat mereka menyatakan perasaan dan membangun komitmen untuk sebuah hubungan. Berikut ini adalah syair dari “Alunan Cinta”: “Alunan Cinta” Dalam lelapku kau hadir Tiada henti s’lalu terpikir Mungkin ini hanyalah ketidaksengajaan Namun pesonamu telah menyihirku dengan perlahan 18 Oh, apakah ini? Kau sihirku dengan panah asmaramu? Ku terikat dalam jaring cintamu? Tangkaplah aku, jangan lepaskan ku pergi Gambar 3.8 Pada Bagian awal yaitu dari birama 1-18 komposisi ini menggunakan tangga nada Bes Mayor dengan tempo Allegro dan sukat 34 untuk menyatakan perasaan penulis yang kasmaran. Pada birama 20 tempo berubah menjadi lebih lambat yaitu menjadi Allegreto karena ingin menggambarkan perasaan seorang wanita melakukan hal-hal yang konyol seperti menari kegirangan seperti seorang yang dimabuk asmara. 19 Gambar 3.9 Pada birama 30 kembali pada tempo awal yang ingin menggambarkan sebuah kebahagian karena pasangan ini akhirnya membangun sebuah komitmen untuk bersama.

D. Hati Bercabang