12
Dengan kondisi sebagaimana tersebut di atas, apabila tarif untuk empat jenis pelayanan kelas perawatan ruang rawat inap tersebut dinaikkan maka penerimaan rumah sakit dapat bertambah
menjadi sebesar Rp. 632.163.186,- bahkan lebih besar ditahun berikutnya karena jumlah output di kelas VIP dihitung satu tahun tidak seperti sekarang yang hanya empat bulan. Dengan kata lain
berdasarkan hasil penelitian, apabila tarif disesuaikan dengan kemampuan membayar maka hasil penerimaan rumah sakit yang feasible dapat bertambah sebesar Rp. 194.603.186,-. Meskipun
penambahannya sangat kecil tetapi anggaran ini dapat dialihkan untuk peningkatan sarana prasarana yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
Berdasarkan hasil regresi terlihat bahwa mutu pelayanan dokter dan ketersediaan obat merupakan dua faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pasien untuk semua kelas perawatan
ruang rawat inap. Hal tersebut sedikitnya menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut bisa dijadikan skala prioritas dalam peningkatan pelayanan kepada pasien, seperti pemeriksaan pasien di ruang rawat
inap tetap dilakukan oleh dokter spesialis meskipun untuk pasien yang ada di ruang rawat inap kelas III. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan rumah sakit kepada pasien yang dirawat inap bahwa
tidak ada perbedaan pasien mampu dan pasien kurang mampu di setiap kelas perawatan dari segi mutu pelayanan dokter. Sedangkan untuk ketersediaan obat, sebelum melakukan pengadaan obat maka
pihak manajemen rumah sakit perlu mempertimbangkan dan berkoordinasi kepada komite medis rumah sakit tentang obat apa saja yang dibutuhkan oleh para dokter dalam menunjang pelayanan
kesehatan, sehingga tidak terjadi lagi salah persepsi mengenai jenis, ukuran, indikasi yang terkandung dalam obat-obatan dan lain sebagainya. Dengan begitu, obat yang sudah tersedia bisa dipergunakan
sebaik-baiknya tanpa harus menjadi barang persediaan tak terpakai di akhir tahun anggaran.
V. Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data serta pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil pengolahan data primer berdasarkan kuesioner yang disebarkan adalah:
a. Dari karakteristik responden dihasilkan tingkat pendidikan responden rata-rata adalah Sekolah
Menengah Atas SMA. Penghasilan rata-rata antara Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 3.500.000,- dengan jenis pekerjaan rata-rata adalah wiraswasta.
b. Dari karakteristik pelayanan kesehatan diketahui bahwa ketersediaan obat tersedia dengan
harga obat yang relatif murah. Disamping itu, mutu pelayanan dari dokter dalam melakukan pemeriksaan pada setiap pasien yang dirawat inap setiap kelas perawatan baik.
c. Besarnya kemampuan membayar pasien apabila dihitung berdasarkan total pengeluaran non
esensial selama satu bulan adalah kelas VIP sebesar Rp.876.000,-, kelas I sebesar Rp. 352.220,-, kelas II sebesar Rp. 265.740,- dan kelas III sebesar Rp. 209.220,-. Kemampuan
membayar berdasarkan pengeluaran non esensial lebih potensial mendapatkan consumer
13
surplus karena pada umumnya lebih banyak membeli kebutuhan seperti rokok, alkohol, untuk keperluan pesta, dibandingkan dengan mengalokasikan untuk kebutuhan kesehatan.
d. Kemauan membayar rata-rata pasien di masing-masing kelas perawatan lebih besar dari tarif
yang berlaku yaitu kelas VIP sebesar Rp. 126.650,-, kelas I sebesar Rp. 89.856,-, kelas II sebesar Rp. 66.661,- dan kelas III sebesar Rp. 22.947,-.
2. Hasil pengolahan data sekunder berdasarkan dari laporan keuangan tahun anggaran 2011 adalah
besarnya biaya satuan per hari rawat masing-masing kelas perawatan pada instalasi rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2011 berdasarkan perhitungan distribusi ganda sebagai berikut:
a. Berdasarkan rumus I TC = FC + SVC + VC, biaya satuan kelas VIP sebesar RP. 1.200.186,-,
kelas I sebesar Rp. 222.961,-, kelas II sebesar Rp.134.482,- dan kelas III sebesar Rp. 84.780,-. b.
Berdasarkan rumus II TC = SVC + VC, biaya satuan kelas VIP sebesar RP. 943.300,-, kelas I sebesar Rp. 165.194,-, kelas II sebesar Rp. 98.053,- dan kelas III sebesar Rp. 63.625,-.
c. Berdasarkan rumus III TC = VC, biaya satuan kelas VIP sebesar RP.688.800,-, kelas I
sebesar Rp. 121.746,-, kelas II sebesar Rp. 72.534,- dan kelas III sebesar Rp. 51.261,-.
Saran
1. Kemauan dan kemampuan membayar ternyata lebih tinggi dari tarif Perda yang berlaku di RSUD
dr. Rasidin Padang sekarang. Oleh karena itu, pihak rumah sakit dapat menyesuaikan tarif pelayanan rawat inap berdasarkan kemampuan dan kemauan membayar pasien serta biaya satuan.
Dengan tarif baru diharapkan rumah sakit dapat memperoleh cukup penerimaan dari kelas perawatan rawat inap sehingga rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pelayanannya.
2. Perhitungan biaya satuan, kemampuan dan kemauan membayar pasien untuk penetapan tarif
seyogyanya dilakukan secara reguler sesuai dengan fluktuasi inflasi biaya kesehatan.
VI. Ucapan Terimakasih