22
2.1.5 Hakikat IPA
IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam baik yang hidup maupun yang tak hidup, segala gejala-gejala yang terjadi. Dalam kehidupan ini,
mempelajari IPA memanglah sangat penting agar mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari karena yang terkandung dalam pelajaran IPA tidak terlepas
dari kegiatan sehari-hari dan alam di sekitar. IPA merupakan merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempempelajari fenomena alam
yang faktual
factual
, baik berupa kenyataan
reality
, atau kejadian
event
dan hubungan sebab akibat Wisudawati dan Eka, 2014: 22.
Dalam buku
Metodologi Pembelajaran IPA
Wisudawati dan Eka, 2014: 22 Carin dan Sund 1993 mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan sistematis
dan tersusun secara teratur, berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada definisi tersebut maka IPA
memiliki empat unsur utama yaitu. a Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.
Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat
open ended.
b Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. c Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan
hukum. d Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam dan
23
sebab akibat yang terjadi. IPA juga merupakan pengetahuan yang sistematis dan membutuhkan prosedur yang sistematis melalui metode ilmiah pada proses
pemecahan masalah yang terjadi.
2.1.6 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma pedagogi
reflektif PPR
merupakan pola
pikir paradigma=pola pikir dalam menumbuhkan pribadi siswa menjadi pribadi
kritianikemanusiaan pedagogi
reflektif sama
dengan pendidikan
kristianikemanusiaan tim Redaksi Kanisius, 2008: 39. Pedagogi adalah cara para
pengajar mendampingi
para siswa
dalam pertumbuhan
dan perkembangannya. Pedagogi meliputi pandangan hidup dan visi mengenai
idealnya pribadi terpelajar. Hal itu memberi tujuan, incaran ke arah mana semua aspek tradisi pedidikan diarahkan Subagyo, 2014: 22. Pendekatan PPR salah
satu bentuk dari pendidikan emansipatoris. PPR dalam membentuk kepribadian siswa yaitu dengan memberikan
pengalaman akan suatu nilai kemanusian, kemudian siswa akan merefleksikan pengalaman yang terjadi atau telah terjadi dengan adanya pertanyaan-pertanyaan.
Melalui pertanyaan juga siswa akan melakukan sesuatu atau aksi sesuai dengan apa yang telah di refleksikan. Melalui pola fikir diharapkan siswa mampu menjadi
pribadi yang mandiri sehingga siswa tidak akan merasa terpaksa dalam melakukan sesuatu hal yang baik. Dan melalui refleksi siswa dapat menemukan acuan dalam
melakukan atau membuat aksi. Pelaksanaan PPR ada lima unsur yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi
dan evaluasi dimana kelima unsur tersebut merupakan sebuah siklus. Akan tetapi,
24
PPR memiliki tiga unsur utama yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi Suparno, 2015: 21.
Konteks
merupakan keadaan, situasi, atau lingkungan disekitar. Konteks untuk menumbuhkembangkan pendidikan antara lain: guru perlu menyemangati
para pelajar agar memiliki nilai persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggung jawab, kerja keras, kasih kepentingan bersama, cinta
lingkungan hidup, dan nilai-nilai lain semacam itu tim Redaksi Kanisius, 2015: 42.
Pengalaman
merupakan situasi yang diciptakan untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang
intensif, ramah dan sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab. Sering kali tidak mungkin guru menyediakan pengalaman secara langsung, pengalaman juga
dapat tercipta secara tidak langsung seperti melalui membaca atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya guru memberi sugesti agar siswa mempergunakan
imajinasi mereka, mendengar cerita dari guru, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat tayangan media tim Redaksi
Kanisius, 2015: 42-43.
Refleksi
merupakan tindakan untuk mengambil dan meyakini makna nilai yang terkandung dalam pengalaman. Guru dapat memfasilitasi dengan
pertanyaan-pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Dengan refleksi diharapkan agar siswa membentuk pribadi mereka sesuai dengan dilai yang
terkandung dalam pengalamannya tim Redaksi Kanisius, 2015: 43-44.
Aksi
adalah tindakan memfasilitasi siswa agar terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan membangun niat dan
25
berprilaku dari kemauan sendiri, siswa membentuk pribadi yang nantinya lama- kelamaan menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya tim Redaksi
Kanisius, 2015: 44.
Evaluasi
merupakan cara untuk melihat sejauh mana materi yang disampaikan dapat diterima siswa.
Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa paradigma pedagogi reflektif ignansian mampu memberikan sebuah pembelajaran yang
dapat membuat siswa memiliki pemikiran yang kritis, memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya, siswa lama-kelamaan dapat memiliki pribadi
yang lebih baik dari nilai-nilai yang direfleksikannya kemudian tercipta dalam aksi sebagai bentuk perwujudan pengalaman yang didapat serta apa yang telah
direfleksikannya.
2.1.7 Pendidikan Emansipatoris