Analisis Lingkungan Internal Dan Eksternal Melalui Swot Dalam Usaha Pengembangan Bisnis Retail Butik Toko Amethyst Ungu Bandung

(1)

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, bersedia :

''

('

Bahwa hasil laporan penelitian dapat dionlinekan sesuai peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan peneliti.an".

Bandung Agustus 2012

ButikAmethyst Ungu PemilikToko i

Akhmad Khairil Nueraha

Nn/I.

2120788e)

Titin Agustinah

Catatan :

Kecuali

...dan

tidak untuk dionlinekaa, dengan alasan kerahasiaan perusahaan.

Jl. Viku X

No,€Fijahf[

Ujungberung - Bandur\g


(2)

The Analize Internal and External Environment Trought SWOT of Retail

Business Development On Boutique Amethyst Ungu Bandung

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Akhmad Khairil Nugraha 21207889

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

(4)

iiv

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL MELALUI SWOT DALAM USAHA PENGEMBANGAN BISNIS RETAIL BUTIK AMETHYST UNGU BANDUNG

Dibawah Bimbingan : Trustorini Handayani, SE.,M.Si

Penelitian ini dilakukan pada Toko Butik Amethyst Ungu Bandung, sebuah usaha mikro yang membuat busana-busana masa kini dengan bahan Batik. Fenomena yang terjadi adalah lambannya kemajuan bisnis toko ini padahal upaya – upaya bisnis telah dilakukan, faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi masalah ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis faktor internal dan eksternal perusahaan menggunakan SWOT analisis sehingga timbul strategi baru untuk kemajuan bisnis Toko Butik Amethyst Bandung itu sendiri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Fokus dalam penelitian ini adalah, aspek keuangan, aspek sumber daya manusia, aspek pemasaran, aspek operasional, aspek produksi, aspek pesaing, dan aspek kebijakan.Unit analisis Pada Toko Butik Amethyst ini yaitu semua orang yang berkaitan dengan usaha toko butik Amethyst Ungu sendiri, unit analisis tidak hanya manusia tetapi aspek – aspek yang berkaitan dan dituangkan dalam perhitungan analisis SWOT.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa yang menonjol pada tokoToko Butik Amethyst Ungu adalah peluang dan kelemahan yang mana menghasilkan strategi

Turnaround, yaitu strategi dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

dan memanfaatkan peluang yang ada, didefinisikan sebagai pembalikan arah perusahaan dari penurunan kinerja.


(5)

iv

Akhmad Khairil N. 21207889

THE ANALIZE INTERNAL AND EXTERNAL ENVIRONMENT TROUGHT OF RETAIL BUSINESS DEVELOPMENT ON BOUTIQUE AMETHYST UNGU BANDUNG

Under The Guidance : Trustorini Handayani, SE.,M.Si

The research was conducted at Amethyst Ungu Boutique shop Bandung, micro-businesses that make a contemporary fashion with Batik material. Phenomenon is the slow progress of this shop business when business efforts have been made. Internal and external factors affect this issue. The purpose of this study is to analyze the internal and external factors of company using a SWOT analysis, which raised a new strategy for the advancement of business Amethyst Ungu boutique shop.

The method used in this study is a qualitative method. The focus in this study is that the financial aspect, the aspect of human resources, marketing aspects, operational aspects, the aspects of production, competition aspects, and aspects of policy. The unit of analysis in this Amethyst boutique shop that all persons concerned with its own Amethyst boutique shop. Unit of analysis is not only humans but related aspects and is calculated by the SWOT analysis

The results of the study showed that prominent in Amethyst Ungu Boutique Shop is opportunities and weaknesses that result in Turnaround strategies, That strategy to support an aggressive policy of growth and take advantage of existing opportunities, also defined as a reversal of the decline in company performance.


(6)

vi

memberikan rahmat dan karunai-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini tepat pada waktunya. Penelitian skripsi dengan judul

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL MELALUI SWOT DALAM USAHA PENGEMBANGAN BISNIS RETAIL BUTIK AMETHYST UNGU BANDUNG” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan skripsi dalam menyelesaikan program studi Manajemen Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Trustorini Handayani, SE.,M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan dan memberikan petunjuk yang sangat berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

Selama menyusun karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk itu penulis hanya dapat menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Linna Ismawati, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen


(7)

vii

6. Gustiani Indrawati sebagai pembimbing di tempat penelitian yang telah mengarahkan dan membeikan informasi serta saran untuk penulis.

7. Orang tua tercinta, Mama dan Papa yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat dan pengorbanan tak terhingga.

8. Teh Maya selaku sekertaris jurusan manajemen yang selalu memberi semangat dan motivasi.

9. Sahabat-sahabatku untuk kebersamaan, keceriaan, dan persahabatan kita. 10. Seluruh teman Mn-2 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungannya.

11. Seluruh pihak yang secara langsung atau pun tidak langsung turut membantu. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima saran dan kritik. Namun demikian, penulis berharap semoga penulisan laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Agustus 2012 Penulis

Akhmad Khairil Nugraha 21207889


(8)

viii

SURAT PERNYATAAN ………. ii

MOTTO ……… iii

ABSTRAK ……….. iv

KATA PENGANTAR ………. vi

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……….. 1

1.2 Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah ……… 7

1.2.1 Fokus Penelitian ……… 7

1.2.2 Rumusan Masalah ……… 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 8

1.4.1 Kegunaan Akademis ……… 8


(9)

ix

………

2.1.1 Konsep Strategi ……… 11

2.1.1.1 Definisi Strategi ……… 11

2.1.1.2 Tipe-tipe Strategi ………. 12

2.1.2 Konsep Retail……… 13

2.1.2.1 Definisi Retail……….. 13

2.1.2.2 Klasifikasi Retail ……….. 14

2.1.3 Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) ………. 17

2.1.3.1 Pengertian SWOT ……… 17

2.1.3.2 Indikator SWOT ……….. 18

2.1.3.2.1 Lingkungan Internal: Strengths (Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan) ………... 19

2.1.3.2.2 Lingkungan Eksternal: Peluang (Opportunities) dan Ancaman atau Tantangan (Threats) ……….. 29

2.2 Kerangka pemikiran ……… 37

2.3 Kajian Peneliti Terdahulu ……….. 39

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alasan Penggunaan Metode Kualitatif ……….. 44


(10)

x

………

3.5.1 Rumusan Masalah Penelitian ……….. 50

3.5.2 Proposisi Studi ………. 50

3.5.3 Unit Analisis ………. 53

3.5.3.1 Tempat Penelitian ……… 53

3.5.3.2 Instrumen Penelitian ………. 53

3.5.3.3 Sampel Sumber Data ……… 53

3.5.4 Keterkaitan Data Untuk Proposisi ……….. 57

3.6 Jenis dan Sumber Data ……… 57

3.6.1 Observasi ………. 59

3.6.2 Wawancara ……… 59

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen ………. 62

3.6.4 Trianggulasi ………. 62

3.7 Teknik Analisis Data ………. 63

3.7.1 Data yang Terkumpul ………. 63

3.7.2 Pengklasifikasian Data ……… 65

3.7.2.1 EFAS (Matriks Faktor Strategi Eksternal) ………… 65


(11)

xi

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……… 79

4.1.1 Sejarah Perusahaan ……… 79

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ………. 80

4.1.3 Job Description ……….. 81

4.1.4 Aspek Kegiatan Perusahaan ……….. 84

4.2 interview Secara Terbuka ……….. 85

4.3 Keterbatasan Penelitian ………. 88

4.4 Menganalisis Data Studi Kasus……… 90

4.4.1 Identifikasi Faktor Internal (IFAS) Toko Butik Amethyst Ungu Bandung ……….. 90

4.4.1.1 Perankingan IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) ………… 91

4.4.1.2 Pembobotan Matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) ………… 92

4.4.2 Identifikasi Faktor Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary) ……….. 94

4.4.2.1 Perangkingan Matriks EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) ………. 99

4.4.2.2 Pembobotan EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary)……….. 96


(12)

xii

4.4.3.2 Faktor Eksternal ……….. 99

4.4.4 strategi Bisnis Toko Butik Amethyst Ungu Bandung ……….. 99 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……… 108

5.2 Saran ………... 112

DAFTAR PUSTAKA ………. 113

KUISIONER


(13)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring perkembangan jaman peranan ilmu manajemen sangatlah penting bagi masyarakat maupun organisasi dari berbagai golongan. Hal tersebut sangatlah berdampak terhadap kebutuhan berbagai instansi bisnis atau perusahaan dan masyarakat secara umum, sehingga memerlukan langkah - langkah atau kiat - kiat yang strategis dan efektif agar dapat melakukan kegiatan yang perlu dijalankan.

Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Untuk mencapai hal tersebut organisasi maupun perusahaan haruslah mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi maupun perusahaan tersebut agar bisa memanfaatkan peluang maupun ancaman yang menghampiri organisasi ataupun perusahaan tersebut. Guiltinan (1994) mengatakan bahwa, dimana dalam menentukan strategi bersaing dan mengambil keputusan, seorang manajer harus mengenali apa saja kelemahan, kekuatan, ancaman, peluang yang dimiliki perusahaan serta mengenali


(14)

keunggulan pesaing yang mungkin dimiliki. Perusahaan mau tidak mau dituntut untuk selalu melakukan inovasi dalam strategi bersaing.

Untuk dapat bersaing perlu adanya strategi yang kuat agar perusahaan terus maju dan berkembang sesuai tujuan, strategi yang kaut akan menopang kuatnya persaingan yang sangat ketat di masa modern ini. Sedangkan menurut Jauch dan Glueck (1993), strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh, dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

Dan untuk menentukan strategi yang tepat sebaiknya dibutuhkan analisis internal yang meliputi kekuatan dan kelamahan dan juga eksternal yang meliputi peluang dan ancaman atau yang sering disebut dengan analisis SWOT. Analisis internal yang dilakukan diantaranya bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan perusahaan itu sendiri dan mengetahui kelemahan apa yang terdapat di perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan analisis eksternal, analisis eksternal dilakukan untuk mengetahui seberapa besarkah peluang perusahaan tersebut untuk maju dan ancaman apa sajakah yang dapat mengancam keberadaan usaha perusahaan tersebut.

Perkembangan industri ritel Indonesia kini semakin semarak. Kehadiran para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi perkembangan industri ritel Indonesia. Perkembangan industri ritel dalam beberapa tahun terakhir berkembang dengan sangat pesat di berbagai belahan


(15)

dunia. Industri ritel kini telah menjadi bagian yang sangat penting bagi pelaku usaha yang ingin mendistribusikan produknya sampai di tangan konsumen.

Tingkat pendapatan masyarakat yang terus berkembang telah

menyebabkan terjadinya semen-segmen konsumen yang menginginkan adanya perubahan dalam model pengelolaan industri ritel. Apabila di jaman dulu, ketersediaan barang menjadi acuan utama sebuah industri ritel (umumnya berupa pasar tradisional) untuk didatangi konsumen, maka kini kedatangan konsumen tidak hanya dipicu oleh hal tersebut. Ritel telah berkembang menjadi industri dan tidak hanya dimonopoli oleh satu pelaku usaha di satu lokasi. Perusahaan ritel kini bermunculan dengan tidak hanya menawarkan ketersediaan barang, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang lebih terkait dengan aspek psikologis konsumen. Misalnya menyangkut aspek kebersihan, kenyamanan, keamanan, bahkan juga menyangkut image yang dicoba ditanamkan di mata konsumen, seperti tempat barang murah dengan kualitas bagus, bergengsi dan sebagainya. Kecenderungan ini merupakan sebuah hal yang tidak dapat dihindari lagi dalam perkembangan ritel saat ini. Peningkatan pendapatan masyarakat serta munculnya kemajuan di berbagai bidang menjadi salah satu penyebabnya, yang menyebabkan segmen konsumen ritel tumbuh beraneka ragam.

Perkembangan lain yang sangat menonjol adalah bahwa ritel kini telah berubah fungsinya dari sekedar tempat menyalurkan produk ke konsumen, tetapi juga menjadi industri tersendiri. Perspektif baru terhadap industri ritel kini justru muncul dari mata produsen. Ritel kini dianggap menjadi tempat yang strategis,


(16)

untuk memasarkan barangnya secara tepat waktu, lokasi yang strategis dan kepuasan konsumen.

Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Retail adalah Butik Amethyst Ungu. adalah sebuah usaha mikro yang membuat busana-busana masa kini dengan bahan Batik. Butik Amethyst Ungu adalah usaha retail yang mampu bersaing dalam gejolak persaingan bisnis mikro saat ini.

Sasaran bisnisnya Butik Amethyst Ungu yaitu menjadikan konsumen dari kalangan muda sampai kalangan tua untuk menjadi pelanggan setia serta menjadikan konsumen bangga dan percaya diri memakai bahan dari budaya sendiri khususnya Batik. Berbagai macam desain baju pria maupun wanita dibuat sedemikian rupa dari bahan batik yang merupakan ciri khas keunggulan dari Butik Amethyst Ungu ini. Konsumen tidak hanya bisa membeli produksi yang sudah jadi tetapi juga dapat melakukan pemesanan sesuai keinginan konsumen tersebut.

Permasalahan yang terjadi pada Toko Butik Amethyst Ungu Bandung ini yaitu lambannya kemajuan perkembangan bisnis Toko penjual busana Batik inipadahal berbagai upaya – upaya bisnis telah diterapkan. Permasalahan itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Sumber data mengatakan “Dari mulai berdiri pada tahun 2006 sampai sekarang usaha ini cukup baik tapi masih flat atau datar – datar saja”. Dengan kata lain belum ada kemajuan bisnis ini yang menonjol agar bisnis ini bisa menjadi bisnis yang lebih besar.


(17)

Pesatnya usaha retail saat ini timbulah ancaman pesaingan bagi Butik Amethyst Ungu ini, banyak usaha lain yang mempunyai bisnis sama yaitu butik – butik lainnya dengan modal yang lebih besar dan lebih finansial, dengan otomatis memegang cakupan pasar yang lebih luas dan memproduksi barang yang cukup cepat. Jika strategi usaha Toko Butik Amethyst ungu ini tidak bagus maka lambat laun ancaman ini menjadi hal yang akan serius untuk bertahan dalam persaingan bisnis ini.

Kekuatan yang dimiliki Butik Amethyst Ungu ini yang masih menjadi topangan dalam bersaing yaitu kualitas yang bagus dan desain produk baru yang terus mengikuti perkembangan mode zaman sekarang (up to date), sehingga banyak konsumen yang tertarik untuk mempercayakan pada Butik Amethyst Ungu ini. Bahan batik yang selalu teranyar pun tidak pernah terlewati di Butik Amethyst Ungu ini. Selain itu pemesanan sesuai keinginan konsumen memberikan daya tarik pada konsumen untuk memesan barang sesuai keinginan konsumen itu sendiri. Amethyst ungu juga mempunyai pemasaran online pada jejaring sosial (facebook) yang mempengaruhi peningkatan penjualan yang cukup besar.

Data yang tekumpul dari sumber informan yaitu Pemilik Toko Butik AmethystUungu mengalami Peningkatan penjualan setelah melakukan beberapa usaha – usaha untuk kemajuan bisnisnya.


(18)

Langkah bisnis yang diambil

Peningkatan presentase

penjualan

Renovasi Toko dan peningkatan

kenyamanan toko

Penjualan naik +/- 10%

Membuat desain baju yang terbaru (up to date)

Penjualan naik +/- 20% Membuat pemasaran online melalui

jejaring social (facebook)

Penjualan naik +/- 50%

Ikut serta dalam pameran busana batik Penjualan naik +/- 50%

Sumber : Pemilik Toko Butik Amethyst Ungu

Dari data diatas langkah – langkah bisnis yang dilakukan sudah baik dan harus meningkatkan dan membuat rencana rencana strategis yang baru agar Toko Butik Amethyst Ungu terus maju dalam bisnisnya.

Selain keunggulan Butik Amethyst Ungu ini juga memiiki kelemahan yaitu pemasaran yang dilakukan kurang luas, modal yang dimiliki untuk membuka toko besar kurang kuat, dalam pemasaran online belum memiliki situs sendiri. Tempat butik Amethyst sendiri pun kurang strategis.

Toko Butik Amethyst Ungu ini harus memiliki strategi bisnis yang baik, agar pemilik usaha dapat mengabil langkah - langkah yang tepat untuk kemajuan usaha ini. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai :

“ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL MELALUI SWOT DALAM USAHA PENGEMBANGAN BISNIS RETAIL BUTIK AMETHYST UNGU BANDUNG.”


(19)

1.2 Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah

1.2.1 Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif gejala bersifat holistik atau menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga tidak atau menetapkan penelitiannya berdasarkan variabel penelitian.(Sugiyono,2010:376)

Fokus dalam penelitian ini adalah, aspek keuangan, aspek sumber daya manusia, aspek pemasaran, aspek operasional, aspek produksi, aspek pesaing, dan aspek kebijakan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan apa yang telah diuraikan penulis dalam latar belakang penelitian maka penulis telah membatasi permasalahan yang akan menjadi dalam penulisan ini. Permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor internal dan eksternal usaha Butik Amethyst Ungu Bandung

2. Bagaimana menentukan strategi bisnis dalam usaha pengembangan bisnis

Butik Amethyst Ungu Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara umum tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada didalam Toko Butik Amethyst Ungu.


(20)

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis faktor internal dan faktor eksternal dengan SWOT analisis pada usaha Butik Amethyst Ungu Bandung

2. Untuk menentukan strategi bisnis yang tepat dalam rangka usaha

pengembangan bisnis Butik Amethyst Ungu Bandung

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Akademis

Dengan diadakannya penelitian yang diwajibkan kepada setiap mahasiswa/I akan memberikan manfaat yang berguna bagi:

a. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai penentuan strategi bisnis pada usaha retail Amethyst ungu Bandung. yang penulis teliti dan peroleh berdasarkan dengan kenyataan di dunia usaha mikro dan peroleh berdasarkan dengan kenyataan di dunia bisnis retail.

b. Pihak Lain

Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi maupun bahan pertimbangan bagi mereka yang mengadakan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai penentuan strategi bisnis pada usaha retail Amethyst ungu Bandung dilihat dari Analisis SWOT. Serta berguna bagi pengembangan ilmu dalam bidang ekonomi.


(21)

c. Pengembangan Ilmu Manajemen

Menambah wawasan keilmuan di bidang manajemen terutama tentang Penentuan Strategi bisnis dengan Analisis SWOT.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Bagi Perusahaan

Dapat dijadikan landasan bagi penulis untuk memberikan sumbangan saran dan masukan di dalam melaksanakan usaha dan manajemen dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

b. Bagi Pihak terkait

Sebagai sumber informasi yang dapat bermanfaat dan mengetahui tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap Butik Amethyst Ungu Bandung dan mengetahui strategi untuk kemajuan dan pengembangan usaha pada Butik Amethyst Ungu Bandung sehingga dapat digunakan untuk kemajuan dan pengembangan usaha Butik Amethyst Ungu Bandung.

1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dikaji, penulis melakukan penelitian di Toko Butik Amethyst Ungu yang beralamat di Jl. Vijayakusuma X Blok D no.5, Cijambe, Ujungberung. Untuk kelancaran kegiatan Penelitian, maka jadwal penulisan karya ilmiah diperkirakan dimulai sejak 2 Maret 2012 sampai dengan selesai.


(22)

11

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Strategi 2.1.1.1 Definisi Strategi

Menurut Chandler(1962) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. (Freddy Rangkuti, 2009:3)

Menurut Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965) menyatakan bahwa strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu focus strategi dalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada. (Freddy Rangkuti, 2009:3)

Arygyris (1985), Mintzberg (1979),Steiner dan Milner (1977) juga mengungkapkan bahwa strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. (Freddy Rangkuti, 2009:4)

Porter (1985 )menyatakan bahwa strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing

Hamel dan Prahalad (1995) menyatakan strategi meruapakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan silakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di


(23)

masa depan. dengan demikian perencanaan strategis hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi” bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Definisi strategi pertama yang dikemukakan oleh Chandler (1962:13) menyebutkan bahwa “Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya”. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah

a. Distinctive Competence : Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar

dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Competitive Competence : Kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh

perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

2.1.1.2 Tipe-tipe Strategi

Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokan berdasarkan tiga tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi, strategi bisnis.

a. Strategi Manajemen

Meliputi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya,


(24)

strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuiii,

strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.

b. Strategi Investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.

c. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorintasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi,

strategi organisasi, dan strategi- strategi yang berhubungan dengan

keuangan.

2.1.2 Konsep Retail

2.1.2.1 Definisi Retail

Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari bahasa perancis, diambil dari kata retailer yang berarti “memotong kecil –kecil” (Risch, 1991, p. 2). Menurut Gilbert retail adalah “Semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjual barang dan jasa sebagai inti dari distribusi” (2003, p. 6). Sedangkan dalam kamus bahasa Inggris –


(25)

Indonesia (Shadily dan Echols, 1995, p. 483) retail dapat diartikan sebagai “eceran”.

Menurut berman dan evans (2001:3) adalah

retail consists of the business activities involved in selling goods and

services to consumers for their personal, family, or household use

Pengertian dari pernyataan diatas adalah Retail terdiri atas aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri, keluarga maupun rumah tangga. Dari definisi diatas bias dikatakan bahwa bisnis retail terdiri dari beberapa aktivitas yang saling mendukung dan mempengaruhi sehingga terjadi kegiatan perdagangan antara pedagang dan konsumen.

2.1.2.2 Klasifikasi Retail

Menurut Gerald & Jay (1991, pp. 4-19) Retail dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. The General Store

General Store biasanya terletak pada urban dan suburban. Produk

– produk yang ditawarkan General Store sangat bervariasi.

b. The Specialty Store

Specialty Store adalah Store yang memiliki keterbatasan dalam

variasi produk yang ditawarkan. Biasanya produk barang yang ditawarkan adalah produk barang dalam satu jenis yang sama.


(26)

Format tokonnya memungkinkan ritel memperhalus strategi segmentasi yang dijalankan serta menetapkan barang dagang yang lebih spesifik. Sebagai contoh Specialty Store adalah ACE Hardware yang specialis pada barang – barang kebutuhan rumah tangga. Index yang spesialis pada barang – barang mebel. Gramedia yang spesialis pada barang – barang kantor dan buku.

c. The Flea Market Store

Merupakan sebuah tempat perorangan dalam menjalankan bisnis retail. Untuk keperluan setiap detail toko ditentukan sendiri oleh pemilik. Sehingga pemilik memiliki kebebasan untuk mendesain tempat atau tokonya. Flea Market Store Biasanya ditemukan didaerah rural dan pedesaan, tetapi karena perkembangan zaman yang semakin maju store ini semakin mudah ditemukan di kota – kota besar. Barang dan harga yang ditawarkannya puntergantung pada pemilik store. Contoh dari Flea

Market Store adalah kedai, stan, dan kios.

d. Boutiques

Butik adalah toko khusus yang menawarkan barang dagangan kecil yangtidak biasa dan khas yang biasanya tidak akan ditemukan dalam pakaian tradisional atau deprtemen store. Selain pakaian unik, aksesoris dan hadiah pengunjung juga terpesona oleh layanan pelanggan berkualitas dan harga yang wajar.


(27)

e. Chain Store

Chain Store berpusat pada pemilik dan didalam pengaturan

organisasinya memiliki dua atau lebih unit yang sama, dimana setiap unitnya memiliki klasifikasi barang yang sama. Dimana kategori barang merupakan obat – obatan, sepatu, perlengkapan rumah tangga, restoran,

jewelery, bahan makanan dan lainnya.

f. Departemen store

Merupakan retailer yang menawarkan variasi barang dalam jumlah yang sangat besar, baik itu hard goods maupun soft goods. Retailer ini biasanya menitikberatkan pada tinkkat pelayanan konsumen, Volume dari penjualan, pekerja dalam jumlah yang besar. Contoh dari departemen

store adalah : Matahari Departemen Store, Ramayana Departemen Store,

dan lain – lain.

g. Supermarket

Merupakan self service store, dimana tiap konsumen dan pengunjungnya, di dalam memilih dan membeli suatu barang mengandalkan diri sendiri. Barang – barang yang ditawarkan beragam, mulai dari obat, buku, keperluan rumah tangga, bahan makanan, mainan anak, dan lain sebagainya. Contoh :Alfamart, Indomart, Yomart dan lain sebagainya.


(28)

2.1.3 Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT). 2.1.3.1 Pengertian SWOT

Analisa SWOT merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam menganalisa faktor internal dan eksternal organisasi baik organisasi profit maupun nonprofit, seperti pemerintah. Analisa SWOT menurut Philip Kotler diartikan sebagai evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Kotler, 2000:8). Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut dibagi kedalam dua lingkungan analisa, yaitu lingkungan internal organisasi dan lingkungan eksternal organisasi (Kotler, 2000:8).

Analisa SWOT menurut Cliff Bowman adalah analisis lingkungan di luar dan pada kekuatan-kekuatan serta kelemahan-kelemahan perusahaan (Bowman, 1993:114). Pendapat tersebut lebih memfokuskan kepada suatu perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari beberapa hal pemerintah dan perusahaan mempunyai beberapa persamaan salah satunya yaitu dalam hal pelayanan, dimana pemerintah dan perusahaan menginginkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat sebagai pelanggannya.

Pendapat lain mengenai analisa SWOT juga diungkapkan oleh Freddy Rangkuti, dimana analisa SWOT menurutnya diartikan sebagai:

“analisa yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)” (Rangkuti, 2003:19).

Berdasarkan pada pendapat di atas maka analisa SWOT tidak hanya berguna dalam menganalisa kekuatan dan kelemahan dalam organisasi tetapi juga dapat


(29)

meminimalkan dan mengatasi kelemahan dan ancaman-ancaman yang ada dalam pencapaian tujuan dalam suatu organisasi.

Analisa SWOT yang dilakukan oleh organisasi mempunyai tujuan yaitu untuk mengkaji dan menambah kekuatan (strengths), mengurangi kelemahan

(weaknesses), memperluas peluang (opportunities) dan mengeliminasi ancaman

dari luar (threats) (Suharto, 2004:53). Dengan adanya analisa tersebut maka suatu organisasi tidak hanya dapat mengeliminasi ancaman yang ada tetapi organisasi juga dapat mengantisipasi ancaman-ancaman yang akan timbul di masa yang akan datang.

2.1.3.2 Indikator SWOT

Perubahan akan selalu terjadi dan dimana perubahan tersebut berlangsung dengan cepat dan dalam intensitas yang tinggi. Perubahan tersebut terjadi secara fundamental hampir pada semua bidang. Perubahan yang terjadi tersebut dapat memberikan pengaruh yang baik maupun pengaruh yang buruk terhadap organisasi, untuk itu diperlukannya analisa terhadap lingkungan organisasi.

Analisa lingkungan adalah suatu proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang (opportunities) dan tantangan (threats) yang mempengaruhi organisasi untuk mencapai tujuannya (Dirgantoro, 2004:38). Struktur lingkungan pada dasarnya dapat dibagi atau dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) lingkungan internal (strengths (kekuatan) dan

weaknesses (kelemahan)), dan (2) lingkungan eksternal (opportunities (peluang)


(30)

Lingkungan-lingkungan tersebut mempunyai beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut terdiri dari:

2.1.3.2.1 Lingkungan Internal: Strengths (Kekuatan) dan Weaknesses

(Kelemahan)

Menurut Wahyudi (1996 : 49)dalam bukunya yang berjudul “Pengantar

Proses Berpikir Strategi” menjelaskan

“Lingkungan internal adalah lebih pada analisa intern organisasi dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari dalam organisasi”.

Sedangkan menurut Freddy Rangkuti, Lingkungan internal terdiri dari komponen-komponen atau variabel-variabel yang berasal atau berada di dalam organisasi itu sendiri. Komponen-komponen dari lingkungan internal cenderung lebih mudah untuk dikendalikan oleh organisasi atau berada di dalam jangkauan intervensi suatu organisasi. Lingkungan internal terdiri dari indikator-indikator, sebagai berikut:

1. Segi organisasi.

Organisasi merupakan wadah atau alat untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya organisasi maka pembagian tugas serta struktur tata hubungan kerja dapat dibagi secara merata dan diketahui secara pasti oleh anggota organisasi. Organisasi menurut Pradjudi Atmosudiro adalah:

“struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu (Atmosudiro dalam Hasibuan, 2003:26).


(31)

Organisasi dalam pelaksanaan otonomi daerah merupakan salah satu faktor untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya. Organisasi menurut Kaho jika ditinjau dari prosesnya adalah:

“organization is the process of combining the work which individuals or group have to performs with the faculties necessary for its execution, so that the duties so performed provide the best channels for the efficient,

systematic, positive and coordinated application of effort (organisasi

adalah proses penggabungan kerja seseorang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan-kekuasaan dan kewajiban untuk melakukan perbuatan hukum, sehingga kewajiban-kewajiban untuk melakukan penyediaan dapat menjadi lebih efisien, sistematis, positif dan aplikasi usaha yang terkoordinasi) (Kaho, 2005:232).

Berdasarkan pada pendapat di atas maka dalam sebuah organisasi harus ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu dengan menggabungkan beberapa proses kerja seseorang atau sekelompok orang, dimana dalam pencapaian tujuan tersebut dibutuhkannya sebuah struktur yang efisien, sistematis, positif dan koordinasi yang jelas.

Pendapat lain mengenai organisasi juga diungkapkan oleh Erni Tisnawati Sule, sebagai berikut:

“sekelompok orang yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu atau dengan kata lain organisasi dapat diartikan sebagai sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui kerja sama” (Sule, 2006:4).”

Berdasarkan pada pendapat di atas sebuah organisasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda tergantung pada jenis organisasinya dan dapat dicapai melalui kerja sama.

Strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) dari segi organisasi


(32)

a. Struktur Organisasi.

Suatu tujuan dengan mudah dapat dicapai apabila dalam organisasi ada struktur yang jelas sehingga adanya pembagian tugas yang kompleks dan jelas dimana tidak terjadinya tumpang tindih tugas dan pola pertanggungjawaban yang mudah. Struktur organisasi menurut Liang Gie adalah:

“Kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan dan peran masing-masing dalam kebulatan kerjasama” (Liang Gie dalam Hasibuan, 2003:34).

Pendekatan desentralisasi atau otonomi merupakan salah satu struktur organisasi yang dapat menciptakan partisipasi dari anggota organisasi dimana organisasi tidak lagi dipandang sebagai wadah berbagai proses dan kegiatan organisasi, tetapi organisasi dapat juga dijadikan sebagai forum interaksi.

Struktur organisasi yang diterapkan dalam sebuah organisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Stoner terdapat empat pilar yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian, yaitu:

1. Pembagian kerja (division of work).

2. Pengelompkan kerja (departmentalization).

3. Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy). 4. Koordinasi (coordination).

(Stoner dalam Sule, 2005:153-158).

b. Tujuan Organisasi.

Tujuan dari suatu organisasi dengan mudah dapat dicapai apabila anggota organisasi tahu dan paham akan tujuan tersebut. Pengetahuan dan pemahaman


(33)

anggota organisasi akan tujuan yang hendak dicapai dapat dilakukan oleh organisasi dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mensosialisasikan tujuan tersebut supaya terciptanya kesatuan tujuan diantara kelompok organisasi. Jika di dalam organisasi tidak ada kesatuan tujuan, maka organisasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik (Hasibuan, 1996:127).

Tujuan organisasi menurut Glueck diartikan sebagai hasil akhir yang dicari untuk dicapai oleh organisasi dengan keberadaan dan kegiatan-kegiatannya (Glueck dalam Supriyono, 1990:24). Adanya tujuan yang jelas dalam sebuah organisasi akan memberi arah pada kegiatan sekelompok orang dan mempunyai sarana dimana kepentingan pihak-pihak yang disalurkan kedalam usaha bersama. Tujuan dapat berupa hal yang umum dan mungkin merupakan tujuan akhir serta dapat juga dijadikan sebagai tujuan antara untuk seluruh organisasi.

Tujuan yang ada pada organisasi mempunyai beberapa sifat seperti yang dikemukan oleh Reksohadiprodjo berikut:

1. Tujuan utama, seperti:

a. Menciptakan serta mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa; b. Memenuhi tujuan-tujuan perorangan atau organisasi;

c. Memenuhi kewajiban terhadap masyarakat lingkungan. 2. Tujuan sekunder, seperti:

a. Pelaksanaan tugas-tugas secara ekonomis untuk mencapai tujuan utama (primer);

b. Keefektifan tugas-tugas dalam pencapaian tujuan-tujuan utama. (Reksohadiprodjo,1992:72)


(34)

Tujuan yang ada pada organisasi akan mempunyai banyak manfaat bagi organisasi yang bersangkutan dalam proses perumusan dan implementasi strategi apabila manajemen puncak (eksekutif organisasi) dapat dengan baik merumuskan, melembagakan, mengkomunikasikan dan menguatkan tujuan tersebut melalui organisasi.

c. Kebijakan.

Pencapaian tujuan suatu organisasi baik organisasi pemerintahan maupun organisasi lainnya dapat dilakukan apabila adanya kesamaan tujuan. Selain itu pencapaian tujuan dapat dilakukan apabila adanya kebijakan yang mendukung. Kebijakan pemerintah menurut Thomas R. Dye adalah is whatever governments

choose to do or not to do (apa yang pemerintah pilih dan apa yang tidak

pemerintah pilih) (Thomas R. Dye dalam Tangkilisan, 2004:5). Berdasarkan pendapat tersebut, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka harus ada tujuan dan kebijakan itu harus meliputi semua tindakan-tindakan pemerintah bukan semata-mata pernyataan keinginan pemerintah. Dengan adanya kebijakan maka dalam pencapaian tujuan tersebut pemerintah dapat menentukan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.

Pendapat lain mengenai kebijakan juga diungkapkan oleh William Dunn, dimana menurutnya kebijakan publik adalah serangkaian pilihan yang kurang lebih berhubungan (termasuk keputusan untuk tidak berbuat) yang dibuat oleh badan-badan atau kantor-kantor pemerintah (Willian Dunn dalam Tangkilisan, 2004:6).


(35)

Berdasarkan pada beberapa konsep kebijakan di atas menunjukan bahwa unsur tujuan dan sarana merupakan unsur pokok yang harus ditetapkan dalam membuat kebijakan. Selain itu kebijakan sangat erat hubungannya dengan sasaran-sasaran yang diupayakan dan cara-cara bagaimana tujuan itu harus dicapai.

2. Segi Keuangan.

Keuangan mempunyai posisi yang sangat penting, karena dengan keuangan suatu organisasi dapat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu dengan adanya keuangan yang memadai maka pencapaian tujuan akan lebih mudah. Menurut Wajong, uang diartikan sebagai:

1. Alat untuk mengukur harga barang dan jasa; 2. Alat untuk menukar barang dan jasa;

3. Alat penabung.

(Wajong dalam Kaho, 2005:138).

Segi keuangan mempunyai indikator sebagai berikut (Dirgantoro, 2004:42):

a. Profitabilitas.

Profitabilitas menunjang bahwa organisasi dapat memperoleh keuntungan dari tujuan yang hendak dicapai (Dirgantoro, 2004:42). Untuk mendapatkan suatu keuntungan maka organisasi memerlukan beberapa hal, salah satunya adalah keuangan. Dengan adanya keuangan yang memadai maka organisasi baik


(36)

organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta berjalan lebih baik. Keadaan keuangan organisasi juga dapat menentukan corak, bentuk serta kemungkinan-kemungkinan kegiatan yang akan dilakukan (Kaho, 2005:138).

b. Aktivitas.

Aktivitas suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar apabila didukung oleh keuangan yang memadai. Selain itu dengan adanya keuangan yang memadai maka aktivitas suatu organisasi dapat berkembang dengan baik tidak terpaku pada hal-hal itu saja. Dengan keuangan yang memadai juga dapat dilihat berhasil atau tidaknya suatu aktivitas yang akan dilakukan oleh suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi lainnya (Kaho, 2005:138-139).

c. Peluang Investasi.

Investasi dapat meningkatkan sumber keuangan organisasi untuk waktu jangka panjang (Siagian, 2005:107). Pemerintah dapat melalukan investasi kepada pihak manapun, baik pihak swasta maupun pihak pemerintah itu sendiri. Salah satu investasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu dalam bidang pendidikan (dalam Jurnal KUKM, Mei 2007:11). Dengan adanya pendidikan yang baik kepada aparatur maka akan adanya peningkatan kualitas dan kinerja SDM.

3. Segi Teknologi.

Pemanfaatan teknologi berperan penting dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja. Teknologi menurut Ignatius Suharto diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan dunia industri (Suharto, 2004:49). Disamping itu, pemanfaatan teknologi juga dapat


(37)

meningkatkan citra pemerintah sebagai organisasi, apabila pemanfaatan teknologi tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya (Siagian, 2005:112).

4. Segi Sumber Daya Manusia (SDM).

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi dimana SDM dalam organisasi merupakan subyek dalam setiap aktivitas atau dapat dikatakan sebagai unsur pelaksana. Strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) dari segi SDM terdiri dari indikator sebagai berikut (Siagian, 2005:115):

a. Manajerial.

Manajerial atau kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat diperlukan salah satunya dalam hal pengambilan keputusan. Pemimpin menurut Kartini Kartono diartikan sebagai:

“seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan – khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan” (Kartono, 2005:38).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa seseorang pemimpin harus mempunyai satu atau beberapa kelebihan. Hal tersebut dimaksudkan supaya pemimpin tersebut mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan.

Pendapat lain mengenai kepemimpinan juga diungkapkan oleh Taliziduhu Ndraha, sebagai berikut:


(38)

“gejala sosial, kemampuan seseorang (suatu pihak) untuk mempengaruhi orang lain melalui dirinya sendiri dengan cara tertentu sehingga perilaku orang lain itu berubah atau tetap menjadi integratif ” (Ndraha, 2003:246). Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas maka kepemimpinan yang efektif tergantung dari landasan manajerial yang kokoh. Menurut Chapman lima landasan kepemimpinan yang kokoh, yaitu:

1. Cara berkomunikasi. 2. Pemberian motivasi.

3. Kemampuan memimpin.

4. Pengambilan keputusan. 5. Kekuasaan yang positif.

(Chapman dalam Husein, 1997:31).

Berdasarkan pendapat di atas maka seorang pemimpin sangat diperlukan dalam sebuah organisasi tidak hanya untuk mengambil keputusan yang baik, tetapi dengan adanya kepemimpinan atau manajerial yang baik dan dengan tipe kepemimpinan yang baik pula maka dapat meningkatkan motivasi anggota organisasi. Motivasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi, dimana dengan adanya motivasi maka aparatur mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

Seorang pemimpin dalam mempengaruhi para bawahannya mempunyai gaya atau tipe yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti, latar belakang dari pemimpin, lingkungan serta hal lainnya. Gaya atau tipe


(39)

kepemimpinan menurut Kartini Kartono dibagi menjadi beberapa tipe, sebagai berikut:

1. Tipe karismatis;

2. Tipe paternalistis dan maternalistis; 3. Tipe militeristri;

4. Tipe otokratis/otoritatif (authoritative, dominator); 5. Tipe laisser faire;

6. Tipe populistis; 7. Tipe administratif;

8. Tipe demokratis (group developer). (Kartono, 2005:80-81).

Berdasarkan pada hal tersebut, maka demokratis merupakan salah satu tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Kepemimpinan demokratis lebih berorientasi kepada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya. Kepemimpinan demokratis dalam pelaksanaanya sangat menghargai potensi setiap individu serta mau mendengarkan nasehat bawahannya. Dalam kepemimpinan demokratis juga ada sebuah penekanan pada disiplin diri, dari kelompok untuk kelompok. (Kartono, 2005:188).

b. Keterampilan.

Masalah keterampilan SDM dalam suatu organisasi merupakan hal yang sangat penting, hal tersebut dikarenakan berkaitan dengan kinerja dari anggota organisasi itu sendiri. Organisasi yang memiliki anggota dengan tingkat


(40)

keterampilan yang baik maka akan lebih mudah dalam mencapai tujuan. Peningkatan terhadap keterampilan SDM dalam suatu organisasi dapat dilakukan dengan berbagai upaya, seperti pemberian pelatihan dan pengembangan (Husein, 1997:13). Dengan adanya pelatihan dan pengembangan yang diberikan kepada anggota organisasi juga akan meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja anggota organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuan.

2.1.3.2.2 Lingkungan Eksternal: Peluang (Opportunities) dan Ancaman atau Tantangan (Threats)

Menurut Wahyudi (1996 : 67)dalam bukunya yang berjudul “Pengantar

Proses Berpikir Strategi” menjelaskan

“Lingkungan eksternal adalah lebih pada analisa ekstern organisasi dalam rangka menilai atau mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar organisasi”.

Sedangkan menurut Freddy Rangkuti, Lingkungan eksternal dapat dikatakan sebagai komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi. Dalam rangka pencapaian tujuan, sasaran dan dalam mengemban misi organisasi, tidak dapat dielakan lagi bahwa sangat diperlukannya interaksi antara organisasi dengan lingkungan eksternalnya. Faktor eksternal terdiri beberapa indikator, dimana indikator tersebut dapat menjadi peluang (opportunities) dan ancaman atau tantangan (threats).

Indikator tersebut dapat menjadi peluang jika dimanfaatkan dengan baik oleh organisasi yang bersangkutan. Peluang menurut Siagian diartikan sebagai


(41)

berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis (Siagian, 2005:173). Analisa terhadap peluang bertujuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang dapat dimanfaatkan oleh organisasi. Jika peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, maka akan menjadi ancaman bagi organisasi, dimana ancaman adalah tantangan yang timbul karena adanya suatu kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan dan akan mengarah kepada penurunan kedudukan organisasi apabila tidak adanya tindakan dengan tujuan yang tepat (Kotler, 2000:68).

Lingkungan eksternal terdiri dari indikator, sebagai berikut: 1. Segi Teknologi.

Teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan suatu organisasi. Teknologi dalam organisasi dapat menciptakan suatu peningkatan efesiensi kerja dan mutu produk. Faktor eksternal dari segi teknologi terdiri dari sub-indikator sebagai berikut (Dirgantoro, 2004:53):

a. Perkembangan Teknologi.

Teknologi pada saat ini berkembang demikian pesat. Perkembangan teknologi yang sangat pesat tersebut mempunyai dampak yang positif dimana lahirnya berbagai ilmu baru (Siagian, 2005:80). Salah satu ilmu yang lahir setelah terjadinya perkembangan teknologi yaitu e-Government. Dengan lahirnya ilmu tersebut maka pemerintah dapat menggunakan teknologi dalam setiap aktivitasnya dan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Selain itu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam aktivitasnya, pemerintah dapat


(42)

merubah atau memangkas panjangnya sistem birokrasi yang ada dengan sistem birokrasi yang singkat.

b. Orang Semakin Comfortable Menggunakan Komputer.

Komputer merupakan salah satu teknologi yang perkembangannya sangat pesat. Perkembangan dari komputer tersebut tidak hanya harus diikuti oleh keterampilan dari aparatur organisasi tetapi juga harus diiringi dengan keterampilan atau keahlian dari masyarakat (Siagian, 2005:81). Berdasakan hal

tersebut maka masyarakat akan semakin nyaman atau comfort dalam

menggunakan komputer dan tidak mengganggap perkembangan teknologi sebagai suatu hal yang dapat mempersulit mereka. Dengan adanya kenyamanan dari masyarakat dalam menggunakan komputer maka pemerintah dapat memanfaatkan peluang itu dengan mengembangkan pemerintahan yang berbasis teknologi, salah satunya dalam sistem pelayanan publik (Siagian, 2005:81).

2. Segi Ekonomi.

Segi ekonomi atau dapat dikatakan sebagai faktor keuangan merupakan hal yang penting dalam setiap organisasi baik itu organisasi pemerintahan maupun organisasi di luar pemerintahan, karena tidak ada kegiatan yang tidak membutuhkan biaya. Semakin besar jumlah uang yang tersedia, semakin banyak pula kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan serta semakin baik pula pengelolaannya. Segi ekonomi mempunyai indikator, sebagai berikut:


(43)

a. Adanya Peningkatan Pendapatan Pelanggan.

Peningkatan terhadap pendapatan pelanggan secara tidak langsung adanya peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik pertumbuhan ekonomi daerah maupun pertumbuhan ekonomi negara (Siagian, 2005:65-67). Dengan adanya peningkatan terhadap pendapatan pelanggan, dimana pemerintah sebagai suatu organisasi dapat meningkatkan kualitas dari produknya, misalnya dengan meningkatkan kualitas dari produk pelayanan publiknya. Peningkatan terhadap kualitas dalam setiap organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit (Mardiasmo, 2004:8). Dengan adanya hal tersebut maka biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sebagai pelanggan untuk mendapatkan produk tersebut juga tidak sedikit tetapi karena adanya peningkatan terhadap pendapatan mereka, maka hal tersebut tidak menjadi permasalahan yang sangat berarti (Dirgantoro, 2004:53).

b. Adanya Penurunan Pendapatan Pelanggan.

Penurunan terhadap perekonomian juga akan mempengaruhi

pembangunan suatu negara dan juga akan berpengaruh terhadap penurunan pendapat perekonomian masyarakat (pelanggan) (Budiman, 2000:2). Dengan adanya penurunan terhadap pendapatannya, maka pelanggan tidak menghendaki hal-hal yang berlebihan dengan biaya yang cukup mahal. Pemerintah sebagai organisasi yang bergerak di bidang pelayanan terhadap masyarakat dapat memahami situasi tersebut dengan menurunkan biaya dalam proses pelayanan yang diberikan.


(44)

c. Tingkat Inflasi.

Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara akan berpengaruh terhadap inflasi di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang baik dalam suatu negara maka tingkat inflasi yang terjadi akan semakin kecil atau rendah. Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus dan saling mempengaruhi. Inflasi dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:

1. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun.

2. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada diantara 10%-30% setahun;

3. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada diantara 30%-100% setahun; dan,

4. Hiperinflasi atau inflasi tak terkendali, terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

(dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi).

Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi tersebut ringan maka, mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi (dalam, http://id.wikipedia. org/wiki/Inflasi).


(45)

1. Inflasi yang disebabkan oleh tarikan permintaan (demand full

inflation). Inflasi ini terjadi akibat adanya permintaan total yang

berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga.

Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan

bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi.

Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.

2. Inflasi yang disebabkan oleh desakan biaya (cost push inflation). Inflasi ini terjadi terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)

sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang

dihasilkan.

(dalam, http://id.wikipedia. org/wiki/Inflasi).

Pada umumnya pegendalian terhadap tingkat inflasi yang terjadi baik di Indonesia maupun negara lainnya dapat sangat tergantung kepada bank sentral suatu negara yang bersangkutan.

3. Segi Sosial.

Berbagai interaksi yang terjadi antara organisasi dengan aneka ragam kelompok masyarakat yang dilayaninya, untuk itu diperlukannya pengenalan terhadap berbagai faktor sosial dalam masyarakat, seperti keyakinan, pendidikan serta sistem nilai yang dianut. Pengenalan terhadap faktor sosial sangat penting karena faktor sosial dalam masyarakat selalu berubah dimana perubahan tersebut


(46)

ada kalanya dengan intensitas yang sangat tinggi. Indikator dari segi sosial terdiri dari (Siagian, 2005:73-78):

a. Pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan sosial yang menjadi sasaran perhatian semua kalangan. Pendidikan sering digunakan sebagai salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Masyarakat terbelakang atau tradisional, jika pendidikan masyarakat rata-rata tingkat sekolah dasar.

2. Masyarakat dengan tingkat kemajuan sedang, jika tingkat pendidikan masyarakat rata-rata sekolah menengah tingkat pertama.

3. Masyarakat maju, jika rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sudah mencapai tingkat sekolah menengah atas atau lebih tinggi.

(Siagian, 2005:74).

Pendidikan dalam sebuah negara atau daerah dapat disoroti dalam berbagai sudut pandang, seperti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka dianggap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang makin tinggi pula (Siagian, 2005:74).

b. Budaya (Kultur)

Setiap organisasi mempunyai kepribadian dan jati diri yang khas. Kepribadian dan jati diri tersebut tercermin pada kultur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Kultur suatu organisasi harus merupakan sub-kultur dari


(47)

kultur yang dianut oleh masyarakat (Siagian, 2005:785). Oleh karena itu, penting bagi suatu organisasi untuk memahami kultur yang dianut oleh masyarakat.

Kultur suatu masyarakat menunjukan jati diri masyarakat tersebut dan membedakan dengan masyarakat lainnya. Kultur itu sendiri sangat berperan dalam penentuan batas-batas berperilaku dan penentuan norma-norma. Selain itu kultur juga berperan dalam menentukan tata krama yang harus ditaati oleh seseorang dalam interaksinya dengan orang lain termasuk penggunaan bahasa (Siagian, 2005:77).

c. Demografi.

Faktor demografi dapat dilihat dari sudut pengelompokan para anggota masyarakat pada tiga kelompok utama, yaitu:

1. Kelompok yang belum produktif, kelompok ini terdiri dari bayi hingga mencapai usia remaja. Para angggota masyarakat ini menurut peraturan perundang-undangan belum diizinkan untuk memasuki pasaran kerja tetapi kewajiban mereka lebih diarahkan untuk menuntut ilmu di lembaga-lembaga formal.

2. Kelompok yang produktif, terdiri dari masyarakat yang kelompok usianya memasuki dan berada pada pasaran kerja. Masyarakat yang berada pada kelompok ini juga pada umumnya masih ada yang tidak berhasil memperoleh pekerjaan (pengangguran).

3. Kelompok yang sudah berusia lanjut, terdiri dari masyarakat yang pernah mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap sudah memasuki usia pensiun. (Siagian, 2005:78).


(48)

Faktor demografi ini mengarah kepada beban yang harus dipikul oleh kelompok masyarakat yang berada pada kelompok produktif dan mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap.

2.2 Kerangka pemikiran

Perkembangan industri ritel Indonesia kini semakin semarak. Kehadiran para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi perkembangan industri ritel Indonesia. Perkembangan industri ritel dalam beberapa tahun terakhir berkembang dengan sangat pesat di berbagai belahan dunia. Industri ritel kini telah menjadi bagian yang sangat penting bagi pelaku usaha yang ingin mendistribusikan produknya sampai di tangan konsumen.

Penulis melakukan di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Retail yaitu Butik Amethyst Ungu. adalah sebuah usaha mikro yang membuat busana-busana masa kini dengan bahan Batik. Butik Amethyst Ungu adalah usaha retail yang mampu bersaing dalam gejolak persaingan bisnis mikro saat ini.

Permasalahan yang terjadi pada Toko Butik Amethyst Ungu Bandung ini yaitu lambannya kemajuan perkembangan bisnis Toko penjual busana Batik inipadahal berbagai upaya – upaya bisnis telah diterapkan. Permasalahan itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan.

Toko Butik Amethyst Ungu ini harus memiliki strategi bisnis yang baik, agar pemilik usaha dapat mengabil langkah - langkah yang tepat untuk kemajuan usaha ini. Oleh karna itu penulis harus mengetahui lebih mendalam tentang identifikasi faktor internal dan eksternal toko Butik Amethyst ungu ini agar


(49)

terciptanya strategi yang menghasilkan langkah – langkah untuk kemajuan bisnis toko butik ini yang dihitung dalam Analisis SWOT.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Dalam penelitian kualitatif gejala bersifat holistik atau menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga tidak atau menetapkan penelitiannya berdasarkan variabel penelitian, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitian hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan Situasi Sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, narasumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di tempat pembelanjaaan, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan datanya menggunakan sumber primer dan sekunder.


(50)

2.3 Kajian Peneliti Terdahulu

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu

Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil Penelitian

Dodo rahmat Analisis dan

Penerapan Strategi PT.Jaya Readmix

seJawa Tengah dan DIY

1997 PT.Readymix harus mengkaji

ulang stratrgi pemasarannya untuk menyesuaikan dengan

lingkungan internal dan

eksternal, karena lingkungan bisnis beton curah sudah mengalami perubahan, jika tidak melakukan perubahan strategi maka pasar dapat direbut oleh pesaing dapat mengangkat citra perusahaan.


(51)

Abd. Rohim Analisis Strategi Pemasaran Melalui Pendekatan SWOT (studi pada PT. Pujangga Luhur, Jombang)

2008 1. Inovasi produk yang sesuai

dengan keinginan konsumen untuk mengembalikan

performances “Kawasaki”

dengan cara Brand

Marking (belajar pada

produk pesaing dalam hal inovasi produk).

2. Memperkuat keberadaan

produk Kawasaki di pasaran dengan cara memperkuat bauran pemasaran agar

masyarakat lebih mengenal produk Kawasaki.

3. Meningkatkan berbagai aktivitas nilai yang ada dalam perusahaan terutama dalam hal pelayanan terhadap konsumen. Sesuai dengan temuan pada matrik General Elektric pada sel 8 dimana

perusahaan harus

melakukan strategi generic melalui diservikasi

konglomerat, yaitu dengan cara menciptakan peluang, dengan jalan mencari dan membangun relung-relung pasar dengan menciptakan produk baru dengan tidak meninggalkan produk yang lama untuk meningkatkan kemampuan labaan perusahaan dan untuk eksistensi perusahaan


(52)

Nurul Komaryatin

Strategi Pemasaran dengan pendekatan SWOT

2008 1. Meningkatkan promosi

penjualan.

2. Meninjau kembali

kebijakan harga. Wawan Arya

Permata

Analisis SWOT PT Astra Internasional

2009 Pt. Astra Internasional, Tbk dalam pengembangan rencana

strategis hendaknya lebih

banyak menggunakan

kandungan local dan

penggunaan sumber daya

manusia lokal. Selain itu program social responsibilities hendaknya lebih ditingkatkan karena dapat mengangkat citra perusahaan. Ichwan Setiarso, Agus Suman, Kusnadi Strategi Pengembangan Usaha Kecil di Pedesaan : Studi Kasus Pada Usaha Kecil Krupuk di Desa Pohjajar Kecamatan Papar Kabupaten Kediri

2003 1. Perlu pengkajian lebih

dalam terutama arah

penelitian berikutnya

didasarkan untuk meneliti aspek preferensi perilaku manajemen.

2. Penelitian yang akan

dating perlu mengkaji

kembali penelitian ini baik model maupun alat analisis

yang digunakan serta

populasi yang menjadi

objek penelitian. Panji Busaris Harja Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Straregi Bisnis Dalam Peningkatan Usaha Pada Unit Usaha Susu Sapi KUD Sarwa Mukti Cisarua Bandung

2011 1. Meningkatkan motivasi,

disiplin, dan produktifitas dalam bekerja sehingga

semua pihak bekerja

dengan sungguh-sungguh

dan profesional untuk

memajukan KUD Sarwa Mukti

2. Kedepannya untuk

pengadaan peminjaman

uang bagi anggota

koperasi harus lebih ketat dan memiliki aturan-aturan atau syarat yang jelas dan


(53)

memberikan pinjaman kepada anggota yang ingin

meminjam uang tapi

dengan tidak

mengindahkan sosialisasi dengan baik dan terus menerus sehingga anggota pun merasa mengerti dan memahami untuk apa peraturan itu dibuat selain

untuk kemajuan KUD

Sarwa Mukti itu sendiri. Puji

Maulansyah

Analisis Faktor Internal dan Eksternal Melalui Pendekatan SWOT dalam Upaya Pendekatan Strategi Pengembangan Bisnis di Rumah Makan Khas Sunda Pak H.Ihin jl.Raya Puncak KM 92 Cianjur

2011 1. Meningkatkan promosi

secara besar-besaran

seperti di jejaring sosial serta di media lainnya serta menambah fasilitas seperti

mempunyai hotspot,live

music, dan parker gratis agar lebih menarik.

2. Melatih para karyawan

agar lebih produktif dalam bekerja dan lebih disiplin lagi sehingga konsumen tidak ada yang merasa kecewa

3. Melakukan inovasi pada

menu atau makan tetapi tetap menjaga ciri khas dari RM Pak H.Ihin yang sudah mempunyai cita rasa

yang turun temurun

sehingga konsumen tetap

tertarik untuk datang

berkunjung.

4. Merekrut karyawan yang

mempunyai kemampuan

sesuai bidang yang ada pada Rumah Makan Khas Sunda Pak H.Ihin


(54)

Ahmad Reza Ommani

Strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) analysis for farming system businesses management: Case of wheat farmers of Shadervan District, Shoushtar Township, Iran

2011 SWOT analysis indicates a

framework for helping the planners to identify the strategies of achieving goals. It is a technique used to analyze the strengths,

weaknesses, opportunities and threats of businesses. Farming practices play a vital role in food security. Based on the results, the considered identified strategies play a vital role in farming system development and in increasing food security in this area. The important strategies that must be considered are:

1. Development of poor local market opportunities and infrastructure.

2. Planting of crops with high economic values. 3. Development of

governmental supports. 4. Preparing strategic plans

for development of organic farming.

5. Considering the quality of crops.

6. Considering farm sustainability indexes. 7. Using sustainable water

resources management. 8. Development of extension

programs based on farmers’ needs.


(55)

44

3.1 Alasan Penggunaan Metode Kualitatif

Dalam penalitian ini penulis melakukan pada Toko Butik Amethst Ungu, penggunaan metode ini dikarnakan Toko Butik ini masih memiliki data yang samar dan butik ini masih dalam tahap perkembangan yang memposisikan situasi akan terus berubah – ubah seiring berjalannya pengembangan usaha. Perlu penelitian yang menyeluruh mengenai aspek – aspek yang berkaitan dengan kemajuan binisnya, peneliti harus bisa menjabarkan tentang apa yang dirasakan tentang perusahaan butik ini baik kelemahan, kekuatan, peluang maupun ancaman yang sedang terjadi. Maka penulis mengambil Metode kualitatif untuk menganalisis factor ekstrnal dan internal untuk kemajuan usaha Toko Butik Amethyst Ungu ini.

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. (Umi Narimawati, 2008 : 127).

Dalam penelitian kualitatif gejala bersifat holistik atau menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga tidak atau menetapkan penelitiannya berdasarkan variabel penelitian, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitian hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan


(56)

Situasi Sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Metodologi penelitian yang dipakai adalah multi metodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Para periset kualitatif dapat menggunakan semiotika, narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik. Di sisi yang lain, para periset kualitatif juga menggunakan pendekatan, metode dan teknik-teknik etnometodologi, fenemologi, hermeneutic, feminisme, rhizomatik, dekonstruksionisme, etnografi, wawancara, psikoanalisis, studi budaya, penelitian survai, dan pengamatan melibat (participant observation) (Agus Salim, 2006). Dengan demikian, tidak ada metode atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada teknik yang serta merta dapat disingkirkan. Kalau dibandingkan dengan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Feyerabend (dalam Chalmers, 1982) mungkin akan mendekati ketepatan, karena menurutnya metodologi apa saja boleh dipakai asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.

Selanjutnya Agus Salim (2006) menyatakan bila suatu definisi harus dibuat bagi pendekatan kebudayaan , maka penelitian kualitatif adalah suatu

bidang antardisiplin, lintas disiplin, bahkan kadang-kadang kawasan

kontradisiplin.

Di sisi lain, penelitian kualitatif juga melintasi ilmu pengetahuan humaniora, sosial, dan fisika. Hal tersebut berarti penelitian kualitatif memiliki


(57)

fokus terhadap banyak paradigma. Para praktisinya sangat peka terhadap nilai pendekatan multimetode. Mereka memiliki komitmen terhadap sudut pandang naturalistiuk dan pemahaman intepretatif atas pengalaman manusia.

Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan focus. Spradley menyatakan bahwa “ A focused refer to a single cultural domain or a

few related domains “ maksudnya adalah bahwa, fokus itu merupakan domain

tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi social. Dalam penelitian kualitatif, penentuan focus lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).

Spradley dalam Sanapiah Faisal (1998) mengemukakan alternatif untuk menetapkan fokus yaitu :

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan. Informan ini dalam lembaga bisnis, bisa manajer, supervisor, pelayan toko, pembeli, pakar ekonomi, tokoh masyarakat dan sebagainya.

2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing

domain. Domain ini dalam bisnis bisa keuangan, modal, barang, jasa,

proses, produksi, bahan mentah, system pemasaran, iklan, pembeli, kebijakan pemerintah, manajemen , dan sejenisnya.

 Teori dalam penelitian kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang


(58)

setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, jika dalam penelitian kuantitatif itu bersifat menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori, atau dalam hal ini adalah menemukan strategi bisnis dalam meningkatkan bisnis Retail Toko Butik Amethyst Ungu.

Peneliti kualitatif harus bersifat “perspetif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagai mana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh partisipan atau sumber data.

3.2 Tujuan Studi : explanatory reaserch

Tujuan studi ini Untuk menambah pengetahuan mengenai penentuan strategi bisnis pada usaha retail Amethyst ungu Bandung. yang penulis teliti dan peroleh berdasarkan dengan kenyataan di dunia usaha mikro dan peroleh berdasarkan dengan kenyataan di dunia bisnis retail.

Studi ini Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi maupun bahan pertimbangan bagi mereka yang mengadakan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai penentuan strategi bisnis pada usaha retail Amethyst ungu Bandung dilihat dari Analisis SWOT. Serta berguna bagi pengembangan ilmu dalam bidang ekonomi juga Menambah wawasan keilmuan di bidang manajemen terutama tentang Penentuan Strategi bisnis dengan Analisis SWOT.

Tujuan Studi ini juga diharapkan untuk menambah pengetahuan tentang


(59)

pendekatan kualitatif, peneliti dapat menggali penjelasan mengenai perilaku pengguna terhadap sistem, keberhasilan sistem serta kegagalannya, serta menambah gudang keilmuan tentang bagaimana cara penulisan karya tulis dengan meggunakan metode kualitatif.

3.3 Studi Kasus Tunggal

Penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic single-case study) adalah penelitian yang menempatkan sebuah kasus sebagai fokus dari penelitian. Yin (2009) menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) alasan untuk menggunakan hanya satu kasus di dalam penelitian studi kasus, yaitu:

a) Kasus yang dipilih mampu menjadi bukti dari teori yang telah dibangun dengan baik. Teori yang dibangun memiliki proposisi yang jelas, yang sesuai dengan kasus tunggal yang dipilih sehingga dapat dipergunakan untuk membuktikan kebenarannya.

b) Kasus yang dipilih merupakan kasus yang ekstrim atau unik. Kasus tersebut dapat berupa keadaan, kejadian, program atau kegiatan yang jarang terjadi, dan bahkan mungkin satu-satunya di dunia, sehingga layak untuk diteliti sebagai suatu kasus.

c) Kasus yang dipilih merupakan kasus tipikal atau perwakilan dari kasus lain yang sama. Pada dasarnya, terdapat banyak kasus yang sama dengan kasus yang dipilih, tetapi dengan maksud untuk lebih menghemat waktu dan biaya, penelitian dapat dilakukan hanya pada satu kasus saja, yang dipandang mampu menjadi representatif dari kasus lainnya.


(60)

d) Kasus dipilih karena merupakan kesempatan khusus bagi penelitinya. Kesempatan tersebut merupakan jalan yang memungkinkan peneliti untuk dapat meneliti kasus tersebut. Tanpa adanya kesempatan tersebut, peneliti mungkin tidak memiliki akses untuk melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.

e) Kasus dipilih karena bersifat longitudinal, yaitu terjadi dalam dua atau lebih pada waktu yang berlainan. Kasus yang demikian sagat tepat untuk penelitian yang dimaksudkan untuk membuktikan terjadinya perubahan pada suatu kasus akibat berjalannya waktu.

3.4 Penjelasan Menggunakan Studi Kasus Tunggal

Dalam penelitian ini gejala bersifat holistik atau menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga tidak atau menetapkan penelitiannya berdasarkan variabel penelitian, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitian hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan Situasi Sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial ini dalam konteks unit usaha retail Butik Amethyst Ungu jl.viku X no d5 cijambe Bandung adalah tempat penjualan atau unit usaha retail Butik Amethyst Ungu itu sendiri, orang yang ada dalam unit usaha retail Butik Amethyst Ungu dan aktivitasnya.


(61)

3.5 Desain Penelitian

3.5.1 Rumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan apa yang telah diuraikan penulis dalam latar belakang penelitian maka penulis telah membatasi permasalahan yang akan menjadi dalam penulisan ini. Permasalahan tersebut dapat diuraikan menggunakan analisis SWOT sebagai berikut:

 Bagaimana faktor internal dan eksternal usaha Butik Amethyst Ungu Bandung

 Bagaimana menentukan strategi bisnis dalam usaha pengembangan bisnis Butik Amethyst Ungu Bandung

3.5.2 Proposisi Studi

proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realitas yang dapat diuji kebenarannya. Dalam ilmu social, proposisi biasanya adalah pernyataan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih.

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan untuk menguji secara empiris. Dalil (law) adalah proposisi yang mempunyai jangkauan (scope) yang lebih luas dan telah mendapat banyak dukungan empiris. Adapun perumusan proposisi dari analisis SWOT diatas sebagai berikut

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Analisis SWOT sebagai formulasi perencanaan kemajuan bisnis yang mana mencakup aspek keuangan, aspek sumber daya manusia, aspek pemasaran, aspek operasional, aspek produksi, aspek pesaing, dan aspek kebijakan.


(62)

Gambar 3.1 Perumusan proposisi Studi Aspek

produksi Aspek

keuangan

Aspek SDM

Aspek pemasaran

Aspek oprasional

feedback feedback

Pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi

Klasifikasi Data

Aspek kebijakan Aspek

pesaing

Klasifikasi analisis

Analisis internal Analisis eksternal

Perhitungan Analisis SWOT

Hasil strategi

Evaluasi pilihan strategi


(63)

Proposisi Hipotesis Analisis SWOT

Dalam perhitungan analisis SWOT hasilnya akan menghasilkan sebuah angka yang degeneralisasikan kepada strategi yang harus diambil oleh perusahaan, maka hipotesis umum Analisis SWOT yaitu,

 Bila kekuatan (Strenght) + Peluang (Oppurtunity) > kelemahan (Weakness) + Ancaman (Threat) maka faktor strategis kekuatan dan peluang mendukung tercapainya jalan ke luar dari pokok permasalahan yang ada untuk mendapatkan rekomendasi yang diharapkan.

 Bila kekuatan (Strenght) + Peluang (Oppurtunity) < kelemahan (Weakness) + Ancaman (Threat) maka pokok masalah adalah kenyatan sebenarnya yang terjadi, yang memiliki kelemahan besar disamping tantangan atau ancaman yang dihadapi sangat besar. Tindak lanjut yang dilakukan adalah mencari alternative lain untuk memperkuat variabel pengamatan atau strategi lainnya.


(64)

3.5.3 Unit Analisis 3.5.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan pada Toko Butik Amethyst Ungu jl.vijayakusuma X no D5 Rt 05/07 Krlurahan Pasir Endah, kec Ujungberung Bandung. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2012 sampai April 2012.

3.5.3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Selanjutnya Nasution (1988) menyatakan :

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak asti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

3.5.3.3 Sampel Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri dari aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dalam hal ini unit analisis berada di Toko Butik


(1)

3. Faktor Internal dan Eksternal Pada Usaha Toko Butik Amethyst Ungu Bandung

Faktor Internal Kekuatan

 Dalam Toko Butik Amethyst Ungu Bandung faktor internalnya, yaitu

pada kelemahan terbagi menjadi tiga aspek yaitu, aspek pemasaran, aspek sumber daya manusia, dan produksi, yang mana FasilitasToko Butik Amethyst yang cukup baik, Memiliki pelanggan setia yang

cukup banyak pada jejaring social (facebook), Sangat menjaga

kebersihan, Barang yang dihasilkan sangat berkualitas dan Penjahit busana sudah sangat berpengalaman di bidangnya

Kelemahan

 Sedangkan pada kelemahan Toko Butik Amethys Ungu Bandung

yaitu pada aspek sumberdaya manusia, aspek keuangan, dan aspek pemasaran. Toko Butik Amethyst Ungu masih mengandalkan jejaring sosial, belum mempunyai situs sendiri dan dalam aspek keuangan Masih melakukan perhitungan manual sehingga kurang efektf dan efisien, sedangkan dalam aspek sumber daya manusia para


(2)

 Faktor Eksternal Peluang

 Pada Toko Butik Amethyst Ungu Berada dikawasan

perumahan dimana banyak pelanggan mayoritas ibu – ibu sering berkunjung ke toko butik Amethyst ini, selain itu peluang yang dimiliki toko butik amethyst ungu pada aspek pemasaran yaitu memiliki pemasaran online

pada jejaring social dimana para pelanggan bias melakuakan pembelian jarak jauh.

Ancaman

 Sedangkan ancaman yang harus diwaspadai oleh Toko Butik Ametysy Ungu Bandung yaitu dari aspek pesaing dimana banyak butik pesaing baru yang bermunculan membuka toko disekitar Toko Butik Amethyst ungu dan dalam aspek kebijakan kenaikan harga bahan batik dan bahan jahit yang terus naik.


(3)

4. Strategi Bisnis Dalam Peningkatan Usaha Toko Butik Amethyst Ungu Bandung

Jangka Pendek

 Toko butik Amethyst Ungu membuat situs penjualan sendiri

dengan desain yang semenarik mungkin dengan memperioritaskan Batik.

 Meningkatkan motivasi, disiplin, dan produktifitas dalam

bekerja sehingga semua pihak bekerja dengan sungguh-sungguh dan profesional untuk memajukan Toko Butik Amethyst ungu

 Melakukan pendistribusian yang lebih meluas akan hasil

produksi ke tempat tempat penjualan lain seperti FO.

 Melakukan perhitungan perusahaan secara komputrisasi

tentang pembelian bahan produksi, penjualan produksi maupun upah karyawan agar perhitungan laba rugi lebik efektif dan efisien


(4)

Jangka Panjang

 Menambah wawasan dengan bertukar pikiran dengan

karyawan lainnya, baik dengan karyawan dalam, atau dengan karyawan luar lainnya yang bekerja usaha lain yang sejenis, melakukan kerja sama denganpemasok bahan produksi yang terpercaya agar mendapat potongan dalam pembelian bahan juga mendapat bahan yang berkualitas, pengembangan yang terusmenerus dalam pemasaran online yaitu dengan

menginformasikan barang baru, harga baru, maupun dicount.  Kedepannya untuk memfasilitasi karyawan dengan

penginapan agar tercapainya kedisipinan karyawan dalam ketepatan waktu dalam bekerja, dan meminimalisasi ongkos karyawan

 Terus-menerus mempelajari busana busana terbaru dengan meencampurkan sentuhan batik agar ciri khas batik lebih terterap dalam Toko Butik Amethyst Ungu yang akan

mempunyai nilai lebih bagi toko Butik Amethyst Ungu itu sendiri.


(5)

SARAN

 Memberi motivasi semangat kerja kepada karyawan tentang kedisiplinan akan pekerjaan masing masing agar produksi berjalan tepat waktu dan tepat sasaran sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.  Toko butik Amethyst Ungu membuat situs sendiri dan

tidak hanya mengandalkan jejaring social pada

pemasaran onlinenya dengan desain yang semenarik mungkin dengan memperioritaskan Batik.

 Melakukan pendekatan secara personal kepada

desainer dan penjahit akan pentingnya menciptakan kreasi – kreasi baru tentang model baju yang menarik dan unik untuk menarik para konsumen.


(6)