4 Melihat latar belakang seperti diatas dan konsep Akuisisi Literasi
tersebut TK Al Azhar SyifaBudi mencoba menciptakan lingkungan dengan menggunakan salah satu pendekatan bahasa tulis dengan model
“A kuisisi literasi
” ini pada peserta didiknya melalui Buku Harian yang
kemudian diberi nama My Daily Book. Setiap hari peserta didik TK Al Azhar Syifa Budi mempunyai kegiatan yaitu mengisi My Daily Book. My
Daily Book adalah buku yang berisi coretan-coretan anak apakah itu berbentuk gambar, tulisan, angka, huruf ataupun apa saja yang disukai
anak. Dikerjakan sesuka hati anak, tidak ada unsur pemaksaan pada proses pengisian buku tersebut. Pihak sekolah hanya menyediakan
sumber belajar sebagai sarana penunjang bagi kegiatan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan karya ilmiah ini adalah 1.
Bagaimana implementasi My Daily Book sebagai modeling Akuisis Literasi di TK AL Azhar Syifa Budi Surabaya?
2. Bagaimana pengaruh My Daily Book terhadap penguatan budaya
literasi pada peserta didik di TK Al Azhar Syifa Budi Surabaya?
5
BAB II PEMBAHASAN DAN SOLUSI
A. Landasan teori
1. Pengertian Literasi
Secara sederhana literasi literacy biasa dipahami kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Literasi yang dalam bahasa
Inggrisnya literacy berasal dari bahasa Latin littera huruf yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan
konvensi-konvensi yang menyertainya. Menurut Teale dan Sulzby dalam Gipayana, 2010:9, konsep pengajaran literasi diartikan sebagai
kemampuan membaca dan menulis. Seseorang disebut literate apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas
yang menuntut fungsi literasi secara efektif dalam masyarakat dan pengetahuan yang dicapainya dengan membaca, menulis, dan arithmetic
memungkinkan untuk
dimanfaatkan bagi
dirinya sendiri
dan perkembangan masyarakat. Untuk melengkapi konsep mengenai literasi
menurut Cooper dan Baynham dalam Gipayana 2004: 2 bahwa disamping kemampuan baca-tulis, literasi meliputi juga kemampuan
berbicara, menyimak, dan berpikir sebagai elemen di dalamnya.
2. Pendidikan Anak Usia Dini
Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini adalah sebutan untuk anak yang berusia 3 hingga 6 tahun Patmonedowo, 2003. Sedangkan
menurut Undang-undang Sidiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang sia 0-6
tahun. Undang-Undang tersebut juga menjelaskan tentang Pendidikan anak
usia dini PAUD
yaitu jenjang
pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
6
3. Literasi pada anak usia dini
Literasi pada anak usia dini Menurut Cooper, 1993, Baynham, 1995 dalam Gipayana 2004 di samping kemampuan baca-tulis, literasi
meliputi juga kemampuan berbicara, menyimak, dan berpikir sebagai elemen di dalamnya. Menurut Schickedanz 2013 pentingnya mendeteksi
awal kemampuan literasi anak usia dini akan memberikan informasi terkait kesulitan membaca dan menulis. Hal senada dari penelitian Reese at.al
2000 ditemukan bahwa pengalaman anak berinteraksi dengan literasi sejak dini akan menyiapkan anak secara matang untuk mengikuti
pembelajaran di sekolah formal. Berkaitan dengan perkembangan literasi, ada satu penelitian yang
dilakukan oleh Marie Clay, tentang konsep literasi awal emergent literacy. Dalam penelitiannya Marie Clay menjelaskan konsep literasi awal
memiliki unsur-unsur sebagai berikut: a. Pengembangan literasi dimulai sebelum anak mulai belajar
formal di sekolah dasar. b. Membaca dan menulis berkembang berbarengan dan saling
berhubungan pada anak kecil tidak berlangsung secara berurutan. Literacy
mencakup kemampuan mendengar,
berbicara, membaca dan menulis. c. Fungsi literasi seperti mengetahui huruf-huruf untuk mengeja
kata, mengetahui kata memilki arti ditemukan sebagai bagian penting dari belajar bagaimana membaca dan menulis selama
selama usia awal anak. d. Anak-anak belajar mengenai bahasa tulisan pada saat mereka
secara aktif terlibat dengan anak remaja dalam situasi membaca dan menulis, mereka belajar menulis sendiri dan
mencontoh temannya dalam kegiatan literasi. e. Anak-anak melewati tahapan yang umum pengembangan
literasi dalam berbagai cara dan usia yang berbeda
4. Pengertian Akuisisi Literasi
7 Pengenalan baca tulis untuk anak usia dini harus didasarkan pada
konsep belajar bahasa secara alamiah akuisisi dan keterlibatan anak dengan tulisan nyata di sekitarnya dalam berbagai fungsinya literasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Musfiroh 2009: 27-28 tentang akuisisi literasi, dikatakan sebagai suatu model pengenalan bahasa tulis model
pemerolehan akuisisi berdasarkan pada capaian anak melalui kegiatan bermain dan bersifat informal fungsional dengan sumber media yang
nyata, fonik dan kata yang utuh, menggunakan metode atau kegiatan lain, mengaktifkan pusat-pusat dan evaluasi otentik informal.
Model akuisisi literasi ini dirancang dengan dua pendekatan utama linear dan whole language, mengembangkan 7 simulasi bahasa tulis dan
mengembangkan beberapa temuan peneliti. Cara-cara tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa anak-anak belajar bahasa secara otentik,
holistik dan bertujuan. Simulasi bahasa tulis ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berdasarkan pemerolehan bahasa anak
Guru melakukan pengamatan tahap pemerolehan membaca dan menulis dalam table pemerolehan kata.
b. Dikembangkan dari proses belajar melalui bermain
Guru merancang program-program bermain yang merangsang anak untuk mengenal, menyukai dan terlibat dengan tulisan.
c. Bersifat informal
Stimulasi bahasa tulis diselenggarakan di berbagai kesempatan dan tidak bersifat formal. Tidak ada target belajar dalam setiap
kegiatan karena anak memiliki karakteristik belajar yang berbeda. Anak terlibat dalam penentuan materi, boleh memilih
apa yan mereka tahu dan elaborasi. d.
Didasarkan pada symbol sebagai alat berbahasa tulis Tulisan dikembangkan sebagai alat untuk menyampaikan
pesan Anak didorong untuk menyampaikan idenya melalui bahasa tulis sesuai dengan kemampuannya
e. Sumber riil pajangan lapangan
8 Pendidik menciptakan lingkungan yang kaya dengan tulisan
yang menarik dan dibutuhkan anak, label, judul, benda-benda bertulis yang ditemui dan digunakan sehari-hari.
f. Optimalkan pusat dan area
Pendidik mengoptimalkan pusat-pusat area seperti pusat bahasa, pusat seni, pusat kebudayaan, Selain itu pendidik juga
menyediakan DVD VCD dan player, tape recorder, kaset- kaset, buku cerita bergambar, kartu gambar.
g. Penyatuan linear dan whole language
Model menggunakan kalimat atau kata secara utuh dan huruf lepas untuk membentuk kata atau kalimat
h. Integrasi dengan metode lain
Bahasa tulis perlu diitegrasikan dengan ketrampilan motorik halus seperti menggambar karena menulis terkait dengan
motorik halus dan dipandang sebagai kelanjutan menggambar pada awal-awalnya. Selain itu bahasa tulis baik sebagai
bahasa produktif maupun reseptif perlu dikaitkan langsung dengan bahasa lisan, selain brainstorming, bermain peran dan
bercerita dengan buku serta berintegrasi dengan bentuk-bentuk interaksi social terutama berkerjasama anatar individu maupun
kelompok, akomodasi antar individu dan kelompok. i.
Evaluasi bersifat formal autentik Kegiatan membaca dan menulis dipandang sejajar dengan
kegiatan berbicara dan menyimak pada anak-anak. Evaluasi kegiatan tidak dapat dipandang melalui tes, tetapi melalui
observasi dokumentasi, dan cara-cara lain yang alami.
B. Pelaksanaan My Daily Book