PENDAHULUAN Dr. dr. Henry Salim Siregar, Sp.OG. K 3. dr. Johny Marpaung, M.KedOG, Sp.OG

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya pengetahuan serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga berencana KB yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN Lembaga Keluarga Berencana Nasional yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1 Dengan adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB didasarkan pada Undang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan perkembangan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi pelayanan kesehatan keluarga gerakan KB Nasional. 2 Masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang sifatnya praktis dan efektifitas tinggi, seperti KB hormonal maupun non hormonal. 1 Hasil Survei BKKBN propinsi Universitas Sumatera Utara Jawa Timur bulan Desember 2010 diketahui ada sebanyak 955.336 akseptor. Presentase metode KB yang digunakan meliputi KB suntik 56,50, KB pil 24,00, AKDR 8,50, Implant 5,40, Kondom 3,90, MOW 1,40, MOP 0,40. Data dari puskesmas Karanganyar kabupaten Ngawi untuk tahun 2010 pemakaiaan kontrasepsi suntik 35,71, kontrasepsi pil 32,54, IUD 5,84, implant 3,89 dan kondom 3,24 . 3 Setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri, umumnya efek samping berupa gangguan haid, perubahan berat badan, pusing atau sakit kepala dan kenaikan tekanan darah. 1 Di seluruh dunia, dan di Amerika Serikat, 46 remaja percaya bahwa pil kontrasepsi kombinasi dapat meningkatkan berat badan. Berdasarkan survey di Inggris, 73 wanita dari semua usia menyatakan kerugian penggunaan pil kontrasepsi kombinasi adalah berupa peningkatan berat badan. 4 Peningkatan berat badan merupakan kelainan metabolisme yang paling sering dialami oleh manusia, hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor hormonal yang terkandung dalam KB Hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron. 1 Kenaikan berat badan yang disebut-sebut sebagai efek samping dari kontrasepsi hormonal. Peningkatan berat badan atau ketakutan kenaikan berat badan adalah faktor penting yang dapat mempengaruhi diterimanya kontrasepsi di kalangan wanita usia subur. Wanita muda sering memikirkan penampilan dan berat badan ideal yang dapat membatasi penggunaan kontrasepsi oral kombinasi. 5 Dalam sebuah survei di Inggris, 73 wanita dari semua usia meyakini bahwa kenaikan berat badan adalah efek buruk dari pil dan menurut survei lain, 50 wanita AS percaya bahwa kontrasepsi oral kombinasi menyebabkan penambahan berat Universitas Sumatera Utara badan dan 20 menyatakan bahwa kenaikan berat badan adalah alasan untuk penghentian atau kegagalan untuk memulai. Dalam sebuah survei terhadap praktisi dalam meresep kontrasepsi di Inggris UK, lebih dari tiga perempat yang diteliti merasa bahwa kontrasepsi oral kombinasi menyebabkan kenaikan berat badan 81,2. Sebaliknya, Systematic Review Cochrane baru-baru ini menemukan bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk menentukan efek dari kontrasepsi oral kombinasi terhadap berat badan. 5 Peningkatan berat badan juga merupakan alasan yang paling sering untuk menghentikan kontrasepsi kombinasi oral dalam sebuah studi nasional pada wanita dewasa di Amerika Serikat. 6 Ketakutan peningkatan berat badan selama penggunaan kontrasepsi kombinasi oral dapat meningkatkan ketidakteraturan penggunaan atau penghentian lebih awal di kalangan pengguna sehingga wanita usia subur tidak memilih pil saat dia memerlukan alat kontrasepsi, dan akhirnya dapat meningkatkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa dokter juga percaya bahwa ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi kombinasi oral dan berat badan. Dalam sebuah penelitian di Kanada, informasi mengenai kemungkinan kenaikan berat badan selama penggunaan pil diberikan oleh 68 dokter, dan 52 wanita pengguna berpikir bahwa berat badan mereka akan meningkat dengan penggunaan pil. Setelah konsultasi dan konseling, 14 wanita percaya bahwa pil akan meningkatkan berat badan mereka. 6 Namun, hubungan antara penggunaan kontrasepsi kombinasi oral dan berat badan belum ditetapkan. Dalam sebagian besar uji coba kontrasepsi kombinasi oral, perubahan berat badan bukan merupakan luaran utama dan studi berlangsung singkat. Analisa literatur melaporkan kenaikan berat badan minimal dan sedikit bukti Universitas Sumatera Utara yang menunjukkan hubungan sebab akibat. Dalam sebuah review Cochrane, tiga uji coba terkontrol plasebo dan uji coba membandingkan perbedaan kontrasepsi kombinasi dan peningkatan berat badan dievaluasi. 6 Secara teoritis, mekanisme biologis kenaikan berat badan sehubungan dengan kontrasepsi bisa disebabkan oleh retensi cairan secara sekunder karena aktivasi mineralokortikoid dan atau renin-angiotensin-aldosteron dan atau peningkatan lemak subkutan secara sekunder karena secara hormonal menyebabkan peningkatan nafsu makan dan asupan makanan. 7 Efek samping penggunaan pil kontrasepsi ini sering menjadi alasan akseptor untuk tidak menggunakan atau tidak patuh dalam penggunaan pil kontrasepsi. Oleh karena itu perlu dikaji tentang perbandingan berat badan sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi hormonal kombinasi, yang mengandung levonorgestrel 150 mcg dan ethinyl estradiol 30 mcg. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Helvetia kota Medan karena puskesmas ini memiliki data rekam media yang lengkap dan cukup baik mengenai pencatatan berat badan sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi hormonal kombinasi. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Puskesmas Helvetia melayani penggunaan alat kontrasepsi. Jumlah Pasangan Usia Subur PUS yang ada di Sumatera Utara sekitar 2.204.567 pasangan, sementara yang di wilayah kerja Puskesmas Helvetia adalah sekitar 1.435 pasangan, dan peserta KB yang aktif hanya sekitar 68,45 yaitu sekitar 982 pasangan. Presentase pemakaian metode kontrasepsi juga bervariasi, untuk kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik 32,9, pil 32,7, IUD 10,6, susuk 9,35 dan MOW 7,48, sementara metode kontrasepsi modern untuk pria seperti kondom 6,65 dan MOP 0,4. Universitas Sumatera Utara 1.2 . Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dirumuskan masalah : Apakah ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi di Puskesmas Helvetia Kota Medan. 1.3 . Hipotesa Penelitian Terdapat perbedaan rerata berat badan dan BMI akseptor sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal kombinasi. 1.4 . Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Mengetahui perbandingan rerata berat badan dan BMI akseptor sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi di Puskesmas Helvetia Kota Medan. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui nilai rerata berat badan dan BMI akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan. 2. Mengetahui perbandingan rerata berat badan dan BMI akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan. Universitas Sumatera Utara 3. Mengetahui perubahan BMI pada akseptor dengan BMI normoweight dan overweight sebelum penggunaan, sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi. 1.5. Manfaat Penelitian a. Memberi gambaran mengenai perbandingan berat badan sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi di Puskesmas Helvetia Kota Medan, sehingga diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas tersebut dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. b. Memberikan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut, meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang penggunaan kontrasepsi hormonal, serta dapat menerapkannya dalam memberikan penyuluhan pada akseptor KB. c. Menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman peneliti tentang efek samping dari kontrasepsi hormonal oral kombinasi terhadap perubahan berat badan. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA