GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM OTOBIOGRAFI AJAHN BRAHM YANG BERJUDUL SI CACING DAN KOTORAN KESAYANGANNYA DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Niken Anjani Afrilia

ABSTRAK
GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM OTOBIOGRAFI
AJAHN BRAHM YANG BERJUDUL SI CACING DAN KOTORAN
KESAYANGANNYA DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR
SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Oleh
Niken Anjani Afrilia
Gaya bahasa dalam otobiografi sangat penting, khususnya dalam penggunaan
secara oprasional. Hal ini dimaksudkan agar memberikan kenyamanan pembaca
dalam memahami isi otobiografi. Mengingat gaya bahasa penting maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya bahasa retoris dan kiasan dalam
otobiografi Ajahn Brahm dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di
SMA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber
data penelitian ini adalah otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan
Kotoran Kesayangannya cetakan kedua puluh tiga, jumlah halaman 302,
diterbitkan oleh First Published in Australia in 2004 by Thomas C. Lothion Pty
its.

Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis terhadap Si Cacing dan Kotoran
Kesayangannya meliputi kelompok gaya bahasa retoris dan kelompok gaya

Niken Anjani Afrilia
bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris yang paling banyak digunakan adalah gaya
bahasa tautologi (29,41%), gaya bahasa yang cukup banyak digunakan adalah
gaya bahasa asonansi (23,53%), hiperbola (17,71%), aliterasi (11,76%), dan gaya
bahasa paling sedikit adalah prolepsis (2,94%). Sedangkan, gaya bahasa kiasan
yang paling banyak digunakan adalah gaya bahasa metafora (42,22%), gaya
bahasa yang cukup banyak digunakan adalah gaya bahasa persamaan similie
(22,22%), personifikasi (17,78%), antonomasia (8,89%), dan gaya bahasa yang
paling sedikit digunakan adalah gaya bahasa sarkasme (6,67%).
Otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
layak dijadikan bahan ajar alternatif untuk di SMA. Selain lulus syarat pemilihan
bahan ajar dan menunjang tujuan pembelajaran sastra di SMA, otobiografi Ajahn
Brahm juga banyak terdapat penggunaan gaya bahasa.

GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM OTOBIOGRAFI
TOBIOGRAFI
AJAHN BRAHM YANG BERJUDUL SI CACING DAN KOTORAN

KESAYANGANNYA DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR
SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

(Skripsi)

Oleh
NIKEN ANJANI AFRILIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM OTOBIOGRAFI
TOBIOGRAFI
AJAHN BRAHM YANG BERJUDUL SI CACING DAN KOTORAN
KESAYANGANNYA DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR
SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Oleh

NIKEN ANJANI AFRILIA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

Moto

“..... Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat .....”
(Q.S Al Mujaadalah: 11)


“Tetaplah lurus meski keadaan memaksamu membelok,
Tetaplah menjadi putih di saat keadaan memaksamu menjadi hitam”
(Abay Abu Hamzah)

SURAT PERNYATAAN

Sebagai civitas akademik Universitas Lampung, saya yang bertanda tangan di bawah
ini.
No. Pokok Mahasiswa
Nama
Judul Skripsi

Program Studi
Fakultas

: 0853041027
: Niken Anjani Afrilia
: Gaya Bahasa Retoris dan Kiasan dalam Otobiografi
Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan Kotoran

Kesayangannya dan Kelayakannya sebagai Bahan Ajar
Sastra Indonesia di SMA
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
: Keguruan dan Ilmu Pedidikan

Dengan ini menyatakan bahwa:
1. karya tulis ini bukan saduran/terjemahan, murni gagasan, rumusan dan pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali
arahan pembimbing akademik dan narasumber di organisasi tempat riset;
2. dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka;
3. saya menyerahkan hak milik atas karya tulis ini kepada Universitas Lampung,
dan oleh karenanya Universitas Lampung berhak melakukan pengelolaan atas
karya tulis ini sesuai dengan norma hukum dan etika yang berlaku; dan
4. pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, November 2012
Yang membuat pernyataan,

Niken Anjani Afrilia
NPM 0853041027

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas segala nikmat dan rahmat yang diberikan Allah
swt. penulis persembahkan buah karya ini kepada:
1. orang tua penulis papah mamah tersayang, Bapak Brigpol Nimbang Raden
dan Ibu Sri Suparmi yang dengan penuh tulus ikhlas mencurahkan kasih
sayang, cinta, doa, pengorbanan, perhatian, dan dukungan kepada penulis
hingga sekarang;
2. adik-adik tersayang Putri Anjani Maretha, Monic Anjani Juliana, Helen
Anjani Octavia terima kasih atas semangat dan senyuman yang selalu
diberikan kepada penulis untuk menjadi lebih baik;
3. teman terdekatku, Bripda Ade Natalista yang dengan ikhlas memberikan
semangat dan motivasi serta doa kepada penulis;
4. keluarga besar yang senantiasa menanti kelulusanku; dan

5. almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah memberi ilmu
kepadaku yang kubanggakan.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidaya-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gaya
Bahasa Retoris dan Kiasan dalam Autobiografi Ajahn Brahm yang Berjudul Si
Cacing dan Kotoran Kesayangannya dan Kelayakannya sebagai Bahan Ajar
Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).”
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni Universitas Lampung. Dalam penulisan skripsi ini penulis
banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku pembimbing I yang selama ini telah
banyak membantu, membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran
kepada penulis dengan penuh kesabaran;
2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M. Hum., selaku pembimbing II dan selaku Ketua
Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak

membantu, membimbing dengan cermat, penuh kesabaran, mengarahkan dan
memberikan nasihat kepada penulis;
3. Dr. Edi Suyanto, M. Pd., selaku penguji utama yang telah memberikan
nasihat, arahan, saran dan motivasi kepada penulis;

4. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik (PA) yang
banyak memberikan saran, arahan, dan nasihat kepada penulis;
5. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
6. bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah memberi penulis ilmu yang bermanfaat;
7. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta stafnya;
8. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
9. papa dan mama tercinta, Bapak Brigpol Nimbang Raden dan Ibu Sri Suparmi
yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, motivasi dalam bentuk
moral maupun material dan untaian doa yang tiada henti-hentinya untuk
keberhasilan penulis;
10. adik-adikku, Putri Anjani Maretha, Monic Anjani Juliana, Helen Anjani
Octavia yang penulis sayangi terima kasih selalu memberikan semangat dan

dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini;
11. teman terdekatku, Bripda Ade Natalista yang senantiasa memberikan
motivasi, semangat dan doa kepada penulis agar selalu sabar untuk
menyelesaikan skripsi ini;
12. sahabat-sahabat terbaikku hingga saat ini Bono, Jeje, Desti, Indah, Hesti, Acil,
Didi, Aan, Rahma, Imon, Laura, Mimi, Refi, Ema, Rinda, Hel. Yeyen, Rara,
semua teman-teman UKM Basket Unila dan rekan-rekan PT. Melia Sehat
Sejahtera terima kasih untuk bantuan, memberikan dorongan dan semangat
untuk penulis, semoga persahabatan kita akan kekal selamanya;

13. teman-teman seperjuangan penulis Melisa Alwi, Rian Andri Prasetia terima
kasih untuk kekompakan, semangat dan kebersamaan yang telah kalian
berikan selama kurang lebih empat tahun;
14. teman- teman seangkatan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah angkatan 2008, terima kasih atas persahabatan, doa, serta kebersamaan
yang telah kalian berikan;
15. kakak tingkat angkatan 2005, 2006, 2007 serta adik tingkat angkatan 2009,
20010, 2011 terima kasih atas pertemanan serta kebersamaaan yang telah
diberikan;
16. semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah swt. selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu
dan rekan-rekan semua. Hanya ucapan terima kasih dan doa yang bisa penulis
berikan. Kritik dan saran selalu terbuka untuk menjadi kesempurnaan di masa
yang akan datang. Semoga skripsi yang luar biasa ini bermanfaat untuk kemajuan
pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Amin.

Bandar Lampung,
Penulis

November 2012

Niken Anjani Afrilia

Judul Skripsi

: GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM
OTOBIOGRAFI AJAHN BRAHM YANG BERJUDUL SI
CACING DAN KOTORAN KESAYANGANNYA DAN
KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA

INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Nama Mahasiswa

: Niken Anjani Afrilia

No. Pokok Mahasiswa : 0853041027
Jurusan

: Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1.Komisi Pembimbing

Dr. Muhammad Fuad, M. Hum.
NIP 19590722 198603 1 003

Drs. Kahfie Nazaruddin, M. Hum.
NIP 19610104 198703 1 004
2. Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. Muhammad Fuad, M. Hum.
NIP 19590722 198603 1 003

DAFTAR PUSTAKA

Brahm, Ajahn. 2012. Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Jakarta: Taman
Permata Buana.
Dale, Edgar [et al]. 1971. Tecniques of Teaching Vocabulary. California: Field
Education Publication, inc.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA. Jakarta:
Depdikbud.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Depdiknas.
Keraf, Gorys . 2002 . Diksi dan Gaya bahasa . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Meleong, J. Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mulyasa, H. E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000 . Teori Pengkajian Fiksi . Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Pusat Bahasa. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
Rani, Supratman Abdul . 1996 . Ikhtisar Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka
Setia.
Sadiman , Arief . 2005 . Media Pendidikan Pengertian , Pengembangan , dan
Pemanfaatannya , Jakarta: Radja Grafindo Persada.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Suprapto. 1990. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, HG. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Zainudin. 1992 . Materi Pokok Bahasa & Sastra Indonesia . Jakarta: Rineka
Cipta.

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung, pada 27 April 1991. Penulis merupakan anak
sulung dari empat bersaudara yang dilahirkan dari buah cinta dari pasangan bapak
Nimbang Raden dan ibu Sri Suparmi. Penulis mulai mengenyam pendidikan
formal pada tahun 1995 di Taman Kanak-Kanak (TK) YWKA Bandar Lampung
selesai tahun 1996. Sekolah Dasar (SD) SD N 2 Raja Basa Bandar Lampung pada
tahun 1996-2002. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) 8 Bandar Lampung
pada tahun 2002-2005. Sekolah Menengah Atas (SMA) YP Mutiara Natar
Lampung Selatan pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2008.
Tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Lampung. Pada tahun 2011 penulis
melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Atas Negeri
2 Way Tenong, Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 dari bulan Juli hingga
September.

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................
MOTO ..............................................................................................................
PERSEMBAHAN ............................................................................................
SANWACANA ................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karya Sastra Fiksi dan Non Fiksi ......................................................
2.2 Autobiografi .......................................................................................
2.3 Gaya Bahasa.......................................................................................
2.4 Ragam Bahasa ....................................................................................
2.5 Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata.............................................
1. Gaya Bahasa Resmi ......................................................................
2. Gaya Bahasa Tak Resmi ...............................................................
3. Gaya Bahasa Percakapan ..............................................................
2.6 Gaya Bahasa Berdasarkan Nada ........................................................
2.7 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat......................................
2.8 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna.....................
1.
Gaya Bahasa Retoris ..............................................................
2.
Gaya Bahasa Kiasan ..............................................................
2.9 Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah
Atas ...................................................................................................

i
iii
iv
v
vi
vii
viii
xii
1
8
8
8
9

11
12
13
15
15
16
16
16
16
17
19
19
29
35

2.10 Kelayakan Otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan
Kotoran Kesayangannya di SMA ....................................................
1. KTSP ...........................................................................................
2. Pedagogiki ..................................................................................
3. Sastra ...........................................................................................

37
37
38
40

III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .............................................................................
3.2 Sumber Data ......................................................................................
3.3 Prosedur Penelitian ...........................................................................
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................

43
43
43
44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................. 52
4.1.1 Gaya Retoris dalam Otobiografi Ajahn Brahm yang
Berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya ................... 52
4.1.2 Gaya Kiasan dalam Otobiografi Ajahn Brahm yang
Berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya ................... 54
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 56
4.2.1 Gaya Retoris dalam Otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si
Cacing dan Kotoran Kesayangannya ...................................... 56
1 Aliterasi ............................................................................ 56
2 Asonansi ........................................................................... 59
3 Polisindeton ...................................................................... 65
4 Tautologi .......................................................................... 66
5 Prolepsis atau Antisipasi ................................................... 70
6 Erotesis atau Pertanyaan Retoris ...................................... 71
7 Hiperbola .......................................................................... 72
8 Onomatope ....................................................................... 72
4.2.2 Gaya kiasan dalam Otobiografi Ajahn Brahm yang Berjudul Si
Cacing dan Kotoran Kesayangannya ...................................... 74
1 Persamaan ......................................................................... 74
2 Metafora ........................................................................... 79
3 Personifikasi atau Prosopopeia ......................................... 86
4 Antonomasia ..................................................................... 89
5 Ironi, Sinisme, dan Sarkasme ........................................... 90
4.2.3 Kelayakan Otobiografi Ajahn Brahm yang Berjudul Si Cacing dan
Kotoran Kesayangannya sebagai Bahan Ajar Bahasa
Indonesia di SMA .................................................................... 91
4.2.3.1 Kelayakan Autobiografi Ajahn Brahm
yang Berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
ditinjau dari Sudut Kurikulum ..................................... 92
1 Standar Kompetensi ................................................ 93
2 Kompetensi Dasar ................................................... 94
3 Materi Pembelajaran ............................................... 95

4.2.3.2 Kelayakan Otobiografi Ajahn Brahm yang Berjudul Si
Cacing dan Kotoran Kesayangannya ditinjau dari
Pedagogik ....................................................................
1. Kebahasaan .............................................................
2. Psikologi .................................................................
3. Latar Belakang Budaya...........................................
4.2.3.3 Kelayakan Otobiografi Ajahn Brahm yang Berjudul
Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya ditinjau dari
Sastra.............................................................................
1. Bersifat Sastrawi .....................................................
2. Amanat tidak Menggurui ........................................

102
102
104

V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...........................................................................................
5.2 Saran ................................................................................................

105
106

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................

107
108

96
96
97
99

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji
Ketua

: Dr. Muhammad Fuad, M. Hum.

............

Sekretaris

: Drs. Kahfie Nazaruddin, M. Hum.

............

Penguji
Bukan Pembimbing

: Dr. Edi Suyanto, M. Pd.

............

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 6 November 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa
dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak biasa dipisahkan sebab nilainya
tergantung dari kualitas antarhubungannya. Melalui kualitas intelektual bahasa menyediakan
sarana dalam bentuk bunyi, huruf, kata, kalimat, paragraf, dan seterusnya. Sebaliknya, melalui
kualitas emosionalitas karya sastra memanfaatkannya, mengeksploitasinya, dengan berbagai cara
yang tersedia. Penyusunan cerita, alur, penokohan, tema dan sebagainya, khususnya gaya bahasa
adalah cara-cara terpenting yang digunakan oleh pengarang.
Bahasa yang digunakan oleh seorang pengarang tentu saja berbeda dengan bahasa yang
digunakan orang kebanyakan. Seorang penyair sering menggunakan gaya bahasa dalam
berkarya. Dalam karya sastra penafsiran yang berbeda justru merupakan ciri-ciri kualitas atau
keindahan yang mengandung seni. Oleh karena itu, seorang penyair banyak yang menggunakan
gaya bahasa yang digunakan untuk memperindah karyanya, di sisi lain pembaca dapat
memberikan beragam penafsiran pada suatu karya. Kegiatan menganalisis gaya bahasa
merupakan salah satu kegiatan pembelajaran siswa di SMA.
Gaya bahasa dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai bahasa (Keraf, 2002:113). Pendapat lain
mengatakan gaya bahasa ialah pemakaian ragam bahasa dalam mewakili atau melukiskan

sesuatu dengan pemilihan dan penyusunan kata dalam kalimat untuk memperoleh efek tertentu
(Zainuddin, 1991:51).
Berdasarkan pendapat yang telah peneliti uraikan di atas dapat dikatakan secara umum bahwa
gaya bahasa merupakan penyimpangan makna dari kata-kata yang tertulis yang sengaja
dilakukan oleh pengarang untuk menimbulkan efek tertentu. Penggunaan gaya bahasa dalam
karya sastra selain untuk memberikan konotasi tertentu juga untuk menimbulkan efek keindahan.
Oleh karena itu, peneliti mengambil penelitian tentang gaya bahasa karena peneliti tertarik
dengan penggunaan-penggunaan gaya bahasa yang dipakai oleh para pengarang dalam
membungkus suatu karya dengan menggunakan gaya bahasa yang indah yang membuat
penikmat karyanya menjadi tidak jenuh dan tertarik untuk membaca dan memberikan warna
tersendiri untuk pengarangnya dalam membuat karya sastra agar karyanya tidak terlalu datar.
Selain itu, gaya bahasa juga tidak banyak dipelajari secara khusus di sekolah karena kebanyakan
siswa jenuh mempelajari tentang gaya bahasa, kemungkinan besar disebabkan karena bahan ajar
yang digunakan oleh guru di sekolah tersebut terlalu monoton dan tidak bervariasi. Hal ini
membuat peneliti tertarik untuk meneliti gaya bahasa dan memberikan contoh bahan ajar yang
dapat digunakan di sekolah untuk mempelajari gaya bahasa sehingga siswa dapat lebih
termotivasi dan bersemangat untuk mempelajari gaya bahasa.
Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra fiksi dan karya sastra nonfiksi. Karya sastra
fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Sedangkan karya sastra nonfiksi adalah karya sastra
yang ditulis berdasarkan kajian keilmuan dan atau pengalaman. Pada umumnya, buku nonfiksi
merupakan penyempurnaan buku yang telah ada. Berdasarkan isinya, buku nonfiksi dapat

dibedakan menjadi lima, yaitu buku biografi, Otobiografi, buku pendamping, buku literatur, dan
buku motivasi.
Melalui penelitian ini peneliti menganalisis salah satu karya sastra nonfiksi yang tergolong dalam
Otobiografi dalam karya sastra yaitu buku Ajahn Brahm yang berjudul “Si Cacing dan Kotoran
Kesayangannya”. Peneliti meneliti penggunaan gaya bahasa dalam Otobiografi Ajahn Brahm.
Peneliti memilih karya Ajahn Brahm tersebut karena dalam kumpulan kisah-kisah pengajaran
ini terdapat banyak cerita mengenai kebenaran hidup.
Seorang biksu asal Inggris. Ia alumni Cambridge University yang kemudian memilih tinggal di
hutan Thailand untuk belajar kearifan. Mungkin, sebagai biksu hutan, ia banyak belajar dari
pengalaman warga desa,sehingga gaya bahasanya menjadi sederhana dan tidak berliku-liku.
Pilihan gaya bahasa seperti ini membuat kalimat jadi fleksibel dan mudah dipahami. Pembaca
tak perlu berkerut kening ketika membacanya. Peneliti mencatat ada beberapa hal penting yang
bisa ditemukan dari buku ini.
Pertama, kisah yang dituturkan di buku ini kebanyakan adalah pengalaman sendiri. Bukan
kutipan kisah-kisah masa silam atau rujukan dari kitab-kitab suci. “Saya menyenangi kutipan
kitab suci berbagai agama, namun seringkali kutipan itu menjadi ahistoris atau tidak sesuai ruang
dan waktu.” ujar Ajahn. Ketika mengutip kisah dari kitab suci, maka kisah-kisah itu menjadi
ahistoris atau berjarak dari pengalaman kita sehari-hari. Dengan mengangkat pengalaman seharihari, maka kisahnya jadi sangat dekat dengan keseharian. Oleh karena itu, kisah yang ada di
dalamnya bukan semata-mata ajaran untuk orang Budha.
Kedua, gaya bahasanya ringan dan renyah. Pembaca tak perlu berkerut kening untuk memahami
apa yang hendak disampaikannya. Buku ini bisa dibaca sambil bersantai ria, namun tetap serius

saat menemukan butiran-butiran makna. Kisahnya juga tidak menggurui sebab mengangkat hal
sehari-hari yang kita temui. Penulisnya memosisikan diri sebagai orang biasa yang mengalami
hal-hal sehari-hari sebagaimana orang lain. Namun, di tengah hal yang remeh-temeh itu,
penulisnya sanggup menemukan hikmah-hikmah yang dipetik dari pengalaman sehari-hari.
Ketiga, meskipun di tulis seorang biksu, namun kisah yang disajikan di sini menyimpan makna
yang sifatnya universal, bukan intisari ajaran Buddha dan penulis lebih suka menyebutnya
kearifan yang ditemukan dari beberapa pengalaman. Pembaca akan terkagum-kagum saat
membaca karena penulis punya cara sendiri bagaimana mendekati persoalan dengan cara yang
sederhana, namun sangat menyentuh.
Gaya bahasa sangat erat hubungannya dengan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di
sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara umum salah satunya yaitu
siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Tujuan pembelajaran ini dikatakan berhasil apabila siswa mampu melakukan hal-hal yang
tercantum dalam tujuan pembelajaran tersebut. Pengalaman peneliti saat menjadi siswa di SMA,
pengetahuan siswa tentang gaya bahasa tergolong kurang dan minat belajar mereka rendah.
Pada silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA, ditemukan kompetensi mengenai
pembelajaran sastra, dengan standar kompetensi menulis yaitu mengungkapkan pendapat,
informasi, dan pengalaman dalam bentuk resensi cerpen dan kompetensi dasar menulis cerpen
berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa, latar) pada kelas XII semester ganjil.
Kompetensi dasar yaitu menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa,
latar) dan materi pembelajaran yaitu topik tentang kehidupan orang lain (berdasarkan situasi dan

kondisi setempat), unsur-unsur cerpen (penokohan, konflik, latar, sudut pandang, alur dan gaya
bahasa). Dalam penelitian ini, peneliti hanya memusatkan pada salah satu unsur intrinsik saja,
yaitu gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
Pembelajaran bahasa dan Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pesertadidik
agar dapat berkomunikasi bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun
secara tulisan, serta dapat menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan bangsa
Indonesia (Depdiknas, 2006: 15).
Guru diharapkan mampu membedakan bahasa yang dipakai untuk mengungkapkan hal-hal,
situasi, atau hubungan yang nyata dan bahasa yang digunakan untuk merangsang
pembayangan.Lebih penting lagi, guru harus menyadari bahwa kata-kata yang digunakan dalam
suatu karangan tidak selalu dapat mewakili seluruh ide yang ingin disampaikan oleh si
pengarang. Agar lebih berhasil pengajaran sastra hendaknya disertai pembinaan minat serta
kesenangan terhadap karya sastra tersebut dengan maksimal. Dengan demikian guru harus
diharapkan mampu mengembangkan keleluasaan siswa memandang karya sastra yang disajikan.
Penelitian yang berkaitan dengan gaya bahasa sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Asep
Perdiansyah (2007, mahasiswa progam studi Bahasa dan Sastra Indonesia) dengan judul “Gaya
bahasa dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan kelayakannya sebagai bahan ajar
sastra Indonesia di SMA”.
Objek penelitian yang dilakukan peneliti adalah gaya bahasa dalam Otobiografi Ajahn Brahm
yang berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Alasan peneliti memilih Otobiografi
Ajahn Brahm sebagai objek penelitian karena dalam karya sastra ini mengombinasikan antara

pengetahuan luas, cara penyampaian yang mudah dicerna, serata lelucon yang menawan.
Otobiografi ini mampu menyadarkan dan membuka pintu hati kita bahwa setiap manusia berhak
menikmati hidup dengan penuh kebahagaian dan kedamaian, bebas dari ketakutan dan
kecemasan. Buku ini juga sangat menghibur bagi pembaca, membuat pembaca seolah-olah
masuk dan ikut terjun ke dalam cerita, terbukti dari penghargaan yaitu Best Seller yang terbit
dalam 20 bahasa.
Karya sastra yang tergolong dalam karya sastra nonfiksi Otobiografi ini banyak menceritakan
kisah-kisah universal tentang kehidupan kita sehari-hari. Dimulai dengan cerita mengenai dua
bata jelek dan diakhiri dengan cerita mengenai cacing, dengan sedikit lelucon disana-sini.
Selama hampir 30 tahun sebagai Bikshu, Ajahn lahir dan dididik di Barat, namun terlatih dalam
tradisi hutan Thai. Ajahn Brahm telah menghimpun berbagai kisah yang menyentuh,
menggelikan, dan bermakna mendalam.
Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti memilih Otobiografi Ajahn Brahm sebagai bahan
ajar di sekolah, dengan harapan agar siswa dapat lebih termotivasi dalam mempelajari gaya
bahasa. Walaupun pengarang menganut agama Budha tapi cerita-cerita di dalamnya tidak
mengkhususkan ajaran agama Budha, pengarang lebih membungkus kata-kata dengan bahasa
yang ringan serta umumnya seorang pengarang lain yang tidak mendominasikan ajarannya.
Sehingga, tidak akan menjadi masalah karya Ajahn Brahm ini menjadi bahan ajar untuk
diberikan kepada siswa-siswa di sekolah. Peneliti memilih karya sastra ini dengan tidak
memfokuskan pada ajaran Budha tapi pada gaya bahasanya yang terdapat pada Otobiografi Si
Cacing dan Kotoran Kesayangannyaagar siswa lebih termotivasi dan dapat menarik minat

siswa.Dengan termotivasinya siswa mempelajari gaya bahasa ada harapan bagi guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum.
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa penting untuk menganalisis tentang
gaya bahasa dalam Otobiografi Ajahn Brahm dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia
di SMA. Hal ini dapat dilihat dari gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang
meliputi gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
“Apa sajakah gaya bahasa retoris dan kiasan yang terdapat dalam Otobiografi Ajahn Brahm yang
berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya dan kelayakannya sebagai bahan ajar Sastra
Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)?”

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gaya bahasa retoris dan kiasan yang terdapat di
dalam Otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya dan
kelayakannya sebagai bahan ajar Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoris dan praktis bagi penulis, siswa,
guru bahasa Indonesia, dan penelitian lain. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara akademis, yaitu dapat
menambahkan referensi penelitian di bidang kesastraan khususnya gaya bahasa.
b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan teori gaya bahasa, khususnya gaya bahasa langsung tidaknya makna yang
meliputi gaya bahasa retoris dan kiasan.
c. Penelitian ini dapat menjadi contoh untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti otobiografi
Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya yang ingin meneliti gaya
bahasa selain gaya bahasa retoris dan kiasan.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Memberikan pengetahuan kepada guru bahwa penelitian inibisa dipakai sebagai salah satu
bahan acuan untuk memberikan bahan ajar kepada siswa atau calon guru, khususnya tentang
gaya bahasa.
b. Menginformasikan kepada guru tentang macam-macam gaya bahasa retoris dan kiasan yang
terdapat dalam Otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan Kotoran
Kesayangannya sebagai bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia.
c. Membantu guru bidang studi bahasa Indonesia untuk mencari alternatif bahan pembelajaran
gaya bahasa di SMA.
d. Memberikan pengetahuan kepada peneliti mengenai deskripsi gaya bahasa dalam Otobiografi
Ajahn Brahmsebagai bahan ajar Sastra Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan
Kotoran Kesayangannya yang berjumlah 11 judul yaitu: “Kesempurnaan dan Kesalahan”, “Cinta

dan Komitmen”, “Rasa Takut dan Rasa Sakit”, “Kemarahan dan Kemanfaatan”, “Menciptakan
Kebahagiaan”, “Masalah Kritis dan Pemecahannya”, “Kebijaksanaan dan Keheningan Batin”,
“Pikiran dan Realita”, “Nilai-nilai dan Kehidupan Spriritual”, “Kebebasan dan Kerendahan
Hati”, “Penderitaan dan Pelepasan” serta gaya bahasa yang terdapat dalam Otobiografi Ajahn
Brahm yang berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya, untuk mendeskripsikan gaya
bahasa yang terdapat dalam Otobiografi tersebut, dalam penelitian ini peneliti berpedoman
pendapat Gorys Keraf yaitu.
(1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata;
(2) Gaya bahasa berdasarkan nada;
(3) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat;
(4) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa penting untuk menganalisis tentang
gaya bahasa dalam Otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya,
hal ini dapat dilihat dari gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang meliputiyang
meliputi (Keraf, 2002) ;
1. gaya bahasa retoris yang terdiri atas aliterasi, asonansi, anastrof (inversi), apofasis (preterisio),
apostrof, asidenton, polisindenton, kiasmus, elipsis, eufimismus, litotes, histeron proteron,
pleonasme, tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris,
silepsis, zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbola, paradok, oksimoron;
2. gaya bahasa kiasan yang terdiri atas persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel, fabel,
personifikasi atau prosopopeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia,
hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, inuedo, antifrasis, pun atau paronomasia.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Karya Sastra Fiksi dan Nonfiksi
Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra fiksi dan karya sastra nonfiksi. Karya sastra
fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif
yang isinya tidak menyarankan pada kebenaran sejarah (Nurgiantoro, 2010: 2). Karya sastra fiksi
menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi sungguhsungguh sehingga tidak perlu mencari kebenarannya di dunia nyata.
Sebagai karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,
hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh
kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan
pandangannya. Oleh karena itu, fiksi dalam buku Teori Pengajian Fiksi ( Nurgiantoro, 2010: 2),
dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan
mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia. Pengarang
mengemukakan hal ini berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan.
Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus
memasukan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia. Oleh
karena itu, fiksi merupakan sebuah cerita, karenanya terkandung juga dalamnya tujuan
memberikan hiburan. Membaca sebuah karangan fiktif berarti menikmati cerita, meghibur diri
untuk memperoleh kepuasan batin (Nurgiantoro, 2010: 3). Sedangkan karya sastra nonfiksi

adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan kajian keilmuan dan atau pengalaman. Pada
umumnya, buku nonfiksi merupakan penyempurnaan buku yang telah ada. Berdasarkan isinya,
buku nonfiksi dapat dibedakan menjadi lima, yaitu buku biografi, Otobiografi, buku
pendamping, buku literatur, dan buku motivasi.

2.2 Otobiografi
Buku biografiadalah buku yang berisi riwayat hidup seseorang. Buku itu ditulis untuk
mendokumentasikan peristiwa penting yang dialami seseorang. Tentu buku biografi ditulis agar
dapat menginspirasi pembacanya. Karena itu, buku biografi ditulis berdasarkan kelebihan atau
keunggulan tokohnya. Buku Otobiografi adalah biografi yang ditulis oleh seorang tokoh tentang
perjalanan kehidupanan pribadi yang dialaminya. Umumnya ditulis dimulai dari masa kecil
sampai waktu yang ditentukan oleh penulis itu sendiri. Penulis Otobiografi umumnya
mengandalkan pada berbagai dokumen dan didasarkan pada memori sang penulis karena riwayat
hidup yang dibukukan dianggap sebagai suatu karya sastra yang menarik untuk dikaji lebih
dalam. Otobiografi dan tulisan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati karena di
dalamnya terdapat sebuah kisah kehidupan yang nyata.

2.3 Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style
diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin.
Keahlian menggunakan alat ini akan memengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi.

Kelak pada waktu penekanan di titik beratkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style
berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara
indah (Keraf, 2002:112).
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal
lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
konotasi tertentu (Keraf, 1971:220).
Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang
benar-benar secara kalamiah saja. Gaya bahasa ialah pemakaian ragam bahasa dalam mewakili
atau melukiskan sesuatu dengan pemilihan dan penyusunan kata dalam kalimat untuk
memperoleh efek tertentu (Zainuddin, 1991:51).
Gaya bahasa dan kosakata memunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Kian kaya kosakata
seseorang, kian beragam pulalah gaya bahasa yang dipakainya. Peningkatan pemakaian gaya
bahasa jelas turut memperkaya kosakata pemakainya. Itulah sebabnya maka dalam pengajaran
gaya bahasa merupakan suatu teknik penting untuk mengembangkan kosakata para siswa
(Tarigan, 1985:5).
Pendapat lain mengatakan pemajasan merupakan teknik pengungkapan
bahasa,penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata
mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat (Nurgiantoro,
2000:296).
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah peneliti uraikan, dapat dikatakan secara garis besar
bahwa gaya bahasa merupakan penyimpangan makna dari kata-kata yang tertulis yang sengaja

dilakukan oleh pengarang untuk menimbulkan efek tertentu atau menimbulkan konotasi tertentu.
Sebuah pendapat menyebutkan bahwa gaya bahasa memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
1. Ada perbedaan dengan sesuatu yang diungkapkan misalnya melebihkan, mengiaskan,
melambangkan, mengecilkan atau menyindir.
2. Kalimat yang disusun dengan kata-kata yang menarik dan indah.
3. Pada umumnya mempunyai makna kias (Zainudin, 1992:52).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Keraf, 1985:113).Dari
beberapa pendapat di atas, peneliti memilih teori yang diungkapkan oleh Gorys Keraf (1985:113)
karena jelas dan mudah dimengerti yang mengartikan gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa).

2.4 Ragam Gaya Bahasa
Pembagian atau penggolongan gaya bahasa sampai saat ini belum memiliki kesamaan persis dari
beberapa ahli seperti pembagian gaya bahasa berikut.
1) Gaya bahasa terdiri atas tiga macam (Zainudin,1991),yaitu:
a. gaya bahasa perbandingan;
b. gaya bahasa sindiran;
c. peribahasa dan ungkapan yang sering digunakan sehari-hari.

2) Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa
berdasarkan titik tolok unsur bahasa yang dipergunakan (Keraf,2002), yaitu:
a. gaya bahasa berdasarkan pilihan kata;
b. gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana;
c. gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat;
d. gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
Dengan pertimbangan bahwa pembagian gaya bahasa dalam buku Gorys Keraf lebih luas dan
jelas, maka penulis lebih tertarik untuk mengacu pada teori dalam buku Gorys Keraf khususnya
mengenai gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung di dalamnya
untuk meneliti Otobiografi Ajahn Brahm yang berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya.
2.5 Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi (bukan bahasa
resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.

1.

Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam
kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Sebab itu, gaya bahasa resmi pertama-tama
adalah bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tertinggi, walaupun sering dipergunakan juga
dalam pidato-pidato umum yang bersifat seremonial.
2.

Gaya Bahasa Tak Resmi

Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar,
khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini
biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau
bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, dan sebagainya.
3.

Gaya Bahasa Percakapan

Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata popular dan kata-kata percakapan.
Namun di sini harus ditambahkan segi-segi morfologis dan sintaksis, yang secara bersama-sama
membentuk gaya bahasa percakapan ini.
2.6 Gaya Bahasa Bedasarkan Nada
Gaya bahasa dilihat dari segi nada yang terkandung dalam sebuah wacana, dibagi atas: gaya
yang sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah.
1. Gaya sederhana

Gaya ini biasanya cocok untuk member intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan
sejenisnya. Sebab itu untuk mempergunakan gaya ini secara efektif, penulis harus
memiliki kepandaian dan pengetahuan yang cukup.
2. Gaya Mulya dan Bertenaga

Gaya ini penuh dengan vitalitas dan biasanya dipergunakan untuk menggerakan sesuatu.
Menggerakan sesuatu tidak saja dengan mempergunakan tenaga pembicara, tetapi juga
dapat mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan. Nada yang agung dan mulia akan
sanggup pula menggerakan emosi pendengar.
3. Gaya Menengah

Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana
senang dan damai, karena tujuannya adalah menciptakan suasana senang dan damai,
maka nadanya juga bersifat lemah-lembut, penuh kasih saying, dan mengandung humor
yang sehat.
2.7 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari gaya bahasa klimaks, antiklimaks,
paralelisme, antithesis, dan repetisi. Repetisi terbagi lagi menjadi beberapa gaya yaitu epizeukis,
tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalipsisi, dan anadiplosis.
1. Gaya Bahasa Paralelisme
Pararelisme merupakan suatu gaya yang berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi pragmatikal yang sama dalam sebuah
kalimat atau klausa (Rani, 1996: 148). Contoh sebagai berikut.
a.
b.

Kedengarannya memang aneh, dia merasa kesepian di tengah kota metropolitan
ini.
Negara kita ini Negara hukum, semua yang salah harus ditindak tegas tanpa harus
pandang bulu.

2. Klimaks
Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang
setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Contoh sebagai berikut:
a.
b.

Dalam dunia perguruan tinggi yang dicengkram rasa takut dan rasa rendah diri,
tidak dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran
yang obyektif atau keberanian untuk mengungkapkan pendapat secara bebas.
Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman
harapan.

3. Antiklimaks

Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai
gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang
terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang
efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca
atau pendengar tidak lagi member perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam
kalimat itu.
Misalnya :
Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya,
pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung ironi).
4. Antitetis
Antitetis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan memergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.
Misalnya :
Mereka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya,
tetapi mereka juga telah banyak memeroleh keuntungan
daripadanya.
5. Repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

2.8 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung dalam sebuah kata maupun kelompok
kata maka gaya bahasa dapat dibedakan atas dua bagian, yakni gaya langsung atau gaya bahasa
retoris dan gaya bahasa kiasan.
1. Gaya Bahasa Retoris

Gaya bahasa retoris terdiri dari aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof,
asindeton, polisondeton, kiasmus, ellipsis, eufemisme, litotes, hysteron, proteron, plenasme dan
tautology, periphrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan
zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbol, paradox, dan oksimoton.
1.1 Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.
Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau
penekanan.

Misalnya:
Keras-keras kerak kena air lembut juga.
Takut titik lalu tumpah.
1.2 Asonasi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama.
Biasanya digunaka dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek
penekanan atau sekedar keindahan.
Misalnya :
Ini muka penuh luka siapa punya.
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.
1.3Anasrof
Anasrof atau inferi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata
yang biasa dalam kalimat.
Misalnya :

Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat
pergainya. Bersorak-sorak orang di tepi jalan memukul
bermacam-macam bunyi-bunyian melalui gerbang dihiasi
bunga dan panji bekibar.
1.4Apofasis atau Preterisio
Apofasis disebut juga preteriso merupakan sebuah gaya di mana penulis atau pengarang
menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu,
tetapi sebenarnya ia menekankan hal itu. Berpura-pura melindungi atau menyembunyikan
sesuatu, tetapi sebenarnya memamerkannya.
Misalnya :
Jika saya tidak menyadari reputasimu dalam kejujuran,
maka sebenarnya saya ingin mengatakan bahwa Anda pasti
membiarkan Anda menipu diri sendiri.
Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa
Saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang
negara.
1.5 Apostrof
Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada
sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dipergunakan oleh orator klasik. Dalam pidato yang
disampaikan kepada suatu massa, sang orator secara tiba-tiba mengarahkan pembicaraannya
langsung kepada sesuatu yang tidak hadir kepada mereka yang sudah meninggal, atau kepada
barang atau obyek khayalan atau sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara
kepada hadirin.
Misalnya :
Hai kamu dewa-dewa yang ada di surga, datanglah dan
bebaskalah kami dari belenggu perinduan ini.
Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk
tanah air tercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam
keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kamu
perjuangkan.

1.6 Asindeton
Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana
beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma, seperti ucapan terkenal dari Julius
Caesar: Veni, Vidi, Vivi, “saya dating, saya lihat, saya menang”. Perhatikan contoh berikut:
Misalnya :
Materi pengalaman diaduk-aduk, modus eksistensi dari
cugito ergo sum dicoba, medium bahasa dieksploitir,
imaji-imaji, metode, prosedur dijungkir balik, masih itu-itu
juga.Dan kesesakan, kepedih