1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, disusun tujuan penelitian sebagai berikut: 1.
Membandingkan pengaruh berbagai konsentrasi NAA terhadap pertumbuhan stek batang mini tanaman ubi kayu.
2. Membandingkan pengaruh perbedaan jumlah buku pada stek terhadap
pertumbuhan pada stek batang mini tanaman ubi kayu. 3.
Membandingkan pengaruh interaksi beberapa kombinasi perlakuan konsentrasi NAA dan jumlah buku pada stek terhadap pertumbuhan stek
batang mini tanaman ubi kayu.
1.3 Landasan Teori
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya Widiarsih et al., 2008. Metode perbanyakan tanaman ubi kayu yang lazim digunakan adalah
metode konvensional dengan menggunakan stek batang. Bibit untuk stek batang ubi kayu harus berasal dari bagian tengah batang ubi
kayu yang telah berumur 8-12 bulan, selain itu stek juga harus memiliki diameter antara 2-3 cm Sundari, 2010. Tanaman ubi kayu yang telah berusia 10 bulan
tersebut hanya dapat menghasillkan ± 10 stektanaman BIP, 1995, sehingga kebutuhan bibit ubi kayu sulit dipenuhi. Penggunaan metode jumlah mata tunas
per stek sebagai upaya untuk penghematan bibit ubi kayu juga sudah dilakukan .
Metode alternatif perbanyakan ubi kayu sangat diperlukan untuk memperoleh bibit ubi kayu dalam waktu yang singkat. Metode alternatif yang dapat
digunakan adalah perbanyakan secara vegetatif melalui perbanyakan secara semi konvensional dengan stek batang mini.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan stek adalah media pengakaran, temperatur, kelembapan udara dan cahaya, serta faktor dalam
tanaman seperti tingkat ketuaan stek dan jumlah buku. Jumlah buku dapat mempengaruhi pertumbuhan stek, karena semakin panjang stek, semakin besar
pula kandungan karbohidrat, sehingga akar yang dihasilkan semakin banyak Hartmann et al., 1997. Setiyawan 2000 menyatakan bahwa perlakuan stek 3
buku memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada stek bambu ampel hijau, bila dibandingkan dengan perlakuan stek satu dan dua buku. Pada
penelitian Belehu dan Hammes 2004, stek ubi jalar 3 buku menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan stek satu buku.
Penelitian mengenai stek empat jenis hibrid murbei yang dilakukan oleh Sudomo, et al. 2007 dengan menggunakan stek satu, dua, tiga dan empat mata tunas
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jumlah mata tunas terhadap kemampuan hidup dan pertumbuhan stek batang murbei. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
diketahui bahwa stek empat mata tunas memberikan hasil terbaik berdasarkan hasil rangking seluruh parameter pengamatan. Penelitian lain mengenai pengaruh
penggunaan jumlah buku pada stek adalah penelitian Kurniatusolihat 2009 yang menunjukkan bahwa jumlah buku berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga
tanaman terubuk. Stek tiga menghasilkan jumlah bunga terbanyak, diikuti dengan
stek dua buku. Jumlah bunga keduanya berbeda nyata dengan jumlah bunga yang dihasilkan oleh stek satu buku.
Menurut Salisbury dan Ross 1995, kemampuan stek membentuk akar dan tunas dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon yang
tercermin pada CN rasio. Bagian bawahpangkal memiliki CN rasio yang lebih tinggi dibandingkan bagian tengah dan pucuk. Semakin tinggi CN rasio, maka
karbohidrat atau cadangan makanan di dalam tanaman juga semakin tinggi, sehingga pembentukan akar menjadi semakin cepat.
Yusnita 2010 menyatakan bahwa jika akar eksplan sulit atau tidak terbentuk, maka perlu dirangsang pembentukan akarnya dengan menggunakan media
pengakaran yang diperkaya dengan auksin, misalnya NAA. Auksin adalah sekelompok senyawa yang fungsinya merangsang pemanjangan sel-sel pucuk
yang spektrum aktivitasnya menyerupai IAA indole-3-acetic-acid. Pada konsentrasi rendah, auksin dapat merangsang akar, sedangkan dalam konsentrasi
tinggi justru akan menghambat laju pemanjangan ujung akar dan batang. Hal ini dikarenakan adanya efek-efek sekunder atau mulai hilangnya tekanan turgor pada
dinding sel Hendaryono dan Wijayani, 2008. Auksin berperan dalam merangsang perakaran karena dapat memperlambat timbulnya senyawa-senyawa
dalam dinding sel yang berhubungan dengan pembentukan kalsium pektat, sehingga menyebabkan dinding sel menjadi lebih elastis Hastuti, 2002.
Akibatnya sitoplasma lebih leluasa untuk mendesak dinding sel ke arah luar dan memperluas volume sel.
Asam naftalen asetat atau nafthalene acetic acid efektif digunakan karena tidak mudah dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lain sehingga dapat bertahan lebih
lama. Zat pengatur tumbuh NAA dapat berperan sebagai perangsang terbentuknya enzim-enzim yang aktif dalam pembelahan sel Salisbury dan Ross,
1995. Penggunaan NAA biasa digunakan untuk pembiakan stek tanaman
berkayu dengan konsentrasi yang berbeda-beda, tergantung jenis tanaman dan metode aplikasi auksin tersebut. Konsentrasi yang digunakan untuk tanaman
berkayu berkisar antara 500 ppm – 5000 ppm dan untuk tanaman berkayu lunak,
seperti ubi kayu biasanya digunakan NAA pada konsentrasi 500 ppm – 1250 ppm
Widiarsih et al., 2008, sedangkan menurut Harjadi 2009, asam naftalen asetat yang digunakan untuk tanaman berbatang lunak berkisar antara 100 ppm-1000
ppm. Hasil penelitian Nababan 2009 menunjukkan bahwa auksin pada konsentrasi
2000 ppm memberikan hasil yang lebih baik dibanding auksin pada konsentrasi 4000 ppm dan 8000 ppm pada stek ekaliptus ikon IND 48. Penggunaan metode
perendaman NAA dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm pada tanaman alpukat yang dilakukan oleh Febriana 2009 menunjukkan adanya
interaksi antara NAA tersebut dengan panjang stek digunakan terhadap persentase tumbuh, persentase tunas dan jumlah akar. Percobaan lanjutan yang dilakukan
dengan menggunakan metode celup menunjukkan bahwa auksin pada konsentrasi 2000 ppm, 3000 ppm dan 6000 ppm tidak berpengaruh terhadap persentase
tumbuh, persentase tunas, jumlah tunas dan panjang tunas tanaman alpukat.
1.4 Kerangka Pemikiran