PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

(1)

PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR

SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

(Skripsi)

Oleh

DYAN FATHMA DEWI S. 0513041021

JURUSAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(2)

PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR

SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh

DYAN FATHMA DEWI S.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

JURUSAN BAHASA DAN SENI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(3)

ABSTRAK

PENOKOHAN DAN ALUR DALAM NASKAH DRAMA DAPUR KARYA FITRI YANI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Oleh

DYAN FATHMA DEWI S.

Penokohan dan alur merupakan bagian terpenting dalam sebuah drama. Hal tersebut dipandang penting karena penokohan dan alur merupakan substansi yang membangun dialog dalam drama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan menentukan layak atau tidak naskah drama tersebut dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA.

Metode yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil yang ditemukan tokoh-tokoh pada naskah drama drama Dapur, yaitu Udin, Romlah, Mak, Bapak, Pak RT dan Nurlela. Tokoh Udin berperan lion (pembawa ide), tokoh Romlah dan tokoh Nurlela berperan moon (penolong lion), tokoh Mak berperan mars (penentang lion) dan tokoh Bapak berperan scale. Udin, Romlah, Pak RT dan Nurlela berwatak datar (memiliki watak tertentu) sedangkan Mak dan bapak berwatak bulat (watak dan tingkah laku bermacam-macam). Alur yang digunakan, yaitu alur kronologis meliputi

Naskah drama Dapur karya Fitri Yanilayak dijadikan bahan ajar sastra siswa SMA. Hal ini dikarenakan naskah drama Dapur karya Fitri Yanimemenuhi ketiga kriteria aspek kelayakan antara lain; pertama, aspek kurikulum yaitu naskah drama Dapur karya Fitri Yani relevan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/ KD) yang ditetapkan khususnya pemahaman unsur intrinsik drama; kedua, aspek kesastraan yaitu naskah drama Dapur karya Fitri Yani relevan dengan aspek kebahasaan yang meliputi aspek psikologi dan latar belakang budaya; ketiga, aspek pendidikan karakter yaitu naskah drama Dapur karya Fitri Yani relevan untuk dijadikan inspriasi dan menstimulus para siswa agar memiliki perilaku yang baik dan memiliki mental kepribadian yang baik melalui ciri-ciri tokohnya meskipun ada sifat tokoh yang tidak pantas untuk ditiru. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA pada kelas XII (dua belas) semester kedua, terdapat Standar Kompetensi Mendengarkan (memahami


(4)

didengan melalui pembacaan dan mendiskusikan unsur- unsur instrinsik teks drama yang didengar. Berkaitan dengan hal tersebut maka naskah drama Dapur karya Fitri Yani dapat dijadikan bahan belajar siswa mengidentifikasi unsur- unsur drama seperti yang tercantum di dalam silabus.


(5)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1984: 2). Sastra mempunyai berbagai jenis, antara lain drama, prosa dan puisi. Salah satu jenis sastra yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah drama. Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dengan novel atau karya fiksi lainnya. Sebuah drama hanya terdiri dari dialog yang terkadang ada penjelasannya tetapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara dan tidak adanya narasi dalam drama digantikan oleh akting pemain di pentas. Drama berasal dari bahasa Perancis, yaitu drane yang pada mulanya untuk

menceritakan lakon-lakon kelas menengah. Drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang mempunyai arti penting meskipun sering berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia tetapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Drama adalah salah satu seni bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya (Soemanto, 2001:3).

Pembelajaran drama merupakan bagian yang erat dari pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini sesuai dengan KTSP untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam


(6)

kemampuan bersastra. Belajar bersastra pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat Sekolah Menengah Atas sama halnya dengan belajar berbahasa yaitu mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Keterampilan menyimak diperoleh pada saat para siswa mendengarkan pembacaan puisi, berdeklamasi, pertunjukan monolog dan pertunjukan drama. Kecermatan keterampilan menyimak ini sangat diperlukan. Salah dengar terhadap salah satu atau dua patah kata saja bisa mengakibatkan salah tangkap apa yang ditampilkan sedangkan keterampilan berbicara terutama diperoleh pada saat siswa membaca puisi, membaca monolog atau berpentas drama di depan kelas.

Siswa mendapatkan pengalamaan penciptaan dalam pengajaran sastra. Siswa akan diberi kesempatan unuk mencipta sendiri baik berupa puisi, cerpen dan naskah drama pendek. Kesempatan mencipta ini berguna bagi keterampilan menulis dan berpengaruh bagi pembinaan apresiasinya karena pengalaman penciptaan secara langsung banyak berpengaruh untuk usaha mendapatkan pengalaman puitik (Jabrohim, 1994:9-10).

Kegiatan mengapresiasi sastra drama yang dilakukan oleh para siswa diharapakan mampu membina kepribadian dan perilaku budi pekerti siswa agar mereka memiliki sikap positif terhadap hasil karya sastra yang

diciptakan oleh orang lain dan mampu mengambil sikap dengan bijaksana atas suatu drama yang mereka saksikan. Hal tersebut tidak luput dari peran seorang guru dalam pengajaran di kelas karena tugas guru yang penting


(7)

adalah sebagai informator, fasilitator dan moderator. Seorang guru hanya sebagai penunjuk jalan bagi para siswa yang sedang bertamasya di taman sarinya karya sastra (Suharianto dalam Jabrohim, 1994:21).

Guru dan siswa bersama-sama menelusuri dan menjelajahi karya sastra sesuai dengan taraf masing-masing di dalam pengajaran sastra termasuk drama. Sesuai dengan tugasnya sebagai penunjuk jalan, seorang guru harus tahu lika-liku jalan dan menguasai berbagai obyek yang menjadi perhatian siswa. Seorang guru harus benar-benar mempunyai pengalaman, pendidikan dan keterampilan yang lebih dibandingkan siswanya.

Proses dan metode pengajaran sastra mempunyai peranan penting. Seorang guru tidak hanya mampu menjabarkan atau menjelaskan pengertian sastra, macam-macam sastra, nama pengarang sastra dan lain-lain. Metode seperti itu terkesan monoton sehingga murid kurang tertarik untuk mempelajari sastra. Guru harus dapat membantu mengembangkan akal siswa dengan

mengapresiasi sebuah karya sastra sehingga siswa dapat memahami dan lebih menghargai sebuah karya sastra. Tujuan pembelajaran sastra bukan

membentuk siswa menjadi sastrawan atau ahli sastra melainkan hanya membimbing siswa agar dapat memahami, menikmati dan menulis karya sastra serta mengapresiasi karya sastra (Wiyanto, 2005 : viii).

Kegiatan mengapresiasi karya sastra adalah kegiatan yang membutuhkan keterlibatan hati secara serius terhadap objek yang dinikmati. Usaha untuk menumbuhkan keseriusan dan pemahaman dalam mengapresiasi sebuah karya sastra adalah dengan jalan menikmati, memberikan sifat positif dan


(8)

menganggapnya sebagai suatu kerja yang menyenangkan. Kegiatan mengapresiasi drama sebagai salah satu karya sastra diharapakan mampu meningkatkan kesenangan siswa dalam pembelajaran sastra di sekolah. Memberikan apresiasi terhadap sebuah drama penting untuk terlebih dahulu mengetahui unsur-unsur intrinsik drama. Unsur-unsur intrinsik drama meliputi tema, penokohan, alur, latar, gaya bahasa, tema dan amanat. Salah satu naskah drama yang dapat dikaji adalah naskah drama berjudul Dapur karya Fitri Yani. Naskah drama Dapur merupakan naskah drama satu babak. Bahasa yang dipakai dalam naskah ini adalah bahasa harian sehingga untuk kalangan siswa tidak sulit untuk memahami dialog antartokohnya. Drama ini mengisahkan tentang dapur yang bagi sebagian masyarakat merupakan tempat yang sakral dan simbol eksistensi sebuah rumah tangga. Seperti pepatah “jika perempuan jauh dari dapur, ia tak akan bisa

membangkitkan selera lahir dan batin dalam rumah tangga”, maka naskah ini mencoba menggambarkan bagaimana dapur memiliki makna yang begitu penting pada kehidupan keluarga dan perempuan. Dapur bukanlah tempat perempuan tak berdaya. Banyak kekuatan yang dimiliki perempuan dengan menjadi menejer di dapur dan menjadi pemimpin dalam mempersiapkan hidangan bagi keluarga.

Tokoh utama dalam naskah drama diangkat dengan melihat fenomena

sekarang. Wilayah perempuan sudah banyak diambil alih oleh laki-laki begitu pun sebaliknya. Hal tersebut sebenarnya sudah menjadi konsekuensi dari kehidupan modern. Tidak ada salahnya jika laki- laki menjadi koki karena


(9)

koki pun sekedar profesi sama seperti dosen, pegawai, tukang becak dan lain- lain. Naskah Dapur menjelaskan tentang pekerjaan wanita yang bisa

dikerjakan oleh seorang laki- laki sedangkan di dalam rumah tangga sendiri wanita yang menjadi sorotan utama urusan dapur. Naskah Dapur berbicara tentang emansipasi wanita yang masih menjadi perbincangan hangat bangsa Indonesia di desa maupun di kota. Naskah ini menceritakan tentang kakak Udin yang memilih menjadi wanita karir dan memberikan efek domino bagi kondisi rumah tangganya. Di akhir naskah drama ini ditunjukkan bagaimana kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis karena adanya

disfungsionalisasi wilayah perempuan. Secara keseluruhan naskah ini ingin menekankan bahwa jika wanita tidak berada di dapur (berada di wilayahnya), rumah tangga tidak berjalan dengan baik.

Beberapa alasan peneliti memilih naskah drama Dapur sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut. Naskah drama Dapur terpilih menjadi naskah yang dipentaskan pada acara Kala Sumatera 2009 yang didanai HIVOS Founding dari Belanda. Naskah drama dapur mengisahkan cerita sosial kehidupan dalam satu keluarga. Ada kisah percintaanya, cerita antara ibu dan ayah atau ayah dan anak semuanya ada di dalam naskah ini. Setiap tokoh punya perbedaan watak yang menonjol dan bahasa yang dipakai tidak berat sehingga cocok jika naskah drama Dapur dipakai untuk sarana

pembelajaran sastra di SMA. Naskah ini menceritakan tentang isu yang sensitif dan masih terus hangat di kalangan perempuan bahkan kebanyakan masyarakat, yaitu tentang emansipasi perempuan dan peran- peran sakralnya. Kebanyakan mahasiswa memilih drama atau karya sastra lainnya yang


(10)

merupakan hasil dari sastrawan nasional maka peneliti memilih sastrawan dari daerah sendiri, yaitu Lampung. Naskah ini ditulis oleh sastrawan yang merupakan putra daerah Lampung yang perlu diapresiasi sebagai bentuk penghargaan atas karyanya yang turut mengangkat nama daerah di bidang sastra nasional.

Pembahasan tentang unsur penokohan dan alur drama terdapat dalam silabus pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA kelas XII Semester 2 pada standar kompetensi memahami pembacaan teks darama pada poin kompetensi dasar (13.1) menemukan unsur-unsur instrinsik teks drama yang didengar melalui pembacaan meliputi penokohan, alur, latar, tema dan amanat. Pada penelitian ini peneliti hanya membatasi pada unsur penokohan dan alur saja. Penelitian mengenai penokohan dan alur dalam naskah drama

merupakan hal yang dianggap penting karena dalam sebuah karya sastra terutama genre drama mempunyai karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan genre fiksi dan puisi. Unsur-unsur pembangun di dalam drama sebagai genre sastra itu lebih tajam, lebih lugas dan lebih detil terutama pada unsur penokohannya. Selain itu, peneliti menyandingkan alur sebagai bahan penelitian karena alur merupakan salah satu unsur pembangun drama yang sangat erat kaitannya dengan penokohan. Alur merupakan rangkaian

peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas dan peristiwa di dalam drama tersebut terjadi karena didukung oleh tokoh. Perubahan tingkah laku tokoh di dalam cerita bisa berubah seiring dengan berjalannya alur. Oleh


(11)

sebab itu, peneliti menganggap unsur penokohan dan alur adalah dua hal yang penting untuk dikaji lebih dalam.

Penelitian tentang penokohan dan alur pada sebuah karya sastra sudah ada yang melakukan sebelumnya. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis unsur- unsur intristik dalam drama, antara lain penelitian tentang tokoh Wayan dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya oleh Herzon (2004). Penelitian yang dilakukakan Herzon hanya meneliti satu tokoh dari beberapa tokoh yang ada dalam naskah drama tersebut dan tidak ada kaitannya dengan kelayakan sebagai bahan ajar sastra di SMA. Selain Herzon, ada Ferri Gunadi yang sama melakukan penelitian terhadap naskah drama. Ferri Gunadi dengan judul skripsinya “Unsur-unsur Intrinsik dalam Naskah Drama Dorr karya Putu Wijaya dan Kelayakannya dalam Pembelajaran Sastra di SMA” lebih meluas

cakupannya. Ia meneliti keseluruhan unsur intrinsik yang ada dalam naskah drama.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Herzon dan Ferri Gunadi, peneliti akan meneliti unsur intrinsik naskah drama yang mencakup dua hal saja yakni penokohan dan alur. Peneliti akan mengarahkan penelitian ini pada usaha untuk mengkaji kelayakan naskah drama Dapur sebagai bahan ajar sastra di SMA yaitu menitikberatkan pada upaya pembuktian apakah dengan

diapresiasinya naskah drama Dapur oleh siswa dalam hal penokohan dan alur drama tersebut dapat meningkatkan semangat belajar siswa terhadap


(12)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin meneliti tentang penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakan sebagai bahan ajar sastra di SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi calon peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang unsur-unsur intrinsik drama khususnya penokohan dan alur.


(13)

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bahan ajar sastra kepada guru dalam rangka menumbuhkembangkan kepekaan siswa terhadap kesastraan di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada dua unsur intrinsik naskah drama saja yaitu penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA. Sumber data penelitian diperoleh dari sebuah naskah drama Dapur karya Fitri Yani.


(14)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Drama

Pada umumnya drama menampilkan beberapa tokoh yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk kisah atau alur cerita. Tokoh-tokoh dalam cerita tersebut digambarkan pengarang sebagai manusia hidup di dunia nyata artinya tokoh-tokoh tersebut

digambarkan hidup dalam masyarakat yang memiliki tatanan hidup

bermasyarakat. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media seperti di atas panggung, film dan televisi. Drama sering dikombinasikan dengan musik dan tarian seperti sebuah opera.

Beberapa ahli mendefinisikan drama dengan berbagai penalaran sebagai berikut.

Drama berasal dari bahasa Perancis yaitu drane yang pada mulanya untuk menceritakan lakon-lakon kelas menengah. Dalam istilah yang lebih kuat drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia- tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Drama adalah salah satu seni bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya (Soemanto, 2001:3).

Definisi tersebut lebih menekankan drama sebagai proses bercerita secara langsung melalui gerak tubuh dan dialog lisan dengan lakon serius dari para tokohnya untuk menyampaikan secara langsung tentang suatu pesan.


(15)

Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita lewat percakapan atau dialog dan action tokoh-tokohnya tetapi percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action (Soemanto, 2001:1). Pernyataan lain dikemukakan bahwa adrama sebagai genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai seni pertunjukan (Hassanuddin, 1996:7).

Definisi tersebut lebih menekankan drama sebagai cerita dalam bentuk dialog verbal dan non verbal untuk sebuah pertunjukan seni.

Drama merupakan salah satu bentuk kesusastraan namun cara penyajian drama berbeda dari bentuk kesusastraan lainnya seperti novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog-dialog dan ada penjelasan sedikit untuk dijadikan pedoman oleh sutradara bila drama tersebut dipentaskan (Soemanto, 2001:3-4).

Beberapa pengertian drama di atas terlihat bahwa drama tidak hanya menjadi sebuah karya seni yang dapat dijadikan hiburan atau tontonan semata tetapi drama memang berisi masalah kehidupan dan kemanusiaan yang tidak terlepas dari aspek-aspek sosial masyarakat dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya. Drama menyajikan aspek-aspek perilaku manusia terhadap jenisnya dalam kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti perasaan sayang, cinta, benci, dendam, ketulusan, kesetiaan, kesucian dan lain-lain. Drama merupakan alat komunikasi sosial dalam masyarakat. Manusia dapat menemukan masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya kemudian menjadikannya sebagai bahan pertimbangan, perbandingan dan pengetahuan untuk berbuat sesuatu secara lebih baik melalui sebuah drama. Hal ini merupakan salah satu fungsi dan peranan drama meskipun ada juga masyarakat tertentu yang menganggap drama sebagai milik sekelompok


(16)

masyarakat tertentu yang memahami arti suatu karya seni. Anggapan seperti itu tidaklah benar karena karya seni dalam bentuk apapun hendaknya

dirasakan sebagai milik masyarakat. Ia memerlukan interpretasi dan apresiasi sehingga nilai-nilai kehidupan yang ada di dalamnya dapat dipahami dan menjadi pedoman.

Ada satu hal yang tetap menjadi ciri drama yaitu penyampaiannya yang dilakukan dalam bentuk dialog atau action yang dilakukan para tokohnya. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian saya tentang penokohan dan alur yang akan digali dari percakapan para tokoh dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani.

2.2 Dialog

Secara universal dialog sebagai sarana primer di dalam drama yang berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi, menjelaskan fakta atau ide-ide utama. Dialog memberikan kejelasan watak dan perasaan tokoh atau pelaku. Kalimat-kalimat atau kata-kata yang diujarkan oleh para pelaku akan memberikan gambaran-gambaran tentang watak, sifat ataupun perasaan masing-masing tokoh. Seseorang yang berwatak bengis, kasar, baik, sabar dan sebagainya bisa diketahui melalui dialog. Kondisi psikis seperti senang, sedih, gembira, cemburu juga bisa diketahui melalui dialog (Hasanuddin 1996 : 21-22).

Dialog harus berupaya melukiskan suasana, perwatakan, konflik dan klimaks (Dewojati, 2010:175). Peranan dialog ini sangat penting dalam sebuah


(17)

drama. Dialog inilah yang membedakan karya sastra drama dengan karya sastra lainnya yang berbentuk prosa. Berdasarkan dialog atau cakapan antartokoh tersebut cerita dirangkai, konflik ditumbuhkan dan perwatakan dikembangkan. Peneliti bisa meneliti dan mendeskripsikan penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani melalui dialog tersebut. 2.3 Penokohan

Salah satu unsur penting dalam karya naratif adalah tokoh dan penokohan. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya. Tokoh cerita atau karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1981:20).

Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 1968:33).

Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh sebab dalam penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Hal-hal yang berkaitan dengan penokohan yakni penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh (aspek fisiologis), keadaan sosial tokoh (aspek sosiologis)


(18)

serta karakter tokoh ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan-permasalahan atau konflik kemanusiaan yang merupakan syarat utama sebuah drama (Hasanuddin:75-76). Di dalam sebuah drama aspek-aspek ini terkesan lebih jelas dan tegas dibandingkan dengan fiksi. 1) Penamaan

Penamaan yaitu pemberian nama pada tokoh-tokoh yang terlibat dalam drama. Nama tokoh merupakan suatu sistem di dalam drama oleh karena itu ia membatasi ruang gerak dan perilaku, sikap, peran para tokoh dalam melakukan motif-motif untuk membangun peristiwa, kejadian serta konflik-konflik.

2) Pemeranan

Tokoh dalam drama memiliki peran tertentu. Ada enam kategori peran dalam drama yang dapat diwakili para tokoh untuk membangun dan membentuk konflik.

a. Peran Lion (Singa)

Peran lion yaitu tokoh atau tokoh-tokoh pembawa ide (istilah lain dapat disebut tokoh protagonis). Tokoh ini memperjuangkan sesuatu, mungkin kebenaran, kekuasaan, perdamaian, cinta dan lain-lain.

b. Peran Mars (Mars)

Peran mars yaitu tokoh yang menentang dan menghalangi peran lion dalam mencapai keinginan dan tujuan yang diperjuangkan tokoh peran lion tersebut. Peran mars ini dalam istilah lain disebut tokoh antagonis.


(19)

c. Peran Sun (Matahari)

Peran sun yaitu tokoh atau apa pun yang menjadi sasaran perjuangan lion dan ingin didapatkan mars.

d. Peran Earth (Bumi)

Peran earth yaitu tokoh yang menerima hasil perjuangan lion atau mars.

e. Peran Scale (Neraca)

Peran scale yaitu peran yang menghakimi, memutuskan, menengahi atau menyelesaikan konflik dan permasalahan yang terjadi di dalam drama.

f. Peran Moon (Bulan)

Peran moon yaitu peran yang bertugas sebagai penolong. 3) Keadaan Fisik

Keadaan fisik dalam hal ini perlu dikenal apakah tokoh itu seorang laki-laki atau perempuan, berapa usianya, bentuk badannya, warna kulitnya dan sebagainya.

4) Keadaan Sosial

Keadaan sosial ini menyangkut apa pekerjaannya, agamanya, keluarganya, keadaan ekonominya dan keadaan lingkungannya. 5) Karakter/Watak

Karakter atau watak adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh tokoh dalam drama. Berdasarkan perwatakannya tokoh dapat dibedakan menjadi dua


(20)

yakni tokoh pipih (simple character) dan tokoh bulat (round character) (Nurgiyantoro, 1998:181).

a. Tokoh pipih adalah tokoh yang mencerminkan watak yang sederhana, memiliki satu kualitas pribadi tertentu dan satu sifat watak yang tertentu saja. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca.

b. Tokoh bulat adalah tokoh yang dinamis dan banyak sekali mengalami perubahan. Tokoh ini mencerminkan watak yang kompleks. Tokoh yang berwatak bulat dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan. Ia dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga. Perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat. Watak bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan

tindakan, ia juga sering memberi kejutan (Nurgiyantoro, 2005 : 183). 2.4 Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa atau sekelompok peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas dan akan menunjukkan sebab akibat. Apabila hubungan kausalitas peristiwa terputus dengan peristiwa yang lain maka dapat dikatakan alur tersebut kurang baik. Alur yang baik adalah alur yang memiliki kausalitas sesama peristiwa yang ada di dalam naskah (Hasanuddin, 1996 : 60).


(21)

Alur merupakan suatu keseluruhan peristiwa di dalam naskah. Alur adalah rangkaian peristiwa yang sambung menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat. Dalam sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa. Peristiwa-peristiwa itu berkaitan satu sama lain. Rangkaian peristiwa itulah yang membentuk alur atau jalan cerita (Wiyanto, 2005:79). Alur adalah urutan peristiwa yang berhubungan secara kausalitas. Hubungan antarperistiwa yang dikisahkan itu harus bersebab akibat dan tidak hanya secara kronologis saja (Forster dalam Soemanto, 1972 : 48-50). Pendapat lain mengatakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian namun kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa lain (Stanton dalam Nurgiyantoro, 1965:14).

2.4.1 Kaidah Pengaluran

Di dalam usaha pengembangan suatu alur pengarang juga memiliki

kebebasan kreativitas, tetapi kebebasan itu tetap mempunyai sebuah aturan atau kaidah. Kaidah-kaidah pengaluran yang dimaksud meliputi masalah plausabilitas (plausability), adanya kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense) dan kepaduan (unity) (Kenny dalam Nurgiyantoro, 1966:19-22). 1) Plausabilitas (plausibility)

Alur dalam sebuah cerita harus memiliki sifat plausibel, yakni dapat dipercaya oleh pembaca atau penikmat karya sastra. Plausabilitas dikaitkan dengan realitas kehidupan atau sesuatu yang ada dan terjadi di


(22)

dunia nyata, jadi sebuah cerita yang mencerminkan realitas kehidupan sesuai atau tidak bertentangan dengan sifat-sifat dalam kehidupan nyata. 2) Rasa ingin tahu (suspense)

Sebuah cerita yang baik pasti memiliki kadar suspense yang tinggi dan terjaga atau mampu membangkitkan rasa ingin tahu di hati pembaca. Apabila rasa ingin tahu pembaca mampu dibangkitkan dan terus terjaga di dalam sebuah cerita itu artinya cerita tersebut menarik perhatiannya. 3) Kejutan (surprise)

Alur sebuah cerita yang menarik tidak hanya mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca akan tetapi juga harus mampu memberikan surprise atau kejutan. Alur sebuah karya sastra dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu yang dikisahkan itu menyimpang atau bertentangan dengan harapan si pembaca (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1981:138). 4) Kesatupaduan (unity)

Kesatupaduan atau keutuhan dalam sebuah karya mengandung

pengertian bahwa berbagai unsur yang ditampilkan khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan dan acuan yang mengandung konflik

seluruhnya memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Ada benang-benang merah yang menghubungkan berbagai aspek cerita tersebut sehingga seluruhnya dapat dirasakan sebagai satu kesatuan yang utuh dan padu.


(23)

2.4.2 Penahapan Alur

Alur dalam sebuah cerita harus bersifat padu (unity). Untuk memperoleh keutuhan sebuah alur cerita, Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah alur haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (midle) dan tahap akhir (end) (Nurgiyantoro, 1998:142-145).

1) Tahap Awal

Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahap awal adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.

2) Tahap Tengah

Tahap tengah cerita dapat disebuut tahap pertikaian yang menampilkan pertentangan atau konflik. Konflik yang dikisahkan dapat berupa konflik internal, konflik eksternal, konflik atau pertentangan yang terjadi

antartokoh cerita, antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis. 3) Tahap Akhir

Tahap akhir sebuah cerita disebut juga tahap peleraian. Pada bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita.

Penahapan alur mengalami perkembangan sebagai berikut. a. Eksposisi


(24)

b. Konflik

Tahap konflik berarti pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Pada tahap ini mulai ada insiden. Insiden inilah yang memulai plot drama. c. Komplikasi

Pada tahap komplikasi, insiden kemudian berkembang menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait tetapi semuanya masih tanda tanya.

d. Krisis

Pada tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya (klimaks) e. Resolusi

Pada tahap ini dilakukan penyelesaian konflik-konflik. (Wiyanto , 2002:25)

2.4.3 Pembedaan Alur

Alur dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut-sudut tinjauan pada kriteria urutan waktu, jumlah, kepadatan dan kriteria isi.

1) Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu a. Alur Lurus (progresif)

Apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis atau runtut. Alur progresif biasanya menunjukkan kesederhanaan dalam penceritaan, tidak berbelit-belit dan mudah diikuti.


(25)

b. Alur Sorot Balik (flashback)

Alur ini disebut juga alur regresif yaitu urutan kejadian yang dikisahkan tidak bersifat kronologis. Cerita mungkin dimulai dari tahap tengah atau akhir baru kemudian tahap awal cerita.

c. Alur Campuran

Apabila dalam sebuah cerita kedua alur baik progresif dan regresif digunakan secara bergantian.

2) Berdasarkan Kriteria Jumlah a. Alur Tunggal

Alur tunggal sering digunakan jika pengarang ingin memfokuskan dominasi seorang tokoh tertentu sebagai pahlawan.

b. Alur Subplot

Sesuai dengan namanya yaitu subplot, yakni hanya merupakan bagian dari alur utama. Subplot berisi cerita kedua yang ditambahkan dan bersifat memperjelas, memperluas pandangan kita terhadap alur utama dan mendukung efek keseluruhan cerita (Nurgiyantoro dalam Abrams, 1981:138).

3) Berdasarkan Kriteria Kepadatan a. Alur Padat

Alur padat dijumpai pada cerita yang memiliki pelaku lebih sedikit sehingga hubungan antar pelaku erat tiap-tiap rinciannya, tiap-tiap tokoh, lakuan dan peristiwanya merupakan bagian vital dan integral.


(26)

b. Alur Longgar

Hubungan tokoh longgar karena banyak pelaku, selain itu hubungan peristiwa-peristiwa longgar seolah-olah peristiwa itu berdiri sendiri. Bila salah satu peristiwa hilang cerita pokoknya masih dapat dipahami. 4) Berdasarkan Kriteria Isi

a. Alur Peruntungan

Alur peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib atau peruntungan yang menimpa tokoh (utama) cerita yang bersangkutan.

b. Alur Tokohan

Alur tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. Alur tokohan lebih banyak menyoroti keadaan tokoh daripada kejadian-kejadian yang ada.

c. Alur pemikiran

Alur pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan dan perasaan.

2.5 Pemilihan Bahan Ajar Sastra di SMA

Pembelajaran sastra di sekolah merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan pokok pembelajaran sastra di sekolah adalah membina apresiasi anak didik yaitu membina agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati dan menghormati suatu cipta sastra (Jabrohim, 1994:158-160). Salah satu upaya untuk meningkatkan daya apresiasi siswa


(27)

terhadap karya sastra adalah dengan menghadapkan siswa secara langsung pada bentuk-bentuk karya sastra, misalnya drama.

Pembelajaran drama di Sekolah Menengah Atas (SMA) selayaknya penting karena didalamnya banyak mengandung nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Penilaian terhadap pengajaran drama terkadang disepelekan oleh kalangan awam padahal kemampuan penghayatan mereka terhadap sastra yang terlalu sempit. Mereka beralasan bahwa drama sebagai milik sekelompok masyarakat tertentu yang memahami arti suatu karya seni.

Sebagai seorang pengajar dalam menyampaikan materi mengenai sastra seorang guru seharusnya tidak hanya memberikan teori-teori tentang sastra tetapi juga memberikan hal-hal yang mengarah pada pembinaan apresiasi sastra yang mencakup adanya pemberian kesempatan untuk mencoba sendiri menciptakan sastra.

Hal itu harus diperhatikan guru karena mempelajari sastra dengan tepat dapat memberi manfaat bagi siswa seperti membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan sosial dan budaya, mengembangkan cipta dan karsa serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1993:16).

Pengapresiasian sastra bisa berupa menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam drama terutama mengenai penokohan. Melalui penokohan para siswa memperoleh pemahaman tentang bagaimana cara pengarang menyampaikan tindak-tanduk, sikap, penilaian, tokoh cerita atas konflik yang


(28)

dihadapinya hingga menampilkan citra tokoh tersebut sehingga siswa sebagai pembaca akan memperoleh suatu pelajaran yang berharga dalam menyikapi kehidupan sehari-hari. Guru diharapkan mampu memilih naskah drama yang sesuai dan mendukung proses pengapresiasian tersebut demi tercapainya tujuan pembelajaran sastra di sekolah.

Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis kelayakan naskah drama Dapur karya Fitri Yani sebagai bahan ajar sastra ditinjau dari tiga aspek, yaitu (1) aspek kurikulum, (2) aspek kesastraan dan (3) aspek pendidikan karakter. 2.5.1 Aspek Kurikulum

Pada praktiknya dalam memilih bahan pembelajaran, penentuan jenis dan kandungan materi sepenuhnya terletak di tangan guru namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam memilihnya berkaitan dengan pembinaan apresiasi siswa yang salah satunya adalah pemilihan naskah drama sebagai bahan ajar. Di dalam proses pemilihan itu sendiri ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebagai tolok ukur kelayakannya terutama kesesuaiannya dengan kurikulum yang berlaku saat ini.

Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara otomatis dalam proses pemilihan bahan ajar sastra harus disesuaikan dengan KTSP. Hal ini berarti bahwa kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran harus sesuai dengan standar isi yang tercantum dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Standar isi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini mencakup ruang lingkup materi dan tingkat


(29)

kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan yang tertuang dalam silabus pembelajaran (Mulyasa, 2009:21). Berdasarkan hal tersebut, materi

pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan pada siswa hendaknya berisi materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Artinya, pemilihan bahan ajar harus mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.

Pada silabus KTSP SMA program pembelajaran Bahasa Indonesia yang terkait dengan analisis penokohan dan alur terdapat pada kelas XII semester kedua dengan standar kompetensi memahami pembacaan teks drama pada poin kompetensi dasar (13.1) yakni menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama yang didengar melalui pembacaan. Pada silabus ini siswa diharap mampu menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama meliputi penokohan, alur, latar, tema dan amanat.

2.5.2 Aspek Sastra

Pada prinsipnya pembelajaran sastra yang disajikan kepada para siswa harus sesuai dengan kemampuannya pada suatu tahapan pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran itu sendiri adalah menuntut anak didik untuk dapat memahami, menangkap makna dan mengambil nilai-nilai positif pada suatu karya sastra yang diajarkan, yakni drama.

Beberapa aspek perlu dipertimbangkan agar dapat memilih bahan

pembelajaran berupa naskah drama dengan tepat. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan untuk dijadikan bahan pembelajaran, yaitu: aspek bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang budaya (Rahmanto, 2005:27).


(30)

a. Aspek kebahasaan

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas melainkan juga ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang.

Penguasaan suatu bahasa tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang tampak jelas pada setiap individu. Guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pembelajaran sastra yang

bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa agar pembelajaran sastra dapat lebih berhasil.

Dalam segi kebahasaan pemilihan bahan pembelajaran sastra harus memiliki kriteria-kriteria tertentu yaitu harus sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa, harus diperhitungkan kosa kata yang baru, memperhatikan segi

ketatabahasaan serta cara pengarang menuangkan ide-idenya dalam wacana itu sehingga pembaca dapat memahami kata-kata kiasan yang digunakan. b. Aspek psikologis

Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju kedewasaan melewati tahap-tahap yang dapat dipelajari. Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap ini harus diperhatikan. Tahap perkembangan psikologis anak sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap ini pun berpengaruh terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama dan kemungkinan memahami situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Ada empat tahap


(31)

perkembangan psikologis yang penting diperhatikan oleh guru untuk memahami psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah (Rahmanto, 1993:30). Empat tahap perkembangan psikologis tersebut adalah sebagai berikut.

a) Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak-anak belum banyak diisi dengan hal-hal yang nyata tetapi masih penuh dengan fantasi kekanak-kanakan. b) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Anak mulai meninggalkan fantasi dan berpikir mengarah ke realitas. Meski pandangan ke dunia ini masih sangat sederhana. Anak-anak mulai menyenangi cerita kepahlawanan, petualangan bahkan kejahatan.

c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Pada tahap ini anak mulai terlepas dari dunia fantasi. Mereka sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

d) Tahap generalisasi (16 tahun ke atas)

Pada tahap ini anak mulai tidak lagi hanya berminat pada hal-hal yang praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena yang ada. Mereka berusaha

menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu dan terkadang mengarah kepada pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral.

Karya sastra dipilih untuk diajarkan hendaknya sesuai dengan tahap psikologis pada umumnya dalam suatu kelas. Usia anak SMA berada


(32)

antara tahap realistik dan generalisasi. Tentu saja tidak semua siswa dalam satu kelas mempunyai tahap psikologis yang sama. Walaupun demikian guru harus berusaha untuk menyajikan karya sastra yang setidak-tidaknya secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa dalam kelas itu.

c. Aspek latar belakang budaya

Aspek latar belakang budaya meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungan geografi, seni, olahraga, legenda, moral dan etika. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra yang berlatar belakang budaya yang erat dengan kehidupan mereka. Karya sastra yang disajikan hendaknya tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki para siswa. Banyak hal tuntutan semacam ini baik tuntutan itu mencerminkan adanya kesadaran bahwa karya sastra hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat berhubungan dengan kehidupan siswa. Selain itu, pemahaman terhadap budaya sendiri mutlak dilakukan sebelum kita mengenal dan memahami budaya luar (Rahmanto, 1993: 32).

2.5.3 Aspek Pendidikan Karakter

Karya sastra (drama) yang akan digunakan sebagai bahan ajar hendakanya melalui proses pemilihan. Perkembangan drama banyak menunjukkan peningkatan dari segi kuantitatif dan segi kualitatif dengan beragam tema yang diangkat. Guru memegang peranan penting dalam pemilihan bahan ajar (drama), oleh karena itu dalam memilih bahan ajar harus memperhatikan


(33)

beberapa hal, yakni dari segi diksi, latar belakang budaya dan perkembangan psikologi siswa SMA. Selain itu, materi yang diajarkan harus mampu

memberikan pembelajaran dan pengalaman yang bermanfaat bagi peserta didik. sehingga pembelajaran sastra tidak hanya membentuk kecerdasan peserta didik dalam mengapresiasi sastra akan tetapi juga membentuk siswa yang berkarakter.

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan

kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan mengambangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Aqib, 2011:40).

Tercapainya tujuan dibuatnya undang-undang tersebut sangat erat

hubungannya dengan tugas guru sebagai pendidik. Seorang guru membantu para peserta didik agar membentuk karakter dalam dirinya yang

mempersyaratkan adanya pendidikan moral dan pendidikan nilai. Sejak tahun 2010, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan, baik sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan


(34)

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan terwujud insan kamil (Aunillah, 2011:18).

Dunia pendidikan dinilai hanya mampu melahirkan lulusan-lulusan dengan tingkat intelektualitas yang memadai. Kurikulum pendidikan sekarang ini hamper tidak memberi porsi penanaman empati, rasa dan pengolahan hati di kalangan siswa. Semua cenderung mementingkan akademik (Kompas, 28 September 2012). Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas tetapi penakut dan mentalnya lemah serta berprilaku tidak terpuji

(http://maretarda.blogspot.com/2011/11/pentingkah-pendidikan-berkarakter.html?m=1 diakses pada 4 Oktober 2012).

Pada hakikatnya pendidikan dilaksanakan bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai melainkan memberikan pengarahan kepada peserta didik agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai dengan kaidah-kaidah dan spirit keilmuan yang dipelajarai (Syafinuddin dalam Aunillah, 2011:10). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan dilaksanakan tidak hanya untuk melahirkan generasi-generasi cerdas namun sekaligus generasi yang berbudi luhur yang merupakan cerminan dari kecerdasan itu sendiri. Untuk itu pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk membentuk kepribadian dan watak peserta didik hingga menjadi pribadi yang bermoral.

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang mengandung komponen pengetahuan,


(35)

kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa sehingga akan terwujud insan kamil (Aunillah, 2011:18). Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan oleh guru yang mampu menstimulus karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik agar memiliki budi pekerti luhur. Pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral atau akhlak. Dalam penerapan pendidikan karakter faktor yang harus dijadikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik.

Seseorang dianggap memiliki karakter baik apabila ia mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu

mewujudkan potensi itu dalam sikap dan tingkah lakunya. Adapun ciri yang dapat dicermati pada seseorang yang mampu memanfaatkan potensi dirinya adalah terpupuknya sikap-sikap terpuji, seperti jujur, percaya diri, bersikap kritis, analitis, peduli, kreatif-inovatif, mandiri, bertanggung jawab, sabar, berhati-hati, tegas, rela berkorban, berani, rendah hati, bekerja keras, disiplin, mampu mengendalikan diri, sportif, tekun, ulet, berhati lembut. Para peserta didik yang disebut berkarakter baik adalah mereka yang selalu berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan dengan mengoptimalkan potensi

(pengetahuan) dirinya disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasi (perasaan) (Aunillah, 2011:21).


(36)

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, secara garis besar karya sastra (drama) yang hendak dijadikan bahan ajar bagi peserta didik hendaknya berisikan pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang harus

dipelajari siswa. Dalam hal ini peran guru SMA dalam pemilihan bahan ajar sastra akan menentukan pencapaian keberhasilan siswa. Keberhasilan yang dimaksud bukan hanya keberhasilan membentuk kecerdasan peserta didik dalam mengapresiasi sastra akan tetapi juga membentuk karakter/watak peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral. Kejelian guru dalam memilih naskah drama yang akan dijadikan bahan ajar sastra sangatlah dibutuhkan.

Naskah drama Dapur ini diharapkan dapat menggugah semangat dan memotivasi siswa melalui penokohannya. Melalui penokohan ini, siswa diharapkan dapat meneladani ciri-ciri tokoh yang bernilai moral baik (positif) dan tidak mengikuti watak tokoh yang bernilai moral tidak baik (negatif) yang digambarkan melalui sikap dan tingkah laku tokoh dalam berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya maupun dalam menghadapai masalah dalam kehidupannya. Begitu pula dengan pengaluran dalam naskah drama. Melalui pengaluran naskah drama, para siswa dapat memperoleh pemahaman tentang alur yang baik yang dipakai pengarang untuk menceritakan isi dari drama tersebut. Alur yang baik adalah alur yang memiliki kausallitas sesama peristiwa yang ada di dalam naskah.


(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1996:73). Penelitian secara kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka melainkan

mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris (Semi, 1993:23).

Metode deskriptif kualitatif akan dipakai peneliti dalam memberikan gambaran yang objektif tentang keadaan yang sebenarnya serta diperkuat dengan interpretasi tentang penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA).

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Dapur karya Fitri Yani yang ditulis pada tahun 2009. Data pada penelitian ini adalah berupa dialog-dialog pada naskah drama Dapur karya Fitri Yani.


(38)

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis teks. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan dalam menganalisis penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani adalah sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan dialog naskah drama Dapur karya Fitri Yani 2. Mengidentifikasi tokoh berdasarkan kedudukannya meliputi penamaan,

pemeranan, keadaan fisik, keadaan sosial dan karakter. Penamaan

Pemeranan

TOKOH Keadaan Fisik

Keadaan Sosial Karakter

3. Mengidentifikasi alur berdasarkan alur yang teori yang digunakan. Eksposisi

Konflik

ALUR Komplikasi

Klimaks Resolusi

4. Menentukan kelayakan naskah drama Dapur karya Fitri Yani

berdasarkan kriteria yang digunakan meliputi tiga aspek, yaitu aspek kurikulum, aspek kesastraan danaspek latar belakang budaya.

5. Menyimpulkan hasil ini layak atau tidak untuk dijadikan alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).


(39)

V.SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani tergolong ke dalam dua jenis tokoh. 1. Tokoh Udin, Romlah,Nurlela dan Pak RT tergolong tokoh datar,

sedangkan Mak danBapak tergolong tokoh bulat.

2. Alur dalam naskah drama Dapur disimpulkan memakai alur kronologis. 3. Naskah drama Dapur karya Fitri Yani dapat dijadikan alternative bahan

ajar sastra berdasarkan tiga kriteria pemilihan bahan ajar sebagaimana dibuktikan dalam pembahasan.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan, dapat diberikan saran sebagi berikut. 5.2.1 Saran Teoretis

Berdasarkan keseluruhan bahasan, peneliti mengajukan saran kepada calon peneliti yang akan menelaah naskah drama Dapur karya Fitri Yani agar meneliti drama tersebut ditinjau dari jenis tokoh lain selain tokoh bulat dan tokoh datar. Sebab berdasarkan teori penokohan masih terdapat jenis tokoh lain, seperti tokoh sederhana dan tokoh kompleks.


(40)

5.2.2 Saran Praktis

Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA dapat memanfaatkan naskah drama Dapur karya Fitri Yani sebagai alternatif bahan ajar , secara khusus guru dapat memanfaatkan naskah drama Dapur untuk pembelajaran (a) penokohan tokoh bulat dan datar dalam drama ; dan (b) alur kronologis dalam drama.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : CV Sinar Baru. Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Atar, Semi. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.

Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.

Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA. Jakarta : Depdikbud.

Dewojati. 2010. Drama : Teori, Sejarah dan Perkembangannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Hasanuddin. 1996. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung : Angkasa. Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Mulyasa, H. E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari dan Martini Mimi. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nurgiantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada. Rahmanto, Bernandus. 1993. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta : Media Pressindo.

Tambajong, Japi. 1981. Dasar-Dasar Drama Turgi. Bandung : CV Pustaka Prima.

Waluyo, Herman. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : Media Indonesia.


(42)

http://felencia.multiply.com/journal/item/8?show_interstitial=1&u=%2journal%2 item(1) diakses pada 4 Oktober 2012.

http://m.antaranews.com/berita/275648/mengapa-koki-lebih-banyak-laki-laki diakses pada 8 Oktober 2012.

http://savira-r-p-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-48871-umum-feminisme.htmldiakses pada 10 Oktober 2012.


(43)

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(Al-Insyirah94 : 5-6)

“BilaAndaberpikirAndabisa,makaAndabenar. BilaAndaberpikirAndatidakbisa, Anda pun benar… karenaituketikaseseorangberpikirtidakbisa,

makasesungguhnyadiatelahmembuangkesempatanuntukmenjadibisa.” (Henry Ford)


(44)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah Swt, peneliti persembahkan sebuah karyaku ini kepada orang-orang terkasihku berikut ini.

1. Orang tuaku tercinta Bapak MamanSudirman dan Ibu RahayuAzis Fatimah yang tidak pernah henti memberikan doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan, perhatian, nasihat, dukungan dan semangat selama ini kepada peneliti.

2. SuamikuterkasihAdiGayuhKartiko, S.T., yang telahmendukung, memberisemangat,

pengertian, pengorbanandankasihsayangkepadapeneliti.

3. KeduabuahhatikuCliantaAdianNingrumdanClarintaAdianFarhaa yang

telahmembuatpenelititerusbersemangatuntukmenyelesaikanskripsiini. 4. Kakakdanadik-adikkuFitriaHidayati, GithaMaryanaPutri,

GhufronnyRezaldhydanAzizahRamadhani.

5. Seluruh keluarga besarku, terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangyang selalu kalian curahkan selama ini kepada peneliti.


(45)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

HALAMAN JUDUL ……… iii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iv

SURAT PERNYATAAN ………. v

RIWAYAT HIDUP ……… vi

MOTTO ……… vii

PERSEMBAHAN ……… viii

SANWACANA …… ……… ix

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ……… xiv

DAFTAR GAMBAR ……… xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2Rumusan Masalah ……… 8

1.3Tujuan Penelitian ……… 8

1.4Manfaat Hasil Penelitian ……… 8

a.Manfaat Teoretis ……… 8

b.Manfaat Praktis………. 9

1.5Ruang Lingkup Penelitian……… 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1Drama … ……… 10

2.2Dialog ……… 12

2.3Penokohan ………. 13

2.4Alur ……… 16

2.4.1 Kaidah Pengaluran ……… 17

2.4.2 Penahapan Alur ……… 19

2.4.3 Pembedaan Alur ……… 20

2.5Pemilihan Bahan Ajar Sastra di SMA ……… 22

2.5.1 Aspek Kurikulum……… 24

2.5.2 Aspek Kesastraan……… 25


(46)

3.2Sumber Data ……… 33

3.3Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ………. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ………. 35

4.2Pembahasan ……… 35

4.2.1 Penokohan ……… 36

1. Penamaan ……… 36

2. Pemeranan ……… 37

3. Keadaan Fisik……… 48

4. Keadaan Sosial ………. 56

5. Karakter ……… 69

4.2.2 Alur……… 77

1. Eksposisi……… 79

2. Konflik ………. 80

3. Komplikasi……… 81

4. Klimaks ……… 85

5. Resolusi ……… 87

4.2.3 Kelayakan Naskah Drama Dapur Karya Fiti Yani sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA……… 87

1. Aspek Kurikulum ……… 88

2. Aspek Kesastraan ……… 91

3. Aspek Pendidikan Karakter ……… 97

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 3.1Simpulan ……… 108

3.2Saran ……… 111 DAFTAR PUSTAKA


(47)

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Data Pemeranan dalam Naskah Drama Dapur karya Fitri Yani …… 37

4.2 Data Keadaan Fisik dalam Naskah Drama Dapur karya Fitri Yani…. 48

4.3 Data Keadaan Sosial dalam Naskah Drama Dapur karya Fitri Yani… 56

4.4 Data Karakter/Watak dalam Naskah Drama Dapur karya Fitri Yani... 70

4.5 Data Kelayakan sebagai Bahan Ajar Sastra dalam Naskah Drama


(48)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Perkembangan Alur dan Watak ……… 77


(49)

Peneliti dilahirkan di GunungBatin, Lampung Tengahpada tanggal 9Januari

1988puterikeduadariMaman Sudirman dan Rahayu Aziz Fatimah. Pendidikan yang telah peneliti tempuh, yakni: Taman Kanak-Kanak (TK) Yayasan Gunung Madu Lampung Tengah pada tahun 1992 dan selesai pada tahun 1994. Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Gunung Madu Lampung Tengah pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 1999. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satya Dharma Sudjana Gunung Madu pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2003. Sekolah

Menengah Umum (SMU) Negeri 01 Terbanggi Besar pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2005. Pada tahun 2005, peneliti diterima sebagai mahasiswa jurusanpendidikanBahasadanSeni , program studi pendidikanBahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung (Unila) melalui jalur SPMB (SeleksiPenerimaanMahasiswaBaru). Pada tahun 2006, semestertigapeneliti telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Bali-Malang-Yogyakarta. Pada semester enam peneliti telah melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK2 Mei Bandarlampung pada bulan Juli-September 2008.


(50)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, peneliti mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. Skripsi dengan judul PenokohandanAlurdalamNaskah Drama

DapurKaryaFitriYanidanKelayakannyasebagaiBahan Ajar Sastra di SMA adalah salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku pembimbing utama atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku pembimbing kedua atas kesediaan

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku penguji utama pada ujian skripsi, terima kasih

atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu.

4. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung.


(51)

kasih atas semua bimbingannya selama peneliti menjadi mahasiswa.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, terima

kasih atas ilmu yang berguna yang telah kalian berikan kepada peneliti.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Maman Sudirman dan Ibu Rahayu Azis

Fatimah, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan, perhatian, nasihat, dukungan dan semangatyang selalu kalian berikan selama ini kepada peneliti dan merupakan anugerah terindah sepanjang masa bisa menjadi bagian dalam hidup kalian.

9. Suamiku tercinta Adi Gayuh Kartiko, S.T., terima kasih atas kasih sayang, dukungan,

pengorbanannya, pengertiannya dan semangatyang diberikan selama ini kepada peneliti.

10. KeduabuahhatikuCliantaAdianNingrumdanClarintaAdianFarhaa yang

telahmembuatpenelititerusbersemangatuntukmenyelesaikanskripsiini.

11. Kakakdanadik-adikkuFitriaHidayati, GithaMaryanaPutri,

GhufronnyRezaldhydanAzizahRamadhani.

12. Seluruh keluarga besarku, terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangyang

selalu kalian curahkan selama ini kepada peneliti.

13. SaudariFitriYani, selakupengarangnaskah drama Dapur yang

menjadiobjekpenelitianpeneliti, terima kasih ataskerjasama dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

14. Sahabat-sahabatku tersayang Lia Dewi Hapsari, S.Pd., Dian Mustika Sari, S.Pd.,

Ellia Safitri, S.Pd., terima kasih atas semangatnya dan bantuannya selama ini kepada peneliti.


(52)

16. Adik-adiktingkatangkatan 2006, 2007, 2008 yang

tidakmungkinpenelitisebutkansatupersatu, terimakasihataskebersamaan kalian jugaselamaini.

17. Almamater tercinta Universitas Lampung.

18. Serta semua pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Semoga Allah Swtmemberikan berkah, rahmat dan hidayah-Nya serta kemuliaan atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 7 November2012 Peneliti,


(1)

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Data Pemeranan dalam Naskah Drama

Dapur

karya Fitri Yani …… 37

4.2 Data Keadaan Fisik dalam Naskah Drama

Dapur

karya Fitri Yani…. 48

4.3 Data Keadaan Sosial dalam Naskah Drama

Dapur

karya Fitri Yani… 56

4.4 Data Karakter/Watak dalam Naskah Drama

Dapur

karya Fitri Yani... 70

4.5 Data Kelayakan sebagai Bahan Ajar Sastra dalam Naskah Drama


(2)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Perkembangan Alur dan Watak ……… 77


(3)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di GunungBatin, Lampung Tengahpada tanggal 9Januari

1988puterikeduadariMaman Sudirman dan Rahayu Aziz Fatimah. Pendidikan yang telah peneliti

tempuh, yakni: Taman Kanak-Kanak (TK) Yayasan Gunung Madu Lampung Tengah pada tahun

1992 dan selesai pada tahun 1994. Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Gunung Madu Lampung

Tengah pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 1999. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satya

Dharma Sudjana Gunung Madu pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2003. Sekolah

Menengah Umum (SMU) Negeri 01 Terbanggi Besar pada tahun 2003 dan selesai pada tahun

2005. Pada tahun 2005, peneliti diterima sebagai mahasiswa jurusanpendidikanBahasadanSeni ,

program studi pendidikanBahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP), Universitas Lampung (Unila) melalui jalur SPMB (SeleksiPenerimaanMahasiswaBaru).

Pada tahun 2006, semestertigapeneliti telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di

Bali-Malang-Yogyakarta. Pada semester enam peneliti telah melaksanakan Praktik Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMK2 Mei Bandarlampung pada bulan Juli-September 2008.


(4)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, peneliti mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Solawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw.

Skripsi dengan judul PenokohandanAlurdalamNaskah Drama

DapurKaryaFitriYanidanKelayakannyasebagaiBahan Ajar Sastra di SMA adalah

salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada

1.

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku pembimbing utama atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2.

Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku pembimbing kedua atas kesediaan

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3.

Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku penguji utama pada ujian skripsi, terima kasih

atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu.

4.

Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung.


(5)

6.

Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd.,selaku Pembimbing Akademik, terima

kasih atas semua bimbingannya selama peneliti menjadi mahasiswa.

7.

Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, terima

kasih atas ilmu yang berguna yang telah kalian berikan kepada peneliti.

8.

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Maman Sudirman dan Ibu Rahayu Azis

Fatimah, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan, perhatian,

nasihat, dukungan dan semangatyang selalu kalian berikan selama ini kepada

peneliti dan merupakan anugerah terindah sepanjang masa bisa menjadi bagian

dalam hidup kalian.

9.

Suamiku tercinta Adi Gayuh Kartiko, S.T., terima kasih atas kasih sayang, dukungan,

pengorbanannya, pengertiannya dan semangatyang diberikan selama ini kepada

peneliti.

10.

KeduabuahhatikuCliantaAdianNingrumdanClarintaAdianFarhaa yang

telahmembuatpenelititerusbersemangatuntukmenyelesaikanskripsiini.

11.

Kakakdanadik-adikkuFitriaHidayati, GithaMaryanaPutri,

GhufronnyRezaldhydanAzizahRamadhani.

12.

Seluruh keluarga besarku, terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangyang

selalu kalian curahkan selama ini kepada peneliti.

13.

SaudariFitriYani, selakupengarangnaskah drama Dapur yang

menjadiobjekpenelitianpeneliti, terima kasih ataskerjasama dan bantuan yang

telah diberikan kepada peneliti.

14.

Sahabat-sahabatku tersayang Lia Dewi Hapsari, S.Pd., Dian Mustika Sari, S.Pd.,

Ellia Safitri, S.Pd., terima kasih atas semangatnya dan bantuannya selama ini

kepada peneliti.


(6)

15.

Teman-teman angkatan 2005 yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu persatu,

terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.

16.

Adik-adiktingkatangkatan 2006, 2007, 2008 yang

tidakmungkinpenelitisebutkansatupersatu, terimakasihataskebersamaan kalian

jugaselamaini.

17.

Almamater tercinta Universitas Lampung.

18.

Serta semua pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Semoga Allah Swtmemberikan berkah, rahmat dan hidayah-Nya serta kemuliaan atas

kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Akhir kata, peneliti menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi

yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 7 November2012

Peneliti,


Dokumen yang terkait

CIRI-CIRI KAPITALISTIK PADA NOVEL TANAH TABU KARYA ANINDITA S. THAYF DAN KELAYAKANNYA TERHADAP BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

2 11 12

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

9 150 151

KONFLIK DALAM NOVEL DAUN PUN BERZIKIR KARYA TAUFIQURRAHMAN AL AZIZY DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

14 140 51

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

3 47 21

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

29 612 37

CITRA PEREMPUAN DALAM ROMAN GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

4 46 54

GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

23 172 81

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

4 20 51

NASKAH DRAMA SENJA DENGAN DUA KELELAWAR KARYA KRIDJOMULYO: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

0 2 18

Kajian Psikologi Sastra pada Naskah Drama Senja dengan Dua Kelelawar Karya Kridjomulyo dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Apresiasi Drama pada Sekolah Menengah Atas - UNS Institutional Repository

0 6 15