Perancangan Kampanye Kain Sasirangan Kalimantan Selatan

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE

KAIN SASIRANGAN KALIMANTAN SELATAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

M. Risfi Khushayri

NIM: 51907026 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

  KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “KAMPANYE KAIN

SASIRANGAN KALIMANTAN SELATAN”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam mencapai jenjang Strata-1 (S1) pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandung, 23 Juli 2011


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal tekstil terbukti dengan kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaiannya sendiri dan hal ini dimulai sejak adanya bentuk kerajinan kerajinan tekstil, yaitu tenun-menenun dan membatik yang hanya berkembang di sekitar lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk kepentingan seni dan budaya serta dikonsumsi atau digunakan sendiri.

Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Kalimantan. Berbicara tentang kerajinan kain khas Kalimantan Selatan, masyarakatnya mengenal kerajinan kain yaitu kain Sasirangan, kain dengan proses jalujur ini sekarang telah menjadi sebuah mode fashion. Dulunya kain sasirangan ini merupakan sebuah alat pengobatan dan bernama “Pamintaan” yang artinya merupakan permintaan dalam bahasa banjar. (Seman, 2007, h:1)

Kain sasirangan merupakan salah satu produk budaya daerah Kalimantan Selatan yang telah digunakan turun temurun didaerah Kalimantan Selatan. Kain sasirangan ini mempunyai keunikan motif tradisional dan cara pembuatannya yang dipertahankan secara turun-temurun. Terdapat lebih dari 15 motif tradisional yang dimilik oleh kain


(4)

sasirangan contohnya gigi haruan, bintang, naga behambur, dan lainya. (Seman, 2007, h:14)

Meski telah memilki identitas dan ciri khas yang unik, kain ini mengalami fase pasang surut dalam perjalanannya hingga sekarang. Kurangnya pengetahuan terhadap kain Sasirangan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan naik turunnya minat terhadap kain Sasirangan maka upaya-upaya pelestarian harus segera dilakukan. Pelestarian tentunya tidak hanya dimaksudkan agar keberadaan kain tersebut tidak punah. (Seman, 2007, h:32)

Dengan mempelajari sejarah, setiap orang bisa menyadari, menghargai dan menghayati sepenuhnya bahwa masyarakat sejak dulu telah hidup berbudaya serta memiliki nilai-nilai luhur. Peninggalan sejarah dan tradisi yang mempunyai nilai perjuangan bagi masyarakat Kalimantan Selatan, kebanggaan serta nasionalisme persaudaraan tetap dipelihara dan dibina untuk memupuk, memperkaya dan memberi corak khas kepada kebudayaan serta dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang.


(5)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka hal yang diidentifikasi, yaitu:

• Naik turunnya minat terhadap kain sasirangan yang terjadi dikalangan remaja saat ini dikarenakan adanya modernisasi dalam hal mode. • Kurangnya pengetahuan terhadap kain sasirangan.

1.3. Fokus Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka permasalahan dapat difokuskan pada kelestarian kain Sasirangan supaya tetap terjaga dan dilindungi sebagai salah satu produk lokal dan unggulan yang berasal dari Kalimantan Selatan dan menjadi ciri khas kebanggaan masyarakat lokal yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia.

1.4. Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini yaitu untuk menyadarkan bahwa pentingnya melestarikan dan mencintai produk khas daerah Kalimantan Selatan yang menjadi hasil kebudayaan Indonesia.


(6)

BAB II

KAIN SASIRANGAN KALIMANTAN SELATAN

2.1. Tinjauan Mengenai Kain Tradisional dan Kain Sasirangan Kalimantan Selatan

2.1.1. Pengertian Kain Tradisonal

Setiap daerah di nusantara rata-rata memiliki produk tekstil yang menjadikan sebagai pakaian adat atau pun untuk acara-acara kedaerahan setempat. Dalam hal kain Sasirangan, kain ialah bahan baku utama dalam pembuatan kain Sasirangan. Adapun pengertian kain menurut para ahli antara lain:

Dalam buku Puspa Ragam Busana Pemilihan Bahan Tekstil, kain merupakan suatu bahan, hasil dari pada tenunan benang. (Poespo, 2005)

Adapun pengertian kain tradisional dalam buku Ragam Kain Tradisional Nuasantara menjelaskan bahwa kain yang berasal dari budaya daerah lokal yang dibuat secara tradisional dan digunakan untuk kepentingan adat istiadat ialah kain tradisional. (Kamila, 2008)


(7)

2.1.2. Klasifikasi Kain Tradisional

Terdapat 4 klasifikasi kain tradisional, yaitu; Batik, Jumputan, Tenun dan Ikat. (Kamila, 2008)

2.1.2.1. Batik

Kain batik sangat dikenal karena memang sudah jadi kain untuk acara-acara resmi atau acara adat. Batik sendiri adalah salah satu tekhnik menghias kain menggunakan malam atau lilin. Kain batik dapat dijumpai dibanyak tempat selain jawa Tengah, seperti Jawa barat, Jawa Timur, dan Bali dengan motif-motif berbeda sesuai ciri khas daerahnya.

Gambar 1. batik Keris dari Gresik Jawa Timur. Sumber: Mika Kamila, Ragam Kain Tradisional Nuasantara (2008)

2.1.2.2. Jumputan (Sasirangan)

Kain sasirangan merupakan kain jumputan. Jumputan adalah kain yang dihias dengan teknik ikat celup. Kain ini banyak ditemui di Sumatra Selatan,


(8)

Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah. Saat ini, karena warnanya cerah jumputan banyak digunakan sebagai pengganti kain batik untuk acara-acara pernikahan sebagai paduan kebaya.

Gambar 2. kain sasirangan dari Kalimantan Selatan. Sumber: Mika Kamila, Ragam Kain Tradisional Nuasantara (2008)

2.1.2.3. Tenun

Kain tenun banyak sekali jenisnya tapi yang banyak dijumpai adalah kain songket dan ulos, yaitu kain yang mengalami proses hias-menghias pada saat ditenun. Songket terkenal di Sumatra Selatan bahkan menggunakan benang emas pada saat ditenun. Tidak heran kalau kain ini sangat berat. Sedangkan ulos menggunakan manik-manik pada saat ditenun.


(9)

Gambar 3. Songaket Minang Sumatra Selatan. Sumber: Mika Kamila, Ragam Kain Tradisional Nuasantara (2008)

2.1.2.4. Ikat

Kain ini mungkin agak asing ditelinga, tapi yang pasti juga mengalami proses tenun, hanya saja sebelum ditenun benang-benang telah mengalami proses celup untuk mendapatkan bentuk motif tertentu. Daerah Nusa Tenggara dan Bali terkenal dengan kain ikatnya.

Gambar 4. Kain Endek dari Buleleng Bali.


(10)

Fungsi dari klasifikasi ini adalah untuk menentukan strategi pengenalan karena terdapat perbedaan antara kain batik, jumputan, tenun dan ikat.

2.2. Kain Sasirangan dalam Konteks Mitos

Pada mulanya dikenal adanya kain pamintaan. Istilah pamintan ini adalah singkatan dari parmintaan (permintaan), maksudnya adalah selembar kain putih yang diberi warna tertentu dengan motif tertentu pula atas permintaan seseorang yang berobat kepada seorang pengrajin kain pamintan.

Menurut Seman (2007, h. 1), Kain pamintan tersebut berfungsi sebagai sarana pengobatan atas petunjuk seorang tabib sebelumnya. Berbagai macam penyakit contohnya sakit perut, sakit kepala, bisul, demam, bahkan sampai penyakit sakit jiwa serta yang disebabkan oleh gangguan mahluk halus. Pengobatan yang belum dapat dibuktikan secara ilmiah ini disebut oleh masyarakat dengan nama “Batatamba” dengan mempergunakan kain pamintan, yang dipakaikan secara berkala.

“Dalam proses pengetahuan, nasehat tabib, proses pembuatan kain pamintan serta pemakaian sebagai terapi, dilaksanakan agak tertutu, artinya tidak terbuka untuk umum. Begitulah adanya kain pamintan yang dikenal di Kalimatan Selatan sejak abad XVI”. (Seman, 2007, h. 3)


(11)

Perkembangan zaman yang semakin maju dengan adanya sarana dan prasarana sektor pendidikan dan kesehatan serta faktor agama Islam sangat berpengaruh terhadap tradisi dulu masyarakat Kalimantan Selatan dengan berobat dengan kain sasirangan. Kain sasirangan khas Kalimantan Selatan telah diminati dengan serius dalam aspek bisnis, disamping upaya melestariannya dalam kaca mata budaya.

2.3. Tata Warna Kain Sasirangan

Pada waktu dulu, ketika kain Sasirangan masih bernama kain pamintan, sesuai dengan kondisi pada zamanya, zat warna diambil dari alam sekitar, teknologinya sederhana, didasarkan atas pengalaman dan tradisi yang bersifat turun-menurun.

Alam lingkungan hidup sekitar rumah tangga memberikan kemudahan bagi pengolah kain Sasirangan untuk mengolah warna dalam berbagai corak, namun tentu saja masih sangat terbatas. Pada umumnya warna-warna yang diperoleh dari alam adalah warna-warna pokok saja, seperti:

1. Kuning berasal dari umbi tanaman janar atau kunyit dan temulawak. 2. Merah berasal dari zat gambir buah mengkudu, kesumba atau

lombok merah.

3. Hijau bersal dari daun pundak atau jahe. 4. Hitam bersal dari kebuau atau uar.


(12)

5. Ungu berasal dari biji ramania (gandaria) atau buah karamunting.

Namun sekarang para pengrajin Sasirangan tidak lagi bersusah payah meramu alam untuk membuat warna guna mewarnai kain Sasirangan. Dengan banyaknya zat warna sintetis sebagai barang impor ke Indonesia dari luar negeri yaitu dari Eropa, Jepang dan Cina, sekaligus menyingkirkan ramuan-ramuan warna tradisional dalam negeri, termasuk Kalimantan Selatan.

Memang ada usaha-usaha untuk mengolah zat pewarna secara alami dengan mempergunakan bahan-bahan dari alam sekitar. Namun prosesnya memerlukan waktu yang lama dan justru pula memerlukan biaya lebih besar jika dibandingkan dengan membeli zat pewarna sintetis. dampak positif dari zat pewarna alami ini yaitu ramah lingkungan, tidak berdampak yang merugikan dari limbahnya.

2.4. Motif Tradisional Kain Sasirangan

Suatu ciri khas dari kain sasirangan ini asalah rangakaian motif yang pada umumnya tersusun motifnya dalam komposisi vertikal. Jarang sekali sasirangan tradisioanl yang banyak dipergunakan dan sudah menjadi umum terdapat susunan motifnya dalam komposisi yang horisontal. Motif antara lain (Seman,2007):


(13)

2.4.1. Gigi Haruan

Gambar 5. Motif Gigi Haruan

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Salah satu jenis ikan air tawar di Kalimantan Selatan adalah “ikan haruan” atau ikan gabus yang berwarna hitam pekat dan dagingnya empuk dimakan. Memilki gigi yang runcing tajam, karenanya motif ini sebagai lambang “ketajaman berfikir”. Dan terdapat pula motif ini pada ornamen rumah Kalimantan Selatan.

2.4.2. Kambang Kancang

Gambar 6. Motif Kambang Kacang

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Kambang kacang adalah senenis tanaman. Buahnya yang menjulur panjang selalu menjadi sayuran yang dicampur dengan sayuran lain seperti buah labu. Sayur kacang panjang ini termasuk sayuran makanan sehari-hari orang Kalimantan Selatan, sehingga hubungannya akrab dengan dapur, karenanya memiliki simbol keakraban.


(14)

2.4.3. Hiris Gagatas

Gambar 7. Motif Hiris Gagatas

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Gagatas disebut juga rincung gagatas yang bermakna bungas, langkar, atau cantik. Dinamakan hiris gagatas oleh karena wadai (kue) khas Kalimantan Selatan yang dinamakan gagatas diiris (dipotong) seperti bentuk wajik. Iris gagatas ini sangat umum didaerah Kalimantan Selatan. Semua wadai (kue) khas Kalimantan Selatan seperti amparan tatak, sarimuka, kakaraban, sari pengantin, kuih lapis dan yang lainya selalu dupotong dalam bentuk hiris gagatas ini.

2.4.4. Kambang Sakaki

Gambar II.8. Motif Kambang Sakaki

Gambar 8. Kembang Sakaki

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Sekuntum bunga sebagai lambang keindahan banyak dipergunakan dalam ornamen khas Kalimantan Selatan, seperti


(15)

ukiran arsitektur rumah adat Kalimantan Selatan, pada dinding airguci dan relief tempat kapur sirih yang disebut panginangan.

2.4.5. Daun Jaruju

Gambar 9. Motif Daun Jaruju

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Selembar daun jaruju (Podocarpus Imbricatus BL) dari tumbuhan hutan yang sering tumbuh di tanah berair, seperti pinggiran sungai. Daun jaruju selebar tiga jari berwarna hijau tua yang pada pinggir berbentuk tajam dan berduri. Orang Kalimantan Selatan dahulu, terutama di kampung menempatkan daun jaruju di sudut lantai dapur untuk mencegah tikus, karena tikus takut dengan duri daun jaruju. Dan daun jaruju dianggap sebagai simbol tolak bala.


(16)

2.4.6. Tampuk Manggis

Gambar 10. Motif Tumpuk Manggis

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Bahwa setiap buah manggis memiliki motif yang dapat diraba. Tampuk manggis ini tergambar juga pada relief sungkul tangga rumah adat Kalimantan Selatan. Tampuk manggis ini mempunyai dua makna yaitu:

Kejujuran, yaitu apa yang diucapkan sama dengan yang terlintas didalam hati (lima atau enam motif manggis pastilah lima atau enam isinya didalam).

Kedua, kulit buahnya yang masak berwarna hitam dan terasa pahit, namun isinya putih dan manis, yang bermakna bekerja keras.


(17)

2.4.7. Bintang

Gambar 11. Motif Bintang

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan..

Bintang sebagai benda alam dilangit, sebagai salah satu tanda kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta. Bintang-bintang digambarkan dengan sudut empat, lima, tujuh, delapan bahakan tergambar gugusan beribu-ribu bintang dilangit yang tak mampu dihitung sebgai Bintang Batabur atau Bintang Bahambur.


(18)

2.4.8. Kangkung Kaubakan

Gambar 12. Motif Kangkung Kaubakan

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Tumbuhan kangkung ini hidup diatas air dengan batangnya yang panjang, berdaun warna hijau kecil. Bilamana airnya bergelombang tentu permukaan air berombak, namun batang kangkung tidak putus karenanya. Oleh karena itu Kangkung Kaumbakan mengandung makna “tahan godaan”.

2.4.9. Ombak Sinampur Karang

Gambar 13. Motif Ombak Sinampur Karang

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Ombak itu terjadi disebabkan oleh gelombang, sementara gelombang itu ada dalam riak yang kecil atau besar, tergantung penyebabnya. Tiupan angin yang keras di laut dapat


(19)

menyebabkan ombak yang besar dan ombak yang besar tersebut bisa menerjang karang. Ombak bisa diibaratkan sebagai gelombang perjuangan dalam hidup manusia.

2.4.10. Bayam Raja

Gambar 14. Motif Bayam Raja

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Raja adalah atribut seseorang yang dihormati dan mertabat. Karenanya motif ini mengandung makna leluhur yang bermartabat dan dihormati. Bentuknya dengan garis-garis yang melengkung patah-patah, biasanya tersusun sevara vertikal menjadi garis pembatas dengan motif-motif yang lain. Bisa juga bayam raja menjadi hiasaan pinggiran motif-motif yang lain, sehingga bayam raja banyak dipakai pada kain sasirangan.


(20)

2.4.11. Kulat Karikit

Gambar 15. Motif Kulat Karikit

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan. .

Tumbuhan jenis cendawan yang hidup menempel pada batang atau dahan pohon, jadi termasuk tumbuhan yang menumpang, tetapi tidak merugikan tumbuhan yang ditumpangi sepertihalnya parasit benalu. Kulat Kirikit hidup mandiri, cari makan sendiri, karenanya bermakna hidup mandiri, tahan menderita. Bentuk gambarnya mirip gigi haruan, tetapi lebih kecil-kecil dan juga biasanya disusun secara vertikal.

2.4.12. Hiris Pudak

Gambar 16. Motif Hiris Pundak

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Pudak yang disebut juga pandan, adalah tanaman sekitar rumah tangga, yang daunnya berbau harum. Bentuk daunnya agak panjang dan ramping yang mempunyai banyak kegunaan.


(21)

2.4.13. Ular Lidi

Gambar 17. Motif Ular Lidi

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Ular lidi dalam salah satu dongeng orang Banjar dianggap sebagai simbol kecerdikan karena ular lidi yang kecil itu gagah dan cerdik namun berbisa. Bentuknya mirip hiris pudak, tetapi berganda dua dan tidak patah-patah, tetapi melengkung dengan garis vertikal dan bervariasi.

2.4.14. Mayang Murai

Gambar 18. Motif Mayang Murai

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Peranan mayang pinang sangat penting dalam acara badudus, suatu adat orang Kalimantan Selatan sejak jaman dahulu. Mayang marai setelah dicelupkan ke dalam air yang bertabur macam-macam kembang disiramkan ketubuh


(22)

seseorang yang dimandikan sejak dari atas kepala hingga sekujur badan wanita, terutama kedua orang mempelai yang akan bersanding.

2.4.15. Naga Balimbur

Gambar 19. Motif Naga Balimbur

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Sebuah dongeng orang Kalimantan Selatan yang menceritakan tentang naga sedang bermandi-mandi ditengah sungai pada waktu pagi. Dengan riangnya sang naga itu mandi sembil berjemur dengan cahaya matahari yang bersinar dengan cerah. Keadaan itu menggambarkan sabagai suatau suasana yang menyenangkan atau mengembirakan.

2.4.16. Dara Manginang

Dara manginang atau dengan istilah Kalimantan Selatan Galuh Manginang adalah seorang gadis Kalimantan Selatan yang baru belajar makan sirih, sehingga air liur yang merah karena gambir sampai meleleh keluar bibir. Akibatnya bibir bahkan mungkin sampai ke dagu akan menjadi merah. Keadaan


(23)

inilah yang memberi nama motif warna Sasirangan yang “habang tarang” atau merah menyala. Motif gambarnya kadang-kadang tidak jelas atau abstrak, namun yang lebih menonjol adalah warnanya yang merah menyala.

2.4.17. Turun Dayang

Tidak jauh berbeda dengan dara manginang, maka motif turun dayang ini juga sering berkomposisi yang abstrak atau tidak jelas. Tetapi turun dayang bisa dengan tata tiga warna yang utama yaitu merah, kuning, dan hijau.

2.4.18. Ramak Sahang

Gambar 20. Motif Ramak Sahang

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Sahang adalah nama salah satu rempah-rempah dapur dengan istilah Kalimantan Selatan yang berati merica. Ramak adalah hancur, karena sahang digilas dengan ulak diatas cobek. Motif ramah sahang ini adalah dari motif hiris pudak yang berganda dua, tetapi gambarnyaterputus-putus.


(24)

2.4.19. Gelombang

Gambar 21. Motif Gelombang

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Terjadinya gelombang air dilaut sebagai akibat dari adanya angin yang bertiup kencang atau lembutnya angin yang bertiup tersebut menyebabkan besar kecilnya gelombang air. Gelombang tersebut dijadikan ibarat kehidupan manusia, yang kadang-kadang menemukan gelombang, yang menuntut adanya keuletan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan.

2.4.20. Daun Katu

Gambar 22. Motif Daun Katu

Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.

Tanaman sekitar rumah dikenal adanya katu yang tingginya sekitar satu sampai dua meter, memiliki daun yang berganda, dengan warna hijau tua. Pucuk daun katu sering dijadikan sayur untuk makan nasi. Menurut pengalaman ibu-ibu


(25)

yang menyusui anaknya, sayur daun katu dapat memperbanyak ASI, sehingga bernilai manfaat.

2.5. Pengertian Kampanye

Rogers dan Storey (seperti dikutip Venus, 2004, h.7) mendefenisiskan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.

2.6. Jenis-jenis Kampanye

Charles U. Larson (seperti dikutip Venus, 2004, h.11) membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Product-oriented campaign atau kampanye yang berorientasi pada

produk umumnya terjadi dilingkungan bisnis. Istilah lain yang sering

dipergunakan dengan kampanye jenis ini adalah commercial

campaign atau corporate campaign.

2. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi

pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik).

3. Ideological or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye

yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial.


(26)

Kampanye kain sasirangan termasuk jenis Ideological or cause

oriented campaigns, karena kampanye kain sasirangan berorientasi

pada tujuan melestarikan kebudayaan dan merupakan kasus dalam perubahan sosial.

2.7. Khalayak Sasaran

Sasaran dari perancangan ini ditujukan kepada masyarakat Kalimantan Selatan yang bertujuan menjadiakan kain sasirangan sebagai produk lokal dan unggulan Kalimantan Selatan dan sekaligus melestarikannya.

a. Demografis

1. Masyarakat, mulai dari anak muda sampai orang dewasa

• Target Primer: Remaja dan orang dewasa (17 tahun – 45 tahun). Dipilih karena pada saat umur tersebut masyarakat sangat banyak melakukan tindakan sosial contohnya: berkumpul bersama teman-teman dan jalan-jalan,sehingga proses diharapkan kampanye berjalan lancar.

2. Status Ekonomi Sosial: semua kalangan

Semua kalangan dipilih karena sasirangan milik penduduk Kalimantan Selatan yang harus dilestarikan bersama-sama.


(27)

b. Geografis

Berdasarkan lokasi yang akan dibuat tempat kampanye adalah Kalimantan Selatan, terutama di perkotaan.

c. Psikografis

• Masyarakat yang sudah mulai memiliki sifat menerima, mengerti dan lebih menghargai berbagai informasi.

• Masyarakat yang memiliki ketertarikan pada kebudayaan.

• Masyarakat yang mulai merasa ingin tahu secara detail


(28)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Komunikasi

Perancangan komunikasi visual ini menyampaikan kain sasirangan adalah kain yang merupakan salah satu produk budaya dan unggulan Kalimantan Selatan selain mandau (senjata khas Kalimantan

Selatan), melalui konsep desain yang bisa menarik perhatian

masyarakat. Dalam perancangan suatu karya desain pemilihan elemen tipografi, ilustrasi dan warna sangatlah penting kedudukannya sehingga harus dipikirkan dan direncanakan dengan baik karena dapat mempengaruhi karya desain tersebut.

Bahasa yang digunakan dalam kampanye ini menggunakan bahasa Indonesia yang jelas yang bertujuan agar pesan yang disampaikan diterima dengan baik.

3.1.1. Tujuan Komunikasi

Strategi komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif tersebut dapat menimbulkan rasa kecintaan terhadap kebudayaan Kalimantan Selatan, tidak hanya untuk membeli dan mengenakan kain Sasirangan selain itu untuk menjaga kelestarian produk kebudayaan kain Sasirangan.


(29)

3.1.2. Materi Pesan

Materi pesan yang ingin disampaikan dalam kampanye ini yaitu menginformasikan tentang sasirangan adalah kain yang merupakan salah satu produk budaya dan unggulan Kalimantan Selatan yang harus dilestarikan.

Pesan tersebut dibuat sedemikian rupa dan semenarik mungkin lewat tagline, headline, visual, logo dan semua komponen yang terdapat pada media-media kampanye agar lebih efektif penyampaiannya dan mudah diingat. Dalam penyampaiannya agar mudah diingat maka menggunakan pendekatan metafora yang mengumpamakan kain sasirangan sebagai hewan yang akan punah. Maka kata kunci yang dipergunakan yaitu “PUNAH”.

Dengan kualitas pesan yang melalui pendekatan mental khususnya emosi khalayak sasaran diharapkan lebih efektif. Karena dengan pendekatan emosi, pesan dapat lebih dimengerti dengan sifat pesan yang serius. Sifat pesan serius dimaksudkan agar memperlihatkan seberapa pentingnya kain sasirangan ini. Diibaratkan keadaan saat ini akan punah.

“Melindungi Sasirangan” menjadi headline sekaligus judul kampanye, karena hanya dengan melindungi kita dapat mencegah kepunahan. Tagline diambil peribahasa “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading”.


(30)

Yang artinya seseorang manusia akan diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya.

Subtagline “Lestarikan Sasirangan Sebelum Menjadi Sejarah” merupakan tindakan yang diharapkan dari kampanye ini.

3.2. Strategi Kreatif

Strategi kreatif dalam kampanye kain Sasirangan ini menggunakan bahasa Indonesia yang bertujuan agar pesan yang disampaikan diterima dengan baik dan jelas. Pendekatan komunikasinya berupa tampilan yang bersifat ajakan, menginformasikan tentang Sasirangan adalah kain yang merupakan salah satu produk budaya dan unggulan Kalimantan Selatan yang harus dilestarikan. Semua itu disatupadukan dan disusun secara menarik dan disesuaikan dengan pesan yaitu menginformasikan kelebihan yang ditawarkan bahwa kain Sasirangan salah satu produk kebudayaan Indonesia. Ini diharapkan agar menarik target kampanye untuk mau melindungi, menghargai dan melestarikannya.

3.2.1. Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang akan ditampilkan dalam media kampanye ini adalah fotografi yang telah mengalami proses komputerisasi yang digabungkan dengan elemen-elemen desain seperti motif Sasirangan, tipografi, warna, layout dan komposisi


(31)

untuk memberikan pesan yang ingin disampaikan dari potensi-potensi yang ada di kain Sasirangan.

Menggunakan pendekatan metafora yang menganggap kain sasirangan adalah hewan yang harus dilindungi. Pemilihan hewan sebagai visual ialah zebra, iguana dan burung elang borneo.

Gambar 23. Pendekatan Visual

Iguana dan elang borneo adalah hewan yang ada di Kalimantan Selatan, sedangkan zebra dipilih karena hewan zebra sudah banyak dikenal dan juga sangat eksotik.

Hewan yang bermotif sasirangan adalah hewan-hewan yang dari alam telah memiliki motifnya sendiri, dan dimanipulasi sehingga mirip dengan kain sasirangan, jadi bukan diberikan motif sasirangan pada hewan yang sebenarnya tidak bermotif.


(32)

3.3. Strategi Media

3.3.1. Pemilihan Media

Untuk menyampaikan isi pesan yang informatif dan tepat kepada khalayak sasaran kampanye yang dituju dan mencapai tujuan yang diharapkan, serta mempertimbangkan sistem strategi komunikasi yang dibuat.

a. Media Utama

Media utama yang digunakan dalam perancangan kampanye ini yaitu : Billboard

Billboard merupakan media utama yang dipilih, untuk mengkampanyekan kain sasirangan yang berisi lebih banyak visual dan dengan menggunakan headline yang memiliki penekanan begitu kuat terhadap pelestarian dan melindungi kain Sasirangan sebagai hasil kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Indonesia.

Tujuan memakai media billboard sebagai media utamanya yaitu agar dapat dilihat oleh masyarakat umum terutama oleh target sasaran kampanye ini yaitu kalangan remaja ke atas yang sebagian besar menghabiskan waktu di luar rumah dan menghabiskan waktu berkumpul dan jalan-jalan bersama teman-temannya.


(33)

b. Media Pendukung

Sebagai media pendukung kampanye ini yaitu poster, neon box, pembatas jalan, merchandise (stiker dan bross), paper

bag, X-banner, t-shirt, mobile-ad, koran, flashdisk, case hp,

sarung bantal, dompet, hanger, ambient fitting room dan jejaring sosial Facebook.

3.3.2 Pertimbangan Media

Media yang digunakan atau dipilih yaitu media yang biasa dijumpai dengan target kampanye, baik secara tempat pendistribusian atau kebiasaannya, sehingga pesan dan informasi yang disampaikan dapat membujuk target kampanye secara perlahan. Selain itu melalui pertimbangan bahwa media tersebut dapat saling menutupi kelemahan media yang satu dengan yang lain untuk dapat memberikan informasi yang efektif.

3.3.3 Penyebaran Media

Penyebaran media merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan informasi dalam kampanye ini dapat berjalan dengan baik dan tersampaikan dengan tepat pada khalayak sasaran.

Tempat penyebaran media khususnya dilakukan di pusat-pusat pembelanjaan dan pasar-pasar pusat-pusat oleh-oleh yang berada


(34)

di sekitar wilayah Kalimantan Selatan. Tempat penyebaran media ini dipilih karena sifat kampanyenya yang masih mengutamakan wilayah-wilayah yang masih ada di sekitar wilayah penjualan kain Sasirangan.

3.3.3.1. Jadwal Penyebaran Media

Menginformasikan Persuasi

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Facebook Koran X Banner Billboard Poster Neon box Pembatas jalan Mobile-ad Baju Flashdisk Case Hp Paper bag Sarung Bantal Gantungan Baju Kaca Fitting Room

Stiker & Bros

Mengingatkan

Apl Mei Jun Jul Ags

Tabel 1 Jadwal Penyebaran Media

3.4 Konsep Visual

Konsep visual dalam kampanye ini secara garis besar memunculkan kesan punah, elegan dan simpel, tetapi masih terdapat unsur-unsur etnik yang bisa mewakili kebudayaan dari kain Sasirangan itu sendiri. Kesan elegan dimaksudkan untuk mengangkat citra modern yang terdapat pada kain Sasirangan.


(35)

Gambar 24. Konsep Visual

3.4.1. Format Desain

Pertimbangan dari pemilihan dua format desain ini adalah: Format portrait lebih menonjolkan visual, agar dapat menarik perhatian para khalayak sasaran yang melihat. Format landscape lebih mengutamakan banyaknya informasi yang ditampilkan.

3.4.2. Layout

Penataan elemen-elemen desain grafis yang muncul dalam visualisasi kampanye ini akan dikomposisikan dengan tidak terlalu penuh dan sesak sehingga dapat terlihat kesan yang elegan dan sederhana tetapi juga mempertimbangkan sisi arah baca. Komposisi pun disesuaikan dengan format desain yang digunakan sesuai dengan lokasi penempatan media itu sendiri.


(36)

3.4.3 Tipografi

Jenis huruf yang digunakan pada perancangan media ini

menggunakan jenis huruf Sagoe Print dan Tw Cen Condensed

Extra Bold, sesuai dengan konsep dari kampanye tersebut yaitu

elegan dan eksklusif.

Huruf-huruf yang digunakan baik pada logo kampanye,

hedline text, tagline, maupun foot texs tetap mengutamakan

unsur-unsur keterbacaan, sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan jelas.

Pada logo kampanyenya menggunakan jenis huruf Sagoe print, sedangkan pada hedline text, tagline, maupun foot texs, menngunakan jenis huruf Tw Cen Condensed Extra Bold, karena selaras dengan motif kain sasirangan yang mempunyai alur-alur dalam motifnya.


(37)

3.4.4. Warna

Warna merupakan unsur visual yang memiliki peran penting dalam sebuah desain karena menciptakan suatu kesan dan dapat diinterpretasikan kedalam bentuk energi. Melalui kesan inilah warna dapat mempengaruhi pikiran dan emosi seseorang, dan tidak hanya dapat membangkitkan selera tetapi juga dapat mempengaruhi pendapat atau penilaian dari seseorang yang melihatnya.

Tabel 2. Warna

Pemilihan warna ini muncul karena sebagian besar motif sasirangan mempunyai warna-warna dominan seperti warna putih, hitam, merah dan kuning. Dalam buku Sasirangan Kain Khas


(38)

Banjar sasirangan pun mengenal pengertian warna contohnya, warna hitam melambangkan dengan kegaiban serta kematian. Warna merah dam sasirangan diumpamakan dengan semangat, berani dan tegas. Setra kuning dipakai untuk melambangkan keagamaan dan keagungan.

3.4.5. Fotografi

Fotografi yang digunakan pada kampanye ini berupa fotografi yang telah melalui proses komputerisasi, dengan tampilan yang yang bersifat mengajak dan menginformasikan kain Sasirangan sebagai produk kebudayaan Kalimantan Selatan selanjutnya didukung oleh elemen estetis lain yang dapat memperkuat gagasan visual yang muncul. Sehingga nantinya menjadi suatu komposisi yang menarik untuk menyampaikan pesan yang informatif kepada khalayak sasaran kampanye.


(39)

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

Dalam penyampaian informasi dibutuhkan sebagai sarana, media-media dipakai berdasarkan pada fungsi yang sesuai agar informasi yang disampaikan bisa tepat sasaran. Dalam penyampaian pesan kepada masyarakat media yang digunakan adalah;

4.1. Billboard Sebagai Media Utama

Gambar 26. Tampilan Billboard

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : Potrait (8 m x 5 m), Landscape (7 m x 3,5 m) 2. Bahan : Flexsi

3. Teknis produksi : Digital printing


(40)

4.2. Media Pendukung 4.2.1. Poster

Gambar 27. Tampilan Poster

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : 29,7 cm x 42 cm 2. Bahan : Art paper

3. Teknis produksi : Cetak offset


(41)

4.2.2. Neon Box

Gambar 28. Tampilan Neon Box

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : 180 cm x 80 cm 2. Bahan : Frontlite

3. Teknis produksi : Digital printing outdoor


(42)

4.2.3. Pembatas Jalan

Gambar 29. Tampilan Pembatas Jalan

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : 120 cm x 40 cm 2. Bahan : Water proof stiker 3. Teknis produksi : Digital printing outdoor


(43)

4.2.4. Merchandise (stiker dan bros)

Gambar 40. Tampilan Stiker dan Bros

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : Bros (3 cm x 3 cm), stiker (7 cm x 2,5 cm) 2. Bahan : Kertas stiker laminasi


(44)

4.2.5. Paper Bag

Gambar 31. Tampilan Paper Bag

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : panjang 21 cm x tinggi 29 cm x lebar 10 cm 2. Bahan : Art paper 206 gram


(45)

4.2.6. X-banner

Gambar 32. Tampilan X-banner

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : 60 cm x 160 cm 2. Bahan : Fronlite super flex 3. Teknis produksi : Digital printing


(46)

4.2.7. T-Shirt

Gambar 33. Tampilan T-Shirt

Ukuran dan teknis produksi : 1. Bahan : Kain combed 2. Teknis produksi : Cetak sablon


(47)

4.2.8. Mobile-ad

Gambar 34.Tampilan Mobile-ad

Ukuran dan teknis produksi :

1. Bahan : Stiker vinil teknis 2. Teknis produksi : Digital printing 3. Keterangan : Mobil APV Arena


(48)

4.2.9. Koran

Gambar 35. Tampilan Koran

Ukuran dan teknis produksi : 1. Ukuran :13 cm x 23 cm 2. Bahan : Menyesuaikan koran 3. Teknis produksi : Cetak offset


(49)

4.2.10. Flshdisk

Gambar 36. Tampilan Flashdisk

Ukuran dan teknis produksi : 1. Ukuran : 1 cm x 4,5 cm 2. Bahan : Ketas stiker laminasi 3. Teknis produksi : Digital printing


(50)

4.2.11. Case hp

Gambar 37. Tampilan Case hp

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : 4,8 cm x 9,8 cm 2. Bahan : Kertas stiker laminasi 3. Teknis produksi : Digital printing


(51)

4.2.12. Jejaring Sosial (Facebook)

Gambar 38. Tampilan Jejaring (Facebook)

Ukuran dan teknis produksi :

1. Dimensi : 1354 pixel x 2403 pixel 2. Ukuran : 117 kb


(52)

4.2.13. Hanger Baju

Gambar 39. Tampilan Hanger Baju

Ukuran dan teknis produksi : 1. Ukuran : 11 cm x 30 cm 2. Bahan : Ackrilik


(53)

4.2.14. Kaca FittingRoom

Gambar 40. Tampilan Fitting Room

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : Menyesuaikan ukuran kaca Fitting Room 2. Bahan : Kertas Stiker transparan


(54)

4.2.15. Sarung Bantal Kecil

Gambar 41. Tampilan Sarung Bantal Kecil

Ukuran dan teknis produksi : 1. Ukuran : 44 cm x 42 cm 2. Bahan : Banner Cloth 3. teknis Produksi : Digital printing


(55)

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Budi Wiryawan, Mendiola. 2008. Kamus Brand. Jakarta: Red & White Publishing.

Haloho, Ronaek. 2010. Tugas Akhir: Perancangan Media Kampanye Kain

Ulos Batak Toba.

Kamila, Mika. 2008. Ragam Kain Tradisional Nuasantara. Jakarta: Bee Media Indonesia.

Pemerintah Provensi Kalimantan Selatan (26 febuari 2011) Kain Sasirangan

Belum Menjadi ‘Tuan’ Rumah Sendiri. Tersedia di:

http://www.kalselprov.go.id/berita/kain-sasirangan-belum-jadi-tuan-rumah-di-daerah-sendiri [13 April 2011]

Poespo. 2005. Puspa Ragam Busana Pemilihan Ragam Bahan Tekstil.

Seman, Syamsiar. 2007. Sasirangan Kain Khas Banjar. Banjarmasin:

Lembaga Pengkajian dan Pelesatarian Budaya Banjar Kalimantan Selatan.

Werdiono (2011, febuari 11) Pengusaha Kain Sasirangan Banjarmasin Terancaman Bangkrut. Kompas.


(1)

4.2.12. Jejaring Sosial (Facebook)

Gambar 38. Tampilan Jejaring (Facebook)

Ukuran dan teknis produksi :

1. Dimensi : 1354 pixel x 2403 pixel 2. Ukuran : 117 kb


(2)

4.2.13. Hanger Baju

Gambar 39. Tampilan Hanger Baju

Ukuran dan teknis produksi : 1. Ukuran : 11 cm x 30 cm 2. Bahan : Ackrilik


(3)

4.2.14. Kaca FittingRoom

Gambar 40. Tampilan Fitting Room

Ukuran dan teknis produksi :

1. Ukuran : Menyesuaikan ukuran kaca Fitting Room 2. Bahan : Kertas Stiker transparan


(4)

4.2.15. Sarung Bantal Kecil

Gambar 41. Tampilan Sarung Bantal Kecil

Ukuran dan teknis produksi : 1. Ukuran : 44 cm x 42 cm 2. Bahan : Banner Cloth 3. teknis Produksi : Digital printing


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Budi Wiryawan, Mendiola. 2008. Kamus Brand. Jakarta: Red & White Publishing.

Haloho, Ronaek. 2010. Tugas Akhir: Perancangan Media Kampanye Kain Ulos Batak Toba.

Kamila, Mika. 2008. Ragam Kain Tradisional Nuasantara. Jakarta: Bee Media Indonesia.

Pemerintah Provensi Kalimantan Selatan (26 febuari 2011) Kain Sasirangan

Belum Menjadi ‘Tuan’ Rumah Sendiri. Tersedia di:

http://www.kalselprov.go.id/berita/kain-sasirangan-belum-jadi-tuan-rumah-di-daerah-sendiri [13 April 2011]

Poespo. 2005. Puspa Ragam Busana Pemilihan Ragam Bahan Tekstil.

Seman, Syamsiar. 2007. Sasirangan Kain Khas Banjar. Banjarmasin: Lembaga Pengkajian dan Pelesatarian Budaya Banjar Kalimantan Selatan.

Werdiono (2011, febuari 11) Pengusaha Kain Sasirangan Banjarmasin Terancaman Bangkrut. Kompas.