13 a.
memenuhi asas legalitas wetmatige dan asas yuridis rechtmatige
b. tidak menyalahi atau menyimpang dari ketaat-asasan
hierarki peraturan perundang-undangan; c.
tidak melanggar hak dan kewajiban asasi warga masyarakat;
d. diterapkan dalam rangka mendukung memperlancar
upaya mewujudkan atau merealisasi kesejahteraan umum.
3. Teori Kekuasaan Legislasi Presiden
Melalui ajarannya Montesquieu berpendapat bahwa: “Apabila kekuasaan negara itu dipisahkan secara tegas menjadi
tiga, yaitu: kekuasaan perundang-undangan, kekuasaan melaksanakan pemerintahan, dan kekuasaan kehakiman, dan
masing-masing kekuasaan itu dipegang oleh badan yang berdiri sendiri, ini akan menghilangkan kemungkinan timbulnya
tindakan yang sewenang-wenang dari seorang penguasa, atau tegasnya tidak memberikan kemungkinan dilaksanakannya
sistem pemerintahan absolutisme.”
19
Pandangan Montesquieu inilah yang kemudian dijadikan rujukan doktrin separation of power. Cara bekerja dan berhubungan
ketiga poros kekuasaan tersebut dapat disebut sebagai sistem pemerintahan negara. Dengan demikian yang dimaksud sistem
pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antar lembaga negara.
20
Di Indonesia, kekuasaan Presiden merupakan kekuasaan yang melaksanakan pemerintahan.
19
Montesquieu, dalam Andy Wiyanto, Pertanggungjawaban Presiden dan Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 3, Juni 2010, hal 209.
20
Mohammad Mahfud MD, Dasar Struktur Ketatanegaraan Indonesia Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal 74.
14 Perubahan amandemen UUD 1945 telah membawa
pembaharuan dalam
ketatanegaraan Indonesia.
Bergesernya kekuasaan pembentukan undang-undang dari Presiden ke Dewan
Perwakilan Rakyat DPR adalah salah satu konsekuensi dari perubahan Konstitusi, sehingga fungsi legislatif dari DPR menjadi
lebih kuat dari pada yang biasanya sebelum amandemen UUD 1945. Akan tetapi di dalam pembentukan undang-undang Presiden
masih mempunyai kewenangan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya suatu keharusan bahwa undang-undang itu dibentuk harus dengan
persetujuan bersama antara Presiden dan DPR vide Pasal 20 ayat 2 UUD 1945. Artinya, Presiden mempunyai peranan yang sangat
menentukan dalam pembentukan undang-undang. Begitu juga dalam pengesahan undang-undang, Presiden mempunyai kewenangan untuk
mengesahkan undang-undang dengan batas waktu tertentu untuk mengesahkan suatu undang-undang vide Pasal 20 ayat 4 UUD
1945. Walaupun kekuasaan membentuk undang-undang telah
berada di DPR, dalam hal-hal tertentu Presiden juga diberikan kekuasaan dalam menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, derajatnya sama dengan undang-undang. Dalam UUD 1945,
15 kekuasaan Presiden dalam menetapkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, terdapat pada Pasal 22 UUD 1945. Selain itu Menurut Pasal 5 ayat 1 UUD 1945, Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Teori Prinsip Kegentingan yang Memaksa