Perancangan Media Informasi Pengenalan Warna Pada Anak

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI

PENGENALAN WARNA PADA ANAK

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Adhi Surya Adhiatmaja 51907125

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberi kelancaran pada penulis dalam mengerjakan Tugas akhir. Laporan Pengantar Proyek Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Desain pada Fakultas Desain Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia. Penulisan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Media Informasi Pengenalan Warna Pada Anak”. Dengan keterbatasan waktu, pengetahuan, pengalaman, serta kesempatan yang ada, disadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi materi maupun sistematika penulisan dan pembahasannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik demi perbaikan dan penyempurnaannya akan diterima dengan senang hati. Semoga Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Bandung, 1 Agustus 2011


(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Warna dan bentuk dikenali oleh anak sejak masih usia dini. Anak mengenal warna dan bentuk dari lingkungan sekitar yang mereka lihat, pengetahuan anak tentang warna mulai berkembang jauh sebelum mereka memulai pendidikan formal. Penerapan terhadap warna – warna bagi anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengenal dan mengingat. Dengan pengenalan warna, bisa mengembangkan kecerdasan dan imajinasi anak, Pengenalan warna pada anak erat kaitannya dengan pengasahan kemampuan imajinatif dan artistik anak.

Salah satu faktor pembangun imajinasi dan kreativitas adalah dengan pengenalan terhadap warna. Anak yang memperoleh stimulasi mengenai warna melalui apa yang dilihat yang kemudian di jelaskan oleh orang tuanya, biasanya orang tua memberi tahu warna – warna dasar, seperti merah, biru dan kuning. Pengenalan warna juga berkaitan erat dengan pola berpikir alternatif. Setidaknya ini sebagai pembangun kecerdasan anak dan pengantar mengenal dunia seni. Mengajarkan warna-warna pada anak salah satu caranya dengan menunjukkan perbedaan-perbedaan warna pada objek/benda yang ada di lingkungan sekitar. Bisa dengan menunjukkan warna tembok,


(4)

2 kaos, lampu, perabot rumah, dan warna-warna yang ada pada objek/benda di sekitarnya. Permasalahan yang dihadapi adalah ketika orang tua tidak bisa menjelaskan warna yang sama dengan intensitas yang berbeda, seperti contohnya warna biru tua dan biru muda. Ketika anak menanyakan warna merah pada apel dengan warna merah pada tomat, kebanyakan orang tua memberi tahu bahwa warna pada kedua buah itu sama yaitu merah, tanpa memberi tahu lebih spesifik warna pada kedua buah tersebut. Kondisi lingkungan sekitar sangat mendukung pada proses kreativitas anak dalam mengenal bentuk dan warna.

Salah satu cara untuk mengenalkan warna pada anak yaitu melalui gambar, dengan mengenalkan gambar berwarna pada anak akan lebih mempermudah anak dalam mengenali warna – warna. Gambar juga bisa memancing anak untuk meniru objek/benda yang terdapat pada gambar dengan cara menggambarkan objek/benda tersebut pada media yang anak inginkan. Anak adalah peniru yang baik, dengan kegiatan menggambar dapat memberikan kesempatan pada anak untuk peka terhadap lingkungan sekitar. Dalam mengajarkan menggambar sebaiknya tidak diberikan latihan-latihan yang bersifat menyuruh atau mencontoh apa yang dibuat pengajar, hal tersebut cenderung menjadikan penghambat dalam berekspresi, secara tidak langsung anak dibatasi dalam mengungkapkan ekspresi yang akan dijadikan sebuah gambar.


(5)

3 Berbicara mengenai gambar tidak terlepas dengan warna. Pada saat menggambar anak biasanya mewarnai gambar dengan sangat bebas, mewarnai sesuai dengan keinginan. Mewarnai dengan sangat lepas dan tidak ada beban karena belum terikat oleh aturan normatif. Secara prinsip yang diketahui adalah warna – warna dasar yang ada di sekitarnya. Pada saat mulai menginjak sekolah dasar, anak mulai diberikan materi – materi pelajaran yang sudah terstruktur berdasarkan kurikulum. Dari hasil observasi, siswa kelas 1 SD sudah mengetahui tentang warna – warna, tetapi belum mampu mengaplikasikan warna tersebut ke dalam gambar yang sesuai dengan warna aslinya. Dengan memberikan anak kesempatan menuangkan imajinasinya dan berekspresi sendiri serta mengkomunikasikan dirinya dengan warna-warna yang ada, akan menjadi proses dimana anak bereksperimen dengan imajinasinya. Dalam konteks pendidikan sudah berkaitan dengan nilai ukur, contohnya, pada saat anak mewarnai gambar apel dengan warna biru, maka hal tersebut dinilai salah karena tidak sesuai dengan objek aslinya, hal yang tampak kurang sesuai disini adalah anak sudah diarahkan ke pengenalan warna sesuai dengan objek/benda aslinya.


(6)

4 1.2. Identifikasi Masalah

Dari masalah di atas ada beberapa masalah yang dapat disimpulkan, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Pengenalan warna pada anak masih cenderung pada warna – warna dasar.

- Lingkungan sangat mendukung dalam proses pengenalan anak terhadap warna.

- Perbedaan persepsi warna secara nilai pada orang dewasa dan anak. Bagi orang dewasa, warna yang benar adalah yang sesuai dengan kenyataannya, sementara bagi anak warna adalah imaginasi dan ekspresi. Disini kontra nilai bisa menjadi penghambat kemampuan berekspresi pada anak

- Pengalaman orang dewasa bisa mempengaruhi pengalaman anak dalam mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak dalam mewarnai.

1.3. Fokus Masalah

Permasalahan ini ditetapkan pada bagaimana anak dapat mengenali ragam warna dan mengekspresikannya melalui media pengenalan warna.


(7)

5 1.4. Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan media informasi ini adalah memberi pengalaman untuk mengenali warna, sebagai sarana mengajak dan membantu anak untuk dapat mengenal warna – warna dengan lebih beragam. Sekaligus member gambaran bahwa warna adalah suatu pengalaman ekspresif, yang akan membawa imaginasi dalam petualangan yang menyenangkan. Objek ini disusun menjadi sebuah buku dengan segala penunjang belajarnya.


(8)

1 BAB II

MEDIA INFORMASI PENGENALAN WARNA PADA ANAK

2.1. Warna

Warna merupakan salah satu unsur yang tidak bisa berdiri sendiri. Penampilan suatu warna selalu dipengaruhi dan ditentukan oleh warna lain yang ada di sekitarnya. Warna juga merupakan tampilan fisik pertama yang sampai ke mata, yang menjadi alat pembeda antara suatu objek dengan objek yang lain. Baik itu benda mati atau benda hidup. Warna bisa dilihat karena ada interaksi atau karena ada saling pengaruh antar warna itu sendiri. Warna biru dengan kadar pencahayaan yang sama akan terlihat berbeda penampilannya bila diletakkan di atas latar yang berbeda atau didekatkan dengan warna yang berbeda pula.

Setiap warna menimbulkan kesan yang berbeda-beda. Dengan memahami berbagai hal mengenai warna akan memudahkan untuk mendapatkan pandangan yang tepat mengenai tata warna itu sendiri. Sebab nuansa warna yang ditimbulkan oleh warna itu sendiri sangat banyak macamnya dan kesan yang ditimbulkanpun sangat beragam. Dari berbagai macam warna yang ada, sebagai warna yang paling dasar adalah merah, biru, dan kuning. Dari ketiga warna tersebut dapat dirubah menjadi beribu-ribu macam warna dengan mencampurkannya dalam perbandingan-perbandingan tertentu sesuai dengan macam warna yang diinginkan. ( Wijanarko, 2010 ).


(9)

2 2.1.1. Nama Warna

Dengan mengetahui nama – nama maka identifikasi warna bisa dikenal dengan mudah, karena dengan namanya warna dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Dengan mengetahui warna merah berarti dapat membedakannya dengan warna kuning, hijau, atau biru. Tetapi, bagaimana seseorang dapat mengenal ribuan atau puluhan ribu warna yang ada di alam ini bila tidak ada standar klasifikasinya? Mata manusia yang normal dapat membedakan warna sebanyak jutaan warna dalam berbagai tingkat kecerahannya. Dari semua itu ribuan warna telah mempunyai nama sejak manusia dapat membedakan antara warna yang satu dengan yang lainnya. Sebelum data Munsell distandarisasikan, nama – nama pada masa lampau diberikan berdasarkan warna alamiah yang dimiliki sebelumnya. Berikut ini contoh – contoh lainnya:

Hijau alpokat adalah warna hijau yang menyerupai warna buah alpokat. Nama – nama lain dari keluarga hijau adalah: hijau lumut, hijau daun, dan hijau tembaga. Dari bahasa asing ada juga yang disebut jade green, emerald green.

Biru langit adalah nama warna biru yang menyerupai warna langit di kala cerah. Warna – warna lainnya dari keluarga


(10)

3 biru yang bersifat lokal ini adalah biru telur asin, biru laut, biru tosca, prussian blue, peacock blue, cyan blue, ultramarine blue. Merah rambutan adalah warna merah yang menyerupai warna buah rambutan matang. Nama – nama warna merah lain misalnya merah bata, merah delima, merah cabai, merah anggur, scarlet, vermillion, carmine, burnt sienna, purple, dan magenta.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, dari ketiga warna saja sudah didapatkan banyak nama, belum lagi berbicara nama warna lainnya, seperti dari keluarga kuning, jingga, dan ungu. Tidak ada yang mengetahui secara tepat tentang perkembangan nama – nama atau istilah – istilah warna. Perkembangan lingkungan budaya masyarakat ternyata

mempengaruhi perkembangan „kamus warna‟.

Di Indonesia sendiri ditemukan nama- nama warna yang juga diambil dari warna bendanya atau keadaannya, misalnya merah mengkudu, hitam lumpur, soga, biru, dan nila. Lebih kaya lagi bila mengambil istilah dari bahasa daerah. Di Jawa Barat, bahasa Sunda memiliki nama warna kedaerahan seperti

„hejo pucuk cau‟ yang berarti warna hijau yang menyerupai pucuk daun pisang, „hejo lukut‟ warna hijau yang menyerupai

warna lumut, „koneng buruk‟ warna kuning yang menyerupai warna kunyit. Istilah warna yang sifatnya kedaerahan ini akan menyulitkan standarisasi penamaan warna, karena suatu


(11)

4 benda di suatu daerah belum tentu di kenal di daerah lainnya (Sulasmi, 2002, h.53).

2.2. Anak

Anak merupakan mahluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Anak juga membutuhkan orang lain untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya, karena pada dasarnya anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal.

Jhon Locke (dalam Kartini, 2007) mengemukakan bahwa anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan

– rangsangan yang berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam Kartini, 2007) mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak – anak lebih mudah belajar dengan contoh – contoh yang diterimanya dari aturan – aturan yang bersifat memaksa.

Sobur (1988), juga mengartikan anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, persaan, dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Definisi anak menurut Haditono (dalam Damayanti, 1992), anak adalah mahluk yang membutuhkan kasih sayang, pemeliharaan, dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga,


(12)

5 dan keluarga memberi kesempatan kepada anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembanagn yang cukup baik dalam kehidupan bersama.

2.2.1. Periode Perkembangan Anak

Perkembangan ialah perubahan – perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi – fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam pasage waktu tertentu, menuju kedewasaan. (Kartini, 2007, h.21).

Charlotte Buhler (dalam Kartini, 2007) menjelaskan fase

– fase perkembangan sebagai berikut:

Fase pertama, 0-1 tahun:

Masa menghayati objek - objek di luar diri sendiri, dan saat melatih fungsi-fungsi. Terutama melatih fungsi motorik ; yaitu fungsi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan.


(13)

6 Fase kedua, 2-4 tahun:

Masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai penghayatan subjektif. Mulai ada pengenalan pada AKU sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamatan objektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda – benda di luar dirinya. Karena itu ia bercakap-cakap dengan bonekanya, bergurau dan berbincang-bincang dengan kelincinya, sepertinya kedua binatang dan benda permainan itu betul-betul memiliki sifat-sifat yang dimilikinya sendiri. Fase ini disebut pula sebagai fase bermain, dengan subjektifitas yang sangat menonjol.

Fase ketiga, 5-8 tahun:

Masa sosialisasi anak. Pada saat anak mulai memasuki masyarakat luas, misalnya taman kanak – kanak, pergaulan dengan kawan – kawan sepermainan, anak mulai belajar mengenal dunia sekitar secara objektif, dan ia mulai belajar mengenal arti prestasi pekerjaan, dan tugas-tugas kewajiban.

Fase keempat, 9-11 tahun:

Masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai objektivitas tertinggi. Masa penyelidik, kegiatan mencoba bereksperimen, yang distimulir oleh dorongan-dorongan


(14)

7 meneliti dan rasa ingin tahu yang besar. Merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan bereksplorasi. Pada akhir fase ini anak mulai menemukan diri sendiri, yaitu secara tidak sadar mulai berfikir tentang diri pribadi.

2.2.2. Imajinasi dan Kreativitas Anak

Imajinasi anak merupakan upaya untuk menstimulasi, menumbuhkan dan meningkatkan potensi kecerdasan juga kreativitasnya di masa pertumbuhannya. Imajinasi anak berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan ia berbicara dan berbahasa. Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan dunia yang sangat dekat dengan dunia anak. Imajinasi anak merupakan sarana untuk mereka berselancar dan belajar memahami realitas keberadaan dirinya juga lingkungannya. Karena itu, orang tua dapat mengembangkan imajinasi anak dengan menstimulasi tumbuh kembangnya potensi dan kemampuan imajinatif anak untuk diekspresikan dengan efektif. (Fera, 2010).

Definisi kreativitas anak yang dikemukakan para ahli berbeda-beda. Untuk memperjelas pengertian kreativitas, dan sekaligus sebagai bahan perbandingan maka akan diuraikan definisi kreativitas dari para ahli.


(15)

8 Kreativitas merupakan proses yang dilakukan oleh seorang individu ditengah-tengah pengalamannya dan yang menyebabkannya untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya. Pada dasarnya kreativitas anak bersifat ekspresionis. Ini karena pengungkapan (ekspresi) yang merupakah sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Kreativitas merupakan segala pemikiran baru, cara, pemahaman/model baru yang dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan (Ulfah dalam Retno, 2008). Kreativitas adalah suatu proses adanya sesuatu yang baru, apakah itu gagasan atau benda dalam bentuk atau rangkaian yang baru dihasilkan (Meitasari dalam Retno, 2000). Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik (Santrock dalam Retno, 2007).

2.3. Mengenal Warna pada Anak

Kemampuan mengenali warna dan bentuk tentu tidak didapat secara instan. Sebuah proses yang tidak sebentar bagi anak untuk mengenali berbagai macam warna dan bentuk yang ada. Mengenalkan anak pada bentuk dan warna bisa mengembangkan kecerdasan, bukan hanya mengasah kemampuan mengingat, tapi juga imajinatif dan artistik, pemahaman ruang, keterampilan kognitif,


(16)

9 serta pola berpikir kreatif. Di usia batita, anak memang harus dikenalkan pada bentuk dan warna yang menekankan pada auditory,

visual dan memory, pengenalan ketiga hal tersebut sangat

berpengaruh pada perkembangan intelektual anak.

Pengenalan warna erat kaitannya dengan pengasahan kemampuan imajinatif dan artistik anak. Dalam bahasa lain, lebih mengasah bakat dan kemampuan di bidang seni. Dan salah satu faktor pembangun imajinasi dan kreativitas adalah aspek warna. Anak yang memperoleh stimulasi mengenai tata warna, tentu akan dengan cepat memadukan warna yang serasi antara benda yang satu dengan benda lainnya hingga betul-betul enak dilihat. Selain mengasah bakat dan kemampuan di bidang seni, pengenalan warna juga berkaitan erat dengan pola berpikir alternatif.

2.4. Media Informasi

Media informasi sangat penting sekali di zaman modern sekarang ini, karena melalui media informasi manusia dapat mengetahui informasi yang sedang berkembang, selain itu manusia juga bisa saling berinteraksi satu sama lain. Melalui media informasi juga sebuah pesan dapat tersampaikan dengan baik jika media yang dibuat tepat kepada sasaran dan informasi yang disampaikan bermanfaat bagi pembuat dan target. Menurut Sobur (dalam Deri,


(17)

10 2006) media informasi adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menagkap, memproses, dan menyusun kembali

informasi visual”. Dengan katalain media adalah suatu alat untuk memberi informasi kepada orang lain agar orang mengerti arah dan tujuan yang akan disampaikan.

2.4.1. Definisi Media

Media adalah alat yang fungsinya sebagai tempat menyampaikan informasi atau pesan untuk disampaikan kepada khalayak yang menerimanya. Dari pesan yang disampaikan melalui media memberikan dua dampak terhadap masyarakat, yang menerima dengan respon yang positif dan ada juga yang menerima dengan respon yang negatif tergantung isi informasi atau pesan yang disampaikan.

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian yang sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman dalam Wida, 2002).


(18)

11 2.4.2. Definisi Informasi

Banyak yang memiliki beberapa tanggapan tentang definisi informasi yang berbeda-beda akan tetapi semuanya memiliki satu tujuan yang sama. Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna dan memiliki nilai yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi khalayak sebagai penerima informasi.

Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang. Proses intelektual adalah mengolah atau memproses apa yang didapat, yang masuk kedalam diri individu melalu panca indra, kemudian diteruskan ke otak/pusat syaraf untuk diolah/diproses dengan pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman yang dimiliki seseorang. Setelah mengalami pemrosesan, stimulus itu dapat dimengerti sebagai informasi. Informasi ini bisa diingat di otak, bila dikomunikasikan kepada individu atau khalayak, maka akan berubah menjadi pesan. (Wiryanto dalam Rhama, 2004).

2.4.3. Jenis – jenis Media

Media informasi dapat dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok, yaitu:


(19)

12 a. Media Lini Atas

Merupakan media yang tidak langsung bersentuhan dengan khalayak sasaran dan jumlahnya terbatas, seperti billboard, iklan televis, iklan radio, dan lain-lain.

b. Media Lini Bawah

Suatu media iklan yang tidak disampaikan atau disiarkan melalui media massa, seperti brosur, poster, flyer.

c. Media Cetak

Media cetak dapat berupa brosur, koran, majalah, poster, pamflet, spanduk, dan lain-lain

c. Media Elektronik

Media ini dapat disampaikan melalui radio, kaset, kamera, handphone, dan internet.


(20)

1 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Komunikasi banyak dilakukan melalui media gambar. Karena anak-anak lebih tertarik terhadap gambar dan membuat anak berimajinasi lebih tinggi untuk menerima pesan yang ingin disampaikan dari gambar tersebut. Agar komunikasi lebih jelas dan lancar, maka diberikan sedikit teks atau tulisan dengan gaya bahasa yang tepat bagi anak-anak, yaitu yang mudah diterima oleh mereka. Gaya bahasa yang dimaksud adalah gaya bahasa yang akrab di pikiran mereka, tidak menggunakan kata-kata yang formal dan kata-kata-kata-kata yang asing untuk anak. Contohnya adalah bahasa yang digunakan ibu atau guru TK saat mengajar. Sehingga komunikasi yang diharapkan lebih efektif dan pesan yang ingin disampaikan dapat dengan jelas diterima oleh anak-anak.

3.1.2 Tujuan Komunikasi

- Informasi atau pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak.

- Merangsang daya tangkap anak untuk lebih peka terhadap informasi yang akan disampaikan


(21)

2 - Mengenalkan warna – warna selain warna dasar sebelum anak

menginjak sekolah dasar. 3.1.3 Pesan Utama

Pesan utama adalah inti pengkomunikasian materi pesan dalam perancangan media. Dengan pesan utama yang telah ditentukan perancangan media dapat mengkomunikasikan pesan dengan lebih efektif dan fokus. Pesan utama yang akan disampaikan dalam media informasi ini yaitu, “Pengenalan Warna untuk anak”.

3.1.4 Materi Pesan

Agar dapat lebih dipahami oleh segmentasi media informasi ini, materi pesan yang disampaikan berupa informasi yang dapat memberi pengetahuan kepada anak tentang warna dengan bentuk ilustrasi dan disertai dengan teks yang disesuaikan dengan segmentasi. Sehingga mendukung serta memudahkan dalam penyampaian pesan media informasi kepada segmentasi.

3.1.5 Khalayak Sasaran

Pada strategi komunikasi ditunjukan kepada 2 khalayak, yaitu khalayak primer dan khalayak sekunder.

3.1.2.1 Khalayak Sasaran Primer

Target audience primer merupakan target utama dalam pemasaran buku cerita bergambar ini nantinya. Segala bentuk rancangan buku ini nantinya akan


(22)

3 disesuaikan dengan karakteristik target audience primer ini, yang terbagi menjadi Demografis, Geografis, Psikografis, Behavioristis yaitu:

Demografis

Secara demografis target audience sebagai pengguna buku meliputi kedua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, dengan katagori usia mulai 5 - 8 tahun. Sedangkan target market sebagai pembeli buku meliputi kedua jenis kelamin yaitu laki – laki dan perempuan, dengan kategori usia 25 – 40 tahun, dengan kelas sosial masyarakat golongan menengah dan menengah ke atas. Buku ini juga diharapkan dapat mencakup segala macam ras dan religi.

Geografis

Secara geografis target audience dari buku ini adalah semua orang dengan batasan yang telah dijelaskan pada bagian demografis tersebut di atas, yang bertempat tinggal di kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogjakarta, Semarang, Medan, Makassar, dan Palembang. Karena mereka yang tinggal di daerah perkotaan yang jalur distribusinya dalam jangkauan, dalam arti banyak didapati toko buku.


(23)

4 Psikografis

Para pembaca dari buku ini adalah anak-anak yang memiliki kecenderungan berimajinasi dan ketertarikan kepada satu tokoh atau figur idola tertentu. Buku ini juga dibuat untuk menumbuhkan ketetarikan mereka pada pengetahuan tentang pengenalan warna. karena anak pada usia ini sudah termotivasi untuk belajar.

Behavioristis

Target audience adalah anak-anak yang sedang dalam tahap belajar membaca, anak-anak dibuat agar dapat menyakai buku cerita bergambar dan mengidolakan tokoh di dalam buku cerita tersebut. Anak-anak juga dibuat tertarik dengan adanya media pendukung dan petualangan dalam ceritanya, setting cerita, karakter penokohan dan sebagainya. Dan rancangan buku ini memberikan nuansa baru yang berbeda dari pada kebanyakan buku cerita bergambar pada umumnya.

3.1.2.2 Khalayak Sasaran Sekunder

Khalayak sasaran sekunder merupakan target tambahan di luar khalayak sasaran utama atau primer, dimana khalayak sasaran ini juga mempunyai minat dan


(24)

5 membaca buku cerita bergambar. Para khalayak sasaran skunder ini meliputi orang tua anak-anak yang dapat mendampingi anak-anak dalam membaca buku cerita bergambar dan memberikan penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan sang anak saat membaca buku tersebut.

3.2. Strategi Kreatif

Pendekatan dengan memberikan informasi pengenalan warna dalam bentuk cerita dan ilustrasi. Dimana anak pada umur 5-8 tahun mengalami tahap pengembangan inisiatif / ide, sampai pada hal-hal yang bersifat fantasi sebagai gambaran imajinasi anak sehingga anak terangsang untuk bertanya dan selanjutnya meniru kegiatan pengenalan warna. Oleh karena itu, dalam penyampaian informasi kepada anak dilakukan dengan cara bercerita melalui ilustrasi agar anak lebih cepat dalam mengenal warna.

Adapun gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang tidak baku dengan kalimat-kalimat yang singkat. Hal ini mengingat bahwa anak pada umur 5 – 8 tahun masih menggunakan bahasa-bahasa yang singkat dan mudah diingat.


(25)

6 3.2.1. Sinopsis

Buku ini berisi tentang belajar mengenal warna agar lebih peka terhadap warna dan mengetahui tentang percampuran warna dari warna primer ke warna sekunder. Buku ini menjelaskan tentang warna – warna dasar dan penjelasan terbentuknya warna sekunder. Cerita ini disampaikan melalui petualangan tokoh seorang anak bernama Davin. Nama ini mengacu pada nama Leonardo Da Vinci, seorang penemu abad kelimabelas. Tokoh ini dikenal sangat kreatif dan berpikiran melebihi zamannya. Mengacu pada tokoh ini, pemilihan nama adalah penyederhanaan dari Da Vinci, menjadi Davin. Penggambaran tokoh Davin adalah anak yang memiliki imaginasi tinggi dan rasa ingin tahu yang besar. Suatu hari ia membuat gambar seekor kucing. Karena kelelahan ia tertidur, danmendapati dirinya berada pada suatu tempat yang asing. Ia juga bertemu dengan kucing yang digambarnya. Kucing itu pun menjadi temannya bertualang di tempat asing tersebut.

Di tempat itu ia melihat warna dan mendapat informasi mengenai warna dasar sampai pada warna campuran. Dan, ternyata warna terkait dengan benda-benda yang ada dalam kehidupan sehari-harinya.

3.2.2. Studi Karakter

Tokoh yang berperan pada cerita ini adalah Davin dan seekor kucing. Studi karakter Davin mengacu pada seorang


(26)

7 anak bernama River Amadeo Salomon, yang berusia 5 tahun, dia adalah anak yang lincah, serba ingin tahu, suka berimajinasi dengan dunianya sendiri, naka dipilihlah River sebagai acuan anak yang akan di pakai sebagai tokoh karakter Davin.

Gambar 3.1 : Photo dan Karakter Sumber (Dokumen Pribadi)

3.2.3. Studi Lokasi

Lokasi yang digunakan pada cerita ini ada pada tempat, yaitu: kamar Davin dan taman.

Gambar 3.2 : Taman bermain


(27)

8 3.2.4. Studi Properti

Properti pada cerita ini merupakan benda-benda yang dkenal oleh anak, seperti rumah, hidrant, perosotan, jungkat – jungkit, balon, bunga, dan binatang seperti kepik, ulat, burung, bebek, kura – kura.

Gambar 3.3 : Studi properti


(28)

9 3.3 Konsep Visual

3.3.1 Format Desain

Format desain buku adalah A5 dengan ukuran 21 cm x 14,8 cm. pemilihan format A5 ini untuk memudahkan anak untuk mencerna isi buku dan ukuran ini tidak terlalu besar dan memudahkan unutk dibawa kemana –mana. Buku Petualangan Warna, menggunakan teknis papertole pada bagian cover agar anak tertarik dengan cover dan ingin mengetahui tentang isi buku. Pada isi atau halaman buku dibuat terpisah antara narasi dan visual cerita agar memudahkan anak saat membaca, agar tidak terlalu kosong pada bagian narasi di isi dengan bingkai dengan ilustrasi benda – benda yang ada pada keseluruhan buku.

3.3.2 Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan dalam pembuatan buku tentang pengenalan warna ini menggunakan media cat air dan kemudian di beri garis penjelas menggunakan drawing pen agar bisa lebih terlihat bentuk pada benda – benda yang ada di dalam isi visual. Dengan penggayaan gambar yang datar dengan sudut pandang prespektif yang dibuat sedikit distorsi. Dalam pewaranaan disesuaikan dengan isi cerita, pada saat isi cerita menjelaskan warna merah maka teknik pewarnaan yang digunakan adalah mewarnai benda – benda yang berwarna merah dan memberi warna abu – abu pada benda – benda yang tidak berwarna merah, dan menggunakan seluruh warna pada


(29)

10 bagian akhir cerita. Penokohan Davin dibuat lebih realis agar bisa diterima anak. Dari semua ilustrasi yang dibuat, sudah melewati tahap studi yang disesuaikan dengan acuan yang akan dibuat seperti studi karakter, studi properti dan studi lokasi, dari hasil studi kemudian dilakuakan proses penyederhanaan bentuk dari gambar/foto yang kemudian menjadi ilustrasi yang siap untuk di simpan dalam isi buku.

3.4. Strategi Media 3.4.1 Media Utama

Media utama yang digunakan adalah buku cerita bergambar. Buku ini berisi visualisasi dari benda – benda berwarna yang ada di sekitar, untuk anak usia 5 – 8 tahun sebagai segmentasinya.

Saat ini memang banyak buku pengenalan warna melalui gambar dan buku mewarnai yang juga banyak di pasaran. Tetapi belum menemukan buku bergambar mengenai pengenalan warna, dalam pengenalannya menjelaskan tentang warna dan turunannya. Buku - buku yang ada sekarang memang kurang bisa merebut perhatian anak terutama dari segi visual. Sebagai penarik perhatian, penulis juga menambahkan pada buku bergambarnya dengan gaya papertole pada bagian cover agar dapat lebih menarik perhatian anak.


(30)

11 Ukuran Buku

Buku ini berukuran A5 yaitu 21 cm x 14,8 cm. Dengan ukuran standar untuk buku anak ini diharapkan anak akan lebih efektif untuk membuka dan membaca buku ini.

Gambar 3.5 : Ukuran buku Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)

Isi buku

Pada bagian isi buku akan dijelaskan tentang pengenalan warna dan percampurannya. Buku ini dibagi menjadi dua bagian, sisi sebelah kiri adalah bagian narasi yang akan dibaca anak ataupun oleh orang tuanya, kemudian bagian kanan adalah gambar ilustrasi yang menjelaskan narasi tersebut. Ilustrasi dibuat sederhana, agar memberikan gambaran imaginatif pada anak. Setiap halaman berisi informasi warna tertentu, agar anak dapat mengkaitkan warna dengan objek yang berwarna sama.


(31)

12 3.4.2 Media Pendukung

Media pendukung yang digunakan merupakan media tambahan untuk mendampingi media utama agar penyampaian dari media utama dapat diaplikasikan dengan media pendukung. Media pendukung yang digunakan sebagai berikut:

a. Poster

Poster ini berukuran A2, ditempel di toko-toko buku dimana telah tersedia tempat khusus untuk penempelan poster. Poster ini ditempel di toko-toko buku dengan maksud agar pengunjung mengetahui bahwa buku Petualangan Warna Tentang pengenalan warna ini telah terbit dan dijual dipasaran.

Gambar 3.6 : Poster Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)


(32)

13 b. Pembatas buku

Pembatas buku dapat digunakan untuk membatasi halaman buku, pembatas buku di buat tiga variasi agar pengguna buku tidak bosan.

Gambar 3.7 : Pembatas buku Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)

c. Lampu duduk

Lampu duduk dibuat sebagai merchandise yang dapat disimpan di kamar anak laki – laki ataupun perempuan, pada lampu tersebut terdapat visual yang terdapat dalam buku agar anak dapat mengingat visual yang ada pada buku petualangan warna.


(33)

14 Gambar 3.8 : Lampu duduk Petualangan Warna

Sumber (Dokumen Pribadi)

d. Sandal

Sandal dibuat sebagai merchandise yang dapat digunakan anak laki – laki ataupun perempuan yang bisa dipakai di dalam rumah ataupun di dalam rumah, bentuk sandal debuat sesuai dengan wajah karakter yang ada di buku petualangan warna, agar terlihat menarik dan anak mau untuk memakainya.

Gambar 3.9 : Sandal Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)


(34)

15 e. Tas

Tas buku ini dibuat sebagai merchandise yang dapat digunakan oleh anak laki – laki maupun perempuan. Konsep merchandise ini dibuat sebagai media pendukung yang berfungsi sebagai tas untuk pelindung buku. Tujuan dari merchandise ini ialah agar anak dapat mengingat visual yang terdapat di media utama.

Gambar 3.10: Tas buku Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)

f. Gantungan kunci

Gantungan kunci dibuat sebagai merchandise yang dapat dipasang pada kunci atau sebagai gantungan yang di pasang pada tas. Gantungan dibuat dua variasi yaitu berbahan kain dan clay, gantungan dibuat berbentuk karakter kucing yang ada pada buku petualangan warna.


(35)

16 Gambar 3.11: Gantungan kunci Petualangan Warna

Sumber (Dokumen Pribadi)

g. Kaos

Kaos dibuat sebagai merchandise yang dapat digunakan anak laki- laki maupun perempuan, agar bisa dipakai sehari – hari, dengan visual karakter Davin yang ada pada buku petualangan warna.

Gambar 3.12: Kaos Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)


(36)

17 h. Sticker

Sticker dibuat sebagai merchandise yang bisa di tempel sesuai keinginan anak. Visaul pada sticker adalah karakter Davin dan kucing, agar anak selalu ingat dengan karakter Davin dan kucing.

Gambar 3.13: SrickerPetualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)

i. Daftar Pelajaran

Daftar pelajaran dibuat media yang dapat digunakan anak untuk menulis jadwal pelajaran dari hari Senin sampai Sabtu.

Gambar 3.14: Daftar pelajaran Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)


(37)

1 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Proses Perancangan Buku Petualangan Warna

Proses pembuatan buku Aku Senang Belajar ini dimulai dari pengembangan membuat cerita imajinasi menjadi storyline dimana penulis mengambil tema petualangan. Storyline dikembangkan lagi menjadi sketsa-sketsa gambar setiap halaman.

Sketsa-sketsa di beri warna secara manual menggunakan cat air dan outlinenya menggunakan drawing pen. Hasil sketsa melalui proses scanning dengan menggunakan media scanner.

Hasil gambar yang sudah dipindai, diedit dan diberi penambahan warna untuk bagian backgroundnya menggunakan software Adobe Photosop CS 3.

Setelah proses editing selesai, maka file yang telah jadi siap dicetak sebagai dummy. Hasil dummy tersebut menjadi acuan hasil akhir cetakan buku. Dummy dicetak laser dengan kertas Concorde 210 gram untuk isi bukunya dan cover buku menggunakan hardcover laminasi glossy.

Setelah dummy selesai dan berhasil maka selanjutnya desain buku melalui proses percetakan.


(38)

2 4.2. Media Utama

4.2.1 Cover Buku

Pada cover buku terdapat judul dan ilustrasi.Ilustrasi dengan 2 tokoh utama yaitu Davin dan seekor kucing dengan tujuan manarik perhatian anak-anak untuk belajar mengenal warna. Judul buku Petualangan Warna.

Pada cover depan ini juga di buat dengan teknis papertole dengan menempelkan potongan gambar – gambar hingga menjadi ilustrasi cover. Pada cover belakang terdapat judul dan deskripsi buku. Logo Mizan dicantumkan sebagai penerbit buku.

Gambar 4.1 : Cover buku Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)


(39)

3 4.2.1 Isi buku

Isi buku pada setiap halaman berisi 25 halaman. Setiap halaman berisi narasi dan illustrasi visual.

Gambar 4.2 : Isi buku Petualangan Warna Sumber (Dokumen Pribadi)


(40)

4 4.3 Media Pendukung

a. Poster

Gambar 4.3 : Tampilan Poster Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi:

1. Ukuran : 29,7 cm – 21 cm 2. Bahan : Art paper


(41)

5 a. Lampu Duduk

Gambar 4.4 : Lampu duduk Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi:

1. Ukuran : Digital printing 2. Bahan : Art paper + laminasi 3. Teknis produksi: Cetak offset


(42)

6 b. Sandal

Gambar 4.5 : sandal Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi:

1. Ukuran : 21 = 13,5 - 14 cm 2. Bahan : Spon


(43)

7 c. Tas

Gambar 4.6 : Tas Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi:

4. Ukuran : 25 x 21 cm

5. Bahan : kain Velboa, dakron, belt 6. Teknis produksi: Jahit


(44)

8 d. Gantungan kunci

Gambar 4.7 : Gantungan kunci Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi: 7. Ukuran : 6 x 4 cm

8. Bahan : kain flanel, clay 9. Teknis produksi: jahit, manual


(45)

9 e. Kaos

Gambar 4.8 : Kaos Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi: 10. Ukuran : S

11. Bahan : kain kombet 12. Teknis produksi: Sablon


(46)

10 f. Sticker

Gambar 4.9 : Sticker Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi: 13. Ukuran : 4 X 4 cm 14. Bahan : sticker vynil 15. Teknis produksi: Cetak offset


(47)

11 g. Daftar Pelajaran

Gambar 4.10 : Sticker Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi:

1. Ukuran : A3 = 42 x 29,7 cm 2. Bahan : Art paper


(48)

46 Daftar Pustaka

Buku

- Darmapawira W.A, Sulasmi. (2002). Warna, Teory Kreativitas dan penggunaannya. Bandung:Penerbit ITB.

- Munadhi, Yudhi. (2008). Media pembelajaran; Sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada press.

- Kartono, Kartini. (2007). Psikologi Anak; Psikologi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju.

Internet

- Andriani, Fera. 2010 (9 Februari). Mengembangkan imjinasi anak. Tersedia di : http://fabrianschool.com/berita-130-mengembangkan-imajinasi-anak.html [ 5 April 2011]

- Anonim. 2011 (12 Maret). Kemampuan untuk mengenal warna. Tersedia di : http//www.mainananakk.net/artikel/kemampuan-untuk-mengenal-warna.html

- Nikita. 2011 (12 Maret). Mengembangkan kecerdasan lewat Bentuk dan

Warna Tersedia di :

http//tabloidnova.net/Nova/Keluarga/Anak/Mengembangkan-kecerdasan-lewat-bentuk-dan-warna

- Wijanarko, Lizard. 2011 ( 21 Maret). Kontribusi Warna Bagi Kehidupan dan karya Desain Komunikasi Visual. Tersedia di : http//www.ahlidesain.com/kontribusi-warna-bagi-kehidupan-dan-kaya-desain-komunikasi-visual.html


(49)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama / Name : Adhi Surya Adhiatmaja

Alamat / Address : KP. Paratag Kulon, RT. 04 RW. 07,

Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Kode Post / Postal Code : 40552

Nomor Telepon / Phone : 085723451518

Email : [email protected]

Jenis Kelamin / Gender : Pria

Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 06 – 04 - 1988

Warga Negara / Nationality : Indonesia

Agama / Religion : Islam

Riwayat Pendidikan

- SDN Cijerah 3 Bandung

- SMPN 4 Cimahi

- SMA YWKA Bandung

- UNIKOM

Riwayat Pengalaman Kerja

- AUTIS Ruang Desain, layout design booklet SMA Pasundan 2

- AUTIS Ruang Desain, Branding Logo Singkong Kukus Magadir

- AUTIS Ruang Desain, Design Web Alasaena Clothing

- AUTIS Ruang Desain, Branding Eden Cafe

- Process Creative, Design t-shirt Ilustrasi Tipograpi


(50)

Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya.


(1)

9 e. Kaos

Gambar 4.8 : Kaos Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi: 10. Ukuran : S

11. Bahan : kain kombet 12. Teknis produksi: Sablon


(2)

10 f. Sticker

Gambar 4.9 : Sticker Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi: 13. Ukuran : 4 X 4 cm 14. Bahan : sticker vynil 15. Teknis produksi: Cetak offset


(3)

11 g. Daftar Pelajaran

Gambar 4.10 : Sticker Sumber (Dokumen Pribadi)

Ukuran dan teknis produksi:

1. Ukuran : A3 = 42 x 29,7 cm 2. Bahan : Art paper


(4)

46 Daftar Pustaka

Buku

- Darmapawira W.A, Sulasmi. (2002). Warna, Teory Kreativitas dan penggunaannya. Bandung:Penerbit ITB.

- Munadhi, Yudhi. (2008). Media pembelajaran; Sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada press.

- Kartono, Kartini. (2007). Psikologi Anak; Psikologi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju.

Internet

- Andriani, Fera. 2010 (9 Februari). Mengembangkan imjinasi anak. Tersedia di : http://fabrianschool.com/berita-130-mengembangkan-imajinasi-anak.html [ 5 April 2011]

- Anonim. 2011 (12 Maret). Kemampuan untuk mengenal warna. Tersedia di : http//www.mainananakk.net/artikel/kemampuan-untuk-mengenal-warna.html

- Nikita. 2011 (12 Maret). Mengembangkan kecerdasan lewat Bentuk dan

Warna Tersedia di :

http//tabloidnova.net/Nova/Keluarga/Anak/Mengembangkan-kecerdasan-lewat-bentuk-dan-warna

- Wijanarko, Lizard. 2011 ( 21 Maret). Kontribusi Warna Bagi Kehidupan dan karya Desain Komunikasi Visual. Tersedia di : http//www.ahlidesain.com/kontribusi-warna-bagi-kehidupan-dan-kaya-desain-komunikasi-visual.html


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama / Name : Adhi Surya Adhiatmaja

Alamat / Address : KP. Paratag Kulon, RT. 04 RW. 07,

Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Kode Post / Postal Code : 40552

Nomor Telepon / Phone : 085723451518

Email : [email protected]

Jenis Kelamin / Gender : Pria

Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 06 – 04 - 1988

Warga Negara / Nationality : Indonesia

Agama / Religion : Islam

Riwayat Pendidikan

- SDN Cijerah 3 Bandung

- SMPN 4 Cimahi

- SMA YWKA Bandung

- UNIKOM

Riwayat Pengalaman Kerja

- AUTIS Ruang Desain, layout design booklet SMA Pasundan 2

- AUTIS Ruang Desain, Branding Logo Singkong Kukus Magadir

- AUTIS Ruang Desain, Design Web Alasaena Clothing

- AUTIS Ruang Desain, Branding Eden Cafe

- Process Creative, Design t-shirt Ilustrasi Tipograpi


(6)

Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya.