Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN MODUL MATERI PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA
KELAS IV A SD NEGERI JETIS 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Atika Sari
NIM : 131134088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN MODUL MATERI PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA
KELAS IV A SD NEGERI JETIS 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Atika Sari
NIM : 131134088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(3)
(4)
(5)
iv
PERSEMBAHAN
Karya tulis berupa skripsi ini saya kupersembahkan untuk Allah S.W.T
yang selalu menyertai dan memberkahi seluruh keluarga, teman-teman, dan semua
orang yang telah mendukung saya. Ibu dan kakak saya yang senantiasa selalu
mendoakan, serta mendukung saya dari dulu hingga saat ini, serta kepada ayah
saya yang selalu menjaga saya dari manapun. Untuk teman-teman dan
orang-orang mendukung, saya yang selama ini selalu mendukung dan memberi masukan
kepada saya agar menjadi orang yang lebih baik lagi. Tak lupa juga bagi para
pendidik yang sudah berjasa mengajarkan saya banyak hal baik akademis maupun
(6)
v
MOTTO
“ Man jadda WaJada”
(Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil)
“Beri hati pada setiap kerja keras mu, karya-karya mu” *Tulus*
“Jangan takut untuk mencoba dan jangan takut gagal”
(7)
(8)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Atika Sari
Nomor Mahasiswa : 131134088
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Santa Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN MODUL MATERI PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK KELAS IV A SD NEGERI JETIS 1 YOGYAKARTA
Dengan demikian saya mengijinkan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya atau pun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 16 Juni 2017 Yang menyatakan
(9)
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN MODUL MATERI PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA
KELAS IV A SD NEGERI JETIS 1 YOGYAKARTA
Atika Sari
Universitas Sanata Dharma 2017
Peneliti mengawali penelitian ini dengan melakukan observasi proses kegiatan pembelajaran pada kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas IV A serta siswa kelas IV A, menunjukan bahwa modul materi dibutuhkan sebagai salah satu sarana belajar dalam kegiatan pemebelajaran. Peneliti merasa perlu untuk
mengembangkan “Perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa
kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta” sebagai sarana belajar bagi siswa kelas
IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta dalam memahami materi tentang pelestarian sumber daya alam di sekitar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengembangkan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam, dan mengetahui kualitas penggunaannya. Peneliti menggunakan metode penelitian
Research and Development (R&D ), dengan 5 langkah pengembangan dari Tomlinson (Harsono, 2015) yang meliputi (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5) revisi. Subjek dalam penelitian ini siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta yang berjumlah 26 siswa. peneliti juga menggunakan 12 prinsip Tomlinson dalam pengembangan materi.
Perangkat pembelajaran dan modul materi yang sudah dibuat oleh peneliti sebelum diterapkan atau diimplementasikan telah melalui dievaluasi atau divalidasi oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan guru kelas IV A. Berdasarkan hasil dari validasi perangkat pembelajaran dan modul mendapatkan skor rata-rata, 3,08 dan 2,76 dari skala 4, sehingga perangkat pembelajaran dan modul materi
mendapatkan kategori “layak” untuk diimplementasikan pada kelas IV dengan perbaikan berdasarkan masukan dari para ahli dan guru kelas. Berdasarkan hasil kuesioner siswa yang disebar saat implementasi, menyatakan senang dan mampu untuk melakukan kegiatan praktikum. Siswa membaca semua petunjuk ataupun panduan yang ada pada modul materi dalam praktikum daur ulang kertas. Dari 12 prinsip Tomlinson yang dipilih oleh peneliti, keduabelas prinsip muncul saat kegiatan implementasi berlangsung.
Kata kunci: pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi, pelestarian sumber daya alam, Paradigma Pedagogi Reflektif
(10)
ix ABSTRACT
THE DEVELOMENT OF THE DEVICE AND LEARNING MODULE ABOUT THE PRESERVATION OF NATURAL RESOURCES BASED ON
PARADIGM REFLECTIVE PEDAGOGY APPROACH FOR FOURTH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI JETIS 1 YOGYAKARTA
Atika Sari
Sanata Dharma University 2017
The researcher began this research with the learning process observations of fourth grade students of SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta. Based on the observations result and interviewed the teacher and the students, the researcher concluded that they need module to become one of the learning materials in the learning process.
The researcher need to develop “The Device And Learning Module About The Preservation Of Natural Resources Based On Paradigm Reflective Pedagogy Approach For Fourth Grade Students Of Sd Negeri Jetis 1 Yogyakarta” as the learning materials for fourth grade students of SD Negeri 1 Jetis Yogyakarta to understand about the preservation of natural resources.
This research aimed to know the process of developing the learning device and the module of the preservation of natural resources, and to know the use of its quantity. This research used Research and Development (R&D) as the research method. Tomlinson (Harsono, 2015) stated, there were five steps that used to develop the materials. The steps were (1) needs analysis, (2) design, (3) implementation, (4) evaluation, and (5) revision. The research participants were 26 fourth grade students of SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta. The researcher also used twelve principles from Tomlinson to develop the learning materials.
Before implementing the materials, the researcher did the materials validation or evaluation to the evaluator. The evaluators were the scientist, the linguist, and the teacher of third grade. Based on the evaluation result, the mean range score was 3. 08 and 2. 76 of 4. So, the materials were categorizing
“proper” to implement for fourth grade students by revising based on suggestions from the evaluator. Based on the questionnaires result that has distributed when doing the implementation, the students stated that they were happy to do the practicum activity. The students read all of the instructions in the module while doing the recycle paper practicum. The twelve principles of Tomlinson have appeared during the implementation.
Keywords: the developing of the learning device and the material module, the preservation of nature resources, the paradigm reflective pedagogy.
(11)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, kesehatan, serta keselamatan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat melaksanakan dan bertanggungjawab menyelesaikan tugas akhir atau skripsi dengan judul:
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN MODUL MATERI PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS IV A SD NEGERI JETIS 1 YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik tak lepas dari dukungan dari berbagai pihak melalui berbagai cara. Atas peran tersebut, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididikan Universitas Sanata Dharma, Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. Ketua Prodi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Ucapan terima kasih kepada Ibu Eny Winarti, Ph.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari, M.Biotech. yang selalu membimbing, mendidik, memberi semangat, dukungan, saran, kritik, dan pemebelajaran baru sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para ahli yang sudah memberikan penilaian dan saran kepada penulis selama melaksanakan dan mengerjakan skripsi, baik itu ahli IPA dan ahli Bahasa. Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Staf SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta, yang senantiasa memberikan ijin, bantuan dan bimbingan selama penulis melaksanakan PPL dan penelitian, Ibu Guru Wali kelas IV A yang senantiasa memberikan ijin, saran, kritik dan arahan selama penelitian di kelas IV A bersama seluruh siswa kelas IV A sehingga penelitian yang dilakukan dapat berjalan sesuai harapan. Ucapan juga disampaikan kepada seluruh siswa kelas IV A tahun ajaran 2016/2017 yang
(12)
(13)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iii
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISvii ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Spesifikasi Produk ... 8
1.6 Definisi Oprasional ... 9
BAB II ... 11
LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.2 Perangkat Pembelajaran ... 14
2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 19
2.1.5 Pelestarian ... 23
2.1.6 Modul ... 26
2.1.7 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 29
2.1.8 Emansipatoris ... 35
2.2 Penelitian yang Relevan ... 40
2.3 Kerangka Berpikir ... 44
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 46
BAB III ... 47
METODE PENELITIAN ... 47
3.1 Jenis Penelitian ... 47
3.2 Setting Penelitian ... 48
3.2.1 Subjek Penelitian ... 48
3.2.2 Objek Penelitian ... 49
3.2.3 Lokasi Penelitian ... 49
3.2.4 Waktu Penelitian ... 49
3.3 Rancangan Penelitian ... 50
(14)
xiii
3.4.1 Analisis Kebutuhan ... 53
3.4.2 Desain ... 54
3.4.3 Implementasi ... 56
3.4.4 Evaluasi ... 56
3.4.5 Revisi. ... 57
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.5.1 Observasi ... 58
3.5.2 Wawancara ... 58
3.5.3 Kuesioner ... 59
3.6 Instrumen Penelitian ... 59
3.6.1 Pedoman Observasi ... 60
3.6.2 Pedoman Wawancara ... 60
3.6.3 Kuesioner ... 61
3.7 Teknik Analisis Data ... 63
3.7.1 Analisis Data Kualitatif ... 63
3.7.2 Analisis Data Kuantitatif ... 64
BAB IV ... 67
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1 Hasil penelitian ... 67
4.1.1 Proses Pengembangan Materi ... 67
4.2 Pembahasan ... 99
Bab V ... 102
PENUTUP ... 102
5.1 Kesimpulan ... 102
5.2 Keterbatasan ... 104
5.3 Saran ... 104
Daftar Pustaka ... 105
LAMPIRAN ... 107
(15)
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literature map hasil penelitian yang relevan ...42 Bagan 3.1 Prosedur penelitian dan pengembangan menurut Tomlinson ...49 Bagan 3.2 Prosedur penelitian dan pengembangan menurut Tomlinson yang sudah dimodifikasi ...51
(16)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sampul modul ...78
Gambar 4.2 Kegitan awal yang mengasah keaktivan siswa ...80
Gambar 4.3 Materi tentang sumber daya alam ...80
Gambar 4.4 Kegitan kedua siswa berdiskusi ...80
Gambar 4.5 Materi tentang pelestarian sumber daya alam ...81
Gambar 4.6 Tentang materi daur ulang kertas ...81
Gambar 4.7 Kegiatan praktikum daur ulang kertas ...81
Gambar 4.8 Silabus KI sebelum direvisi...84
Gambar 4.9 Silabus KI sudah direvisi...84
Gambar 4.10 Siswa sedang duduk secara berkelompok ...96
Gambar 4.11 Siswa sedang berdiskusi cara pelestarian ...96
Gambar 4.12 Kegiatan saat siswa praktikum ...97
Gambar 4.13 Siswa berkreasi dengan warna ...97
Gambar 4.14 Siswa saling berbagi tugas saat kegiatan praktikum ...97
(17)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rencana wawancara dengan guru kelas ...60
Tabel 3.2 Rencana wawancara dengan siswa kelas IV ...60
Tabel 3.3 Kuesioner guru ...61
Tabel 3.4 Kuesiner siswa ...61
Tabel 3.5 Instrumen uji coba modul ...61
Tebel 3.6 Tabel konversi data kuantitif ke kualitatif ...64
Tebel 3.7 Tabel konversi data kuantitif ke kualitatif ...65
Tabel 4.1 Kuesioner analisis kebutuhan siswa ...72
Tabel 4.2 komntar dan saran perangkat pembelajaran ...83
Tabel 4.3 Komentar dan saran modul materi ...83
Tabel 4.4 Hasil validasi perangkat pembelajaran ...84
Tabel 4.5 Hasil validasi mpdul materi ...85
Tabel 4.6 Rekapitulasi Validasi perangkat pembelajaran ...86
Tabel 4.7 Rekapitulasi calidasi modul ...86
(18)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian ...108
Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian ...109
Lampiran 3. Silabus ...110
Lampiran 4. Hasil kuesioner analisis siswa ...116
Lampiran 5. Hasil kuesioner analisis guru ...122
Lampiran 6. Hasil validasi RPP ahli ahli Bahasa ...125
Lampiran 7. Hasil validasi modul materi ahli Bahasa. ...127
Lampiran 8. Hasil validasi RPP ahli IPA ...131
Lampiran 9. Hasil validasi modul materi ahli IPA ...133
Lampiran 10. Hasil validasi RPP guru kelas IV A ...137
Lmapiran 11. Hasil validasi Modul materi guru kela IV A ...139
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, spesifik produk, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah kebutuhan pokok setiap manusia. Adanya pendidikan
yang terarah diyakini mampu mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Sekolah merupakan sarana pendidikan formal yang selain memberikan ilmu
pengetahuan juga mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Peran
dan fungsi sekolah yaitu membantu keluarga atau orang tua dalam pendidikan
anak-anaknya serta berperan memberikan pengetahuan, keterampilan, penanaman
nilai-nilai sikap secara lengkap sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa
yang berbeda (Jumali, 2007: 47).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang
terdapat di jenjang Sekolah Dasar yang mempelajari tentang alam dan dapat di
peroleh dengan menggunakan metode observasi. Pembelajaran IPA diharapkan
dapat memberikan pengetahuan (kognitif) yang merupakan tujuan utama dari
pembelajaran. Di samping hal itu, pembelajaran IPA diharapkan pula memberikan
keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman.
Kebiasaan dan apreasiasi, (Trianto. 2010: 142). Adanya pelajaran IPA diharapkan
dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
(20)
memahami alam sekitar secara ilmiah. Salah satu materi yang ada dalam pelajaran
IPA yaitu, tentang Sumber Daya Alam.
Sumber Daya Alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun
benda hidup yang berada di bumi, dan dapat dimanfaatkan, untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Sumber Daya Alam dibagi menjadi tiga macam yaitu
berdasarkan jenisnya, berdasarkan sifatnya, dan berdasarkan prosesnya.
Berdasarkan jenisnya sumber daya alam terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu
sumber daya alam hayati dan sumber daya alam nonhayati, sedangkan
berdasarkan sifatnya sumber daya alam dibagi menjadi dua macam juga yaitu
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, terakhir
sumber daya alam berdasarkan proses dibagi menjadi dua juga yaitu, sumber daya
alam yang langsung digunakan dan sumber daya alam yang tak langsung
digunakan.
Dari berbagai jenis sumber daya alam yang ada, pohon merupakan salah
satu contoh sumber daya alam hayati dan dapat diperbaharui serta sumber daya
alam yang harus melalui proses terlebih dahulu jika ingin digunakan. Salah satu
produk yang berasal dari pohon adalah kertas. Semakin banyak kertas yang
digunakan maka semakin banyak pula pohon yang ditebang. Salah satu manfaat
pohon adalah penghasil oksigen untuk manusia, semakin banyak pohon yang
ditebang untuk menghasilkan kertas, maka semakin sedikit oksigen yang akan
diterima oleh manusia. Jenis pohon yang digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan kertas adalah pohon akasia dan pohon pinus. Jenis pohon tersebut
merupakan bahan baku dari pembuatan kertas, dimana yang kita ketahui kertas
(21)
kertas amatlah penting dari dulu hingga sekarang. Jumlah penggunaan kertas
semakin lama meningkat dengan begitu pula bahan baku yang digunakan yaitu
dari pohon akasia dan pohon pinus akan makin banyak yang ditebang.
Maka dari itu, manusia sebagai mahluk konsumen terhadap kertas, akan
lebih baik jika kita menggunakan kertas secara bijak. Penggunaan kertas yang
tidak semestinya dan berlebihan akan membawa dampak buruk, karena jika kertas
digunakan bukan untuk hal yang semestinya maka itu sama saja dengan
menyia-nyiakan pohon yang digunakan sebagai bahan baku untuk kertas. Penggunaan
kertas dengan bijak serta digunakan sesuai kebutuhan bisa membantu dalam hal
penghematan penggunaan kertas. Banyak cara dalam penghematan kertas, yaitu
dengan cara menggunakan kertas sesuai kebutuhan yang diinginkan, kalau bisa
gunakanlah kembali kertas yang sudah pernah digunakan, serta melakukan
kegiatan daur ulang kertas untuk mengurangi penggunaan kertas baru dan untuk
mengurangi limbah kertas.
Pada saat peneliti melakukan observasi di salah satu SD Negeri di
Yogyakarta, sekolah ini memiliki visi dan misi yang baik salah satu visi dari
sekolah ini, ialah unggul dalam prestasi, teladan dalam budi pekerti berdasarkan
IMTAQ dan IPTEK, untuk salah satu misi dari sekolah ini, ialah melaksanakan
PAKEM sehingga berpotensi siswa berkembang secara optimal. Peneliti memilih
salah satu kelas dari sekolah ini, yang digunakan menjadi subjek penelitian atau
kelas uji coba, kelas yang dipilih oleh peneliti adalah kelas IV A.
Kegiatan yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti yaitu observasi serta
wawancara. Menurut hasil observasi peneliti terhadap siswa-siswi di kelas IV A,
(22)
kebutuhan dalam belajar saja, siswa terkadang menggunakan kertas untuk
bermain, misalnya untuk bermain pesawat terbang, membuat bola dari kertas dan
lain-lain. Siswa menggunakan kertas yang masih baru dari buku mereka, bahkan
saat peneliti bertanya pada siswa tentang asal kertas siswa tidak tahu dari mana
asal kertas. Siswa belum mengetahui bahwa bahan baku dalam pembuatan kertas
tersebut berasal dari kayu atau pohon. Siswa yang sudah senang bermain dengan
kertas, terkadang lupa untuk membuangnya di kotak sampah, siswa
membiarkannya berserakan di lantai kelas, membiarkan siswa yang bertugas
membersihkan kelas untuk membersihkannya.
Peneliti bukan hanya melakukan observasi terhadap siswa saja, peneliti
juga melakukan wawancara kepada guru mengenai latar belakang siswa.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap wali kelas, siswa kelas IV A sebagian
berasal dari keluarga menengah ke bawah. Pekerjaan orang tua siswa mayoritas
adalah menjadi buruh, yaitu pedagang, karyawan kantor, karyawan toko, tukang
ojek, tukang becak dan juga sebagai buruh lepas harian. Tempat tinggal siswa
kelas IV A berada di daerah kawasan Jetis dan dekat dengan lokasi sekolah,
lingkungan tempat tinggal dan sekolah siswa berada di daerah perkotaan. Daerah
ini termasuk daerah yang ramai dan dikelilingi instansi-intansi pendidikan seperti
SD, SMP, SMK,dan SMA, kemudian dikelilingi gedung-gedung kantor, maupun
hotel.
Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi ke pada guru dan siswa,
peneliti menemukan bahwa siswa masih kesulitan untuk memahami materi IPA
tentang sumber daya alam dan benda-benda yang berasal dari sumber daya alam.
(23)
hanya ditransfer dari guru, jadi guru menjelaskan materi tersebut dan siswa
mendengarkan. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kesulitan untuk
memahami isi materi. Materi yang masih sulit dipahami oleh siswa adalah
benda-benda yang berasal dari sumber daya alam yang ada di sekitar mereka dan
pentingnya melestarikan sumber daya alam yang ada. Maka dari itu berdasarkan
hasil obeservasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peneliti ingin
memberikan ilmu tentang sumber daya alam, cara pelestarian sumber daya alam
mulai dari hal yang sederhana mulai dari lebih bijak dalam menggunakan
benda-benda yang berasal dari sumber daya alam, serta bisa melakukan daur ulang pada
benda yang berasal dari sumber daya alam agar dapat digunakan lagi.
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran. Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pola pikir untuk
menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi individu yang memiliki komitmen
untuk menyadari tentang “Iman, pendidikan, serta perubahan sosial”.
Pengembangan pribadi siswa dapat terwujud melalui pembelajaran berbasis
karakter yang terdapat dalam Competence, Conscience dan Compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience
ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilah-pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah kemampuan dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin yang disertai
sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24).
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dan pengembangan (Research and development). Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Modul Materi
(24)
pelestarian sumber daya alam. Pengembangan yang di lakukan berdasarkan
Paradigma Pedagogi Reflektif ini, diharapkan mampu melibatkan dan
mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan serta
melaksanakan lima siklus secara utuh. Perangkat pembelajaran dan modul materi
yang dikembangkan yaitu mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan
pembelajaran mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di
sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat, mengarahkan siswa untuk
membangun konsepnya secara mandiri dan mengarahkan siswa untuk
melaksanakan lima siklus pendekatan PPR. Penelitian ini dibatasi pada uji coba
lapangan terbatas.
Dalam pengembangan modul materi ini peneliti menggunakan prinsip
Tomlinson sebagai dasar dalam pengembangan modul materi. Ada 16 prinsip
dalam pengembangan materi menurut Tomlinson, dari 16 prinsip itu peneliti
memilih 12 prinsip yang relevan. Prinsip yang dipilih oleh peneliti yaitu, memiliki
pengaruh, menyenangkan, mengembangkan kepercayaan diri, relevan, membuat
tertarik, mendapatkan poin, memberi penjelasan, mempertimbangkan gaya belajar
yang berbeda, mempertimbangkan sikap afektif yang berbeda, memberikan waktu
untuk berfikir, mendorong intelektual, emosional, dan memberikan feedback.
1.2 Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan tiga rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1.1.1 Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi
pelestarian sumber daya alam di lingkungan berdasarkan pendekatan
(25)
1.1.2 Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian
sumber daya alam di lingkungan berdasarkan pendekatan paradigma
pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV SD?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1.3.1 Mengetahui pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi
pelestarian sumber daya alam di lingkungan berdasarkan pendekatan
paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV SD
1.3.2 Mengetahui bagaimana kualitas perangkat pembelajaran dan modul materi
pelestarian sumber daya alam di lingkungan berdasarkan pendekatan
paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV SD.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Peneliti
Peneliti memperolemengetahui h pengetahuan dan pengalaman baru dalam
mengembangkan perangkat pelajaran dan modul materi berdasarkan
pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif. Produk yang dikembangkan
dapat memberikan motivasi bagi peneliti untuk mengembangkan produk
pembelajaran yang inovatif.
1.4.2 Bagi Guru
Guru lebih memahami tentang pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
(26)
1.4.3 Bagi Siswa
Siswa dapat melakukan lima siklus yang ada dalam pendekatan Paradigma
Pedagogi Reflektif. Siswa dapat terlibat langsung dan merasakan
pengalamnya.
1.4.4 Bagi Sekolah
Sekolah mendapatkan wawasan baru tentang pengembangan perangkat
pembelajaran dan modul materi berdasarkan pendekatan Paradigma
Pedagogi Reflektif Selain itu, sekolah dapat mempertimbangkan perangkat
pembelajaran dan modul materi berdasarkan pendekatan Paradigma
Pedagogi Reflektif yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.
1.5 Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah perangkat pembelajaran dan
modul meteri untuk kelas IV SD materi pelestarian sumber daya alam, yang
memiliki spesifikasi sebagai berikut.
1.5.1 Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
lima langgakah dari Tomlinson. Lima langkah itu adalah (1) analisis
kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, (5) revisi.
1.5.2 Perangkat Pembelajaran dan Modul Materi dikembangkan berdasarkan
pemetaan Kompetensi Dasar (KD) 3.8 memahami pentingnya upaya
keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungannya. Dan
pada Kompetensi Dasar (KD) 4.8 melakukan kegiatan upaya pelestarian
sumber daya alam bersama orang-orang di lingkungannya. Selanjutnya, KD
(27)
KD 4.8. Selain itu juga berdasarkan dari visi dan misi sekolah, latar
belakang siswa dan latar belakang masalah.
1.5.3 Perangkat Pembelajaran berisi tentang lima siklus yang meliputi 1) Konteks,
siswa dikenalkan dengan konteks materi yang akan dipelajari melalui
lingkungan sekitar; (2) Pengalaman, siswa diajak untuk merasakan
pengalaman saat itu juga agar siswa memahami tentang materi; (3) Refleksi,
siswa merefleksikan kegitan atau pengalamannya pada saat itu; (4) Aksi,
siswa melakukan aksi untuk menunjukan hasil dari apa yang mereka
dapatkan pada saat itu ke pada siswa lain; (5) Evaluasi, siswa mengerjakan
soal evalusai, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.
1.5.4 Pengembangan materi menggunakan prinsip yang berasal dari Tomlinson,
dengan prinsip-prinsip itu peneliti dapat mengembangkan materi yang baik.
Desain juga dibuat berdasarkan dari analis kebutuhan, yang mencakup isi
dan bentuk fisik dari modul materi.
1.5.5 Modul yang sudah jadi kemudian akan diimplementasikan pada kelas yang
sudah terpilih yaitu kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakata.
1.6 Definisi Oprasional
1.6.1 Perangkat pembelajaran adalah serangkain alat atau bahan yang digunakan
dan dipersiapkan oleh guru sebelum guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas.
1.6.2 Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) adalah salah satu kumpulan pengetahuan
yang mempelajari tentang fenomena alam dan dapat diperoleh dengan
(28)
1.6.3 Modul adalah salah satu sumber belajar yang dapat digunakan atau
membantu guru dan siswa dalam belajar.
1.6.4 Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pendekatan yang menumbuhkan pola
pikir dan menumbuh kembangkang pribadi siswa menjadai pribadi yang
kemanusiaan.
1.6.5 Sumber Daya Alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun
benda hidup yang berada dibumi, dan dapat dimanfaatkan, untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
1.6.6 Pelestarian adalah cara, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus yang memiliki tujuan yang terarah dan bertujuan untuk
mewujudkan melestarikan atau melindungi sesuatu yang berada di alam dari
kata kemusnahan.
1.6.7 Siswa kelas IV A SD adalah peserta didik di bangku kelas IV Sekolah
(29)
11 BAB II
LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
Uraian dalam sub bab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian.
Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah perangkat
pembelajaran, modul, Paradigma Pedagogi Reflektif, IPA, Emansipatoris, dan
Sumber Daya Alam.
2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Developmen/R&D)
Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu jenis penelitian yang
bertujuan untuk menghasilkan produk, desain, maupun proses. Metode penelitian
dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan
(Sukmadinata, 2005: 164). Penelitian R & D awalnya dilakukan pada dunia
industri untuk menemukan produk baru yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Penggunaan R & D dalam dunia pendidikan di Amerika pada tahun 1965 untuk
mengembangkan produk, bahan ajar dan prosedur dalam pendidikan.
Dalam buku “Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.” Yang di tulis oleh Setyosari (2010: 194), pengertian dari penelitian pengembangan
menurut Borg & Gall (1983) adalah suatu proses yang dipakai untuk
(30)
suatu langkah-langkah secara siklus. Dari dua pendapat diatas peneliti
menyimpulkan bahwa penelitian pengembangan atau RnD adalah penelitian yang
mengembangkan suatu produk baru yang membantu dalam suatu masalah yang
ada, atau meneruskan mengembangkan produk yang sudah ada dan layak di
kembangkan lebih lanjut.
Dari berbagai desain metode penelitian pengembangan dari beberapa ahli,
peneliti memutuskan untuk menggunakan desain penelitian dan pengembangan
menurut Tomlinson. Alasan peneliti lebih memilih desain penelitian dan
pengembangan menurut Tomlinson, karena lebih berfokus dalam pengembangan
materi pembelajaran, peneliti mengembangkan materi tentang pelestarian sumber
daya alam. Pelaksanaan pengambangan materi disesuaikan dengan lima langkah
pengembangan materi menurut Tomlinson. Kelima langkah pengembangan materi
menurut Tomlinson adalah, (1) analisis kebutuhan, (2) desin, (3) implementasi,
(4) evaluasi, dan (5) revisi ( dalam Harsono, 2015).
Pertama analisis kebutuhan, analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui
beberapa data yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai dasar dalam pengembangan
materi. Langkah yang kedua desain penelitian. Desain penelitian membuat
kerangka hal-hal yang penting dalam pengembangan materi, yang berdasarkan
pada hasil dari analisis kebutuhan. Langkah ketiga adalah implementasi, tahap
dimana hasil dari kerangka penting materi yang telah disusun diimplementasikan
pada saat pembelajaran. Langkah keempat adalah evaluasi, langkah ini dilakukan
setelah selesai implementasi. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk melihat apakah
modul materi memiliki kelebihan dan kekurangan saat digunakan. Langkah yang
(31)
kekurangan, berdasarkan hasil dari evaluasi dan bertujuan agar modul materi
dapat dengan layak digunakan.
Pada pengembangan materi menurut Tomlinson terdapat 16 prisnsip dari
tomlinson yang harus tercapai dalam pengembangan materi (dalam Harsono,
2015). Dari 16 prinsip yang ada peneliti lebih berfokus kepada 12 prnsip, karena
sesuai dengan penelitian ini.
Prinsip pertama, materi harus memiliki pengaruh. Diharapkan materi dapat
membuat siswa memiliki rasa ingin tahu. Kedua, materi membuat siswa merasa
senang, dan nyaman, prinsip ini dapat diterapkan dengan penggunaan warna yang
menarik dan tidak terlalu mencolok, penggunaan gambar yang mendukung, serta
pemilihan sampul yang sesuai untuk siswa SD. Prinsip yang ketiga yaitu materi
diharapkan mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Materi yang dapat
dengan mudah siswa pahami, serta latihan dalam menyampaikan pendapat hal
yang mampu melatih kepercayaan diri siswa. Prisip keempat, yaitu materi harus
relevan. Materi disesuaikan dengan kondisi siswa baik dari pengetahuan, sikap,
dan latar belakang siswa, hal ini bertujuan agar siswa lebih bisa memahami materi
Prinsip yang kelima, yaitu materi memungkinkan siswa untuk tertarik dalam
mempelajarinya. Materi dapat menggambarkan perhatian, dan dapat menarik
mempelajari materi yang akan memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. Prinsip
yang keenam siswa mendapatkan poin dari materi, materi dapat dipahami dan
membuat siswa mendapatkan poin dari apa yang diajarkan. Prinsip yang ketujuh,
ialah materi memberikan penjelasan, materi dapat memberikan penjelasan melalui
petunjuk, nasihat yang diberikan untuk kegiatan baik secara lisan maupun tulis.
(32)
dimiliki oleh masing-masing siswa. setiap siswa memiliki gaya belajar meraka
sendiri dalam memahami materi, maka dari itu materi diharapkan memiliki
banyak kegiatan yang menunjang perkembangan siswa secara menyeluruh.
Prinsip yang kesembilan, ialah materi mempertimbangkan sikap dari siswa
yang berbeda-beda. Prinsip kesepuluh materi memberikan siswa waktu atau jeda
untuk berpikir. Materi harusnya memberikan siswa untuk berpikir dan mencerna
materi dengan baik. prinsip kesebelas materi lebih bisa memaksimalkan pada
potensi belajar dan kegiatan yang mendorong intelektual, emosional, dan estetika
seni yang menstimulasi baik kegiatan otak kanan dan otak kiri. Prinsip
keduabelas, ialah materi baiknya memberikan feedback atau timbal balik antara guru dan siswa.
Keduabelas prinsip pengembangan materi diharapkan dapat tercapai dalam
penelitian ini. Prinsip ini menjadi dasar dalam pengembangan modul materi yang
akan digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
2.1.2 Perangkat Pembelajaran
Perangkat adalah alat atau sejumlah bahan serta pedoman yang dibuat oleh
guru untuk membantu dalam proses kegiatan yang diinginkan. Pembelajaran
adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas
berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa.
Peneliti menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah serangkaian
alat atau bahan yang digunakan dan dipersiapkan oleh guru dan siswa sebelum
guru dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Tujuan adanya
perangkat pembelajaran adalah untuk memenuhi keberhasilan seorang guru dalam
(33)
dibahas oleh peneliti yaitu, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan
Lembar Kerja Siswa.
2.1.2.1Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar.
a) Prinsip pengembangan silabus
Dalam mengembangkan silabus harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu
sebagai berikut. Ilmiah, bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan. Relevan, artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. Sistematis, bahwa
komponen-konponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian. Memadai, artinya cakupan indikator, materi pokok
pembelajaran pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup
untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Aktual dan kontekstual, bahwa
cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem
(34)
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Fleksibel, bahwa keseluruhan
komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta
dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor) sebagaimana yang dikemukakan oleh Bloom.
Selain prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakan di atas, dalam
pengembangan silabus yang perlu diperhatikan adalah kemasan unit waktu
silabus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut. Silabus
mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk
mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan ditingkat satuan pendidikan.
Dalam penyusunan silabus harus memperhatikan kerangka waktu pada setiap
jenjang dan jenis satuan. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang
disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang
sekelompok. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan
silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata
pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kulikulum.
b) Langkah-langkah pengembangan silabus
Mekanisme pengembangan silabus dapat dilakukan dengan mengikuti alur
dan langkah-langkah pengembangan sebagai berikut.
Pertama, Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar. Mengakaji
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum
pada standar isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut. Urutan berdasarkan
(35)
sesuai dengan urutan yang ada di SK. Keterkaitan antara standar kompetensi dan
kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
Kedua, mengidentifikasi materi pembelajaran. Mengidentifikasi materi
pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan, potensi peserta didik, relevansi dengan karateristik daerah,
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta
didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, struktur keilmuan, aktualitas,
kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan
peserta didik dan tuntutan lingkungan, alokasi waktu. Ketiga, mengembangkan
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar
lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Keempat, merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator merupakan
penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kelima,
penentuan jenis penelitian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian pencapaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan produk,
(36)
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Keenam, menentukan
alokasi waktu. Penentuan alokasi waktu pada setiap alokasi waktu pada setiap
kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata
pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi. Alokasi
waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Ketujuh, menentukan sumber belajar. sumber belajar. sumber belajar adalah
rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang
berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam
sosial, dan budaya.
2.1.2.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Trianto (2010), mengungkapkan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
standar isi yang dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran
sendiri dapat menjadi panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran, yang disusun dalam skenario kegiatan. Sedangkan
Permendikbud No. 81A (2013), mengungkapkan bahwa RPP adalah rencana
pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema
(37)
Dari kedua pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa Rencana
Pelakasanaan Pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru
untuk memudakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar
pembelajaran berlangsung seperti apa yang diinginkan. Didalam RPP mencakup
beberapa hal, yaitu data sekolah, mata pelajaran, kelas atau semester, materi
pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian
kompetensi, materi pembelajaran dan penilaian.
2.1.2.3Lembar Kerja Siswa
Depdiknas (2007), mengungkapkan bahwa LKS adalah lembaran yang
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Tugas yang diperintahkan dalam
LKS harus mengacu pada kompetensi dasar yang akan dicapai siswa. Tugas
tersebut dapat berupa tugas teoritis dan tugas praktis (Majid, Abdul. 2008 :
176-177). LKS digunakan sebagai sarana untuk mengoptimalkan. Sedangkan Trianto
(2010), mengatakan Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan
untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Dari tiga ahli
diatas peneliti menyimpulkan bahwa LKS adalah salah satu sarana guru dan siswa
untuk memperoleh materi, serta LKS merupakan panduan untuk membantu siswa
dalam latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk semua aspek
pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demontrasi.
2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pada sub bab ini menguraikan mengenai pengertian pembelajaran IPA,
IPA merupakan salah satu dari mata pelajaran yang mempelajari tentang alam
(38)
2.1.3.1Pengertian Pembelajaran IPA
Pembelajaran merupakan kegiatan guru terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekan pada
penyediaan sumber belajar (Dimyati, 2006: 297). IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang
berdasarkan observasi (Fisher dalam Amien, 1987: 4). IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam (Carin dalam Amien, 1987: 4).
Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena
alam dan dapat di peroleh dengan menggunakan metode observasi. Teori belajar
yang menonjol di dalam pendidikan IPA adalah teori Piaget dan teori
kontruktivisme (Iskandar, 1996: 21). Teori Piaget merupakan teori perkembangan
kognitif seseorang dari masa bayi ke masa dewasa, sedangkan teori
kontruktivisme merupakan teori perkembangan kognitif seseorang berdasarkan
pengalaman yang sudah pernah dialami sebelumnya.
Freire dan Marten (dalam Samatowa, 2006: 12) mendefinisikan bahwa
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang
terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru
untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu
benar. Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu siswa diharapkan mampu
berpikir secara kritis dan ilmiah serta mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Permendiknas no 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang lingkup
(39)
makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, b) benda/materi, sifat-sifat dan
kegunaannya meliputi cair, padat dan gas, c) energi dan perubahannya meliputi:
gaya, bunyi, panas, magnet dan listrik, d) bumi dan alam semesta meliputi: tanah,
bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Dari ruang lingkup tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA mencakup semua benda yang ada di
alam semesta.
2.1.4 Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah salah satu materi yang ada pada pelajaran IPA,
maka dari itu pada sub bab ini yang akan didibahas adalah pengertian sumber
daya alam, dan macam-macam sumber daya alam.
2.1.4.1Pengertian Sumber Daya Alam
Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi
atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik,
tetapi juga non fisik. Sumber daya alam merupakan semua kekayaan berupa benda
mati maupun benda hidup yang berada di bumi, dan dapat dimanfaatkan, untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam memiliki berbagai
macam, berdasarkan sifat pembaharuannya, sumber daya alam berdasarkan
jenisnya, dan sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaanya.
Peneliti berpendapat bahwa sumber daya alam adalah semua kekayaan
berupa benda mati atau benda hidup yang berada di bumi, dan dapat
(40)
2.1.4.2Macam-macam Sumber Daya Alam
Ternyata sumber daya alam dibedakan menjadi 3, yaitu 1) berdasarkan
sifat pembaharuan, 2) bedasarkan jenis, 3) berdasarkan kegunaan/penggunaanya
berikut penjelasan tentang macam-macam sumber daya alam.
a. Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuannya
Sumber daya alam yang dapat di perbaharui/renewable yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan berulang kali dan dapat dilestarikan,
contohnya air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan dan lain-lainnya.
Sumber daya alam yang tidak dapat di perbaharui/non renewabel yaitu sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat
digunakan sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah,
contohnya minyak bumi, batu bara, timah, gas alam.
b. Sumber daya alam berdasarkan jenis
Sumber daya alam hayati/biotik Yaitu sumber daya alam yang
berasal dari mahluk hidup, contohnya tumbuhan, hewan, mikri organisme,
dan lainnya. Sumber daya alam non hayati/ abiotik yaitu sumber daya alam
yang berasal dari benda mati, contohnya bahan tambang, air, udara, batuan,
dan lainnya.
c. Sumber daya alam berdasarkan kegunaan/penggunaanya
Sumber daya alam penghasil bahan baku yaitu sumber daya alam
yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga
nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi, contoh hasil hutan, hasil tambang,
hasil pertanian, dan lainnya. Sumber daya alam yaitu sumber daya yang
(41)
manusia di muka bumi, contohnya ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar
matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lainnya.
2.1.5 Pelestarian
Sumber daya alam merupakan berkah yang di berikan oleh Tuhan, kita
sebagai manusia haruslah menjaganya bukan hanya menggunakannnya sesuka
hati kita. kita juga harus menjaganya atau melestarikannya, pada sub bab ini yang
akan dibahasa adalah pengertian dari pelestarian dan macam-macam cara yang
dapat dilakukan untuk melestarikan sumber daya alam.
2.1.5.1Pengertian Pelestarian
Pelestarian merupakan salah satu kata yang sering kita dengar bila ada
organisasi pecinta lingkungan untuk mengajak orang-orang melindungi alam.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tertulis bahwasannya pelestarian
mengandung arti, proses, cara, perbuatan melestarikan atau perlindungan dari
kemusnahan atau kerusakan pengawetan konservasi sumber daya alam. Wijaya
(1986) mengartikan pelestarian sebagai kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus, terarah, dan terpadu guna mawujudkan tujuan tertentu yang
mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan slektif ( Ranjaban, 2006: 115).
Berdasarkan dua pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa,
pelestraian adalah cara, perbuatan atau kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus yang memiliki tujuan yang terarah dan bertujuan untuk mewujudkan
melestarikan atau melindungi sesuatu yang berada di alam dari kata kemusnahan
(42)
2.1.5.2Macam-macam Cara untuk Melestariakan Sumber Daya Alam
Tidak semua bagian bumi memiliki sumber daya alam yang sama.
Semakin banyak sumber daya alam di suatu daerah maka semakin banyak yang
bisa dimanfaatkan oleh manusia. Sumber daya alam yang melimpah di bumi ini
tidak terlepas dari bebagai permasalahan yang mengancam keberlangsungan dan
kelestariannya. Permasalahan yang ada sangat beragam, mulai dari masalah yang
kecil hingga masalah yang besar, mulai dari masalah yang bisa diatasi hingga
masalah yang sulit untuk diatasi.
Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak seimbang telah banyak
menimbulkan masalah bagi penduduk dunia. Maka dari itu banyak cara
melestarikan sumber daya alam di bumi.
a. Pemanfaatan energi tidak habis
Penggunaan energi bumi yang tidak akan ada habisnya dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti minyak bumi atau batu bara yang mana
minyak bumi dan batu bara meruoakan sumber daya alam yang dapat
digunakan sebagai penggantu minyak bumi dan batu bara, penggunaan
energi matahari, penggunaan angin sebagai pembakit listrik, penggunaan
geothermal atau panas bumi, penggunaan energi air yang melimpah,
penggunaan energi pasang air laut di daerah pesisir.
b. Melakukan daur ulang atau recycling
Pemanfaatan daur ulang sehingga pengambilan sumber daya alam
dapat diperkecil dan dapat diperlambat, contohnya melakukan daur ulang
terhadap barang-barang bekas seperti, plastik yang coba dikurangi atau
(43)
tanah, ekosistem air laut, daur ulang kertas sehingga penebangan pohon
untuk pembuatan kertas dapat dikurangi atau diperlambat.
c. Melakukan pengawetan
Pengawetan terhadap sumber daya alam yang berupa kayu
merupakan tindakan yang sangat dianjurkan. Sebelum digunakan hendaknya
diwajibkan untuk diawetkan terlebih dahulu agar kayu dapat bertahan lebih
lama, sehingga penggunaan kayu untuk bahan bangunan kayu untuk bahan
bangunan dapat dihemat.
d. Pengelolahan air limbah dan penertiban pembuangan sampah
Setiap pabrik harus mengelolah air limbahnya sebelum dibuang
karena limbah pabrik biasanya mengandung zat-zat kimia berbahaya yang
dapat merusak lingkungan. Kebiasaan masyarakat membuang samapah di
saluran air atau sungai pun harus dirubah. Hal ini perlu sekali dicegah sedini
mungkin untuk menghindari terjadinya pencemaran air.
e. Program kali bersih
Program kali bersih mempunyai tujuan utama untuk menurunkan
atau mengurangi beban pencemaran air dan pencemaran sungai, khususnya
limbah industri yang banyak mengandung zat-zat kimia beracun yang
bebahaya bagi ekosistem sungai.
Dari berbagai macam cara untuk melestarikan sumber daya alam
yang sudah ada di atas. Peneliti memilih daur ulang atau recycling untuk diajarkan kepada siswa, alasan peneliti memilih daur ulang sebagai cara
melestarikan sumber daya alam karena peneliti ingin siswa langsung
(44)
dijumpai di sekitar siswa. Selain itu daur ulang salah satu cara melestarikan
yang mudah untuk di tiru dan dipraktikan sendiri oleh siswa.
2.1.6 Modul
Pada subbab ini menguraikan mengenai pengertian modul, fungsi modul,
karakteristik modul dan keuntungan serta kelebihan penggunaan modul, prinsip
pengembangan modul menurut Tomlinson.
2.1.6.1Pengertian Modul
Modul salah satu istilah yang berasal dari dunia teknologi. Modul adalah
alat ukur yang lengkap. Sukiman (2012: 132) mengungkapakan bahwa, modul
adalah paket program yang disusun secara terencana dalam bentuk satuan tertentu
guna membantu peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia modul adalah bentuk kecil dari suatu
pembelajaran yang beroprasi sendiri. Menurut Abdul Majid, modul adalah sebuah
buku yang di tulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa
atau dengan bimbingan guru. (Adul Majid, perencanaan pemebelajaran:
mengembangkan standar kompetensi guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008:
176). Dari beberapa pendapat di atas tentang modul, peneliti menyimpulkan
modul adalah salah satu program atau buku panduan yang dibuat untuk membantu
siswa dalam belajar secara mandiri, baik ada bimbingan guru atau pun tanpa
bimbingan guru.
Peneliti menyimpulkan bahwa modul adalah salah satu sumber belajar
(45)
2.1.6.2Fungsi Modul
Di dalam buku pengembangan media pembelajaran yang ditulis Sukiman (
2012: 133), Cece Wijaya, dkk (1992: 96) mengemukakan sistem pengajaran
modul dikembangkan di berbagai negara dengan maksud untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan sistem pengajaran tradisional. Melalui sistem pengajaran
sangat dimungkinkan, adanya peningkatan motivasi belajar secara maksimal,
adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan dan pelayanan individual yang lebih mantab, dapatnya mewujudkan
prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas, dapatnya mewujudkan belajar
yang lebih berkonsentrasi.
2.1.6.3Karakteristik Modul
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi
penggunanya, modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu.
Karakteristik untuk pengembangan modul antara lain sebagai berikut: pertama, self intructional. Melalui modul, peserta didik mampu belajar mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Kedua, self contained. Seluruh materi pembelajaran dari unit standar kompetensi dasar yang dipelajari terdapat di dalam satu modul
secara utuh. Ketiga, stand alone. Modul uang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
Keempat, yaitu adaptive. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, adalah user friendly. Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau mudah digunakan oleh peserta didik seperti pengunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti,
(46)
Dari kelima karakterisktik modul tersebut peneliti menyimpulkan
bahwasannya modul yang baik itu membuat pesrta didik secara mandiri untuk
belajar, materi yang dipelajari oleh peserta didik haruslah berdasarkan SK dan KD
yang di pelajari secara untuh. Modul yang baik modul yang tidak terkait dengan
perangkat atau media lain, modul harusnya memiliki daya tarik atau adaptasi yang
dapat diterima cepat oleh peserta didik, serta bahasa yang digunakan dapat
dipahami oleh peserta didik.
2.1.6.4Keuntungan dan Kelebihan Penggunaan Modul
Susyaningsih, (2010: 31), mengungkapan bahwa beberapa keuntungan
yang diperoleh dari pembelajaran dalam penerapan modul antara lain meliputi,
meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran
yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuannya. Setelah dilakukan
evaluasi, guru dan siswa mengatahui benar, pada modul yang mana siswa telah
berhasil dan pada modul yang mana mereka belum berhasil. Bahan pelajaran
terbagi lebih merata dalam satu semester. Pendidik lebih berdaya guna, karena
bahan pelajaran yang disusun menurut jenjang pendidikan.
Adapun kekurangan dalam penggunaan modul Suparman (1993: 197)
mengungkapkan bahwa bentuk kegiatan pembelajaran yang menggunakan modul
memiliki kekurangan antara lain biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu
dibutuhkan lama, menentukan disiplin belajar yang tinggi, membutuhkan
ketekunan yang tinggi dari fasilitator untuk terus menerus memantau proses
belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa
(47)
2.1.7 Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
Pada sub bab ini yang akan dibahas adalah pengertian dari Paradigma
Pedagogi Reflektif, tata cara pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif, dan
kelebihan-kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif.
2.1.7.1Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
Pada buku Paradigma Pedagogi Reflektif, tim Redaksi Kanisius (2008:
39), menuliskan bahwa PPR merupakan polapikir (paragidma = polapikir) dalam
manumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusian
(pedagogi reflektif = pendidikan kristianai/ kemanusian). Pola pikirnya dalam
membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusian,
kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman
tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan siswa membuat niat dan
berbuat sesuai dengan niat tersebut.
Melalui dinamika pola pikir tersebut siswa diharapkan mengalami sendiri
(bukan hanya mendapat informasi karena diberi tahu). Melalui refleksi diharapkan
siswa yakin sendiri (bukan karena patuh pada tradisi atau peraturan). Melalui aksi,
siswa berbuat dari kemauannya sendiri (bukan karena ikut-ikutan atau takut
sanksi). Tujuannya, menumbuh kembangkan persaudaraan, solidaritas antar teman
dan saling menghargai yang merupakan aspek-aspek kekristianian/kemanusiaan.
Langkah tersebut dipilih karena PPR berdasarkan kerja sama kelompok lebih
mudah dilaksanakan, dan lebih cepat tampak hasilnya. Pengembangkan
pelakasanaan PPR terletak pada dasar dan tujuannya. Landasannya antara lain
adalah materi pembelajarannya dan tujuannya adalah kekristianian/kemanusiaan
(48)
Pada buku yang sama yaitu Paradigma Pedagogi Reflektif (2010: 22)
menuliskan bahwa, pedagogi adalah cara para pengajar mendampingi para siswa
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pedagogi merupakan seni dan ilmu
mengajar. Pedagogi tidak boleh hanya dikuruskan menjadi metode belaka.
Pedagogi meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi terpelajar.
Hal itu memberi tujuan, incaran ke arah mana semua aspek tradisi pendidikan
diarahkan. Paradigma Ignasian/reflektif yang terdiri atas langkah: pengalaman,
refleksi, dan aksi menawarkan bermacam-macam cara seorang pengajar dapat
mendampingi para pelajar mereka untuk memudahkan proses belajar dan
berkembang lewat menatap kebenaran dan menggali arti manusiawi.
Dari beberapa pengertian yang ada di atas peneliti menyimpulkan bahwa,
pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pendekatan yang digunakan
pengajar hanya untuk membantu dalam penyampaian materi saja, akan tetapi
pendekatan PPR juga mengajarkan kepada siswa untuk menjadi pribadi yang
memiliki pola pikir kemanusian. Pendektan PPR juga memberikan pengalaman
yang dirasakan oleh siswa, sehingga siswa dapat lebih memahami makna dari
pembelajaran yang sudah diterima. Tidak berhenti dipengalaman saja, pendekatan
PPR juga mengajak siswa untuk merefleksikan pengalaman yang sudah dilalui
oleh siswa. Melalui refleksi siswa akan berfikir melakukan aksi yang akan
dilakukan untuk menunjang apa yang sudah siswa alami, siswa akan diberi
evaluasi ini adalah sebuah hal wajar dalam pembelajaran.
2.1.7.2Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
Tujuan dari pendekatan PPR adalah untuk meningkatkan kemampuan
(49)
untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima
di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga kelak akan menghasilkan
lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi permasalahan yang ada
dikehidupa sosialnya (Subagya, 2010: 22-25).
Tujuan PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran.
Ketiga unsur tersebut adalah Competence, Conscience, dan Compassion.
Comptence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, consciencei
ialah mampu aktif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah kemampuan dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap
bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24).
2.1.7.3 Tata Cara Pelaksanaan PPR
Penerpan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui
sebuah siklus yang terdiri dari atas 5 siklus unsur pokok. Siklus unsur pokok
tersebut yaitu: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Berikut ini
merupakan penjabaran tentang siklus unsur pokok pada pembelajaran PPR.
a. Konteks
Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh guru
yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Konteks untuk menumbuh
kembangkan pendidikan antara lain sebagai berikut.
Pertama, guru (fasilitator) perlu menyemangati mereka agar memiliki nilai seperti: persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggung jawab,
(50)
lain yang semacam itu. Diharapkan seluruh anggota komunitas berbicara
mengenai nilai-nilai.
Kedua, contoh-contoh penghayatan mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan, lebih-lebih contoh dari pihak guru. Ketiga, hubungan akrab, saling percaya, agar bisa terjalin dialog yang saling terbuka antara guru dan siswa.
b. Pengalaman
Pengalaman untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, dan saling
memuji adalah pengalaman bekerja sama dalam kelompok kecil yang
“direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah, dan
sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab. Pengalaman juga merupakan dimana
siswa memahami materi yang dipelajarinya secara mendalam dengan melibatkan
seluruh kemampuan kognitif, afektif, dan psiomotorik. Pengalam dalam
pembelajaran sendiri dibedakan atas pengalaman langsung dan pengalaman tidak
langsung (Subagyo, 2010: 52).
Seringkali tidak mungkin guru (fasilitator) menyediakan pengalaman
langsung mengenai nilai-nilai yang lain. Untuk itu siswa difasilitasi dengan
pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman tidak langsung bisa diciptakan,
misalnya dengan membaca atau memperlajari suatu kejadian.
c. Refleksi
Refleksi merupakan proses memperimbangkan dengan seksama
mengguakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman, dan ide-ide atau
tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi merupakan unsur pokok yang paling
(51)
Guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi.
Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan divergen agar siswa secara otentik dapat
memahami, mendalami, dan meyakini temuannya. Siswa dapat diajak untuk diam
dan hening untuk meresapi apa yang baru saja dibicarakan. Melalui refleksi, siswa
meyakini makna nilai yang terkandung dalan pengalamannya. Refleksi menjadi
sarana dalam menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa
dalam kegiatan pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan.
d. Aksi
Sumber dari tindakan yang dilakukan siswa berasal dari hasil refleksi yang
telah dilakukan siswa. Aksi merupakan pertumbuhan batin yang mancakup dua
tahap, yaitu pilihan-pilihan batin (hasil dari refleksi pengalaman) dan kemudian
diwujudkan dalam tindakan nyata.
Guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk
membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan
membangun niat dan berprilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk
pribadinya agar nantinya menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksiakannya.
e. Evalusai
Setelah pembelajaran, guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari
sisi akademik. Ini adalah hal wajar dan merupakan keharusan. Sekolah memang
dibangun untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi
kompeten dibidang studi yang dipelajari. Namun guru/sekolah juga perlu
mengevaluasi apakah ada perkembangan pada pribadi siswa.
Berdasarkan dari lima sisklus yang sudah dikemukan di atas, peneliti
(52)
tersebut. Dimana kelima siklus tersebut saling berkaitan satu sama lain, walau
bukan dimulai dari konteks tidak menjadi masalah asalkan sesuai dengan urutan
siklus yang sudah ada. PPR bukan hanya ingin mengajarkan tentang akademik
saja akan tetapi menyangkut juga pada kepribadian siswa. Perkembangan
akademik yang baik akan lebih baik apabila diimbangi dengan keperibadian yang
baik dan memiliki pola pikir kemanusiaan.
2.1.7.4Kelebihan-kelebihan Pendekatan Pradigma Pedagogi Reflektif
Kelebihan-kelebiahan sekaligus keuntungan kita menerapkan PPR dalam
proses pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut.
a. Murah meriah
Dalam praktik, pembelajaran PPR diintegrasikan dengan bidang studi yang
diajarakan, maka tidak memerlukan sarana atau prasarana khusus, kecuali yang
dibutuhkan oleh bidang studi yang bersangkutan. Hal khusus yang diperlukan
hanyalah cara pandang baru dalam pembelajaran.
b. Segala kurikulum
PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum: KTSP, KBK, Kurikulum
1994, bahkan pada kurikulum mana pun. Paradigma ini tidak menuntut tambahan
bidang studi baru, jam pelajaran tambahan, maupun peralatan khusus. Hal pokok
yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara kita mengajarkan mata
pelajaran yang ada.
c. Cepat kelihatan hasilnya
Untuk menumbuh kembangkan seorang siswa menjadi priabadi yang
(53)
terlihat setelah mereka lulus. Namun melalui PPR tanda-tanda kalau mereka mulai
berkembang ke arah yang diharapkan cepat kelihatan.
2.1.8 Emansipatoris
Emansipatoris masih ada keterkaitannya dengan Paradigma Pedagogi
Reflektif/Pedagogi Ignasian, maka dari itu pada sub bab ini yang akan dibahas
adalah pendidikan emansipatoris, humanis, kesadaran kritis, dan mempertanyakan
sistem.
2.1.8.1Pendidikan Emansipatoris
Pada artikel yang terbentuk dalam buku proceding, Frieda Mangunsong
(2005:37). Pendidikan emansipatoris yang dipahami sebagai pendidikan yang
mampu memperdayakan dan memberi pencerahan pada siswa, dipengaruhi tidak
hanya oleh kurikulum semata. Banyak hal yang bersifat internal dari siswa,
pendidik, maupun faktor eksternal lain yang perlu mendapat perhatian. Pada buku
yang sama Darmaningtyas pada artikel Ideologi yang Mencekik Pedagogi Emansipatori (2005:69) mengungkapkan, bahwa Metode pedagogi berdasarkan integrasi (manusia Indonesia seutuhnya) yang penggarapannya tidak sistematis
jelas tidak mengerjakan para murid bernalar. Murid hanya diberi kebebasan untuk
bosen dan geli karena inkonsistensi pelajaran dengan realitas, argumen yang aneh,
pemakaian bahasa yang tidak tepat, tautologi, dan omong kosong.
Dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajaran di Dunia Tarik ulur”
yang ditulis oleh Winarti dan Anggadewi (2015: 53), Giroux (2001)
mengemukakan bahwa, pendidikan emansipatoris dipandang sebagai pendidikan
yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan
(54)
emansipatoris. Di dalam buku yang sama dijelaskan bahwa, berdasrkan sejarahnya
pedagogi Ignasian diturunkan dari Latihan Rohani yang diajarkan oleh Santo
Ignasius dari Loyola. Ada lima hal saling berkaitan sebagai siklus yang terdapat
pada pedagogi Ignasian, yaitu konteks, pengalaman, refeleksi, aksi, dan evaluasi
(Peterson dan Nielsen, 2012). Model pembelajaran emansipatoris bersifat
mengembangkan, dalam pendidikan emasipatoris, baik guru maupun siswa
keduanya adalah pembelajar.
Peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan emansipatoris adalah
pendidikan yang lebih menekankan pada pedidikan akal budi dan hati nurani dari
setiap siswa agar lebih bisa menghargai kehidupan. Ada tiga kata kunci untuk
model pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan
mempertanyakan sistem.
2.1.8.2Humanis
Humanis adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, artinya
mendidik manusa menjadi manusia yang utuh yang memiliki akal budi dan hati
nurani. Pada buku “Manusia pembelajar di dunia tarik ulur”, karya Winarti dan
Anggadewi (2015:53), mengutip pendapat Nouri dan Sajjadi (2014) serta Freire
(1970) humanisasi dipahami sebagai memberdayakan pemahaman kritis antara
kedua belah pihak guru dan murid, dan mengembangkan kesadaran kritis (critical awareness) relasi pribadi dengan dunia. Untuk menciptakan masyarakat yang humanis diperlukan cinta, kerendahan hati, iman, kepercayaan, harapan dan
pemikiran kritis.
Sebagai mahluk ciptaan tuhan, manusia memerlukan hubungan atau relasi
(55)
hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan diantranya dengan, berdoa,
memuji kebesaran-Nya, bersyukur dengan nikmat yang sudah diberikan, berserah
diri kepada-Nya, maka dengan demikian manusia akan menemukan ketenangan
batin dan mampu memaknai kehidupannya.
Dalam konteks pendidikan, apa bila kita ingin membentuk seorang
manusia menjadi manusia yang seutuhnya seperti yang ada di atas maka tujuan
sebenarnya dari pendidikan adalah untuk membentuk pribadi manusia secara utuh.
Syukri (2005:117) pada artikelnya yang terdapat pada buku Proceeding,
menuliskan bahwa dalam pendidikan segi-segi kemanusian seperti spiritual,
mentalitas, moralitas, sosialitas, rasa, dan rasionalitas perlu mendapat porsi yang
memadai. Jadi pendidikan bukan hanya bertujuan baik dikognitif saja, akan tetapi
pendidikan juga perlu menekan tentang segi emosi, rohani, solidaritas, dan
sebagainya.
Dalam artikel Syukri menuliskan pendapat dari Suparno (2002), yaitu
apabila pendidikan yang hanya menekankan dari segi pengetahuan, apalagi hanya
nilai ujian saja akan mengakibatkan anak didik tidak berkembang secara utuh.
Akibatnya, timbul tindakan-tindakan yang jauh dari nilai-nilai moral seperti
tawuran pelajar, narkotika, obat terlarang dan sebagainya. Pendidikan yang
mengarahkan siswa atau peserta didik menjadi seorang yang humanis ialah,
pendidikan yang menyentuh hati nurani pesrta didik sebagai manusia serta
membuat meraka memliki akal budi yang baik untuk mengahargai sesama
(56)
2.1.8.3Kesadaran Kritis
Kesadaran kritis merupakan hal yang ada dalam pembentukan manusia
humanis, kesadaran kritis ini timbul dari adanya pemikiran kritis. Makna dari
kesadaran kritis ini ialah makna belajar untuk menerima keadaan sosial, ekonomi,
dan politik yang bertolak belakang, dan kemudian mampu melawan arus
penindasan realitas. Ada pendapat mengenai pendidikan kritis Rahardjo, dkk.
(2005: 34), menuliskan bahwa pendidikan kritis pada dasarnya merupakan salah
satu paham dalam pendidikan yang mengutamakan pemberdayaan dan
pembebasan. Tugas utama pendidikan adalah menciptakan ruang untuk
mengembangkan sikap kritis terhadap sistem dan struktur yang diskriminatif
terhadap kaum tertindas dan kaum yang tersingkirkan seperti kaum miskin, kaum
buruh, para penyandang cacat atau mereka yang memiliki kemampuan berbeda,
kaum perempuan, dan anak-anak. Pada buku yang sama, Rahardjo, dkk (2005: 38)
mengungkapkan bahwa pendidikan kritis sebagai warisan paradigma pembebasan.
Pendidikan kritis merupakan kelanjutan dari gerakan pembebasan. Maka
pendidikan kritis dan pembebasan pada dasarnya merupakan dua hal yang tidak
bisa dipisahkan.
Pada buku yang berjudul “Pedagogi kritis: Sejarah, perkembangan dan pemikiran.” yang ditulis oleh Hidayat (2013: 2), pedagogi kritis sangat prihatin
dengan konfirgurasi relasi antara guru/murid tradisional dengan menggunakan
dialog yang bermakna. konsep pedagogi kritis dilahirkan dari refleksi dan
pengalaman hidup Poulo Freire. Di Indonesia, perkembangan pedagogi kritis
belum begitu familiar. Pada buku yang sama (2013: 6) banyak sekali pendapat
(57)
bahwa pedagogi kritis sebagai konsep yang telah mengalami transformasi
dikalangan pendidik yang menjadi strategi baru untuk menghadapi perubahan
konteks sosial dan historis. Pedagogi kritis secara tradisional disebut teori
pendidikan dan pengejaran serta praktik belajar yang dirancang untuk
meningkatkan kesadaran kritis peserta didik mengenai kondisi sosial yang
menindas. Pada buku “Pendidikan populer: Membangun kedarasn kritis.” (Rahardjo, dkk. 2005: 42), menuliskan Freire mengungkapkan bahwa hakikat
pembebasan adalah suatu proses bangkitnya kesadaran kritis rakyat terhadap
sistem dan struktur sosial yang menindas.
Kesadaran kritis merupakan hasil dari pemikiran kritis, dimana pemikiran
kritis merupakan warisan dari paradigma pembebasan. Pedagogi kritis merupakan
sebuah gerakan pendidikan yang dilandasi dari filosofi pendidikan. Dari semua
pendapat tentang kesadaran kritis, peneliti menyimpulkan bahwa kesadaran kritis
merupakan warisan dari kebebasan. Didalam pendidikan kebabasan sangat lah
penting, pembebasan dalam pendidikan bukan hanya bebas dalam mendapatkan
haknya sebagai siswa maupun guru. Bebas berarti juga bebas dalam berpikir dan
berpendapat, disini siswa diajak untuk berpikir kritis atau memiliki kesadaran
kritis. Salah satu pelajaran yang mengajak siswa dalam kesadaran kritis ialah IPA.
Siswa diajak untuk memiliki kesadaran kritis terutama dalam lingkungan alam
sekitar, dengan siswa memiliki keasadaran kritis diharpakan siswa menjadi
(58)
2.1.8.4Mempertanyakan Sistem
Ketiga hal yang ada dalam Emansipatortis saling berkaitan diantaranya.
Dalam membentuk seseorang menjadi pemikir kritis dibutuhkan dialog dalam
bentuk mempertanyakan sistem untuk menemukan relitas.
Ketika terjadi dialog di antara keduanya, maka pemahaman dan
pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang (Winarti,
Anggadewi. 2015:54). Baik guru maupun murid sejatinya keduanya adalah
pembelajar, kedua pembelajar akan saling membantu dalam hal saling berbagi
ilmu. Secara bersamaan kedua pembelajar akan menjadi teman saling bantu satu
sama lain. Dialog dalam pendidikan emansipatoris baiknya mengambil tema yang
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Penelitian yang Relevan
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa penelitian yang relevan yang
dijabarkan sebagai berikut.
Tiffany (2012) melakukan penelitian tentang Peningkatan Pembelajaran
pelestarian Alam Melalui Metode Field Trip Siswa kelas 3 Sekolah Dasar
Kaligayam 02 Kabupaten Tegal. Jenis penelitian yang digunakan adalah
rancangan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
meningkatkan aktivitas belajar IPA materi pelestarian alam pada siswa kelas 3 SD
Kaligayam 02 Kabupaten Tegal melalui metode Field Trip, (2) meningkatkan hasil belajar IPA materi pelestarian alam pada siswa kelas 3 SD Kaligayam 02
Kabupaten Tegal melalui metode Field Trip, (3) mengetahui peningkatan performa guru dalam membelajarkan materi pelestarian alam pada siswa kelas 3
(59)
penelitian ini yang berupa peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan hasil nilai
rata-rata kelas saat pelaksanaan pre test yang mencapai 60,11 meningkat pada hasil post test menjadi 72,74 dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari
25,71% menjadi 77,14%. Selain itu, nilai rata-rata kelas pada siklus I yang
mencapai 71,74 meningkat pada siklus ke II menjadi 73,71 dengan peningkatan
ketuntasan belajar klasikal dari 59,05% menjadi 75,24%.
Maria Putri Penata Pratiwi (2015) melakukan pengembangan Modul
Praktikum IPA Sebagai Suplemen Kurikulum 2013 Mendorong berpikir kritis
pada siswa kelas IV. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan
pengembangan (R&D). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV, penelitian ini dilaksanakan di dua tempat pertama pada 5 siswa di SD
Negeri 1 Bareng Lor Klaten dan yang kedua pada 30 siswa di SD Kanisius
Sengkan Yogyakarta. Kualitas dari produk yang berupa modul praktikum IPA
ditunjukkan dengan hasil validasi dari ahli media memperoleh persentase 97.73 %
dengan kategori valid, dari guru kelas IV A SD Kanisius Sengkan, 5 siswa kelas
IV SD Negeri 1 Bareng Lor, 30 siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan, modul
praktikum tersebut memperoleh skor rata-rata 3,40 termasuk dalam kategori
“layak” untuk digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat menguji cobakan modul praktikum IPA tersebut, peneliti
melihat adanya sikap berpikir kritis pada siswa. Uji coba terbatas 5 siswa terdapat
7 indikator yang terlihat, dan pada uji coba 30 siswa seluruh indikator terlihat
pada saat pengujian modul praktikum IPA. Dengan demikian modul praktikum
IPA sudah layak digunakan dalam pembelajaran kelas IV sekolah dasar sebagai
(1)
(2)
144
LAMPIRAN GAMBAR POSTER
(3)
(4)
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
(6)
148
Curriculum Vitae
Atika Sari adalah anak kedua dari dua
bersaudara yang lahir di Tanjung Enim, 03 Oktober
1995. Sebelum menempuh pendidikan dasar,
menempuh pendidikan terlebih dahulu di Taman
Kanak-kanak Annahal selama satu tahun. Pendidikan
dasar ditempuh di SD Negeri 12 Tanjung Enim,
kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan
pada tahun 2001-2007. Dilanjutkan pada pendidikan menengah pertama yang
ditempuh di SMP Negeri 2 Tanjung Enim, yang lulus pada tahun 2010.
Pendidikan sekolah menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Lawang Kidul,
masuk pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013. Peneliti mulai terdaftar
sebagai mahasiswi aktif Universitas Sanata Dharma mulai dari tahun 2013, pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti pernah mengikuti
beberapa kegiatan sebagai pengembangan keterampilan diluar perkuliahan.
Peneliti mengikuti organisasi karawitan PGSD, peneliti juga mengikuti kegiatan
kepanitiaan baik dalam prodi atau universitas. Pada awal tahun 2015 peneliti
mengikuti kepanitian Tablo, selain itu peneliti juga mengikuti kepanitian Malam
Kreatifitas Mahasiswa PGSD pada tahun 2016 sebagai anggota konsumsi.