Karakteristik Siswa HASIL DAN PEMBAHASAN

3 konsumsi SSBs, semakin tinggi pula asupan total energi. Menurut Nicklas et al 2003, konsumsi SSBs 58 soft drink, 20 minuman buah rasa kemasan, 19 teh dan 3 kopi, snack manis dan daging secara signifikan berhubungan dengan kejadian overwight. Hasil studi pendahuluan di MAN 2 Surakarta bulan Februari 2015 dari 64 siswa menunjukkan sebanyak 18,75 siswa mengalami gizi lebih dan sebanyak 90,62 siswa mengkonsumsi SSBs dalam 1 minggu terakhir. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di MAN 2 Surakarta dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai perbedaan pengetahuan dan konsumsi Sugar-sweetened beverages pada remaja gizi lebih dan normal MAN 2 Surakarta.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, dalam penelitian ini peneliti akan mengambil data variabel terikat status gizi maupun variabel bebas pengetahuan dan konsumsi SSBs dalam satuan waktu yang sama. Populasi target dalam penelitian ini seluruh siswai MAN 2 Surakarta tahun 2015. Sedangkan populasi sampel dari penelitian ini adalah 359 siswa kelas X dan XI IPA 1, IPA 3, IPA 4 dan IPA 5 di MAN 2 Surakarta. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 32 Siswa untuk masing-masing kelompok gizi lebih dan gizi normal. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung oleh peneliti yaitu subjek peneltian diberi kuesioner yang berisi 3 macam format isian meliputi: data responden, kuesioner pengetahuan SSBs, dan kuesioner food diary SSBs. Penelitian ini untuk melihat perbedaan antara pengetahuan dan konsumsi SSBs pada remaja gizi lebih dan gizi normal di MAN 2 Surakarta.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Siswa

Berdasarkan 359 siswa MAN 2 Surakarta sebanyak 64 orang dijadikan sebagai subjek penelitian dimana dari 64 kuesioner yang dibagikan kepada responden, semua kuesioner telah terisi dan dapat diolah lebih lanjut. Berikut ini deskripsi karakteristik responden yaitu : 4 a. Karakteristik Responden Menurut Umur Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Karekteristik Umur pada Remaja MAN 2 Surakarta Tahun 2015 Status Gizi Umur Minimum Maksimum Rata-Rata Gizi Lebih Gizi Normal 15 15 18 17 15.47 15.56 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata mayoritas responden untuk status gizi lebih dan normal berumur 15 tahun. Remaja mengkonsumsi SSBs lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur lainnya b. Karakteristik Responden Menurut Umur Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Karekteristik Jenis Kelamin pada Remaja MAN 2 Surakarta Tahun 2015 Karekteristik Gizi Lebih Gizi Normal Frekuensi n Persentase Frekuensi n Persentase Laki-Laki Perempuan 12 20 37.5 62.5 7 25 21.9 78.1 Total 32 100 32 100 Berdasarkan jenis kelamin responden lebih banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu 62.5 gizi lebih dan 62.5 gizi normal. Jumlah remaja MAN 2 Surakarta yang dijadikan responden dalam penelitian yaitu sebanyak 64 responden dengan persentase terbesar berjenis kelamin perempuan 70.3. c. Karakteristik Responden Menurut Uang Saku Untuk Membeli SSBs Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Karekteristik Uang Saku Untuk Membeli SSBs pada Remaja MAN 2 Surakarta Tahun 2015 Status Gizi Uang Saku Minimum Maksimum Rata-Rata Gizi Lebih Gizi Normal 1000 1000 6000 6000 3765.6 3531.2 Berdasakan Tabel 3 diketahui hasil penelitian menunjukkan jumlah uang saku rata-rata untuk membeli SSBs yang dikeluarkan responden adalah pada 5 kisaran Rp. 3765,6 pada kelompok gizi lebih dan Rp. 3531,2 pada kelompok gizi normal. d. Tingkat Pendidikan Ayah Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ayah pada Remaja MAN 2 Surakarta Tahun 2015. Pendidika n Ayah Gizi Lebih Gizi Normal Frekuensi n Persentase Frekuensi n Persentase SD SLTP SMA PT 7 5 10 10 21.9 15.6 31.3 31.3 4 6 12 10 12.5 18.8 37.5 31.3 Total 32 100 32 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi pendidikan ayah yang paling banyak terdapat pada gizi lebih dengan kategori SMA dan PT yaitu masing- masing 31,3 sedangkan pada gizi normal dengan ayah kategori pendidikan SMA yaitu 37.5 dibandingkan dengan pendidikan ayah terendah dengan kategori SD yaitu 21.9 gizi lebih dan 12.5 gizi normal. e. Tingkat Pendidikan Ibu Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu pada Remaja MAN 2 Surakarta Tahun 2015. Pendidikan Ibu Gizi Lebih Gizi Normal Frekuens i n Persentase Frekuensi n Persentase Tidak Tamat SD SD SLTP SMA PT 6 7 10 9 18.8 21.9 31.3 28.1 1 5 7 11 8 3.1 15.6 21.9 34.4 25.0 Total 32 100 32 100 Berdasarkan Tabel 5 diketahui pada kelompok gizi lebih maupun kelompok gizi normal mayoritas pendidikan ibu dari responden adalah SMA 31,3 dan 34.4. Penelitian Haryanto 2012 mendapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian obesitas pada anak. 6 f. Pekerjaan ayah Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah pada Remaja MAN 2 Surakarta Tahun 2015. Pekerjaan ayah Gizi Lebih Gizi Normal Frekuens i n Persentase Frekuensi n Persentase Buruh Wiraswasta PNS 1 24 7 3.1 75.0 21.9 7 19 6 21.9 59.4 18.8 Total 32 100 32 100 Tabel 6 diketahui bahwa 100 ayah responden memiliki pekerjaan. Pekerjaan ayah paling banyak sebagai wiraswasta yaitu 75.0 pada kelompok gizi lebih dan 59.4 pada kelompok gizi normal. g. Pekerjaan Ibu. Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu pada Remaja MAN 2 Surakarta Tahun 2015. Pekerjaan Ibu Gizi Lebih Gizi Normal Frekuensi n Persentase Frekuensi n Persentase Buruh Wiraswasta PNS IRT 8 7 17 25.0 21.9 53.1 2 10 2 18 6.3 31.3 6.3 56.3 Total 32 100 32 100 Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa pada kelompok gizi lebih maupun kelompok gizi normal mayoritas pekerjaan ibu dari responden adalah IRT 53,1 dan 56,3. Adanya pekerjaan membuat ibu tidak leluasa menyediakan makanan yang sehat dan bergizi seimbang, maka ibu akan menyediakan berbagai makanan instan dan cepat saji untuk dikonsumsi keluarga. Hal ini terlihat dari kecenderungan anak-anak di kota besar yang lebih menyukai fast food dibandingkan makanan tradisional Khomsan, 2002. 7

3.2 Analisis Univariat

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KONSUMSI SUGAR-SWEETENED Perbedaan Pengetahuan dan Konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) pada Remaja Gizi Lebih dan Normal di MAN 2 Surakarta.

0 3 19

PENDAHULUAN Perbedaan Pengetahuan dan Konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) pada Remaja Gizi Lebih dan Normal di MAN 2 Surakarta.

0 3 5

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Pengetahuan dan Konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) pada Remaja Gizi Lebih dan Normal di MAN 2 Surakarta.

0 3 5

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT Perbedaan Pengetahuan Gizi Dan Kebugaran Jasmani Pada Remaja Yang Overweight Dan Non-Overweight Di SMK Batik 2 Surakarta.

0 3 13

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT Perbedaan Pengetahuan Gizi Dan Kebugaran Jasmani Pada Remaja Yang Overweight Dan Non-Overweight Di SMK Batik 2 Surakarta.

0 3 17

PERBEDAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTERI BERSTATUSGIZI NORMAL DAN BERSTATUS GIZI LEBIH BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Berstatusgizi Normal Dan Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik Di SMA Batik 1 Surakarta

0 2 17

PENDAHULUAN Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Berstatusgizi Normal Dan Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 2 5

PERBEDAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTERI BERSTATUS GIZI NORMAL DAN BERSTATUS GIZI LEBIH BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Berstatusgizi Normal Dan Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik Di SMA Batik 1 Surakart

0 3 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI LEMAK DAN SERAT DENGAN STATUS GIZI ANAK REMAJA PUTRI HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI LEMAK DAN SERAT DENGAN STATUS GIZI ANAK REMAJA PUTRI DI SMK BATIK 1 SURAKARTA.

0 1 14

Sugar Sweetened Beverages and Obesity

0 0 36