Perancangan Media Informasi Penyakit TBC Pada Anak
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal tersebut merupakan tugas yang harus dilaksanakan dalam mewujudkan tujuan nasional dan cita-cita bangsa yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia.
Untuk mewujudkan kesejahtraan umum masyarakat Indonesia, maka perlu adanya peningkatan pembangunan kesehatan.Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek integral dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan dan kesejahtraan yang optimal. Hal ini bedasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam memajukan Pembangunan kesehatan nasional di Indonesia, pemerintah diharapkan dapat berperan penuh dalam menangani fenomena-fenomena penularan penyakit di Indonesia, yang salah satu diantranya adalah fenomena permasalahan
(2)
2 penularan penyakit tuberkolusis (TBC) yang kini jumlah penderitanya cukup tinggi.
Penyakit tuberkulosis atau biasa dikenal dengan istilah TBC adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis. Diperkirakan penyakit ini telah menyerang sepertiga jumlah penduduk dunia, dengan 95 persen penderitanya berada di negara berkembang, dan sebanyak dua per tiga kasus menyerang golongan usia produktif. Jumlah penderita tertinggi terdapat di negara-negara Asia dan Afrika yang sebagian besar negara di dalamnya merupakan negara dengan kondisi ekonomi, dan pendidikan masyarakatnya yang masih rendah.(Depkes RI, 2007)
Bedasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1993, di Indonesia penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan lainnya. Dengan angka insiden sebesar 107 per 100 ribu penduduk, Indonesia pun pernah menempati posisi ketiga dalam kasus penderita TBC terbesar di dunia, setelah India dan China. Pada tahun 1999 WHO memperkirakan terdapat 528.000 kasus baru TBC per tahun di Indonesia, yang hampir separuhnya adalah TBC yang menyerang paru-paru, dan 140.000 kasus menyebabkan kematian. Sedangkan bedasarkan SKRT tahun 2001, diketahui bahwa TBC berkontribusi sekitar 9,4 % terhadap jumlah kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007).
(3)
3 Bakteri Mycobacterium Tuberculosis menyerang seluruh kelompok usia termasuk remaja, anak-anak dan bayi. Demikian pun di negara Indonesia, terdapat kasus-kasus penularan yang sebagian diantaranya adalah anggota keluarga yang masih bayi dan balita.Jumlah kasus TBC pada anak di Indonesia cukup banyak, yaitu sekitar seperlima dari jumlah kasus yang terjadi.Terdapat kurang lebih 100.000 kasus penularan penyakit tuberkulosis yang menyerang anak-anak di negara Indonesia.Hal tersebut membuktikan bahwa masih banyak orang tua yang tidak mengetahui bahwa bayi dan anak balitanya pun dapat terserang penyakit tuberkulosis, kebanyakan dari mereka menyangka bahwa penderitanya hanya orang dewasa saja (Ginanjar, 2008).
Penyakit TBC pada anak merupakan fenomena yang sangat mencemaskan. Rumitnya persoalan seputar TBC pada anak, antara lain disebabkan oleh sulitnya mendeteksi gejala penyakit tersebut secara dini Selain itu, sering kali anak penderita TBC terlambat dibawa berobat ke puskesmas atau rumah sakit terdekat (Ginanjar, 2008). Adapun yang menjadi permasalahan lainnya adalah faktor sebagian besar penderita TBC adalah masyarakat miskin yang tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatannya sangat rendah
Di kota Bandung sendiri, jumlah kematian anak balita menurut laporan dari rumah Sakit yang berada di Kota Bandung adalah sebanyak 69 anak. Dari jumlah tersebut ada diantaranya 4 kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis paru (Depkes RI, 2007). Hal ini membuktikan
(4)
4 bahwa minimnya media penyuluhan yang efektif bagi masyarakat khususnya para orang tua untuk mengetahui bahwa penyakit TBC dengan sangat mudah dapat menular pada anak mereka. Ditambahkan pula bahwa banyaknya penyakit TBC pada anak dikarenakan kurangnya kesadaran orang tua untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan bermain anak, serta kebiasaan orang tua yang membiarkan anaknya bermain tanpa pengawasan.Anak yang mengidap TBC berpotensi menimbulkan berbagai persoalan, mulai dari kasus gagal tumbuh, dan kecacatan. Hal tersebut berpengaruh kepada masa depan sang anak. Secara otomatis akan terjadi penurunan sumber daya manusia yang bermanfaat untuk kedepannya.
Kurangnya pengetahuan orang tua untuk menghadapi penyakit TBC yang menular pada anak diantaranya disebabkan oleh minimnya media informasi dan penyuluhan yang menjelaskan tentang cara mengantisipasi penularan TBC. Media informasi tentang TBC seringkali hanya dipublikasikan di sarana-sarana kesehatan seperti rumah sakit atapun puskesmas.Hal tersebut menyebabkan informasi tentang penularan penyakit TBC tersebut tidak tersampaikan kepada orang tua secara langsung.
1. 2. Identifikasi Masalah
Dengan mengacu kepada uraian diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang menjadi faktor tingginya jumlah penderita TBC khususnya pada anak dan balita. Adapun uraian permasalahannya adalah sebagai berikut:
(5)
5 - Tinginya jumlah penderita TBC di kota Bandung khususnya penderita pada usia anak dan balita disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat akan bahaya penyakit TBC.
- Kurangnya kesadaran anggota keluarga khususnya orang tua untuk memeriksa kesehatan anak sejak dini dan memberikan asupan gizi yang cukup.
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mewujudkan kondisi lingkungan tempat tinggal dan bermain anak yang sehat dan bebas dari penularan penyakit.
- Masih kurangnya media informasi yang didapat masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan ataupun penanganan penularan penyakit TBC pada anak.
1. 3. Batasan Masalah
Bedasarkan permasalahan yang diindentifikasi, agar pemecahan permasalahan dapat lebih fokus, pemecahan permasalahan seputar pengetahuan masyarakat akan TBC dibatasi bedasarkan subjek yang akan menerima informasi yakni ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan-kawasan padat di wilayah Kota Bandung. Subjek tersebut ditentukan bedasarkan alasan akan peranan ibu rumah tangga yang secara langsung berpengaruh penting terhadap cara merawat dan menjaga kesehatan anak yang dimilikinya. Adapun wilayah yang dijadikan tempat observasi adalah wilayah kelurahan Cicadas yang merupakan wilayah pemukiman padat penduduk.
(6)
6 1. 4 Tujuan Perancangan
Tujuan utama perancangan media informasi ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat kota Bandung mengenai cara pencegahan dan penanganan penyakit TBC yang menular pada anak. Selain itu, diharapkan perancangan media informasi ini dapat mendukung permerintah untuk menekan jumlah penyebaran penyakit TBC di kota Bandung khususnya TBC yang menular pada anak.
(7)
7 BAB II
MEDIA INFORMASI PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK
2.1. Penyakit Tuberkulosis
2.1.1. Definisi Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008,).
Bentuk bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil
tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (batang tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 µm dan lebar 0,2 – 0,5 µm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010)
Gambar 2.1 Mycobacterium Tuberculosis
(8)
8 Penyakit tuberkulosis dapat menyerang pada siapa saja tidak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja.Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemis yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh (Depkes RI, 2005).Bakteri tuberkulosis akan menyebabkan terjadinya kerusakan permanen pada paru yang dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, antara lain
pleura effusion (pengumpulan cairan diantara paru-paru dan dinding rongga dada) atau pneumothorax (terdapat udara diantara paru-paru dan dinding rongga dada) (Aditama, 2002).
TBC sangat berbahaya karena bisa menyebabkan seseorang meninggal dan sangat mudah ditularkan kepada siapa saja dimana 1 orang pasien TBC dengan Baksil Tahan Asam (BTA) Positif bisa menularkan kepada 10–15 orang di sekitarnya setiap tahun (PPTI, 2010).
2.1.2. Sejarah Penyakit Tuberkulosis
Penyakit ini telah lama dikenal di seluruh dunia, bahkan ribuan tahun sebelum Masehi.Bakteri ini pernah teridentifikasi di satu tubuh mumi Mesir yang berusia 2.400 SM. Bakteri yang menyebabkan penyakit TBC ini berhasil diidentifikasi oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1892. Robert Koch berhasil meneliti dan membiakan bakteri tersebut, serta mengumumkannya secara resmi pada pertemuan Perhimpunan Ahli Fisiologi di Berlin, Jerman (Ginanjar, 2008).
(9)
9 Sejarah pun mencatat berbagai upaya yang dilakukan manusia dalam usahanya menangani TBC. Mulai dari uji coba vaksin BCG
(Bacille CalmetteGuérin) pada tahun 1920, ditemukannya streptomycin
dan PAS dalam pengobatan TBC pada tahun 1943, disusul oleh
Isoniazid (INH) pada tahun 1952, hingga penemuan pada tahun 1960 oleh Dr. John Crofton, seorang ahli TBC dari Universitas Edinburgh yang menyatakan bahwa kombinasi dari PAS, streptomycin dan INH,
dapat menyembuhkan TBC (Depkes RI, 2011)
2.1.3. Penularan Penyakit Tuberkulosis di Dunia
Pada tahun 1993, Badan Kesehatan Dunia WHO (World HealthOrganization) menyatakan TBC sebagai kegawatdaruratan global (Global health emergency) dengan perkiraan sepertiga penduduk dunia terinfeksi oleh TBC. Pada tahun itu pun strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Short Course) diujicobakan di India, beberapa negara di Afrika dan di Indonesia. Hingga saat ini strategi DOTS
dinyatakan sebagai strategi yang paling efektif dalam mengendalikan TBC (Depkes RI, 2011).
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2006 terdapat 9,24 juta penderita TBC diseluruh dunia, pada tahun 2007 jumlah penderita naik menjadi 9,27 juta jiwa . Dan hingga tahun 2009 angka penderita TBC menjadi 9,4 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 1,8 juta jiwa meninggal (600.000 diantaranya adalah perempuan) naik dari angka kematian pada tahun 2007 yang berjumlah 1,77 jiwa. Setiap harinya terdapat
(10)
10 4.930 orang meninggal disebakan oleh TBC. Menurut fakta yang ada sebagian besar penderita TBC adalah usia produktif (15-55 tahun).
Sebagian besar penderita TBC terdapat di negara-negara berkembang.Perkiraan jumlah insiden yang ditemukan di setiap negara di dunia dapat dilihat pada gambar peta dibawah ini.
Gambar 2.2 Peta jumlah insiden TBC di dunia tahun 2009
Sumber: http://gamapserver.who.int/mapLibrary/Files/Maps/
2.1.4. Penularan Tuberkulosis di Indonesia
Di Indonesia penyakit Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Bedasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1993, di Indonesia penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan lainnya, dengan angka insiden
(11)
11 sebesar 107 per 100 ribu penduduk. Indonesia pun menempati posisi ketiga dalam kasus penderita TBC terbesar di dunia, setelah India dan China. Pada tahun 1999 WHO memperkirakan terdapat 528.000 kasus baru TBC per tahun di Indonesia, yang hampir separuhnya adalah TBC yang menyerang paru-paru, dan 140.000 kasus menyebabkan kematian. (Depkes RI, 2007).
Laporan TBC dunia oleh WHO tahun 2006, pernah menempatkan Indonesia sebagai penyumbang terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 jiwa dan jumlah kematian sekitar 101.000 jiwa per tahun. Di Indonesia Jumlah kematian akibat penyakit tuberkulosis menurut WHO hingga tahun 2008 menurun mencapai 88.113 jiwa dari jumlah kasus penularan TBC yang berjumlah 534.439 jiwa. Sedangkan pada tahun 2009 kasus penularan TBC menurun mencapai jumlah 528.063 jiwa untuk semua kasus TBC baru dan 236.029 untuk kasus TBC BTA positif, akan tetapi angka kematian naik menjadi 91.368 jiwa. Sepertiga dari jumlah tersebut terdapat di sekitar puskesmas, sepertiga ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktik swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.Sedangkan prevalensi untuk semua kasus TBC diperkirakan sebanyak 565.614 atau 244/100.000 penduduk.Angka kematian karena TBC diperkirakan 91.368 per tahun atau setiap hari 250 orang meninggal karena TB. (Depkes RI, 2010)
(12)
12 Penanganan fenomena TBC oleh pemerintah merupakan poin ke 5 dari bagian target deklarasi MDGs (Millenium Development Goals)
yang diprogramkan oleh PBB dan diikuti oleh 189 negara termasuk Indonesia. Pada deklarasi tersebut disepakati 8 tujuan untuk mencapai
MDGs di tahun 2015 yaitu: memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai 10 universal primary education, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Tuberkulosis, memastikan lingkungan yang kesinambungan, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. (Depkes RI, 2010).
Pada tahun 2010 menteri kesehatan Indonesia dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,Dr.PH menyatakan bahwa peringkat Indonesia dari negara ke-3 di dunia penyumbang kasus TBC terbanyak turun menjadi peringkat ke-5. Target keberhasilan pengobatan atau
success rate mencapai 89,6% melebihi taget yang ditetapkan yaitu 85%. Target MDGs untuk Pengendalian TBC adalah prevalensi TBC menurun menjadi 222 per 100.000 penduduk dan angka kematian TBC menurun sampai 46 per 100.000 di tahun 2015. Berdasarkan Global Report TBCWHO tahun 2010, Prevalensi TBC di Indonesia adalah 285 per 100.000 penduduk, sedangkan angka kematian TBC telah turun menjadi 27 per 100.000 penduduk. Artinya, target MDGs untuk angka
(13)
13 prevalensi TBC diharapkan akan tercapai pada 2015. (Depkes RI, 2011).
Hal tersebut membuktikan bahwa program DOTS (Directly Observed Treatment, Short Course) yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun 1995 telah berjalan dengan baik. Bukti lain Indonesia telah dapat mencapai target MDGs dengan melaksanakan program DOTS adalah penurunan angka kasus TBC di Indonesia sejak tahun 1990 hingga tahun 2009 yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini .
Angka Prevalensi, Insidensi dan Kematian di Indonesia Tahun 1990 dan 2009
Kasus TBC
Tahun 1990 Tahun 2009
Per tahun
Per 100 .000 penduduk
Per
hari Per tahun
Per 100 .000 penduduk Per hari Indensi Semua jenis TBC
626.867 343 1.717 528.063 228 1.447
Prevalensi
semua TBC 809 443 2.218 565.641 244 1.150
Insiden Kasus Baru
TBC Paru posistif
282.090 154 773 236.029 102 674
Kematian 168.956 92 463 91.369 39 25
Table 2.1
(14)
14 Akan tetapi usaha pemerintah dalam memberantas TBC di Indonesia harus terus berjalan.Saat ini pemerintah telah mencanangkan program pemeriksaan dan pengobatan TBC gratis bagi masyarakat kurang mampu di setiap Puskesmas di Indonesia.Akan tetapi sosialisasi yang dilakukan pemerintah dirasakan kurang efektif.Hal tersebut menyebabkan banyak masyarakat penderita TBC tidak mengetahui program tersebut.
2.1.5. Penularan Tuberkulosis di Wilayah Kota Bandung
Penemuan kasus TBC Paru di Kota Bandung tahun 2007 secara klinis adalah sebesar 1.194 kasus, dengan BTA positif sebesar 973 kasus. Jumlah ini menurun tajam dibandingkan tahun 2006 sebanyak1.098 kasus dengan BTA positif.Jumlah tersebut adalah jumlah kumulatifdari penderita yang sedang dalam masa pengobatan tahun sebelumnya.Sedangkan jumlah penderita sembuh pada tahun 2007 sebesar 858jiwa atau 87 %. Angka ini belum memenuhi target SPM Kota Bandungsebesar 90,00%. Pada tahun 2007, di kota bandung sendiri terdapat kasus baru kematian yang disebabkan TBC sebanyak 24 jiwa pada kelompok umur 15-55 tahun, 7 anak balita pada kelompok umur 1-4 tahun, dan 2 kasus kematian pada bayi usia dibawah 1 tahun(Dinkes Kota Bandung, 2007).
Hingga tahun 2010 jumlah penderita TBC di kotamadya dan kabupaten Bandung adalah 7.958 jiwa.Sementara penderita TBC dari golongan anak-anak sebanyak 1.840 anak. Angka tersebut
(15)
15 membuktikan bahwa masih tingginya kasus TBC di masyarakat Kotamadya maupun Kabupaten Bandung (Dinkes Kota Bandung, 2011).
Menurut Ginanjar (2008), tingginya angka penularan TBC di Indonesia disebabkan oleh 4 faktor yaitu:
- tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi
- banyaknya pemukiman padat di daerah kumuh perkotaan - rendahnya kesadaran hidup sehat
- terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan
Selain 4 faktor tersebut, tingginya jumlah kasus TBC di kota Bandung disebabkan oleh faktor lemahnya ekonomi dan pendidikan sebagian masyarakat miskin di kota Bandung. Hal tersebut mempengaruhi pandangan masyarakat kota Bandung dalam menangani dan mencegah penularan penyakit. Gizi buruk pun menjadi salah satu faktor tingginya TBC di kalangan anak dan balita di kota Bandung.
2.2. Penularan Penyakit Tuberkulosis pada Anak
Penyakit TBC pada anak merupakan penyakit sistemik yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, baik organ paru maupun organ lainnya (ekstra paru).Penyakit TBC pada anak didapatkan dari penularan oleh orang dewasa.Penularan dari orang dewasa yang menderita TBC ini, biasanya
(16)
16 melalui inhalasi butir sputum penderita yang mengandung kuman TBC, ketika penderita dewasa batuk, bersin atau berbicara (Heinz, 1993).
Menurut Kartasasmita (2002), mengatakan bahwa seorang penderita TBC dewasa dengan BTA positif akan menularkan kepada 10 orang di lingkungannya terutama anak-anak. Sehingga bila prevalensi TBC dewasa tinggi, tentu TBC anak pun akan tinggi pula. Oleh karena itu sangat penting mendeteksi TBC dewasa sehingga setiap anak yang mempunyai resiko tertular dapat diberikan pencegahan.
Pada tahun 2007 Jumlah Kematian Balita 1-4 tahun di menurut laporan dari rumah sakit yang berada di kota Bandung sebanyak 69 jiwa. Dari jumlah tersebut ada diantaranya 7 kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit tuberkulosis, 4 diantaranya menyerang selaput otak (meningitis). Pada kelompok usia dibawah 1 tahun terdapat 2 kasus baru kematian akibat TBC dari 92 angka kematian pada bayi yang disebabkan oleh penyakit. (Dinkes Kota Bandung, 2007).
Menurut Dinas Kesehatan Kota bandung (2011), hingga tahun 2010 terdapat 1.840 kasus penyakit TBC yang menular pada anak di wilayah kotamadya dan kabupaten Bandung. Besarnya kasus TBC pada anak di Indonesia disebabkan karena beberapa hal. Rumitnya mendeteksi anak sejak dini dikarenakan sulitnya mendapatkan diagnosis anak- pasti melalui tes sputum (dahak) karena anak biasanya belum dapat mengeluarkan
sputum. Persepsi bahwa anak-anak tidak menularkan TBC pun menjadi salah satu faktor tingginya kasus TBC di Indonesia. (Ginanjar, 2008)
(17)
17 2.2.1. Mekanisme Penularan TBC Paru pada Anak
2.2.1.1. Mekanisme Penularan Melalui Pernafasan
Mekanisme penularan melalui pernafasan adalah yang paling sering terjadi.Bayi dan anak-anak rentan tertular TBC melalui percikan dahak yang dikeluarkan seseorang penderita TBC dewasa yang ada disekitarnya. Percikan dahak yang banyak mengandung bakteri M. Tuberculosis ini sebagian langsung jatuh ke permukaan tanah, dan sebagian lainnya melayang di udara. Pada rumah atau ruangan yang memilki sirkulasi udara yang baik, percikan dahak akan terbawa keluar rumah oleh aliran udara. Namun sebaliknya, jika sikurlasi udara buruk, percikan dahak ini akan tetap berada di dalam ruangan dan berpotensi menjadi media penularan yang efektif. M. Tuberculosis yang terdapat dalam percikan dahak tersebut terhisap ke dalam saluran nafas bayi atau anak yang rentan. Bakteri ini kemudian masuk ke dalam paru-paru penderita, berkembangbiak, membentuk koloni, dan terus merusak jaringan paru-paru (Ginanjar, 2008).
2.2.1.2. Penularan Penyakit Secara Langsung
Penyakit TBC juga dapat menular secara langsung melalui kulit yang terinfeksi oleh M. Tuberculosis.Jaringan kulit yang utuh merupakan sistem pertahanan tubuh terluar yang baik.Namun, jika terdapat kerusakan jaringan ini, meskipun
(18)
18 hanya berukuran kecil, dapat menyebabkan rentan terinfeksi oleh berbagai penyakit termasuk TBC.
Bagian yang berpotensi terinfeksi adalah bagian yang sering terbuka, seperti kulit muka dan tangan.TBC kulit merupakan kasus yang jarang didapatkan.Kecurigaan mengenai kemungkinan adanya TBC kulit jika ditemukan pada kelainan kulit bayi atau anak yang memilki riwayat kontak erat dengan penderita TBC dewasa (Ginanjar, 2008).
2.2.1.3. Perluasan Organ Tubuh yang Terinfeksi Melalui Darah
Menurut Aditama (2002), tuberkulosis ada kalanya dapat menjalar ke organ tubuh lain melalui aliran darah. Terkadang pula infeksi primer tidak terjadi pada paru-paru, tetapi pada sendi atau tulang, ginjal, usus rahim dan getah bening (leher), dampak yang terberat adalah dapat menyebabkan kematian.
Pada sebagian kasus, perluasan penyakit TBC dapat terjadi melalui peredaran darah.Kerusakan yang terjadi pada jaringan paru-paru penderita TBC dengan daya tahan tubuh yang buruk, memudahkan penyebaran bakteri M. Tuberculosis
melalui pembuluh darah di daerah paru-paru keseluruh organ tubuh.
Perluasan penyakit TBC melalui darah ini sebanyak 0,5% sampai 3% diantaranya akan menimbulkan TBC berat seperti
(19)
19 TBC miller dan meningitis yang mengancam keselamatan jiwa bayi atau anak. Selain itu, penyebaran per hematogen ini dapat menimbulkan TBC pada ginjal, sendi (5-10 persen) maupun tulang, kulit, maupun organ tubuh lainnya.
Bayi atau anak penderita TBC miller dan meningitis
biasanya terlambat dibawa keluarga ke rumah sakit.Penderita TBC berat ini biasanya datang dalam kondisi kejang atau bahkan tidak sadarkan diri (koma), sehingga kerap tidak memberikan hasil memuaskan (Ginanjar, 2008).
2.2.2. Penyebab Penyakit Tuberkulosis pada Anak
Menurut Ginanjar (2008) Anak-anak dan bayi lebih rentan terinfeksi bakteri TBC. TBC yang menular pada anak disebabkan oleh beberapa faktor , diantaranya adalah
- Sistem Imunisasi anak yang belum sempurna. Kondisi ini menyebabkan seorang anak relatif mudah tertular penyakit yang disebabkan virus ataupun bakteri, termasuk TBC. - Kontak erat anak-anak dan bayi dengan penderita TBC
dewasa di lingkungan sekitarnya.
- Kurangnya kesadaran orang tua untuk menciptakan kondisi lingkungan tempat tinggal dan tempat bermain anak yang bersih, sehat dan bebas dari asap rokok.
- Buruknya kualitas gizi yang diberikan orang tua kepada anak-anak dan bayi. Kurangnya kesadaran seorang ibu
(20)
20 dalam memberikan ASI ekslusif kepada bayinya hingga berumur 2 tahun.
- Kurangnya kesadaran orang tua untuk melakukan vaksinasi BCG (Basil Calmette Guerin) kepada bayi sejak bayi baru dilahirkan.
2.2.3. Gejala Klinis Penyakit Tuberkulosis Paru pada Anak
Gejala umum TBC paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum (dahak), gejala malaise (nyeri sendi), gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk disertai darah. (Mansjoer, 1999).
Sama halnya dengan gejala TBC pada umumnya, sebelum pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, seorang anak dapat dicurigai terserang TBC jika terdapat gejala-gejala seperti:
- Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik.
- Nafsu makan tidak ada dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik dengan adekuat.
- Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat dingin pada malam hari.
(21)
21 - Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih
dari 30 hari, tanda cairan di dada dan nyeri dada.
- Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen (Perut), dan tanda-tanda cairan dalam
abdomen (TBCindonesia.or.id, 2011).
Gejala-gejala tersebut dapat dilihat sebelum melakukan permeriksaan klinis.Jika orang tua melihat gejala tersebut maka sebaiknya orang tua segera memeriksakan kesehatan anak dan bayinya ke dokter atau rumah sakit. Adapun faktor pendukung lainnya yang menguatkan penularan TBC pada anak dan bayi adalah:
- Orang tua, ataupun keluarga dekat sang anak memiliki tes tuberkulosis BTA positif dan memiliki sejarah kontak erat dengan sang anak atau bayi.
- Setelah divaksinasi BCG dalam waktu 3-7 hari pada tubuh anak atau bayi timbul reaksi hebat, di wilayah suntikan akan menjadi kemerah-merahan.
- Hasil foto rontgen dada menunjukan gambaran yang mendukung adanya infeksi TBC.
- Hasil tes sample darah dan samplesputum (dahak) pada anak, dan menunjukan hasil BTA positif.
Pemeriksaan kasus TBC pada anak secara dini akan menghasilkan pengobatan yang optimal sekaligus menghindari
(22)
22 terjadinya kecacatan ataupun kematian. Oleh karena itu orang tua hendaknya mengetahui akan kesehatan anaknya sejak dini dan sebisa mungkin dapat menjaga anaknya dari segala resiko penularan penyakit.
2.2.4. Jenis-jenis TBC pada Anak
2.2.4.1. TBC Paru-Paru
TBC paru-paru merupakan jenis TBC yang paling sering ditemui disetiap kasus.Hal ini disebabkan saluran pernafasan merupakan jalur utama penularan bakteri M. tuberculosis .Paru-paru manusia terbagi atas dua bagian, yakni .Paru-paru-.Paru-paru kanan dan kiri.Paru-paru sebelah kanan relatif lebih mudah terinfeksi oleh bakteri M. tuberculosis.Tanda-tanda adanya infeksi TBC pada paru-paru adalah bedasarkan rontgen yang ditandai adanya becak-bercak bewarna putih di daerah percabangan
bronchus yang besar dan lebih kecil. 2.2.4.2. TBC Kelenjar Getah Bening
Bentuk TBC kelenjar getah bening sering dijumpai, dan yang paling sering terinfeksi adalah yang berada di bawah leher. Selain itu, infeksi tuberkulosis dapat menyerang kelenjar getah bening di daerah ketiak ataupun selangkangan. Pada daerah kelenjar getah bening yang terinfeksi terdapat beberapa benjolan berukuran sebesar kacang kedelai, lunak, kenyal, dan umumnya tidak sakit.
(23)
23 2.2.4.3. TBC Mata
TBC mata dapat terjadi karena infeksi M. tuberculosis
secara langsung maupun melalui peredaran darah.Infeksi yang terjadi umumnya menyerang kelopak mata dan selaput bening mata (kornea).TBC mata sering ditemui pada anak 3-15 tahun.Gejala yang sering dikeluhkan adalah iritasi, rasa nyeri, mata berair, mapun rasa silau pada mata.
2.2.4.4. TBC Perut
TBC perut atau TBC peritonitis merupakan jenis TBC yang jarang ditemukan pada penderita TBC anak, yakni hanya sebesar 1-5 persen dari seluruh kasus TBC yang terjadi.Infeksi bakteri M. tuberculosis pada rongga perut menyebar melalui kelenjar getah bening disekitar usus maupun peredaran darah.
Keluhan yang ditemukan beragam, diantaranya adalah diare yang berlangsung lama, perut kembung, sulit buang air besar, mual, muntah, demam yang tinggi, ataupun rasa nyeri dibagian perut.
2.2.4.5. TBC Tulang dan Sendi
TBC tulang dan sendi ditemukan kurang lebih 1-7 persen dari seluruh kasus TBC.Tulang belakang merupakan bagian yang paling sering diserang.Keluhan yang timbul sangat bergantung pada lokasi sendi atau tulang yang terinfeksi. Jika
(24)
24 Infeksi menyerang daerah sendi pinggul, maka anak mungkin akan berjalan pincang atau sulit berdiri.
2.2.4.6. TBC Ginjal
TBC pada saluran ginjal sangat jarang ditemui pada anak-anak.Hal ini disebabakan oleh lamanya waktu yang dibutuhkan sejak mulai terinfeksi M. tuberculosis hingga berkembang menjadi TBC ginjal, yakni sekitar 7-10 tahun.Keluhannya berupa air kencing yang berwarna merah karena bercampur darah, namun tidak disertai rasa nyeri pada saat buang air kecil.
2.2.4.7. TBC Kulit
Infeksi M. tuberculosis masuk melalui kulit yang tidak utuh (abrasi) ataupun mengalami luka. Infeksi kemudian menyebar secara lokal melalui kelenjar getah bening di sekitar kulit tersebut.Infeksi dapat berkembang menjadi kumpulan nanah (abses) jika tidak segera diobati.
Keluhan biasanya terkait dengan rasa nyeri atau timbulnya nanah di daerah kulit yang terinfeksi. Dengan pengobatan TBC kulit secara dua bulan, TBC tersebut akan sembuh secara tuntas.
(25)
25 Ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan orang tua ketika menyadari anaknya telah terjangkit penyakit TBC, diantaranya adalah:
- Segera memeriksakan kesehatan anak ke dokter ataupun rumah sakit yang dipercaya. Jika anak dianggap terjangkit TBC maka dokter akan memberikan resep obat anti tuberkulosis (OAT). Obat tersebut diberikan dalam masa observasi yang bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut apakah sang anak positif tertular TBC atau tidak.
- Selalu memeriksakan kondisi kesehatan anak dan bayi ke dokter ataupun rumah sakit secara rutin. Pemeriksaan (check up) harus dilakukan ketika usai pengobatan. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penyakit TBC pada anak dan bayi tersebut kembali kambuh. Jika terdapat tanda-tanda masih terjangkit TBC, maka pengobatan akan dilanjutkan hingga tuntas.
- Tetap menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal dan bermain anak.
- Tetap mengizinkan anak bersosialisasi dengan pengawasan dari orang tua. Pengawasan orang tua sangatlah penting agar penyakit TBC pada anaknya tidak menular kepada anak lain. Orang tua dapat mengajarkan cara batuk yang benar, tidak membuang dahak disembarang tempat, selalu menjaga
(26)
26 kebersihan dan menganjurkan sang anak untuk menggunakan masker
2.2.6. Pengobatan Penyakit TBC pada Anak
Pengobatan TBC pada anak dilakukan dengan mengacu kepada anjuran yang diprogramkan pemerintah yaitu strategi DOTS (Directly Observed Treatment). Strategi DOTS adalah cara ampuh mengobati TBC yang mensyaratkan adanya seorang pengawas menelan obat (PMO) bagi anak penderita TBC yang sedang menjalani pengobatan.
PMO adalah seseorang yang membantu pasien TBC untuk menjalani pengobatan dengan cara mengingatkan dan mengawasi untuk menelan obat dan memberi dorongan moril agar pasien TBC tidak berputus asa (PPTI, 2010).
Seorang PMO ditunjuk oleh seorang dokter dan dapat berasal dari pihak keluarga penderita.Pengobatan TBC pada anak dilakukan secara rutin selama 6-9 bulan. Seorang PMO harus sabar dalam mengawasi pengobatan sang anak. Jika pengobatan dilakukan dengan benar, sang anak dapat sembuh total dan terhindar dari resiko kecacatan ataupun kematian.
2.2.7. Pencegahan Penularan Penyakit TBC pada Anak
Mencegah penularan penyakit TBC sejak dini merupakan tindakan yang paling tepat agar anak dan bayi tidak tertular. Adapun
(27)
27 hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua agar anak dan bayinya tidak tertular adalah dengan langka-langkah dibawah ini:
- Berikan anak dan bayi imunisasi BCG. Pemberian imunisasi baiknya ketika seorang bayi baru dilahirkan. Hal tersebut bertujuan menghindari bayi terinfeksi TBC terlebih dahulu. Bayi pengidap TBC akan lebih parah penykitnya ketika di beri vaksin
BCG. Oleh karena itu pemberian vaksin BCG harus dilakukan sedini mungkin.
- Menciptakan lingkungan yang sehat. Hal yang perlu diperhatikan orang tua diantaranya adalah pencahayaan ruangan tempat tinggal, ventilasi udara yang baik untuk memudahkan sirkulasi udara di rumah, dan tetap menjaga kebersihan rumah.
Menurut Notoatmodjo (2003) lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap status kesehatan penghuninya termasuk dalam penyebaran kuman TBC.Lingkungan rumah yang terkait dengan kejadian TBC adalah meliputi lingkungan fisik (ventilasi, suhu, kelembaban, dan pencahayaan) dan lingkungan sosial (kepadatan penghuni).Sehingga untuk mengetahui kondisi lingkungan rumah tersebut memerlukan pemeriksaan yang khusus dan sulit untuk dilakukan karena memerlukan alat & waktu yang khusus.
(28)
28 - Orang tua harus memberikan anak atau bayinya asupan gizi yang baik dan mencukupi. ASI merupakan asupan gizi yang sangat penting bagi bayi agar terhidar dari segala penularan penyakit.
- Jika orang tua berisiko tinggi TBC dan takut menulari anak dan bayinya, maka berilah obat pencegahan INH pada anak dan bayinya. Dan tentu saja, orang tua pun menjalani pengobatan TBC dengan benar.
2.3. Pengetahuan Masyarakat akan Penularan TBC pada Anak
Berdasarkan hasil survei prevalensi TBC yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) menunjukkan bahwa 76% keluarga masyarakat Indonesia pernah mendengar tentang TBC, 26% dapat menyebutkan dua tanda dan gejala utama, 51% memahami cara penularannya, dan hanya 19% yang mengetahui bahwa program pengendalian TBC menyediakan obat TBC gratis.(Depkes RI, 2011)
Stigma TBC di masyarakat terutama dapat dikurangi dengan meningkatkan pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai TBC, menyingkirkan mitos-mitos TBC melalui kampanye pada kelompok tertentu dan membuat materi informasi penyuluhan yang sesuai dengan budaya setempat (Depkes RI, 2010).
(29)
29 2.3.1. Hasil Survei
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat di kota Bandung tentang pengetahuan akan penyakit TBC maka dilakukan survei kepada warga masyarakat kota Bandung tersebut. Survei dilakukan kepada 100 orang responden yang berasal dari kalangan ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah Kecamatan Cibeuying Kidul tepatnya di kelurahan Cicadas.
Survei diakukan dengan menyebar kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan seputar TBC. Dari hasil survei yang menanyakan tentang tahu apa tidak tentang penyakit TBC, di dapat 83% dari 100 orang responden yang mengaku mengetahuinya 7% tidak begitu mengetahui, dan 10% sisanya mengaku tidak mengetahui sama sekali. Dari jumlah tersebut, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar responden pernah mendengar tentang penyakit TBC.
Hasil survei dari pertanyaan ke-2 menunjukan bahwa masih banyak dari responden percaya akan mitos yang menganggap TBC sebagai penyakit keturunan. 3% dari 100 orang responden menganggap penyakit tersebut tidak berbahaya, dan 26% menganggap penyakit tersebut merupakan penyakit keturunan. Sebagian besar sisnya diantaranya mengetahui TBC adalah penyakit yang sangat berbahaya. Akan tetapi jumlah presentase tersebut tidak sebanding dengan pengakuan responden pada pertanyaan nomor 1 tentang pengetahuan responden akan TBC. Terjadi selisih presentase yaitu
(30)
30 12%.Dengan jumlah presentase tersebut sangat dikhawatirkan dapat menimbulkan anggapan salah tentang penyakit TBC.
Hasil Survei pada pertanyaan ke-3 menunjukan bahwa banyak dari responden yang belum mengetahui penyebab dari penyakit TBC.Terdapat 42% yang menganggap TBC merupakan virus dan 6% diantaranya menganggap nyamuk menjadi penyebab penularan penyakit tersebut.52 % responden menjawaba benar.
Hasil survei pada pertanyaan ke-4 bahwa hanya 66% dari responden menjawab benar.Sebanyak 34% diantaranya menganggap TBC hanya diderita oleh orang dewasa.Hal tersebut selaras dengan pertanyaan ke-7.Sedangkan sisanya 68% responden yang mengetahui bahwa anak-anak dan bayi dapat tertular TBC.
Pada pertanyaan ke-5, 70 % dari responden mengetahui cara penularan TBC paru. Sebanyak 27% masih menganggap makanan dan minuman menjadi perantara utama yang menularkan penyakit TBC khususnya TBC paru.Dari presentase hasil jawaban yang benar, dapat disimpulkan bahwa masyarakat masih mengetahui bahwa penularan utama TBC adalah lewat udara yang terkontaminasi oleh basil dari batuk penderita TBC.
Pada pertanyaan ke-6, hampir setengah dari responden mengetahui 4 gejala jika anak terserang TBC.dengan melihat angka
(31)
31 presentase responden yang menjawab benar, maka informasi tentang gejala utama jika anak tertular TBC perlu diutamakan.
Pada pertanyaan ke-8, 43% mengetahui bahwa BCG merupakan imunisasi yang harus diberikan agar anak terbebas dari penularan TBC pada usia dini. 40% diantarnya menjawab tidak tahu, angka presentae tersebut cukup besar.Seharusnya orang tua mengetahui fungsi dari immunisasi BCG agar orangtua memiiki kesadaran untuk menjaga anaknya dari penularan TBC sedini mungkin.
Pertanyaan ke-9 membuktikan bahwa masih banyak responden yang tidak mengetahui bawa TBC dapat menyerang organ lainnya.Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat awam hanya mengetahui bahwa TBC hanya menyerang paru-paru saja.
Hasil survei dari pertanyaan ke-10 menghasilkan 53 % dari 100 orang responden mengaku tahu cara mencegah penularan TBC. Sedangkan pertanyaan ke-11 hingga ke-13 merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan pentingkah pengetahuan tentang TBC yang menular pada anak diinformasikan.Hasil menunjukan bahwa 100 % responden mendukung hal tersebut.Sebanyak 56 % diantara responden beranggapan bahwa penyuluhan pemerintah kurang berjalan dengan efektif.
(32)
32 2.4. Analisa Permasalahan
Mengacu kepada hasil observasi yang dilakukan oleh penulis kepada seratus orang responden yang berada di beberapa wilayah padat di kota Bandung. Dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat kota Bandung khususnya mereka mempunyai status ekonomi golongan kebawah sebagian besar diantaranya tidak mengetahui secara persis penyakit TBC yang dapat menjangkit anak-anak usia bayi dan balita.
Salah satu penyebab diantaranya adalah berasal dari permasalahan kurangnya ketersediaan media sosialisasi atau penyuluhan tentang penyakit TBC yang disebar di lingkungan pemukiman penduduk.Media tersebut hanya didistribusikan di fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas, dll.Selain itu, sebagian besar media sosialisasi, penyuluhan maupun kampanye sosial yang telah ada hanya memberikan informasi tentang penularan TBC secara umum.Sangat jarang media informasi yang difokuskan kepada penularan TBC pada anak dan bayi.
Penyakit TBC pada anak berbeda dengan penyakit TBC pada orang dewasa dalam hal pencegahan, penanganan dan pengobatannya serta gejala-gejala yang ditimbulkan.Hal tersebut adalah yang menjadi dasar dari perancangan media informasi ini. Diharapkan dengan adanya media informasi yang lebih terfokuskan kepada TBC pada anak akan menekan jumlah penderita TBC dari kalangan anak dan bayi.
(33)
33 2.5. Media Informasi
2.5.1 Definisi Media Informasi
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat.(Sadiman, 2002).
Menurut Wiryanto dalam Pengantar Ilmu Komunikasi (2004) menerangkan bahwa informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang. Proses intelektual adalah mengolah atau memproses apa yang didapat, yang masuk di dalam individu melalu panca indera, kemudian di teruskan ke otak atau pusat syaraf untuk diolah atau diproses dengan pengetahuan, pengalaman, selera dan iman yang dimiliki seseorang. Setelah mengalami pemprosesan stimulus itu dapat dimengerti sebagai informasi. Informasi ini bisa diingat ke otak, bila dikomunikasikan kepada individu atau khalayak, maka akan berubah menjadi pesan.
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan, media informasi adalah media pengantar yang digunakan untuk mengantarkan sebuah informasi yang berisi pengetahuan atau keterangan kepada penerima, lalu diproses secara intelektual oleh penerima dan menjadi sebuah pesan yang dimengerti dan diingat oleh penerima.
(34)
34 2. 5.2. Jenis- Jenis Media Informasi
Media informasi sebagai alat yang menyampaikan suatu informasi harus tepat sasaran agar dapat tersampaikan dengan baik pada target sasaran sehingga dapat bermanfaat bagi pembuat dan penerima informasi, media informasi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
- Media Lini Atas
Merupakan media yang tidak langsung bersentuhan dengan target audiens dan jumlahnya terbatas tetapi jangkauan target yang luas, seperti billboard, iklan televis, iklan radio, balon udara dan lain-lain.
- Media Lini Bawah
Suatu media iklan yang tidak disampaikan atau disiarkan melalui media massa dan jangkauan target hanya berfokus pada satu titik atau daerah, seperti brosur. Poster, flyer, Sign System, dll.
- Media Cetak
Media cetak dapat berupa brosur, koran, majalah, poster,pamflet, spanduk, katalog,
- Media Elektronik
Media ini dapat disampaikan melalui televisi, radio, CD interaktif, kamera, handphone, dan internet.
(35)
35 2. 5.3. Media Informasi dan Kampanye TBC Sebelumnya.
Berikut ini adalah media sosialisasi penyakit TBC yang pernah dipublikasikan oleh pemerintah.Dalam pendistribusian media informasi in, pemerintah memanfaatkan hari TBC sedunia sebagai waktu yang tepat untuk menyebar media-media ini.
2.5.3.1. Media Kampanye dan Informasi TB Day 2007
Pada media kampanye ini menampilkan tagline yang memberikan kewaspadaan akan gejala utama yang timbul jika seseorang terjangkit TBC. Dikemas dengan tagline “AWAS 3B BUKAN BATUK BIASA) dan menggunakan konsep visual berciri khas music dangdut.
Poster
Brosur Depan Brosur Belakang
Gambar 2.3 Contoh Materi Kampanye TB Day 2007 Sumber: http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/arsip/article/140
(36)
36 2.5.3.2. Media Kampanye dan Informasi TB Day 2008
Strategi penyampaian informasi yang dilakukan pada media kampanye ini adalah dengan mengenalkan konsep
tagline “Lawan 3B (Bukan Batuk Biasa) dengan 3A (Anjurkan, Awasi, dan Ajarkan)”.Menggunakan selebriti yang sangat dikenal masyarakat pada umumnya sebagai maskot identitasnya.
Spanduk
Amplop Advetorial
Perangko
Gambar 2.4. Contoh Materi Kampanye TB Day 2008 Sumber: http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/arsip/article/140
(37)
37 2.5.3.2. Media Kampanye dan Informasi TB Day 2010
Pada media kampanye ini, berbeda dengan media kampanye sebelumnya. Pada media kampanye TB DAY tahun 2010 menggunakan tagline yang cukup panjang yaitu, “ Bersama Kita Melakukan Terobosan Melawan Tuberkulosis Menuju Indonesia Bebas TB. Tema visual yang diangkat pun sederhana dan tidak menggunakan selebriti sebagai mascot yang ditampilkan di setiap medianya.
Gambar 2.5. Contoh Materi Kampanye TB Day 2010 Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan Hari TB Sedunia 2010
(38)
38 2.6 Analisa 5W+1H
- What: Memberikan media Informasi kepada orang tua untuk mengenal gejala, cara penanganan, dan pencegahan penyakit menular tuberkulosis yang menjangkit pada anak.
- Why: Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang tua di masyarakat kota Bandung untuk melindungi anaknya dari bahaya penularan penyakit tuberkulosis.
- Who: Para Orang tua, khususnya orang tua yang memiliki anak ataupun bayi yang beresiko tertular penyakit tuberkulosis. - When: Media Informasi akan didistribusikan kepada para orang
tua dimulai dari awal bulan Januari 2012 dan puncaknya pada peringatan hari TBC sedunia yaitu tanggal 24 maret 2012. - Where: Pembagian media Informasi akan difokuskan kepada
masyarakat di wilayah padat kota Bandung. Adapun lokasi pendistribusian lainnya adalah di puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah di setiap daerah yang ditunjuk.
- How: Menyampaikan informasi dan pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis anak kepada masyarakat dengan media Informasi yang berisikan materi dan ilustrasi sederhana.
(39)
39 2.7 Analisa Target Sasaran Khalayak
Analisa target khalayak yang akan menerima media informasi ini diperlukan agar dalam perancangan media informasi ini lebih terfokuskan. Adapun faktor yang menentukan target sasaran masyarakat yang hendak dicapai adalah:
2.7.1 Faktor Demografis - Target Primer:
Orang tua, khususnya seorang Ibu Rumah tangga yang memiliki seorang anak ataupun bayi dengan perkiraan usia antara 25 hingga usia 35 tahun. Pada tingkatan umur 25-35 merupakan usia ideal dimana seorang wanita baru menikah dan memiliki seorang bayi ataupun balita. Beragama Islam,kristen,hindu, ataupun budha. Memiliki pendidikan setara SMA.
- Target Sekunder:
Seluruh golongan masyarakat yang tinggal di kota Bandung. Hal tersebut dikarenakan penularan penyakit TBC tidak memandang golongan manusia.
2.7.2 Faktor Psikologis - Target Primer:
Seorang Ibu rumah tangga yang sangat mementingkan kesehatan dan keselamatan anak atau bayinya akan tetapi
(40)
40 tingkat pengetahuaan tentang penyakitnya rendah. Memiliki minat yang tinggi untuk mendapatkan pengetahuaan tersebut. - Target sekunder:
Seluruh masyarakat kota Bandung dari berbagai golongan yang tingkat kepedulian untuk mencegah penularan penyakit TBC kurang.
2.7.3 Faktor Geografis - Target Primer:
Masyarakat dari berbagai golongan yang tinggal di wilayah padat dan kumuh kota Bandung. Hal tersebut dikarenakan resiko penularan penyakit lebih tinggi di wilayah tersebut.Tingkat sanitasi di wilayah tersebut relatif buruk. Menurut profil kesehatan kota Bandung tahun 2007, persentase rumah yang tergolong rumah sehat hanya 41,28%. Hal tersebut membuktikan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat kota Bandung untuk menciptakan lingkungan sehat dan bebas dari penularan penyakit.
- Target sekunder:
Seluruh wilayah di kota Bandung. Hal tersebut dikarenakan potensi terjadinya penularan TBC dapat terjadi dimana saja.
(41)
41 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1. Strategi Perancangan
Permasalahan yang ditemukan pada analisa tingginya jumlah anak penderita tuberkulosis di sebagian besar wilayah-wilayah kota dan kabupaten Bandung salah satunya adalah dikarenakan kurangnya media informasi yang menjelaskan kepada masyarakat untuk dapat menanggulangi penularan penyakit tuberkulosis pada anak. Sebagai solusi pemecah permasalahan tersebut, hal yang dapat dilakukan adalah merancang kembali media informasi khusus berisi informasi penularan TBC pada anak yang lebih efektif dan mudah dimengerti.
Dalam perancangan media informasi penyakit tuberkulosis pada anak ini, perlu adanya strategi perancangan yang tepat agar pesan yang akan disampaikan kepada target penerima dapat diterima dengan baik dan efektif. Strategi perancangan yang tepat akan menghasilkan suatu bentuk pendekatan yang baik dalam mengkomunikasikan informasi tersebut.
Bentuk media yang digunakan pada media informasi ini adalah poster dan brosur, media tersebut berisikan informasi panduan praktis yang akan disampaikan kepada orang tua, khususnya para ibu rumah tangga tentang penularan penyakit tuberkulosis pada anak. Media informasi tersebut dikemas dengan bentuk pendekatan komunikasi faktual dengan materi yang relevan dan bahasa yang sederahana.
(42)
42 Adapun tahap-tahap dari strategi perancangan yang perlu dilakukan meliputi:
3.1.1. Strategi Komunikasi
Strategi Komunikasi merupakan tahap perencanaan untuk menciptakan sebuah pendekatan komunikasi dari sebuah informasi agar informasi tersebut tepat sasaran dan dapat diterima dengan baik oleh penerimanya.Dalam hal merancang media informasi tentang penyakit TBC ini, maka diperlukan suatu strategi komunikasi yang ringan, mudah dimengerti dan jelas. Maka materi informasi tersebut disampaikan dalam bahasa Indonesia yang baku dan dapat dimengerti.
Strategi komunikasi pada media informasi ini adalah menyampaikan materi-materi dengan komunikasi bersifat informatif, efektif, dan efisien yang dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit TBC yang menular pada anak dengan bedasarkan materi-materi informasi yang relevan.Agar tujuan tersebut tercapai maka, materi yang didalamnya terdapat bahasa medis yang kurang dimengerti, diubah menjadi kalimat-kalimat ringan yang dapat dimengerti semua golongan masyarakat.
Semua materi informasi yang disampaikan dikemas dengan sederhana agar mudah dipahami oleh target.
3.1.1.1 Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi dalam perancangan media informasi ini sangatlah penting agar informasi yang disampaikan tepat
(43)
43 pada sasaran yang dituju.Adapun tujuan perancangan komunikasi ini adalah, selain memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang tua tentang pentingnya penanggulangan penyakit TBC pada anak, perancangan ini diharapkan dapat mengubah perilaku dan menyadarkan masyarakat dalam menyikapi fenomena penularan penyakit TBC.
3.1.1.2. Tema Dasar Informasi
Tema dasar dari informasi yang akan disampaikan adalah “Pengetahuan TBC pada anak , tentang gejala-gejalanya hingga cara penanganan, pengobatan, dan pencegahannya.”
3.1.1.3. Pendekatan Secara Verbal
Bedasarkan hasil dari analisa permasalahan seputar TBC pada anak dan analisa target khalayak yang dituju sebagai penerima informasi ini, maka dalam perancangan media informasi ini akan dilakukan pendekatan komunikasi yang bersifat faktual bedasarkan data dari sumber informasi tentang penanganan penyakit tuberkulosis pada anak dari sumber yang paling relevan. Semua informasi medis yang akan disampaikan tersebut dirangkum menjadi informasi yang sederhana dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan jelas. Hal
(44)
44 tersebut akan mempermudah target khalayak untuk mencerna informasi yang didapat.
3.1.1.4. Pendekatan Secara Visual
Strategi pendekatan visual pada media informasi ini menggunakan teknik ilustrasi kartun yang sederhana dan menarik.Penyampaian pesan melalui bantuan ilustrasi dapat mempermudah pesan infomasi tersebut dipahami oleh penerima. Gaya visual kartun sendiri merupakan gaya visual yang relatif dapat diterima dan dinikmati oleh seluruh golongan usia. Disamping itu, ilustrasi dengan gaya visual kartun akan menjadikan media informasi tersebut menjadi terlihat lebih menarik dan tidak menjenuhkan bagi yang melihatnya.
Gaya visual kartun dipilih dengan alasan orang tua yang baru memilik anak balita cenderung selalu memperhatikan sesuatu yang disukai anaknya.Gambar kartun merupakan gambar yang disenangi oleh anak-anak.Dengan strategi pendekatan visual seperti ini, diharapkan materi informasi yang disampaikan kepada orang tua khususnya ibu selaku target utama dapat tersampaikan dengan mudah dan dapat diingat.
3.1.1.4. Materi Pesan
Pesan utama yang akan disampaikan pada media informasi ini adalah segala informasi pengetahuan yang harus
(45)
45 diketahui oleh para orang tua tentang penularan tuberkulosis pada anak. Pesan informasi yang akan disampaikan dibagi menjadi beberapa materi pokok yang diantaranya adalah,
- Informasi gejala-gejala jika anak terjangkit TBC - Informasi tentang penyebab penyakit TBC pada anak - Informasi penanganan serta pengobatan ketika anak
terjangkit TBC.
- Informasi tentang cara pencegahan penyakit TBC agar tidak menular pada anak.
3.1.2. Strategi Kreatif
Media informasi TBC pada anak ini disampaikan dengan media utama berupa 4 seri poster yang berisi informasi dengan dilengkapi ilustrasi kartun yang menarik. Media informasi ini dikemas dengan identitas yang menarik, yaitu dengan membuat sebuah karakter super
hero. Pembuatan karakter tersebut bertujuan agar media informasi yang akan disampaikan kepada khalayak terlihat menarik dan tidak membosankan. Disamping itu karakter tersebut dapat menjadi identitas utama pada media informasi ini. Karakter tersebut dapat dijadikan sebuah identitas pengingat agar khalayak yang melihatnya akan selalu tersadar tentang pentinganya mengetahui penularan TBC pada anak. Agar informasi ini dapat diterima dengan baik, maka media utama serta media pendukung haruslah menarik, kreatif dan efektif. Hal ini perlu dilakukan untuk menarik target sasaran sehingga dapat terpengaruh
(46)
46 oleh informasi ini. Dalam merancang media informasi tentang penyakit TBC pada anak-anak ini, telah dibuat beberapa strategi untuk menunjang perancangan, diantaranya adalah:
3.1.2.1 Pembuatan Headline dan Tagline
Konsep strategi kreatif dalam pembuatan Headline
didasarkan dari hasil penelitian di lapangan yaitu kurangnya pengetahuan dari orang tua dalam menyikapi penyakit TBC yang menular kepada anak, maka headline dari media Informasi ini adalah “WASPADA ! TBC BISA MENYERANG ANAK”. Dengan kalimat headline tersebut diharapkan dapat memberikan suatu peringatan bahkan penyakit TBC pun dapat menulari anak-anak.
Sedangkan kalimat tagline-nya adalah “KETAHUI LEBIH DINI SEBELUM TERLAMBAT”. Adapun arti dari tagline tersebut adalah, dengan mengetahui gejala-gejala TBC pada anak lebih dini dan mengetahui organ-organ mana saja yang dapat tertular TBC, bagaimana cara penanganan, pengobatannya, serta pencegahnnya dapat mengurangi resiko penularan yang lebih parah.
3.1.2.2 Gagasan Visual
Gagasan visual dibentuk bedasarkan tema dasar dan materi informasi yang akan disampaikan. Bentuk visual yang akan disampaikan berupa informasi yang dilengkapi dengan
(47)
47 gambar ilustrasi yang sesuai dengan materi informasi yang disampaikan.
3.1.2.3 Pembuatan karakter Visual
Pendekatan kreatif untuk menentukan karakter visual yang akan dibuat adalah melalui analisa target khalayak yang menerima informasi ini. Maka didapatlah gaya visual kartun yang sederhana dengan beberapa karakter yang mencerminkan keluarga yang di dalamnya terdapat Ayah, ibu, dan anak yang tertular TBC, juga karakter super hero sebagai identitas visual yang mencerminkan kekuatan dan kesehatan. Karakter tersebut diberi nama Kapten Koch. Karakter Kapten Kochmerupakan identitas dari media informasi ini.
Gambar 3.6 Karakter Kapten Koch
Nama Kapten Kochdiambil dari nama penemu bakteri yang menyebabkan TBC ini yaitu Robert Koch. Karakter tersebut akan ada pada setiap media informasi ini. Dengan identitas
(48)
48 visual tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah pengingat bagi siapa saja yang melihat dan memperhatikan media informasi ini.
Gambar 3.7 Karakter Keluarga
Karakter keluarga digambarkan dengan kepribadian keluarga yang sederhana dan harmonis.Karakter anak mewakili sifat dasar anak-anak yang selalu ceria dan senang bermain.Karakter ibu ditampilkan sebagai ibu yang memiliki sifat penyayang dan protektif.Sedangkan karakter ayah digambarkan memiliki sifat kesetiaan dan kesabaran.
3.1.3 Strategi Media
Pemilihan media bertujuan agar pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerimanya. Pemilihan media yang tepat sangat berpengaruh dari analisa terhadap target khalayak penerima, karena kebutuhan terhadap media ini diharapkan menjadi solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang selama ini ada.
(49)
49 Adapun pemilihan media utama untuk merancang media informasi tentang penyakit TBC pada anak ini adalah:
3.1.3.1 Media Utama
a. Poster Penyuluhan
Poster ini berisikan informasi tentang TBC .Terdapat 4 poster sebagai media informasi utama.Poster pertama menampilkan informasi tentang 4 gejala TBC yang harus diketahui oleh orang tua.Poster ke-2 menampilkan informasi tentang pemeriksaan TBC pada anak.Poster ke-3 menapilkan jenis-jenis penularan TBC yang harus diwaspadai orang tua. Poster yang ke-4 menampilkan penyebab dan cara pencegahannya. Media poster merupakan media yang bersifat umum dan luas. Media poster hanya didistribusikan kepada lembaga-lembaga kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas di setiap kecamatan-kecamatan di kota Bandung.
b. Brosur
Brosur lipat dijadikan media panduan praktis dalam menyampaikan informasi tenang TBC.Terdapat 14 halaman yang menampikan informasi yang dilengkapi ilustrasi. Media tersebut didistribusikan ke puskesmas-puskesmas di setiap wilayah kecamatan di kota Bandung dan dibagikan secara gratis.
(50)
50 3.1.3.2 Media Pendukung
Selain menggunakan brosur dan poster sebagai media utama, dipilih juga beberapa media pendukung untuk membantu menginformasikan hal-hal yang diangkat pada media utama.
a. Display brosur.
Display Brosur berfungsi sebagai tempat
penyimpanan brosur yang hendak dibagikan. Display
brosur dibuat dengan tujuan agar brosur tertata rapih dan dapat menarik pandangan khalayak. Display brosur ini ditempatkan di meja-meja bagian Informasi di puskesmas maupun rumah sakit.
b. Spanduk
Media ini memberikan pesan yang lebih luas dan jelas dengan mengutamakan informasi sehingga sasaran dapat langsung mengerti pada pesan yang disampaikan.Spanduk ditempatkan dengan digantung di atas jalan-jalan yang berada wilayah pemukiman penduduk yang dituju.Selain itu, media spanduk ditempatkan juga di bagian luar puskesmas dan rumah sakit.
c. Media Merchandise
Merchandise berfungsi untuk mengingatkan kepada sesuatu yang dinformasikan pada media utama. Sebagai media pengingat (remainding) akan dibuat media pendukung yang tetap berisikan informasi dengan porsi
(51)
51 yang lebih khusus dan berbeda-beda akan tetapi materi visualnya tetap konsisten mengacu kepada media utama. Penyebaran media ini dapat dilakukan di waktu-waktu
event tertentu seperti hari TBC sedunia pada tanggal 24 Maret.
Adapun media merchandise yang yang dipilih adalah: - Sticker
Sticker atau gambar tempel merupakan media yang dapat diaplikasikan diberbagai tempat.Biaya yang dikeluarkan pun relatif murah dan terjangkau.Sticker
dapat dibagikan kepada masyarakat secara cuma-cuma pada suatu event–event tertentu, contohnya dapat dibagikan pada suatu program penyuluhan yang dilakukan Dinas kesehatan di pemukiman-pemukiman penduduk.
- Packaging Masker
Masker merupakan alat yang selalu digunakan untuk mencegah penularan penyakit melalui pernafasan.Seringkali masker selalu dibagikan gratis pada event-event tertentu.Selain untuk menjaga masker tetap steril, pemanfaatan packaging masker gratis ini dapat dijadikan sebagai media salah satu media yang efektif dalam menyampaikan informasi langsung kepada target penerima.
(52)
52 Seperti halnya sticker, media packaging yang berisi masker ini dibagikan langsung kepada masyarakat secara gratis.
- Kalender
Kalender merupakan media yang cukup bertahan lama.Kalender dapat dijadikan sebagai media pengingat dikarenakan kalender dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Berbeda dengan sticker dan packaging
masker, media kalender meja ini dibuat terbatas.Mekanisme pembagian media kalender ini dilakukan pada event-event tertentu sebagai hadiah atau doorprize dari lomba ataupun undian yang diadakan pada event tersebut.
- Jam Dinding
Jam dinding merupakan benda yang setiap hari selalu dapat dilihat. Sama halnya seperti kalender. Jam dinding dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Sama halnya dengan kalender, mekanisme pembagian media ini pun melalui undian atau lomba yang diadakan pada suatu event.Event tersebut dapat berupa event penyuluhan ataupun event
(53)
53 kampanye, seperti event kampanye pada hari TBC sedunia.
- Tempat Tisu gulung
Tempat tisu gulung dapat dimanfaatkan menjadi sebuah media informasi. Tempat tisu memiliki sifa yang sama dengan jam dinding yaitu, dapat ditempatkan diberbagai tempat dan selalu dapat langsung dilihat oleh mata. Tempat tisu gulung diproduksi secara terbatas sama seperti Kalender dan jam dinding. Dan pembagiannya pun dibatasi. - Buku Memo
Buku catatan atau memo dapat dibagikan ketika event penyuluhan dimana setiap masyarakat yang menjadi peserta pada penyuluhan tersebut dibagikan sebuah buku catatan.Buku catatan tersebut digunakan oleh para peserta penyuluhan untuk mencatat hal-hal penting yang disampaikan pada saat penyuluhan.
- Tas Kertas
Tas kertas digunakan untuk menampung
merchandise yang akan dibagikan sebagai hadiah kepada target yang dipilih. Tas kertas biasanya tidak langsung dibuang. Biasanya orang akan menyimpannya untuk dipergunakan kembali.
(54)
54 Taskertas menampung media-media hadiah yang dibagikan pada lomba atau undian di suatu event tertentu.
3.1.3 Strategi Distribusi
Poster dan brosur panduan praktis mengenal penyakit TBC pada anak ini didistribusikan ke beberapa puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah di wilayah kotamadya Bandung.Selain dibagikan di rumah sakit. Pendistribusian media informasi ini pun dilakukan pada saat penyuluhan yang dilakukan oleh petugas dari Dinas kesehatan kota Bandung ke wilayah-wilayah yang telah ditunjuk dan berpotensi tinggi dalam penularan penyakit. Distribusi dilakukan secara terkoordinir oleh pemerintah daerah setempat yang bekerjasama dengan dinas kesehatan dan LSM. Pendistribusian dilakukan dari kantor pusat dinas kesehatan hingga ke wilayah-wilayah yang sudah ditunjuk dan ditetapkan untuk daerah sasaran.
Rumah sakit dan puskesmas yang ditunjuk sebagai tempat pendistribusian media-media tersebut didasarkan pada wilayah mana yang paling banyak ditemukan ataupun berpotensi tinggi terjadinya penularan penyakit TBC. Contohnya, wilayah yang menurut dinas kesahatan kota Bandung terdapat banyak kasus TBC adalah kecamatan Ngamprah di wilayah Bandung Barat. Sedangkan wilayah yang berpotensi tinggi terjadi penularan TBC adalah kelurahan Cicadas di wilayah kecamatan Cibeunying kidul yang dikenal akan wilayahnya yang padat
(55)
55 3.1.3.1 Jadwal Penyebaran Media
Media
Bulan/tempat
Januari Februari Maret
Poster
Penyuluhan
Rumah Sakit dan puskesm as
Rumah Sakit dan puskesmas
Brosur puskesmas
Rumah Sakit dan puskesm as
Rumah Sakit ,puskesmas Event Hari TB sedunia
24 Maret 2012
Spanduk
Jalan raya , pemukim an
penduduk
Event Hari TB sedunia 24 Maret 2012
Sticker
Ke pemukiman penduduk
Event Hari TB sedunia 24 Maret 2012
Packaging
Masker
Event Hari TB sedunia 24 Maret 2012
Kalender Ke pemukiman penduduk Ke pemukiman penduduk Jam Dinding
Event Hari TB sedunia 24 Maret 2012
Tas Kertas
Event Hari TB sedunia 24 Maret 2012
Buku Memo
Event Hari TB sedunia 24 Maret 2012
(56)
56 3.2. Konsep Visual Perancangan Media Informasi TBC Pada Anak
3.2.1 Format Desain
Format desain Poster ini menggunakan ukuran kertas A2 dengan ukuran 42 x 59,4 cm. Poster dibuat dengan format portrait dengan menggunakan penyesuaian materi informasi dan ilustrasi yang dipakai.
Sedangkan desain brosur menggunakan format ukuran kertas A3 dengan ukuran 29,7 x 42 cm. Dibuat dengan format portrait dan dilipat secara vertical sebanyak 4 kali dan 1 kali secara horisontal. Sehingga ukurannya menjadi 14,9 x 10,5 cm.
3.2.2 Tipografi
Tipografi pada media informasi ini menggunakan jenis font yang sesuai dengan gaya visual kartun komik. Jenis font yang sesuai dapat menambah daya tarik dari tema visual yang diangkat.
Pada Headline, tagline, dan judul menggunakan font Obelix pro
yang mempunyai karakteristik bergaya komik sesuai dengan gaya visual yang digunakan.
Struktur huruf tersebut kemudian diubah kembali menjadi tampilan headline yang menarik dan sesuai dengan tema. Penggunaan ‘balon bicara’ yang biasa digunakan pada komik, menambah kesan visual yang sesuai dengan tema yang diangkat.
(57)
57 Gambar 3.8 Tipografi pada headline
Pada isi konten poster menggunakan jenis font sans serif yaitu pannikinSSK.Font tersebut mempunyai karakteristik sederhana dan mudah dibaca.Pemilihan font berjenis sans serif bertujuan agar informasi yang disampaikan mudah dibaca.
3.2.3. Ilustrasi
Pada pembuatan media utama dan media pendukung yanglainnya tentu saja menggunakan berbagai ilustrasi untukmemperjelas konsep yang akan dibuat. Ilustrasi yang dibuatadalah berupa karakter gambar yang yang simpel dan mudah dimengerti.
(58)
58 3.2.3.1. Referensi Visual
Gaya ilustrasi yang digunakan pada media informasi ini menggunakan gaya ilustrasi kartun ataupun komik Amerika. Gaya tersebut diaplikasikan dalam teknis gambar digital vector .
Gambar 3.9 Referensi gaya ilustrasi
3.2.3.2. Karakter mascot Super Koch
Super Koch merupakan karakter yang menjadi maskot pada media informasi ini. Berperawakan tinggi dan ideal mencerminkan bahwa super Koch adalah karakter yang sehat, bugar,pintar dan tahu banyak hal tentang penularan penyakit. Warna hijau pada jubahnya memberi arti kesehatan dan tegas.Sedangkan simbol positif di dadanya diambil dari logo
(59)
59 Departemen Kesehatan RI yang melambangkan pelayanan kesehatan.
Referensi Super hero Referensi dokter
Gambar 3.10 Studi referensi karakter Kapten koch sumber: www.trivialbeing.org, www.chicago-braces.com
Hasil akhir
Gambar 3.10 Hasil akhir KarakterKapten Koch
(60)
60 Karakter anak ini merupakan simbolisasi dari anak yang berasal dari keluarga menengah.Kesan kecerian di tampilkan pada karakter ini dengan senyum yang lebar dan rambut jambul yang unik. Sandal jepit dan kaos tanpa lengan memberi kesan bahwa sang anak berpenampilan sederhana dan ceria.
Gambar 3.11 Studi reverensi karakter anak
sumber: millicent.blogdetik.com, www.penyakit-anak.blogspot.com
Gambar 3.12 Hasil akhir karakter visual anak
3.2.3.4. Karakter Ibu
Karakter ibu dibuat dengan karakteristik ibu yang memiliki perhatian yang besar akan kesehatan anaknya. Baju
(61)
61 berwarna pink memberi kesan kewanitaan (feminim), bersahabat dan penyayang.
Gambar 3.13 Studi referensi karakter ibu sumber ; Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.14 Hasil akhir karakter ibu
3.2.3.5. Karakter Ayah
Karakter ayah pada konsep visual ini dibuat dengan karakteristik yang perhatian kepada anaknya ,murah hati dan seorang pekerja keras.
(62)
62 Gambar 3.15 Studi referensi karakter ayah
sumber:http://www.flickr.com/photos/32806509
Gambar 3.16 Hasil akhir karakter ayah 3.2.3.6. Karakter Bakteri TBC
Bakteri TBC murupakan bakteri yang berbentuk batang lurus ataupun bengkok dan bersifat koloni.Ilustrasi bakteri TBC digambarkan selalu berkelompok dan terlihat mengancam.Warna
(63)
63 asli bakteri TBC adalah kuning kecoklatan atau para peneliti selalu menyebutnya dengan istilah buff.Pada pembuatan karakter TBC warna tersebut diubah menjadi warna ungu agar lebih member kesan menyeramkan.Warna ungu sering dilambangkan dengan sesuatu yang berbau horor dan misteri.
Gambar 3.17 Studi referensi karakter bakteri TBC sumber:
http://www.textbookofbacteriology.net/MTBCDC.jpg TBVC http://1.bp.blogspot.com/_RmWLaZVZUgc
Gambar 3.18 Hasil akhir karakter bakteri 3.2.3.6. Karakter Pendukung
Karakter pendukung diperlukan untuk melengkapi ilustrasi yang menggambarkan pesan yang hendak disampaikan.Adapun
(64)
64 yang digunakan adalah karakter pekerja kantoran, petugas kebersihan, siswi SMA dan pengidap TBC.
Gambar 3.19 Studi referensi karakter profesi sumber: http://t2.ftcdn.net/jpg,
dokumentasi pribadi
(65)
65 Gambar 3.21 Studi referensi karakter penderita TBC
sumber: www.jssbilaspur.org
Gambar 3.22 Hasil akhir karakter penderita TBC
3.2.4. Warna
Warna yang digunakan pada media informasi ini adalah warna-warna turunan dari hijau dan kuning.Warna tersebut menjadi Identitas utama pada media informasi tersebut.
Warna hijau daun memiliki arti kesehatan dan memberi kesan alami.Warna hijau sering digunakan oleh lembaga-lembaga kesehatan untuk menjadi warna identitas visualnya.
Sedangkan warna kuning melambangkan peringatan dan kewaspadaan.Warna kuning melambangkan peringatan, waspada.warna ini diterapkan pada huruf di Headline. warna tersebut
(66)
66 dapat menambah kesan pada huruf tersebut agar terkesan memberi peringatan dan harus waspada
Warna putih digunakan sebagai warna dominan pada background poster.Warna putih digunakan agar tidak mengganggu isi dari poster tersebut. Ilustrasi dan teks materi informasi akan terlihat lebih jelas dengan menggunakan latar berwarna putih.
(67)
67 BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA INFORMASI TBC PADA ANAK
4.1. Media Utama
4.1.1. Poster
Poster merupakan media yang digunakan dalam menyampaikan informasi-informasi tentang TBC yang dibutuhkan oleh target penerima. Terdapat empat desain poster yang berbeda materi informasinya. Pada poster yang pertama menekankan kepada pengenalan 4 gejala jika seorang anak tertular TBC. Informasi tentang TBC disampaikan dalam bentuk teks yang disertai 4 gambar yang menggunakan bingkai. Menggunakan layout simetris agar dapat mudah dibaca.
(68)
68 Poster 2 berisi informasi tentang alur deteksi pemeriksaan jika anak dicurigai mengidap TBC. Pada poster tersebut, informasi disampaikan dalam bentuk bagan. Bagan tersebut menjelaskan tentang proses yang harus dilakukan orang tua jika mencurigai anaknya menidap TBC.
Gambar 4.25 Poster 2
Poster 3 berisikan informasi tentang jenis-jenis TBC. Poster ini memberikan informasi bahwa TBC dapat menulari organ-organ tubuh lainnya tidak hanya paru-paru saja. Pada poster ini menggunakan layout simetris dengan ilustrasi bentuk organ-organ tubuh yang dapat dihinggapi bakteri TBC.
(69)
69 Gambar 4.26 Poster 3
Poster 4 berisikan informasi tentang penyebab dan pencegahan penularan penyakit TBC. Pada poster tersebut terdapat gambaran bagaimana bakteri tuberkulosis menular pada anak. Selain itu terdapat materi yang menjelaskan tentang 3 hal yang harus diperhatikan oleh orang tua untuk mencegah penularan TBC pada anaknya.
(70)
70 Gambar 4.27 Poster 4
Empat poster tersebut diproduksi menggunakan bahan material
artpaper 170 gr dengan ukuran 42 x 54 cm dan menggunakan teksnis cetak digital offset atau digital laser jet printing.
4.1.2. Brosur
Brosur digunakan sebagai media panduan praktis dalam mengnal TBC pada anak. Menggunakan material kertas art paper 170 gr dengan 5 kali lipatan. Brosur tersebut dibagi menjadi 16 kolom yang masing-masing berisikan informasi tentang TBC. Teknis produksi cetak menggunakan teknis digital offset.
(71)
71 Gambar 4.28 Brosur
4.2. Media Pendukung
4.2.1. Display Brosur
Display brosur digunakan untuk menyusun brosur yang akan dibagikan. Disamping agar menarik pandangan mata target penerima informasi, display brosur dibuat bertujuan agar brosur tersusun dengan rapih. Menggunakan material kaca akrilik yang dipotong dan ditempelkan menggunakan perekat. Sedangkan pada grafis visualnya menggunkan material sticker chromo dengan teknis cetak digital. Ukuran tinggi 25 cm, lpanjan 16 cm, dan lebar 8 cm.
(72)
72 4.2.2. Spanduk
Spanduk media yang bersifat luas . Spanduk dapat diaplikasikan di luar ruangan agar dapat menarik banyak orang untuk memperhatikan informasi di dalamnya. Materi informasi yang disampaikan pada media ini adalah informasi 4 gejala TBC. Informasi yang disampaikan disederhanakan kembali dengan memperhatikan unsur readability dari teks yang ditampilkan. Spanduk ini menggunakan material spanduk
flexy berukuran 1 x 2,5 meter dengan teknis produksi cetak digital menggunakan mesin printer plotter berbasis toner.
Gambar 4.30 Spanduk 4.2.3. Merchandise
Packaging Masker
Packaging masker gratis ini dapat dimanfaatkan sebagai media salah satu media yang efektif dalam menyampaikan informasi langsung kepada target penerima menggunakan material artpaper 170 gr A3 dengan teknis porduksi digital offset dan finising menggunakan pisau pond untuk memotong bentuknya. Ukuran keseluruhnya adalah 30x30,4cm.
(73)
73 Gambar 4.31 Packaging Masker
Sticker
Sticker merupakan media yang murah dan dapat diaplikasikan diberbagai tempat. Menggunakan material sticker chromo dengan teknis produksi cetak digital offset. Ukuran
sticker pertama adalah 17 x 7 cm dan sticker ke dua berbentuk lingkaran dengan diameter 8 cm.
(74)
74
Kalender
Kalender merupakan media yang sederhana dan dapat dimanfaatkan untuk mengplikasikan informasi tentang TBC. Terdapat 12 lembar kalender yang dibelakangnya berisi 12 informasi tentang TBC dengan ukuran 10 x 10 cm. sedangkan penyangga kalender berukuran 12 x 17,5 cm. Menggunakan material artpaper 230 gr pada penyangganya dan artpaper 150 gr untuk lembaran kalendernya.
Gambar 4.33 Kalender
Jam Dinding
Jam dinding merupakan benda yang setiap hari selalu dapat dilihat. Sama halnya seperti kalender. Jam dinding dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama. Jam tersebut berdiameter 29 cm dan untuk background pada jam
(75)
75 berdiameter 23 cm menggunakan material artpaper 230 gr dengan teknis produksi cetak digital offset.
Gambar 4.34 Jam Dinding
Tas Kertas
Menggunakan material kertas albatross. Dengan teknis cetak digital printing menggunakan mesin printer plotter.
Ukuran tinggi 30 cm , panjang 30 cm, dan lebar 8 cm
(76)
76
Tempat Tisu
Materi informasi ditempelkan menggunakan sticker pada sisi depan dan belakang wadah tisu. Menggunakan material
sticker chromo berukuran 15 x 8 cm dengan teknis produksi
digital offset.
Gambar 4.36 Tempat Tisu
Note Book
Informasi tentang gejala TBC pada anak diaplikasiakan di sampul belakang buku Note ini. Sampul menggunakan material artpaper 270 gr dengan ukuran 10 x 17 cm. teknis produksi cetak digital offset.
(77)
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PENYAKIT TBC
PADA ANAK
DK 26313/Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh:
Mohamad Yudha Prabowo NIM:
52108030
Program Studi Desain Grafis
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(78)
1 DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. (2002). TuberkulosisDianogsis, TerapidanMasalahnya.Edisi V. Jakarta :YayasanPenerbitanIkatanDokter Indonesia.
AriefS.Sadiman.(2002). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada
BadanPenelitiandanPengembanganKesehatan.DepartemenKesehatan RI (2010). LaporanNasionalRisetKesahatanDasar (RISKESDAS) Tahun 2010.Jakarta :Depkes RI
DepartemenKesehatan RI. (2007).
PedomanNasionalPenanggulanganTuberkulosis, Jakarta: Depkes RI.
DinasKesehatan Kota Bandung.(2007). Profilkesehatan Kota Bandung Tahun 2007.Bandung :Dinkes. Bandung
DirjenPengedalianPenyakitdanPenyehatanLingkunganDepartemenKesehata nRepublik Indonesia.PedomanPelaksanaanHari TB Sedunia 2011. Jakarta :KementrianKesehatanRepublik Indonesia.
Mansjoerdkk. (1999).KapitaSelektaKedokteran ,edisi 3 . Jakarta : FK UI Notoadmojo,s.(2002). MetodologiPenelitianKesehatan. .Jakarta
:PenerbitCipta
PerkumpulanPemberantasTuberkulosis Indonesia
(PPTI).(2010).JurnalTuberkulosis Indonesia.Jakarta : PPTI
PusatPromosiKesehatanKementrianKesehatanRepublik Indonesia.(2010).
BukuOperasionalpromosiKesehatandalamPengendalianTuberkulosis.Jakarta :Depkes RI
(79)
2 Wahyu, GenisGinanjar.(2008). TBC
PadaAnak.PanduanPraktismencegahdanmengobati TBC PadaAnak,
Bandung : Dian Rakyat
Wiryanto, MA, Dr.(2004). PengantarIlmuKomunikasi. Jakarta :Grasindo
SumberdariWebsite :
Tbindonesia.or.id.(2011). DiagnosisTuberkulosisPadaAnak. Tersediadi:http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/diagnosis-tb-pada-anak/article/6/00030052/4
(1)
76 Tempat Tisu
Materi informasi ditempelkan menggunakan sticker pada sisi depan dan belakang wadah tisu. Menggunakan material
sticker chromo berukuran 15 x 8 cm dengan teknis produksi
digital offset.
Gambar 4.36 Tempat Tisu Note Book
Informasi tentang gejala TBC pada anak diaplikasiakan di sampul belakang buku Note ini. Sampul menggunakan material artpaper 270 gr dengan ukuran 10 x 17 cm. teknis produksi cetak digital offset.
(2)
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PENYAKIT TBC
PADA ANAK
DK 26313/Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh:
Mohamad Yudha Prabowo
NIM:
52108030
Program Studi Desain Grafis
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(3)
1
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. (2002). TuberkulosisDianogsis, TerapidanMasalahnya.Edisi V. Jakarta :YayasanPenerbitanIkatanDokter Indonesia.
AriefS.Sadiman.(2002). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada
BadanPenelitiandanPengembanganKesehatan.DepartemenKesehatan RI (2010). LaporanNasionalRisetKesahatanDasar (RISKESDAS) Tahun 2010.Jakarta :Depkes RI
DepartemenKesehatan RI. (2007).
PedomanNasionalPenanggulanganTuberkulosis, Jakarta: Depkes RI.
DinasKesehatan Kota Bandung.(2007). Profilkesehatan Kota Bandung Tahun 2007.Bandung :Dinkes. Bandung
DirjenPengedalianPenyakitdanPenyehatanLingkunganDepartemenKesehata nRepublik Indonesia.PedomanPelaksanaanHari TB Sedunia 2011. Jakarta :KementrianKesehatanRepublik Indonesia.
Mansjoerdkk. (1999).KapitaSelektaKedokteran ,edisi 3 . Jakarta : FK UI Notoadmojo,s.(2002). MetodologiPenelitianKesehatan. .Jakarta
:PenerbitCipta
PerkumpulanPemberantasTuberkulosis Indonesia
(PPTI).(2010).JurnalTuberkulosis Indonesia.Jakarta : PPTI
PusatPromosiKesehatanKementrianKesehatanRepublik Indonesia.(2010).
BukuOperasionalpromosiKesehatandalamPengendalianTuberkulosis.Jakarta :Depkes RI
(4)
2 Wahyu, GenisGinanjar.(2008). TBC
PadaAnak.PanduanPraktismencegahdanmengobati TBC PadaAnak,
Bandung : Dian Rakyat
Wiryanto, MA, Dr.(2004). PengantarIlmuKomunikasi. Jakarta :Grasindo
SumberdariWebsite :
Tbindonesia.or.id.(2011). DiagnosisTuberkulosisPadaAnak. Tersediadi:http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/diagnosis-tb-pada-anak/article/6/00030052/4
(5)
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb. Syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan penulis kelancaran dalam menyelesaikan laporan makalah tugas akhir ini. Tak lupa sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya juga seluruh umatnya hingga akhir zaman. Laporan makalah tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan program studi Diploma III Desain Grafis, Fakultas Desain, Universitas Komputer Indonesia, Bandung. Dalam karya tulis ini, penulis mengangkat sebuah fenomena permasalahan yang terjadi di masyarakat yaitu tentang penularan penyakit TBC yang sangat mencemaskan .
Dalam penyusunan laporan makalah tugas akhir ini banyak sekali hambatan dan kendala yang penulis hadapi, baik secara teknis maupun non teknis. Penulis menyadari Laporan makalah tugas akhir ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena, penulis mengharapkan adanya saran ataupun kritik yang positif dan membangun dari para pembaca.
Besar harapan, semoga laporan makalah tugas akhir ini akan bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi penulis pribadi dan para pembaca. Akhir kata, wasalamualaikum wr. wb.
Bandung, Agustus 2011
(6)
Riwayat Hidup Penulis
Nama : Mohamad Yudha Prabowo Fakultas : Desain
Jurusan : Desain Grafis ( D3 ) NIM : 52108030
Kelas : DKV-7
Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 02 April 1989 Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Kartika VI Blok K no. 5 RT 03 RW 17 Bumi cipacing Permai, Kec. Jatinangor Kab. Sumedang
No. Telp : 085722174030 Agama : islam
Ayah : Sukirno Ibu : Zuraidah
Alamat orang tua : Jl. Kartika VI Blok K no. 5 RT 03 RW 17 Bumi cipacing Permai, Kec. Jatinangor Kab. Sumedang