EFISIENSI DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) PIONEER 27

(1)

GREGORIUS EDO PRAKOSO

ABSTRACT

EFFICIENCY OF DOSE AND UREA FERTILIZER APPLICATION TIME IN THE INCREASE OF MAIZE (Zea mays L.)

PIONEER 27

By

Gregorius Edo Prakoso

Maize is one of the most important food crop in the world. Maize is often used as an industrial raw material for human food and animal feed manufacture, and ethanol means that demand for maize is increasing. But it has not been supported by the results of corn a less than optimal. One attempt has been made in

improving the efficiency of the maize that is dose and time of application of urea fertilizer in its use. The study aims to determine (1) the influence of the optimal dose of urea fertilizer in improving the outcome of hybrid maize varieties Pioneer 27, (2) the influence of the proper application of urea fertilizer in improving the outcome of hybrid maize varieties Pioneer 27, and (3) doses of urea fertilizer efficient depending on the time of application in improving the outcome of hybrid maize varieties Pioneer 27.

Arranged in a factorial design of treatment (4 x 3) in a randomized group design perfect (RKTS) with three replications. The first factor is the dose of urea

fertilizer of 100 kg/acre (D1), 200 kg/acre (D2), 300 kg/acre (D3) and 400 kg/acre (D4). The second factor is the time of application of urea fertilizer on maize, which is 2 times the WAP and early flowering 1 (T1), 3 times in 1 WAP 3 WAP, and early flowering (T2), and 4 times in 1 WAP, WAP 2, 3 WAP, and early flowering (T3). Diversity was tested with Bartlett test, the additivity data was tested with Tukey test, data analized with anova, and continued with polynomials orthogonal on level signification 5%.

The results showed that (1) urea fertilizer with dose of optimal have been able to increase the dry weight of stover and the yield of hybrid maize varieties Pioneer 27, (2) urea fertilizer application which is in stages did not vary to increase the yield of hybrid varieties of maize crop Pioneer 27, (3) urea fertilizer with a dose of 100 kg / ha which is given by 2 times ( on 1 WAP and early flowering) more efficiently to improve the results of hybrid maize varieties Pioneer 27 through the


(2)

GREGORIUS EDO PRAKOSO variable results of maize per acre, the dry weight of stover, and the agronomic efficiency of urea.


(3)

EFISIENSI DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.)

PIONEER 27

(Skripsi)

Oleh

GREGORIUS EDO PRAKOSO

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan dosis urea dengan bobot kering brangkasan pada beberapa aplikasi pupuk ... 21 2. Hubungan dosis urea dengan hasil jagung per hektar pada beberapa aplikasi

pupuk ... 25 3. Hubungan dosis urea dengan efisiensi pemupukan urea secara agronomis pada

beberapa aplikasi pupuk ... 30 4. Tata Letak Percobaan ... 42 5. Tongkol jagung yang diberi perlakuan dosis yang berbeda dan waktu aplikasi

sebanyak dua kali ... 62 6. Tongkol jagung yang diberi perlakuan dosis yang berbeda dan waktu aplikasi

sebanyak tiga kali ... 62 7. Tongkol jagung yang diberi perlakuan dosis yang berbeda dan waktu aplikasi

sebanyak empat kali ... 63 8. Tongkol jagung yang diberi perlakuan dosis yang sama dan waktu aplikasi yang


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Landasan Teori ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran ... 6

1.6 Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Peran Pupuk Nitrogen ... 10

2.2 Efisiensi Pemupukan ... 11

2.3 Aplikasi Pupuk Nitrogen ... 12

III. BAHAN DAN METODE ... 14

3.1 Tempat dan Waktu ... 14

3.2 Alat dan Bahan ... 14

3.3 Metode Penelitian ... 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 15


(6)

vi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1Hasil Penelitian ... 19

4.1.1 Bobot Kering Brangkasan ... 19

4.1.2 Laju Pengisian Biji ... 22

4.1.3 Bobot 100 Butir ... 22

4.1.4 Hasil Jagung Per Hektar ... 23

4.1.5 Indeks Panen ... 25

4.1.6 Efisiensi Urea Secara Agronomis ... 26

4.2Pembahasan ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1Kesimpulan ... 35

5.2Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(7)

iv

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah Bapa di surga di dalam nama putra-Nya Yesus Kristus, atas rencana dan kehendak-putra-Nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Selama penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, petunjuk, saran dan kritik serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Niar Nurmauli, M.S., selaku Pembimbing pertama yang telah memberikan

pengarahan, saran, dan waktu selama penelitian sampai selesainya penulisan skripsi,

2. Ir. Herawati Hamim, M.S., selaku Pembimbing kedua yang telah memberikan saran dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi,

3. Ir. Sulastri Ramli, M.P., selaku Penguji yang telah memberikan masukan dan nasehat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi berlangsung, 4. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan, didikan, dan arahan selama penulis menyelesaikan masa studi pada Program Studi Agroteknologi,

5. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi,


(8)

iv

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung,

7. Segenap dosen-dosen Program Studi Agroteknologi dan almamater tercinta, 8. Kedua orang tua penulis, ayahanda Rafael Susanto dan ibunda Cesilia

Kasminah, adikku Dionisius Yuda Pangestu, serta seluruh keluarga besar penulis yang telah membantu, memberi semangat dan kasih sayangnya serta mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi,

9. Bapak Sapto dan rekan-rekan mahasiswa Polinela yang telah membantu penulis dalam mempersiapkan lahan penelitian,

10.Diana Saragih, “kekasihku” dan sahabatku Yehezkiel Simanjuntak, yang telah mendampingi, membantu, memberi semangat, doa, dan kasih sayangnya selama ini,

11.Rekan penulis selama penelitian : Arman, Devi, Resmia F.H., Ayu Sekarsari, Devita, Dewinta, Nanang, Deva, Tina, Mastutik, Agus Setiawan, S.P., Yudha, Nova, Bang Desta, Eka, Maylinda, untuk setiap bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, besar harapan penulis semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Tuhan memberkati. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(9)

“Oleh karena itu Aku berkata kepadamu, mintalah, maka akan diberikan

kepadamu. Carilah, maka kamu akan mendapat. Ketoklah, maka pintu akan

dibukakan bagimu.”

Lukas 11 :9

“Jangan patah semangat walau apapun yang terjadi, jika kita menyerah maka

habisla

h sudah”

Ittipat Kulpongwanich

" orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.

Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan "

Mario Teguh

Kesalahan terbesar yang bisa dibuat oleh manusia di dalam kehidupannya

adalah terus-menerus mempunyai rasa takut bahwa mereka akan membuat

kesalahan.


(10)

GREGORIUS EDO PRAKOSO

ABSTRAK

EFISIENSI DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.)

PIONEER 27

Oleh

Gregorius Edo Prakoso

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan terpenting di dunia. Jagung sering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan bagi manusia dan pembuatan pakan ternak, serta etanol yang menyebabkan permintaan terhadap komoditas jagung semakin meningkat. Namun hal ini belum didukung dengan hasil jagung yang kurang optimal. Salah satu usaha yang dilakukan dalam meningkatkan hasil jagung yaitu dengan efisiensi dosis dan waktu aplikasi pupuk urea dalam

penggunaannya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh dosis pupuk urea yang optimal dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27, (2) pengaruh waktu aplikasi pupuk urea yang tepat dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27, dan (3) dosis pupuk urea yang efisien

tergantung pada waktu aplikasi dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (4 x 3) dalam Rancangan

Kelompok Teracak Sempurna(RKTS) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk urea yang terdiri dari 100 kg/ha (D1), 200 kg/ha (D2), 300 kg/ha (D3) dan 400 kg/ha (D4). Faktor kedua adalah waktu aplikasi pemupukan urea pada jagung, yaitu 2 kali pada 1 MST dan awal berbunga (T1), 3 kali pada 1 MST, 3 MST, dan awal berbunga (T2), dan 4 kali pada 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan awal berbunga (T3). Keragaman diuji dengan uji Bartlett, sifat kemenambahan data diuji dengan uji Tukey, kemudian dilakukan analisis ragam, dan dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemupukan urea dengan dosis optimal mampu meningkatkan bobot kering brangkasan dan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27; (2) waktu aplikasi pemupukan urea yang diberikan secara bertahap


(11)

GREGORIUS EDO PRAKOSO tidak berbeda dalam meningkatkan hasil tanaman jagung hibrida varietas Pioneer 27; (3) pemupukan urea dengan dosis 100 kg/ha yang diberikan sebanyak 2 kali (1 MST dan awal berbunga) lebih efisien dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27 melalui variabel hasil jagung per hektar, bobot kering brangkasan, dan efisiensi urea secara agronomis.


(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Niar Nurmauli, M.S. ………

Sekretaris : Ir. Herawati Hamim, M.S. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Sulastri Ramli, M.P. ………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826198702001


(13)

Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa syukur kehadirat Yesus Kristus

kupersembahkan karyaku untuk almamater tercinta dan orang-orang yang

kukasihi :

Bapak, Ibu, Yuda, Diana, Yehezkiel serta seluruh keluarga dan teman-temanku

Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang kalian berikan.


(14)

Judul Skripsi : EFISIENSI DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) PIONEER 27

Nama Mahasiswa : Gregorius Edo Prakoso Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013025

Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Niar Nurmauli, M.S. Ir. Herawati Hamim, M.S. NIP 196102041986032002 NIP 195112121981032001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 196411181989021002


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya, Lampung Tengah pada tanggal 26 Mei 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Rafael Susanto dan Ibu Cecilia Kasminah.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pamerdisiwi Bandar Jaya tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) di SDK 3 Bandar Jaya pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 3 Terbanggi Besar pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Terbanggi Besar pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur PKAB. Pada bulan Juli sampai Agustus 2011, Penulis menjalani Kuliah Kerja Nyata Tematik Unila 2011 di Desa Toto Mulyo, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat. Pada bulan Januari sampai Februari 2012 penulis melakukan Praktik Umum di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu, Gedong Tataan, Pesawaran dengan judul “Teknik Pemeliharaan Dan Panen Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) Di PTPN VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu Kabupaten Pesawaran”.


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi sumber karbohidrat selain padi, gandum, dan sorgum. Tanaman jagung memiliki banyak kegunaan bagi manusia. Pada umumnya tanaman jagung dimanfaatkan dalam industri pangan bagi manusia dan pembuatan pakan ternak. Pemanfaatan tanaman jagung saat ini telah berkembang dan tidak hanya terbatas pada dua bidang industri yang telah disebutkan sebelumnya melainkan juga sebagai bahan dasar atau bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, etanol, asam organik, dan makanan kecil atau makanan ringan.

Mejaya (2005) menyatakan bahwa sebagian besar jagung domestik untuk pakan atau industri pakan membutuhkan 57 % dari kebutuhan nasional, sisanya sekitar 34 % untuk pangan, dan 9 % untuk kebutuhan industri lainnya. Produksi jagung nasional setiap tahun selalu meningkat, namun hingga kini belum mampu

memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton per tahun, sehingga masih mengimpor dalam jumlah besar yaitu hingga 1 sampai 2 juta ton. Bila dirinci maka kemampuan produksi jagung nasional sebesar 9.527.106 ton pipilan kering. Sedangkan perkiraan untuk kebutuhan konsumsi dan industri secara nasional


(17)

adalah 11.500.000 ton pipilan kering. Sehingga perlu dilakukan tindakan untuk mengatasi kekurangan kebutuhan tersebut dengan meningkatkan produktifitas jagung.

Saat ini jagung hibrida banyak dikembangkan dalam skala yang luas khususnya untuk penggunaan di tingkat petani. Salah satu alasan penggunaan jagung hibrida adalah karena kemampuan jagung tersebut untuk berproduksi tinggi. Namun kenyataan di lapang menunjukkan tidak semua jagung hibrida tersebut mampu berproduksi tinggi. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah kurang optimalnya petani dalam teknik budidaya jagung. Sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas dari produksi jagung, contohnya adalah dalam penggunaan pupuk.

Petani jagung hibrida biasa memupuk tanamannya dengan menggunakan pupuk urea. Karena selain mudah penggunaan dan ketersediannya, kandungan unsur Nitrogen (N) dalam pupuk cukup tinggi yaitu 46 %. Namun dalam praktiknya, cara pemberian dan waktu aplikasi pupuk urea masih kurang benar. Umumnya petani lebih menyukai pemberian urea dengan cara ditebar begitu saja disekitar tanaman dan waktu pemberiannya tidak sesuai dengan masa kebutuhan unsur hara pada stadia pertumbuhan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada tanaman jagung itu sendiri bahkan pada hasil panen jagung kelak.

Seringkali tanaman jagung mengalami defisiensi unsur hara terutama

Nitrogen(N), sebab dengan cara pemberian ditebar maka unsur N yang mampu diserap oleh jagung tidak mencukupi kebutuhannya. Sehingga jagung mengalami


(18)

pertumbuhan yang lambat atau kerdil, daun menjadi hijau kekuningan dan sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati. Sedangkan bila pemberian pupuk urea yang berlebihan akan berdampak terjadinya penghambatan kematangan sel tanaman, batang lemah dan mudah roboh sehingga mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit. Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu adanya efisiensi dalam penggunaan pupuk urea. Sehingga dalam satu luasan area lahan pertanaman jagung dapat ditentukan dosis serta waktu aplikasi pupuk urea yang tepat untuk mendukung produktifitas tanaman jagung.

1.2Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah dengan waktu aplikasi pupuk yang tepat dan sesuai dengan stadia pertumbuhan dapat meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27. 2. Berapakah dosis urea yang efisien untuk meningkatkan hasil jagung hibrida

varietas Pioneer 27.

3. Apakah banyaknya waktu aplikasi akan menentukan besarnya dosis urea yang diberikan dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.


(19)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh dosis pupuk urea yang efisien dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.

2. Mengetahui waktu aplikasi pupuk urea yang efisien(tepat) dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.

3. Mengetahui apakah dosis pupuk urea yang efisien tergantung pada waktu aplikasi dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.

1.4Landasan Teori

Absorbsi nitrogen berlangsung selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada awal pertumbuhan, akumulasi nitrogen relatif lambat dan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah tanam akumulasi nitrogen sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorbsi nitrogen sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil jagung yang baik, hara nitrogen dalam tanah harus cukup tersedia dalam fase

pertumbuhan tersebut (Warisno. 1998).

Menurut Warisno (1998), persediaan unsur hara yang cukup pada setiap fase pertumbuhan merupakan syarat mutlak untuk pertumbuhan yang optimum. Salah satu dari unsure-unsur yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung adalah unsur nitrogen. Kekurangan nitrogen menyebabkan warna


(20)

daun menjadi kuning karena kehilangan klorofil serta pertumbuhan menjadi lambat dan kerdil (Salisbury dan Ross., 1992).

Unsur nitrogen merupakan unsur esensial bagi tanaman jagung untuk pertmbuhan dan perkembangannya. Pupuk urea mengandung unsur nitrogen sebesar 46%, sehingga dengan pemupukan urea yang tepat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan unsure nitrogen bagi tanaman jagung ( Tim Penulis, 2000).

Pupuk urea yang diberikan pada tanaman jagung umumnya dalam jumlah yang banyak namun nitrogen yang dapat diserap tanaman berkisar antara 22-65 % (Giller and Wilson, 1991). Selain itu ketersedian unsur N dalam tanah sangat sedikit dan tidak mencukupi untuk kebutuhan jagung tersebut. Hal ini

dikarenakan banyaknya nitrogen yang hilang melalui pencucian (43.3 %) dan penguapan berupa gas ammonia (± 6-10 %). Kehilangan pupuk nitrogen yang cukup besar mengakibatkan produktivitas tanaman menjadi rendah.

Menurut Handayani (2007), pemberian urea dengan dosis 200 kg/ha sudah dapat memberikan pertumbuhan dan hasil jagung yang baik. Pemberian pupuk urea sebanyak 5 kali, yang diberikan setiap dua minggu sekali mulai umur 7 hari setelah tanam sampai tanaman berbunga banyak dipraktekkan oleh petani jagung komersial di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Cara aplikasi urea seperti ini perlu diperbaiki agar pupuk urea yang diberikan lebih efisien dan lebih baik dari segi penyerapan hara pupuk maupun dari segi penggunaan tenaga kerja (Akil dkk, 2006).


(21)

Efisiensi pemupukan secara sederhana dianggap sebagai penggunaan pupuk sesuai dengan jenis, kondisi, dan kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimal dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan tanpa mengurangi kadarnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa efisiensi merupakan nisbah antara jumlah hara yang mampu diserap tanaman dengan jumlah hara yang diberikan. Adapun tolak ukur berhasilnya efisiensi dalam pemupukan bergantung pada komponen produksi tanaman per hektar yang meliputi hasil per satuan luas, bobot 100 butir, dan laju pengisian biji (Siregar dan Marzuki, 2011).

1.5Kerangka Pemikiran

Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut.

Nitrogen merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman jagung, oleh karena itu unsur tersebut sangat diperlukan untuk mendapatkan tingkat produksi jagung yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan pemberian pupuk yang efisien dan berimbang. Sebab bila terjadi kekurangan maupun kelebihan suatu unsur hara dalam tanaman maka akan berdampak pada pertumbuhan dan produksinya.

Pemupukan merupakan suatu kegiatan yang penting untuk dilakukan pada

tanaman yang kebutuhan nutrisinya belum terpenuhi. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan memperhatikan status dan dinamika hara dalam tanah serta


(22)

kebutuhan hara bagi tanaman sehingga dengan pendekatan ini, maka dapat dihitung kebutuhan pupuk suatu tanaman.

Umumnya jagung hibrida membutuhkan unsur hara nitrogen dalam jumlah yang banyak pada masa pertumbuhan vegetatif maupun generatif, sehingga pemupukan nitrogen sebaiknya dilakukan untuk memastikan ketersedian nitrogen selama periode pertumbuhan tersebut.

Salah satu pemupukan yang dilakukan yaitu pemberian pupuk urea. Pupuk urea (CO (NH2)2) adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi sebesar 46%. Pupuk urea mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis).

Tanaman jagung pada umumnya membutuhkan pupuk nitrogen sebanyak 200-300 kg urea/ha untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil jagung yang baik.

Kebutuhan pupuk nitrogen untuk jagung hibrida umumnya sebesar 300 kg urea/ha. Namun pupuk nitrogen yang dapat diserap tanaman berkisar antara 22-65 %. Selain itu ketersedian unsur N dalam tanah sangat sedikit dan tidak mencukupi untuk kebutuhan jagung tersebut, karena sifat nitrogen yang mudah hilang melalui pencucian (43,3 %) dan penguapan (berupa gas ammonia ± 6-10 %). Kehilangan pupuk nitrogen yang cukup besar mengakibatkan hasil tanaman menjadi rendah.

Waktu aplikasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi efisiensi


(23)

menentukan banyaknya pupuk nitrogen yang hilang akibat pencucian dan denitrifikasi.

Waktu aplikasi yang tepat dan bertahap dapat mengurangi kemungkinan kerugian N melalui proses pencucian dan denitrifikasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk urea. Aplikasi urea selama periode pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan meningkatkan hasil jagung yang lebih optimal, sehingga secara tidak langsung pemupukan urea menjadi efisien.

Dalam setiap fase pertumbuhan jagung baik dalam fase vegetatif maupun fase generatif kebutuhan akan unsur nitrogen tidak sama besarnya. Hal ini disebabkan karena dalam setiap masing-masing fase memiliki prioritas untuk dipenuhi oleh tanaman. Dalam fase vegetatif penggunaan nitrogen lebih ditujukan untuk perbesaran tanaman sedangkan dalam fase generatif lebih ditujukan untuk reproduksi dan pengisian biji. Oleh sebab itu perlunya dilakukan pemenuhan kebutuhan unsur nitrogen bagi tanaman pada fase-fase tersebut serta jumlah yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.

Waktu aplikasi dan dosis pupuk urea yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman diharapkan mampu meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.


(24)

1.6Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Pemupukan urea dengan dosis yang optimal mampu meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.

2. Waktu aplikasi pupuk urea yang diberikan secara bertahap dapat meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.

3. Dosis pupuk urea yang efisien ditentukan oleh waktu aplikasi yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Pupuk Nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfir, namun demikian N merupakan unsur hara yang paling sering defisien pada tanah-tanah pertanian. Paradog ini muncul karena N adalah unsur hara yang dibutuhkan paling besar jumlahnya dalam pertumbuhan tanaman. Fungsi hara N sangat penting terutama pada pembentukan senyawa-senyawa protein dalam tanaman. Dengan demikian dinamika hara N sangat penting untuk dipelajari (Ibrahim dan Kasno, 2008). Menurut Winarso (2003) sebagian besar N di dalam tanah dalam bentuk senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi N organik ini sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah. Nitogen dapat diserap tanaman dalam bentuk ion NO3- dan NH4+.

Pada umumnya kemampuan tanah menyediakan unsur hara, dapat mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkorelasi positif dengan hasil tanaman yang

diusahakan. Di lain pihak tingkat kesuburan tanah berkorelasi negatif dengan kebutuhan pupuk atau dapat diartikan semakin tinggi tingkat kesuburan tanah, maka makin rendah penggunaan pupuk buatan dan tidak perlu ditambahkan (Suyamto dan Arifin, 2002). Tetapi jika jumlah unsur hara tidak dapat memenuhi


(26)

kebutuhan tanaman setelah melalui analisis tanah maka perlu ditambahkan nutrisi yang ditambahkan dalam bentuk pupuk.

Salisbury dan Ross (1995), mengemukakan bahwa tanaman yang kekurangan nitrogen akan menunjukkan gejala defisiensi, yakni daun mengalami klorosis seperti warna keunguan pada batang, tangkai daun, permukaan bawah daun, sedangkan tanaman yang terlalu banyak mengandung nitrogen biasanya

pertumbuhan daun lebat dan sistem perakaran yang kerdil sehingga rasio tajuk dan akar tinggi, akibatnya pembentukkan bunga atau buah akan lambat, kualitas buah menurun, da pemasakan buah terhambat. Selain itu kelebihan unsur nitrogen akan memperpanjang masa pertumbuhan vegetatif, melemahkan batang, dan

mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Foth, 1998).

2.2 Efisiensi Pemupukan

Efisiensi pemupukan secara sederhana dianggap sebagai penggunaan pupuk sesuai dengan jenis, kondisi dan kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimal dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan tanpa mengurangi kadarnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa efisiensi merupakan nisbah antara hara yang diserap tanaman dengan hara yang diberikan (Sintia, 2011).

Efisiensi pemupukan dan pemupukan yang berimbang dapat dilakukan apabila memperhatikan status dan dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan hara bagi tanaman untuk mencapai produksi optimum. Dengan pendekatan ini, maka dapat dihitung kebutuhan pupuk suatu tanaman pada berbagai kondisi tanah (status hara


(27)

rendah, sedang dan tinggi) dan pada tanah-tanah lainnya pada tingkat famili yang sama (Wijanarko dan Taufiq, 2008).

Berdasarkan penelitian Kadarwati, (2006 ) dapat diketahui bahwa nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan unsur nitrogen sangat berperan dalam fase vegetatif tanaman. Adapun tolak ukur berhasilnya efisiensi dalam pemupukan bergantung pada komponen produksi tanaman per hektar yang meliputi hasil per satuan luas, bobot 100 atau 1000 butir, bobot kering brangkasan, dan laju pengisian biji. Hal ini sesuai dengan penelitian Siregar dan Marzuki (2011) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan

efisiensi agronomis maka perlu dilakukan perbaikan dalam pengelolaan tanaman serta penggunaan dosis pupuk yang tepat sehingga mampu meningkatkan

komponen-komponen produksi tanaman.

2.3 Aplikasi Pupuk Nitrogen

Lingga dan Marsono (2008) menyatakan pupuk urea termasuk pupuk yang higrokopis (menarik uap air) pada kelembapan 73% sehingga urea mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Jika diberikan ke tanah, pupuk ini akan mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah tercuci oleh air sehingga pada lahan kering pupuk nitrogen akan hilang karena erosi. Maka dari itu pemberian pupuk urea secara bertahap perlu dilakukan agar unsur nitrogen tersedia bagi tanaman jagung di lahan kering.


(28)

Menurut Bara dan Chozin (2009) frekuensi pemberian pupuk urea yang diberikan secara bertahap tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hal ini diduga berkaitan dengan sifat dari urea yang mudah menguap dan tercuci oleh air. Menurut Lingga dan Marsono (2008), urea prill mudah menguap, larut, dan tercuci sehingga hanya 30-50% saja yang


(29)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2011 sampai Februari 2012 di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah meteran, tali rafia, cangkul, patok bambu, tugal, oven, jangka sorong, kertas label, koret, gembor, timbangan analitik, gunting, dan alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas Pioneer 27, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, air, insektisida Fastac 15 EC, Furadan 3G, dan fungisida Ridomil 35 D.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (4 x 3) dalam Rancangan

Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk urea yang terdiri dari 100 kg/ha (D1), 200 kg/ha (D2), 300 kg/ha (D3) dan 400 kg/ha (D4). Faktor kedua adalah waktu aplikasi pemupukan urea yang diberikan secara bertahap pada jagung, yaitu sebanyak 2 kali pada 1 MST dan awal berbunga (T1), sebanyak 3 kali yaitu pada 1 MST, 3 MST, dan awal


(30)

berbunga (T2), dan sebanyak 4 kali yaitu pada 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan awal berbunga (T3).

Keragaman diuji dengan uji Bartlett, sifat kemenambahan atau aditif data diuji dengan uji Tukey. Data diolah dengan analisis ragam, dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal (Tabel 8). Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf 5%. 3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lahan Tanam

Tanah diolah dengan menggunakan cangkul atau hand traktor dengan kedalaman lapisan olah tanah adalah 20 cm lalu diratakan. Kemudian dibuat petakan atau plot seluas 3 x 3 m sebanyak 36 petak. Jarak antar petak 0,5 m dan jarak antar

kelompok 1 m. 2. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 3-5 cm. Setiap lubang tanam diisi 2 butir/lubang tanam dengan jarak tanam 75 x 25 cm. Pada saat tanam, setiap lubang diberi Furadan 3G.

3. Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan dosis yang diberikan dengan waktu aplikasi pupuk yaitu diberikan selama 2 kali pada 1 MST dan awal

berbunga, 3 kali pada 1 MST, 3 MST, dan awal berbunga, dan 4 kali pada 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan awal berbunga dalam 1 musim tanam. Sedangkan untuk pupuk SP-36 (150 kg/ha) dan KCl (100 kg/ha), diberikan pada saat tanaman berumur 1 MST.


(31)

4. Pemeliharaan

Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan kored. Pada saat penyiangan gulma (umur 30 hari) sekaligus dapat dilakukan pembumbunan bila diperlukan. Pencegahan serangan hama dilakukan apabila terdapat gejala pada tanaman dengan penyemprotan insektisida Fastac 15 EC.

5. Pemanenan

Pemanenan dilakukan jika tanaman telah menunjukkan ciri matang panen yang ditandai dengan daun jagung menguning bahkan sebagian besar telah kering, klobot mulai mengering, rambut tongkol berwarna coklat kehitaman dan biji jagung bila ditekan dengan kuku tidak tergores.

3.5 Pengamatan

Pengambilan sampel tanah dilakukan untuk menganalisis kandungan unsur hara yang berada dalam tanah. Pengamatan mulai dilakukan 1 minggu setelah aplikasi pupuk terakhir dengan mencabut beberapa sampel tanaman jagung untuk diamati dan dianalisis pertumbuhannya. Pengamatan dilakukan sampai minggu ke-16 atau sampai jagung panen dan dipipil bijinya. Untuk menguji kebenaran kerangka teoritis dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan meliputi variabel :


(32)

1. Bobot kering brangkasan (g)

Bobot semua bagian tanaman selain akar dan tongkol. Pengukuran dilakukan pada saat pengamatan dengan mencabut satu tanaman jagung yang sudah

ditentukan(sampel), dicacah, dan dikeringkan. Kemudian dilakukan pengovenan dengan suhu 700C hingga mencapai kering konstan kemudian ditimbang.

2. Laju pengisian biji (g)

Pengukuran dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 12 MST dan 14 MST. Biji yang menjadi sampel dikeringkan dengan oven pada suhu 35 0C.

Penimbangan dilakukan sebelum pengovenan kemudian bobot biji dikonversi pada kadar air 14%. Laju pengisian biji diukur dengan cara mengurangi bobot biji 14 MST dikurang dengan bobot biji 12 MST kemudian dibagi dengan lamanya masa pengisian biji antara 12 MST sampai 14 MST. Hasil tersebut merupakan laju pengisian biji pada tanaman jagung.

3. Bobot 100 butir (g)

Bobot 100 butir biji ditimbang dan dihaluskan kemudian dilakukan pengovenan pada suhu 35 0C. Setelah bobotnya konstan kemudian bobot dikonversi pada kadar air 14% (Gutormson, 1992).

Bobot pada KA 14% = 100 __ KA terukur x bobot pada KA terukur 100 __ 14

4. Hasil jagung per hektar (t/ha)

Diambil dari bobot pipilan kering jagung pada petak panen berukuran 2,75 m x 1,5 m. Bobot biji jagung ditimbang dan dikonversi pada kadar air 14% kemudian dikonversi dalam ton/ha.


(33)

5. Indeks panen

Diukur dengan cara membagi bobot kering pipil dengan bobot kering pipil dan bobot kering brangkasan(tanpa akar).

Indeks panen = Bobot kering pipil

Bobot kering pipil + Bobot kering brangkasan(tanpa akar) 6. Efisiensi pupuk Urea(N) secaraAgronomis (Sumarsih, tanpa tahun).

Diukur dengan cara mengurangi bobot kering biji yang dipupuk urea dengan yang tidak diberi pupuk(kg/ha) kemudian dibagi dengan jumlah pupuk Urea yang diberikan (kg/ha).

Efisiensi (N) = Bobot kering biji yang dipupuk – Bobot kering biji tanpa pupuk Jumlah pupuk Urea yang diberikan


(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Pemupukan urea dengan dosis optimal mampu meningkatkan bobot kering brangkasan dan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.

2. Waktu aplikasi pemupukan urea yang diberikan secara bertahap tidak berbeda dalam meningkatkan hasil tanaman jagung hibrida varietas Pioneer 27.

3. Pemupukan urea dengan dosis 100 kg/ha yang diberikan sebanyak 2 kali (1 MST dan awal berbunga) lebih efisien dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27 melalui variabel hasil jagung per hektar, bobot kering brangkasan, dan efisiensi urea secara agronomis.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pemupukan urea dengan dosis 100 kg/ha yang diaplikasikan pada saat 1 MST dan awal pembungaan.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., F. Tabri dan Paesal. 2006. Efisiensi cara pemberian bentuk dan takaran pupuk organik pada tanaman jagung. Prosiding Seminar Nasional 2006. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Departemen Pertanian. Hlm 53-60.

Bara dan Chozin.2009. Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) di lahan kering. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hlm 7.

Foth, H. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh Purbayanti, 1998 dari Fundamentals of Soil Science. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta. Hlm 35-38.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo. 1998 dari Physiology of Crops Plants. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 428p.

Giller, K. E and K. F. Wilson. 1991. Nitrogen Fixation in Tropical Cropping System. C.A.B International Walingford UK. p. 173-191.

Gutormson, T.J. 1992. Seed Testing Laboratory Seed Science Centre. Iowa State University of Science and Technology. University Extension.p.269.

Handayani, K.D. 2007. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L) pada Populasi yang Berbeda dalam Tumpang Sari dengan Ubi Kayu ( Manihot esculenta Crantz). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 80 hlm.

Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Nelson, & W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management. Pearson Prentice Hall, New Jersey. 515p.

Ibrahim, A.S dan A. Kasno . 2008. Interaksi pemberian kapur pada pemupukan urea Terhadap kadar N tanah dan serapan N tanaman Jagung (Zea mays. L). Balai Penelitian Tanaman Pangan. Semarang. 15 hlm.


(36)

Kadarwati, T,F. 2006. Pemupukan Rasional dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Kapas. Malang : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Jurnal Perspektif. Volume 5 (2) : 59 – 70.

Kresnatita, Susi. Koesriharti dan Mudji Santoso, 2009. Aplikasi Pupuk Organik dan Nitrogen pada Jagung Manis. Jurnal Agritek. 79hlm.

Lehrsch, G. A., R. E. Sojka dan D. T. Westermann. 2000. Nitrogen placement, row spacing, and furrow irrigation water positioning effects on corn yield. Agronomy Journal 92: 1266-1275.

Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.

Mejaya, M.J. 2005. Pola heterosis dalam pembentukan varietas unggul jagung bersari bebas dan hibrida. Makalah Seminar Puslitbangtan, Bogor, 12 Mei 2005. 25 hlm.

Mimbar, S.M. 1990. Pola Pertumbuhan dan Hasil Jagung Kretek Karena Pengaruh Pupuk N. Agrivita 13(3): 82-89.

Murni, A.M . 2007. Efisiensi penggunaan pupuk nitrogen, posfor dan kalium pada tanaman jagung (Zea mays L.). Prosiding Seminar Nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Bandar Lampung. hlm 10-14. Patola, E .2008. Analisis Pengaruh Dosis pupuk Urea dan jarak tanam terhadap

produktivitas jagung hibrida P21(Zea mays L.). Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1, 2008 (51 - 65).

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan Diah Lukman dan Sumaryono dari Plant Physiology. Penerbit IPB. Bandung. 1995. Jilid 2. 167 hlm.

Siregar A. & I. Marzuki. 2011. The Efficiency of Urea Fertilization on N uptake and Yield of Lowland Rice (Oryza sativa, L.). Jurnal Budidaya Pertanian 7: 107-112.

Sintia, M. 2011. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Jerami Padi dan Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. 7 hlm. Sumarsih. Tanpa Tahun. Efisiensi Pemupukan. Bahan Perkuliahan. Jurusan ilmu

Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 3 hlm.

Suyamto dan Z. Arifin. 2002. Bio-teknologi pupuk organik. Sidoarjo : Universitas Muhamadiyah Sidoarjo. 148 hlm.


(37)

Tim Penulis. 2000. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hlm. Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 81hlm.

Winarso, S. 2003. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Jember : Gava Media. 189 hlm.

Wijanarko, A dan Taufiq, A. 2008. Kalibrasi P pada Tanaman Kacang Tanah di Tanah Ultisol. Malang : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Jurnal Agrivigor. Volume 7 (3) : 272 – 281.

Witt, C., J. M. Pasuquin., and A. Dobermann. 2006. To wards a site-specific nutrient management approach for maize in Asia. Better Crops Vol. 90. No.2:28-31.


(1)

1. Bobot kering brangkasan (g)

Bobot semua bagian tanaman selain akar dan tongkol. Pengukuran dilakukan pada saat pengamatan dengan mencabut satu tanaman jagung yang sudah

ditentukan(sampel), dicacah, dan dikeringkan. Kemudian dilakukan pengovenan dengan suhu 700C hingga mencapai kering konstan kemudian ditimbang.

2. Laju pengisian biji (g)

Pengukuran dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 12 MST dan 14 MST. Biji yang menjadi sampel dikeringkan dengan oven pada suhu 35 0C.

Penimbangan dilakukan sebelum pengovenan kemudian bobot biji dikonversi pada kadar air 14%. Laju pengisian biji diukur dengan cara mengurangi bobot biji 14 MST dikurang dengan bobot biji 12 MST kemudian dibagi dengan lamanya masa pengisian biji antara 12 MST sampai 14 MST. Hasil tersebut merupakan laju pengisian biji pada tanaman jagung.

3. Bobot 100 butir (g)

Bobot 100 butir biji ditimbang dan dihaluskan kemudian dilakukan pengovenan pada suhu 35 0C. Setelah bobotnya konstan kemudian bobot dikonversi pada kadar air 14% (Gutormson, 1992).

Bobot pada KA 14% = 100 __ KA terukur x bobot pada KA terukur 100 __ 14

4. Hasil jagung per hektar (t/ha)

Diambil dari bobot pipilan kering jagung pada petak panen berukuran 2,75 m x 1,5 m. Bobot biji jagung ditimbang dan dikonversi pada kadar air 14% kemudian dikonversi dalam ton/ha.


(2)

5. Indeks panen

Diukur dengan cara membagi bobot kering pipil dengan bobot kering pipil dan bobot kering brangkasan(tanpa akar).

Indeks panen = Bobot kering pipil

Bobot kering pipil + Bobot kering brangkasan(tanpa akar) 6. Efisiensi pupuk Urea(N) secaraAgronomis (Sumarsih, tanpa tahun).

Diukur dengan cara mengurangi bobot kering biji yang dipupuk urea dengan yang tidak diberi pupuk(kg/ha) kemudian dibagi dengan jumlah pupuk Urea yang diberikan (kg/ha).

Efisiensi (N) = Bobot kering biji yang dipupuk – Bobot kering biji tanpa pupuk Jumlah pupuk Urea yang diberikan


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Pemupukan urea dengan dosis optimal mampu meningkatkan bobot kering brangkasan dan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27.

2. Waktu aplikasi pemupukan urea yang diberikan secara bertahap tidak berbeda dalam meningkatkan hasil tanaman jagung hibrida varietas Pioneer 27.

3. Pemupukan urea dengan dosis 100 kg/ha yang diberikan sebanyak 2 kali (1 MST dan awal berbunga) lebih efisien dalam meningkatkan hasil jagung hibrida varietas Pioneer 27 melalui variabel hasil jagung per hektar, bobot kering brangkasan, dan efisiensi urea secara agronomis.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pemupukan urea dengan dosis 100 kg/ha yang diaplikasikan pada saat 1 MST dan awal pembungaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., F. Tabri dan Paesal. 2006. Efisiensi cara pemberian bentuk dan takaran

pupuk organik pada tanaman jagung. Prosiding Seminar Nasional 2006.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian. Hlm 53-60.

Bara dan Chozin.2009. Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian

pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) di

lahan kering. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hlm 7.

Foth, H. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh Purbayanti, 1998 dari Fundamentals of Soil Science. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta. Hlm 35-38.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo. 1998 dari Physiology of

Crops Plants. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 428p.

Giller, K. E and K. F. Wilson. 1991. Nitrogen Fixation in Tropical Cropping

System. C.A.B International Walingford UK. p. 173-191.

Gutormson, T.J. 1992. Seed Testing Laboratory Seed Science Centre. Iowa State University of Science and Technology. University Extension.p.269.

Handayani, K.D. 2007. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung

(Zea mays L) pada Populasi yang Berbeda dalam Tumpang Sari dengan

Ubi Kayu ( Manihot esculenta Crantz). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 80 hlm.

Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Nelson, & W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and

Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management. Pearson Prentice Hall,

New Jersey. 515p.

Ibrahim, A.S dan A. Kasno . 2008. Interaksi pemberian kapur pada pemupukan urea Terhadap kadar N tanah dan serapan N tanaman Jagung


(5)

Kadarwati, T,F. 2006. Pemupukan Rasional dalam Upaya Peningkatan

Produktivitas Kapas. Malang : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan

Serat. Jurnal Perspektif. Volume 5 (2) : 59 – 70.

Kresnatita, Susi. Koesriharti dan Mudji Santoso, 2009. Aplikasi Pupuk Organik

dan Nitrogen pada Jagung Manis. Jurnal Agritek. 79hlm.

Lehrsch, G. A., R. E. Sojka dan D. T. Westermann. 2000. Nitrogen placement,

row spacing, and furrow irrigation water positioning effects on corn yield.

Agronomy Journal 92: 1266-1275.

Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.

Mejaya, M.J. 2005. Pola heterosis dalam pembentukan varietas unggul jagung

bersari bebas dan hibrida. Makalah Seminar Puslitbangtan, Bogor, 12 Mei

2005. 25 hlm.

Mimbar, S.M. 1990. Pola Pertumbuhan dan Hasil Jagung Kretek Karena

Pengaruh Pupuk N. Agrivita 13(3): 82-89.

Murni, A.M . 2007. Efisiensi penggunaan pupuk nitrogen, posfor dan kalium

pada tanaman jagung (Zea mays L.). Prosiding Seminar Nasional. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Bandar Lampung. hlm 10-14. Patola, E .2008. Analisis Pengaruh Dosis pupuk Urea dan jarak tanam terhadap

produktivitas jagung hibrida P21(Zea mays L.). Jurnal Inovasi Pertanian

Vol. 7, No. 1, 2008 (51 - 65).

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan Diah Lukman dan Sumaryono dari Plant Physiology. Penerbit IPB. Bandung. 1995. Jilid 2. 167 hlm.

Siregar A. & I. Marzuki. 2011. The Efficiency of Urea Fertilization on N uptake and Yield of Lowland Rice (Oryza sativa, L.). Jurnal Budidaya Pertanian 7: 107-112.

Sintia, M. 2011. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Jerami Padi dan Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays

saccharata Sturt.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. 7 hlm.

Sumarsih. Tanpa Tahun. Efisiensi Pemupukan. Bahan Perkuliahan. Jurusan ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 3 hlm.

Suyamto dan Z. Arifin. 2002. Bio-teknologi pupuk organik. Sidoarjo : Universitas Muhamadiyah Sidoarjo. 148 hlm.


(6)

Tim Penulis. 2000. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hlm. Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 81hlm.

Winarso, S. 2003. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Jember : Gava Media. 189 hlm.

Wijanarko, A dan Taufiq, A. 2008. Kalibrasi P pada Tanaman Kacang Tanah di

Tanah Ultisol. Malang : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan

Umbi-umbian. Jurnal Agrivigor. Volume 7 (3) : 272 – 281.

Witt, C., J. M. Pasuquin., and A. Dobermann. 2006. To wards a site-specific

nutrient management approach for maize in Asia. Better Crops Vol. 90.