Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

commit to user 20

D. Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai ”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksik an barang dan jasa di masa depan” Sadono Sukirno, 2000: 366. Menurut Boediono 1992 investasi adalah pengeluaran oleh sector produsen swasta untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik Dornbusch Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro 1981 adalah: 1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia; 2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya; 3. Kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk output dan pendapatan di kemudian hari. Membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ” capital for mation” untuk mencapai tingkat commit to user 21 produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif. Sadono Sukirno 2000 menyatakan kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni 1 investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; 2 pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; 3 investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Suryana 2000 menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut: 1 Kecilnya jumlah mutlak kapita material, 2 Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk, 3 Rendahnya investasi netto. Keterbatasan tersebut mengakibatkan negara-negara berkembang mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masih potensial. Peningkatkan produktivitas diperlukan untuk mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan, hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan vicious circle yang berpendapat bahwa: 1 commit to user 22 ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup, 2 kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal, 3 taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah; tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di negara berkembang. Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah Arsyad, 1997. Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa: 1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh full employment dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh. 2. Dalam perekonomian dua sektor Rumah Tangga dan Perusahaan berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada 3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original nol 4. Kecenderungan untuk menabung Marginal Propensity to Save = MPS besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output Capital Outpu Ratio= COR dan rasio penambahan modal-output Incremental Capital Output Ratio Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak commit to user 23 konstan, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi. Model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal eksternalitas positif dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer complementary investment dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik sarana infrastruktur atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung. Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA dan commit to user 24 Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan asing. Besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah, hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB. Korelasi hubungan positif antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi diuraikan secara sederhana namun jelas di dalam model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Investasi dan ICOR the incremental capital output ratio merupakan dua variabel fundamental, yang secara garis besar dapat dijelaskan seperti berikut ini. Investasi yang dimaksud adalah investasi neto , yang didefenisikan sebagai perubahanpenambahan stok barang modal, atau It = ΔKt ……………………………………………………………….. 2.1 = Kt – Kt-1 …………………………………………………………… 2.2 ICOR adalah kebalikan dari rasio pertumbuhan output terhadap pertumbuhan investasi, yang pada intinya menunjukkan hubungan antara penambahan stok barang modal dan pertumbuhan output, atau melihat seberapa besar peningkatan investasi yang diperlukan untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya target . Hubungan tersebut digambarkan dengan rumus sebagai berikut : Y = y.K ………………………………………………………………... 2.3 commit to user 25 1y = KY ………………………………………………………………….. 2.4 Dimana y = rasio output-kapital, dan 1y = rasio kapital-output COR. Dalam perkembangannya, pemakaian konsep COR mengalami modifikasi menjadi ICOR dengan rumus sebagai berikut : ICOR = ΔKY ΔYY ………………………………………………. 2.5 ICOR = IY ΔYY …………………………………………………. 2.6 Dimana sejak per definisi ΔK = I. Hasil-hasil studi kuantitatif yang telah dilakukan pada tahun 1990-an, misalnya Levine dan Renelt, 1992 dalam Tambunan, 2001 : 42 menemukan bukti adanya korelasi positif dan signifikan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi. Studi-studi lain yang memakai analisis fungsi produksi neo-klasik menemukan bahwa investasi, bukan progres teknologi, merupakan faktor utama dibalik pertumbuhan ekonomi yang cemerlang yang dialami negara-negara Asia Tenggara. Argumen utama dibalik hasil dari studi-studi ini adalah bahwa investasi menambah jumlah stok kapital per pekerja dan oleh karena itu menaikkan produktivitas. E. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan rujukan yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan referensi, antara lain : Devarajan, Swaroop dan Zou 1996 mengemukakan bahwa di 43 negara berkembang selama 20 tahun menunjukkan peningkatan pengeluaran rutin dan commit to user 26 mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sebaliknya pengeluaran pembangunan menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kweka dan Morrissey 2000, menunjukkan bahwa meningkatnya pengeluaran produktif investasi fisik ternyata memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanzania, sementara pengeluaran untuk konsumsi terutama konsumsi swasta berhubungan positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran publik untuk human capital tidak signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanzania. Hasil estimasi memperlihatkan bahwa pengeluaran investasi publik di Tanzania tidak produktif dan ini berlawanan dengan pendapat yang lebih luas, dimana pengeluaran konsumsi pemerintah Tanzania telah menurunkan pertumbuhan ekonomi. Parulian 2003, yang menggunakan sampel 62 negara 20 negara yang tergolong negara maju dan 42 negara sedang berkembang menemukan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengeluaran pemerintah tidak signifikan untuk 42 negara sedang berkembang, akan tetapi memberikan pengaruh yang signifikan untuk 20 negara maju. Sjoberg 2003 menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengeluaran pemerintah untuk konsumsi, investasi dan transfer dengan pertumbuhan ekonomi di Swedia selama kurun waktu 1960 – 2001.Investasi swasta, konsumsi swasta dan tingkat suku bunga memiliki tanda commit to user 27 yang sesuai dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Swedia untuk kurun waktu yang sama. Hanum 2004 yang menggunakan metode OLS Ordinary Least Square antara lain menemukan bahwa untuk variabel pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil ini secara tegas mendukung hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, ceteris paribus. Bustaman 2004 menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah Propinsi Riau tahun berjalan secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh pertumbuhan pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya. Pengeluaran pembangunan tahun berjalan secara signifikan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pembangunan tahun sebelumnya yang dilakukan oleh pemerintah Propinsi Riau. Hasil penelitian Nurlina 2004 menunjukkan bahwa semua variable bebas pengeluaran rutin, pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya, dan pengeluaran pembangunan dua tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi NAD. Sementara itu untuk pengeluaran pembangunan memiliki pengaruh yang negatif tetapi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi NAD selama kurun waktu penelitian. commit to user 28

F. Kerangka Pemikiran Studi

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Simalungun

15 147 84

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Karanganyar Tahun 1999-2014.

0 2 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Karanganyar Tahun 1991-2014.

0 2 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sragen Tahun 1999 - 2013.

0 2 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN WONOGIRI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Wonogiri.

0 2 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN WONOGIRI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Wonogiri.

0 3 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN GROBOGAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Grobogan Tahun 1984 – 2009.

0 0 13

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Ngawi a.sampul

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Melon di Kabupaten Ngawi COVER1

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1996-2010

0 0 96