3
rendah sebesar Rp. 20.000,- per hari dibandingkan dengan tarif askes sebesar Rp. 60.000,- per hari rawat inap tingkat pertama.
Dengan mengetahui biaya satuan, kemampuan dan kemauan membayar masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka rumah sakit dapat meningkatkan upaya pemerataan dengan mengatur
besaran subsidi dan sasaran yang akan mendapatkan subsidi. Bila kelompok pengguna terdapat kelompok relatif mampu, rumah sakit dapat mencoba mengembangkan mekanisme subsidi silang.
Peningkatan pendapatan dari kelompok pengguna yang mampu kelas VIP dapat dimanfaatkan untuk subsidi silang kelompok yang tidak mampu kelas III, karena tarif kelas VIP dapat dinaikkan sebagai
upaya dalam meningkatkan profit rumah sakit tanpa mengabaikan fungsi sosio ekonomi rumah sakit Trisnantoro, 2009.
Penetapan tarif dalam konteks rumah sakit pemerintah adalah sebagai alat untuk menghitung subsidi maupun anggaran yang harus disediakan oleh Pemerintah demi pelayanan yang terjangkau dan
bermutu di rumah sakit dan sebagai pengemban misi sosial bagi rumah sakit yang diharapkan bisa berkesinambungan memberikan pelayanan secara gratis dan bermutu kepada pasien miskin
Suryandrizal, 2006. Namun fokus penelitian ini diarahkan secara khusus pada biaya satuan, kemampuan membayar dan kemauan membayar pasien masing-masing kelas perawatan pada Instalasi
Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1 mengestimasi besaran kemauan
membayar pasien rawat inap di kelas VIP, kelas I, kelas II dan kelas III; 2 mengestimasi seberapa besar kemampuan membayar pasien rawat inap di kelas VIP, kelas I, kelas II dan kelas III; 3
menghitung besaran biaya satuan pelayanan kesehatan rawat inap di kelas VIP, kelas I, kelas II dan kelas III.
II. Kajian Literatur
Teori Permintaan terhadap Pelayanan Kesehatan
Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup mengembangkan keturunan, sehingga timbul keinginan yang bersumber dari
kebutuhan hidup manusia. Demand untuk menjadi sehat tidak sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih
tinggi akan status kesehatannya Trisnantoro, 2009. Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan merupakan suatu input dalam
menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang menghasilkan kesehatan. Demand
terhadap pelayanan kesehatan tergantung terhadap demand akan kesehatan. Grossman 1972, menggunakan teori modal manusia human capital untuk menggambarkan
demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan
4
dan kesehatan. Menurut Fuchs 1998, Zubkoff 1981, faktor-faktor dibawah ini, mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan antara lain kebutuhan berbasis fisiologis, penilaian pribadi akan
status kesehatan, variabel-variabel ekonomi, penghasilan masyarakat, asuransi kesehatan dan jaminan
kesehatan, variabel demografis dan umur, jenis kelamin, pendidikan, faktor-faktor lain. Teori Utilitas dan Pilihan
Dalam ilmu ekonomi, teori pilihan theory of choice selalu dimulai dengan menjelaskan preferensi seseorang. Preferensi tersebut meliputi pilihan mulai dari yang bersifat sederhana sampai
dengan yang bersifat kompleks yang semuanya berusaha menjelaskan bagaimana orang dapat menikmati segala yang dilakukannya. Preferensi sendiri memiliki dua sifat dasar yaitu preferensi yang
lengkap complete preference dan transitivitas dari preferensi. Complete preference mengasumsikan bahwa para individu mampu menyatakan apa yang diinginkannya dari antara dua pilihan. Sedangkan
transitivitas preferensi adalah sebuah logika dimana jika A lebih diinginkan dari B, dan B lebih diinginkan dari C maka A harus lebih diinginkan dari C Nicholson, 2002.
Para ekonom menjelaskan model preferensi menggunakan konsep utilitasnilai manfaat utility yang diartikan sebagai kepuasan atau kesenangan yang diterima seseorang akibat aktivitas
ekonomi yang dilakukannya. Banyak analisis ekonomi menggunakan asumsi ceteris paribus yaitu mengasumsikan bahwa semua faktor diluar yang difokuskan adalah konstan, hanya yang sedang
dipelajari saja yang berubah. Selain itu ekonom juga kebanyakan berpendapat bahwa setiap orang tahu pikiran mereka sendiri dan akan membuat pilihan yang konsisten dengan preferensi mereka.
Pengertian Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya Kemenkes, 2009.
Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
N omor
340MENKESPERIII2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit menyatakan bahwa Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi Rumah sakit umum kelas A, Rumah sakit umum kelas B, Rumah sakit umum kelas C dan Rumah sakit umum
kelas D.
Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau
pelayanan medik lainnya Kemenkes, 1997. Rawat inap Soerapto, 1985 adalah kegiatan penderita
5
yang berkunjung ke rumah sakit untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berlangsung selama lebih kurang 24 jam.
Kemampuan Membayar
Ability To Pay ATP adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Dua batasan ATP yang dapat digunakan
sebagai berikut a ATP 1 adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan 5 dari pengeluaran pangan non esensial dan non makanan. Batasan ini didasarkan bahwa pengeluaran untuk
non makanan dapat diarahkan untuk keperluan lain, termasuk untuk kesehatan b ATP 2 adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan jumlah pengeluaran untuk konsumsi alkohol,
tembakau, sirih, pestaupacara. Batasan ini didasarkan kepada pengeluaran yang sebenarnya dapat digunakan secara lebih efesien dan efektif untuk kesehatan. Misalnya dengan mengurangi pengeluaran
alkoholtembakausirih untuk kesehatan Adisasmita, 2008.
Kemauan Membayar
Willingness to pay WTP, yaitu besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk kesehatan. Data pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan didalam data susenas dapat digunakan
sebagai proksi terhadap WTP. Faktor–faktor yang mempengaruhi WTP, yaitu pendapatan, pengetahuan mengenai tarif dan persepsi serta penilaian tentang pelayanan yang diterima pasien
Gafni, 1991.
Konsep Biaya
Biaya adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan dipakai untuk meghasilkan suatu produk atau output, atau untuk mengkonsumsi suatu produk atau output. Dengan demikian biaya bisa
berbentuk uang, barang, waktu atau kesempatan yang dikorbankan. Kesempatan yang dikorbankan disebut juga opportunity cost Samuelson, 2004. Berdasarkan jenisnya maka biaya dapat
dikelompokkan sebagai berikut a Biaya tetap, biaya variabel dan biaya total; b Biaya investasi Biaya operasional pemeliharaan; c Biaya Satuan Unit CostUC; d Biaya langsung dan tidak
langsung; e Komponen Biaya Rumah Sakit Pindyck, 2007.
Penetapan Tarif Rumah Sakit
Departemen Kesehatan mengartikan tarif sebagai nilai suatu jasa pelayanan rumah sakit dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut, rumah sakit bersedia memberikan jasa
kepada pasien. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan tarif rumah sakit menurut Gani 1997 adalah sebagai berikut: biaya satuan; jenis pelayanan dan tingkat pemanfaatan; subsidi
silang; tingkat kemampuan masyarakat; tarif pelayanan pesaing yang setara.
6
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
III. Metode