18
II.2 Landasan Teori
II.2.1 Kelarutan Pengendapan
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan dapat berupa kristal atau koloid. Endapan terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Sedangkan Kelarutan S suatu endapan, adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan – bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat – zat lain,
terutama ion – ion dalam campuran itu.
Vogel,1990.
`II.2.2 Produksi Pupuk Multinutrient dari Air Limbah Buangan Rumput Laut
Pada produksi pupuk Multinutrient ini menggunakan mekanisme reaksi kimia yaitu mereaksikan Air limbah yang mengandung KOH jika direaksikan dengan Asam Phosphat
dan penambahan Alumunium Sulfat, reaksinya sebagai berikut :
3 K
+
OH
-
+ H
3 +
PO
4 -
K
3 +
PO
4 -
+ 3H
2
O
Al
2 +
SO
4 3
-
+ 6K
+
OH
-
3K
2 +
SO
4 -
+ 2Al
+
OH
3 -
Penambahan unsur – unsur kimia seperti Asam Phosphat, Alumunium sulfat adalah berhubungan dengan pH yang akan diharapkan. Adapun fungsi penambahan dari Phosphat
19 adalah sebagai salah satu unsur makro yang diperlukan untuk diserap tanaman yaitu
peranannya pada pupuk adalah untuk mempercepat pemasakan
Saifudin, 1986
Penambahan Alumunium Sulfat sebagai zat pengikat dan menghasilkan destabilisasi koloid agar mendapatkan padatan tersuspensi,yang merupakan tahap awal penggumpalan
partikel terdestabilisasi yang telah stabil ,akan saling mengikat untuk menjadi partikel lain yang lebih stabil dan membentuk endapan dengan cepat
Eckenfelder,1989.
Kalium adalah zat mudah larut selain itu mudah difiksasi oleh tanah
.Saifudin,Syarief 1986.
Karena unsur kalium ini telah terkandung dalam Air limbah buangan rumput laut, maka dalam penambahannya, hanya meningkatkan konsentrasinya saja. Dengan
demikian unsur – unsur N, P dan K atau unsur – unsur makro yang diperlukan tanaman dan pembentukan tanah telah terkandung pada pupuk Multinutrient ini yaitu K
3
PO4.
20
Proses Pengadukan
Proses koagulasi-flokulasi berlangsung dalam dua tahap, yaitu proses pengadukan cepat dan proses pengadukan lambat
Metcalf dan Eddy,1979 :
1. Proses pengadukan Cepat
Proses pengadukan cepat dimaksudkan untuk meratakan campuran antara koagulan dan air buangan sehingga diperoleh suatu kondisi campuran yang homogen.
Molekul-molekul serta partikel-partikel yang bermuatan negatif dalam air seperti koloid akan terlihat oleh molekul-molekul serta ion-ion yang bermuatan positif dari koagulan.
Dalam proses pengadukan cepat diperlukan tenaga pengadukan yang kuat dan waktu pengadukan yang cepat karena proses koagulasi dan destabilasi partikel terjadi dalam
waktu yang sangat cepat. Waktu yang diperlukan untuk pengadukan cepat antara 1 – 3 menit dengan kecepatan 100 – 150 rpm.
Proses koagulasi memerlukan pengadukan cepat karena beberapa alasan, yaitu :
a. Agar dapat melarutkan koagulan dalam air.
b. Agar dapat mendistribusikan koagulan secara cukup dan merata didalam air.
c. Agar dapat menghasilkan partikel-partikel halus di dalam inti koagulasi coagulating
agent sebelum reaksi koagulasi selesai. 2. Proses Pengadukan Lambat
Proses pengadukan lambat bertujuan untuk mendapatkan partikel-partikel flokulan yang lebih besar dan lebih berat sehingga dapat mempercepat proses
pengendapan. Waktu yang diperlukan untuk pengadukan antara 20 – 30 menit dengan kecepatan 30 - 50 rpm.
Proses flokulasi memerlukan pengadukan lambat karena beberapa alasan, yaitu :
21
Metcalf dan eddy
a. Memberi kesempatan pada partikel-partikel flok-flok kecil yang sudah terkoagulasi untuk bergabung menjadi flok-flok yang ukurannya semakin lama
semakin besar. b. Memudahkan flokulan dengan ”benang-benangnya” untuk mengikat flok-flok
kecil menjadi ikatan flok yang ukurannya semakin lama semakin besar. c. Mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk
Proses pengadukan cepat tersebut juga proses pencampuran mixing sedangkan proses pengadukan lambat tersebut juga agitasi. Dari uraian diatas dapatlah kiranya
dibedakan antara proses pencampuran dan agitasi. Untuk menunjang proses pengolahan limbah cair rumput laut dalam produksi pupuk
kalium phosphat ini, maka dipilih bejana terbuka yaitu tangki berpengaduk dengan sistem batch yaitu dengan pertimbangan sebagai berikut :
- Kapasitas produksi kecil skala laboratorium
- Kekentalan limbah rumput laut yang tidak terlalu tinggi
- Kecepatan pengadukan tinggi dan stabil untuk mendapat produk yang maximal.
22
II.3 Hipotesa