Teori Prinsip Kegentingan yang Memaksa

15 kekuasaan Presiden dalam menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, terdapat pada Pasal 22 UUD 1945. Selain itu Menurut Pasal 5 ayat 1 UUD 1945, Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Teori Prinsip Kegentingan yang Memaksa

Mengenai “hal ikhwal kegentingan yang memaksa”, Bagir Manan menyatakan bahwa unsur kegentingan yang memaksa harus menunjukkan 2 dua ciri umum, yaitu: i ada krisis crisis, dan ii ada kemendesakan emergency. 21 Menurutnya suatu keadaan krisis apabila terdapat gangguan yang menimbulkan kegentingan dan bersifat mendadak a grave and sudden disturbunse. Kemendesakan emergency, apabila terjadi berbagai keadaan yang tidak diperhitungkan sebelumnya dan menuntut suatu tindakan segera tanpa menunggu permusyawaratan terebih dahulu. Atau telah ada tanda-tanda permulaan yang nyata dan menurut nalar yang wajar apabila tidak diatur segera akan menimbulkan gangguan baik bagi masyarakat maupun terhadap jalannya pemerintahan. Sedangkan Jimly Asshiddiqie m engenai “hal ikhwal kegentingan yang memaksa”, berpendapat: 21 Bagir Manan. Lembaga Kepresidenan, PSH-FH UII dan Gama Media, Yogyakarta, 1999, hal 158-159. 16 “Bagaimanapun, perpu itu sendiri memang merupakan undang- undang yang dibentuk dalam keadaan yang darurat yang menurut istilah Pasal 22 ayat 1 UUD 1945 disebutkan ”Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa”. Istilah hal- ihwal kegentingan yang memaksa dan darurat di sini tentu tidak boleh dikacaukan atau diidentikkan dengan pengertian ”keadaan bahaya” menurut ketentuan Pasal 12 UUD 1945. Keadaan darurat atau dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa di sini adalah keadaan yang ditafsirkan secara subjektif dari sudut pandang PresidenPemerintah, di satu pihak karena i Pemerintah sangat membutuhkan suatu undang- undang untuk tempat menuangkan sesuatu kebijakan yang sangat penting dan mendesak bagi negara, tetapi di lain pihak ii waktu atau kesempatan yang tersedia untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat tidak mencukupi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, dari segi substansinya sebenarnya juga merupakan undang-undang dalam arti materiel wet in materiele zin. Sebab, substansi norma yang terkandung di dalamnya adalah materi undang-undang bukan materi peraturan pemerintah.” 22

F. Metode Penelitian