Profil Keluarga Dampingan Ekonomi Keluarga Dampingan

1 BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Program pendampingan keluarga atau PPK merupakan program unggulan dalam KKN-PPM yang dikembangkan dalam muatan lokal pelaksanaan program KKN-PPM di Universitas Udayana. Tujuan dari program PPK ini adalah untuk mendampingi Rumah Tangga Miskin RTM atau keluarga pra-sejahtera pra-KS atau keluarga yang mengalami ketertinggalan. Program pendampingan keluarga dilaksanakan di beberapa keluarga yang terdapat disetiap lingkungan di Desa Jatiluwih Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Desa Jatiluwih memiliki 8 Dusun yaitu Kesambi, Kesambahan Kaja, Kesambahan Kelod, Jatiluwih Kangin, Jatiluwih Kawan, Gunungsari Desa, Gunungsari Umakayu dan Gunungsari Kelod. Penentuan KK Dampingan dilaksanakan dengan cara survey, yaitu melihat kondisi rumah KK prasejahtera, keadaan ekonomi dan lingkungan sekitar. Pada KKN PPM XIII ini penulis mendampingi KK Dampingan yang telah ditetapkan yaitu KK Dampingan yang berada di dusun Gunung Sari umakayu, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.

1.1 Profil Keluarga Dampingan

NO Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1 I Gede Made Sadia Orang Tua 68 tahun Tamat SD - Kawin 2 Ni Wayan Aris Orang Tua 64 tahun Tamat SD Mencari sayuran paku Kawin Table 1. Tabel Keluarga Dampingan Bapak I Gede Made Sadia dan Ni Wayan Aris tinggal di Desa Jatiluwih, Banjar Gunungsari Umakayu, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Keluarga tersebut tinggal di 1 rumah kecil dengan anggota keluarga yang tinggal di dalamnya sebanyak 2 dua orang. Bapak I Gede Made Sadia tinggal berdua bersama istrinya Ni Wayan Aris sedangkan anaknya I Gede Nyoman Murde yase telah menikah dan tinggal bersama istrinya Ni Nyoman Murniasih dan anak-anaknya. Penghasilan keluarga bapak Gede Made Sadia hanya berasal dari sang istri 2 yang hanya mencari sayuran paku untuk di jual. Penghasilan dari ibu Aris perharinya tidaklah menentu hal ini dikarenakan keadaan cuaca yang tidak mendukung. Setiap harinya ibu Aris hanya bisa mengumpulkan sayuran paku kurang lebih 60 ikat yang di hargai sebesar Rp 30.000,.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan

Ekonomi keluarga bapak I Gede Made Sadia dapat dikatakan tidak stabil dan termasuk dalam ekonomi keluarga pra-sejahtera karena tidak memiliki penghasilan yang tetap setiap bulannya. Penghasilan keluarga Pak Gede Made Sadia hanya berasal dari istrinya yang hanya sebagai pencari sayuran paku. Kehidupan keluarga bapak Gede Made Sadia sangat sederhana. Untuk konsumsi makanan sehari-hari keluarga bapak Gede Made Sadia menghabiskan uang Rp 20.000.

1.2.1 Sumber Penghasilan

Penghasilan keluarga Pak Gede Made Sadia tidak menentu dan hanya bersumber pada hasil kerja sang istri yang hanya mencari sayur paku. Dimana setiap harinya sang istri mencari sayur paku mulai dari pukul 08:00 – 14:00 WITA. Banyaknya sayuran yang dapat di kumpulkan tergantung dari cuaca dan kondisi dari ibu Aris sendri dimana dengan usia yang sudah mencapai 64 tahun.

1.2.2 Pengeluaran Keluarga

Selama ini, penghasilan secukupnya yang didapatkan oleh sang istri digunakan untuk makan sehari-hari dan untuk kehidupan sosial karena kehidupan masyarakat di Bali tidak lepas dari budaya menyama braya. Selain itu, pengeluaran yang tak terduga karena bapak Gede Made Sadia mengidap penyakit setrok sehingga pengeluaran keluarga Bapak Gede Made Sadia bertambah untuk biaya kesehatan dan Rumah Sakit.

a. Kebutuhan Pokok Sehari-hari