PERBEDAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTERI BERSTATUS GIZI NORMAL DAN BERSTATUS GIZI LEBIH BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Berstatusgizi Normal Dan Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik Di SMA Batik 1 Surakart
PERBEDAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTERI BERSTATUS GIZI
NORMAL DAN BERSTATUS GIZI LEBIH BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK
DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusunsebagaisalahsatusyaratuntukmenyelesaikanpendidikan program
DIII Gizi FIK UMS
Disusun Oleh :
DINAR AGMIDA
J 300 110 017
PROGRAM STUDI DIII GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
ii
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
ABSTRAK
DINAR AGMIDA. J300 110 017
Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Bersataus Gizi Normal dan
Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik di SMA Batik 1 Surakarta
Pendahuluan : Gizi lebih pada remaja putri perlu mendapatkan perhatian,
dikarenakan status gizi lebihyang terjadi pada usia remaja cenderung berlanjut
hingga dewasa dan lansia. Prevalensi gizi lebih di SMA batik 1 Surakarta cukup
besar yaitu 34 %. Salah satu yang berperan dalam kejadian gizi lebih adalah
aktivitas fisik. Remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari
menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi pada
remaja puteri bersataus gizi normal dan berstatus gizi lebih berdasarkan aktivitas
fisik di SMA Batik 1 Surakarta
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan penelitian observasionaldengan
pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran
antropometri untuk mengetahui status gizi siswi kemudian dilakukanpengisian
recall aktivitas fisik 24jam untuk mngetahui aktivitas fisik siswi. Pengambilan
sampel menggunakan teknikproportional random samplinghingga didapat sampel
sebanyak 54 siswi. Analisis independen t-test digunakan untuk mngenalisis
perbedaan aktivitas fisik pada remaja putri berstatus gizi normal dan berstatus
gizi lebih di SMA Batik 1 Surakarta.
Hasil : Remaja putri pada kelompok subyek aktivitas sedang dan berat risiko
untuk mendapatkan status gizi lebih cenderung rendah, dapat di lihat dari
presentase sebanyak 18.52% dan 33.33%.
Ada perbedaan aktivitas fisik pada remaja putri berstatus gizi normal dan
berstatus gizi lebih di SMA Batik 1 Surakarta.
Kesimpulan : Ada perbedaan status gizi pada remaja puteri bersataus gizi
normal dan berstatus gizi lebih berdasarkan aktivitas fisik di SMA Batik 1
Surakarta
Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Kejadian Gizi Lebih.
iii
PENDAHULUAN
disebakan oelh penimbunan jaringan
Pembangunan
bertujuan
kualitas
untuk
kesehatan
lemak
meningkatkan
sumber
daya
atau
non
lemak
(Purnamawati, 2009). Tahun 2008,
manusia
10% pria dan 14% wanita di dunia
(SDM). Salah satu yang berperan
mengalami gizi lebih (WHO, 2008).
dalam peningkatan kualitas SDM
Di
adalah gizi yang baik, terutama
Riskesdas tahun 2010 prevalensi
untuk
gizi lebih pada kelompok usia diatas
peningkatan
gizi
remaja.
Indonesia
berdasarkan
hasil
Masalah gizi pada remaja muncul
15
dikarenakan perilaku gizi yang salah,
Prevalensi gizi lebih relatif lebih
yaitu
antara
tinggi pada remaja puteri dibanding
konsumsi gizi dengan kecukupan
dengan remaja laki-laki. Menurut
gizi yang dianjurkan. Salah satu
Riskesdas 2010 prevalensi IMT di
masalah gizi pada remaja adalah
kota Surakarta 58% menunjukan
gizi lebih yaitu ditandai dengan berat
status gizi normal dan sebanyak
badan yang relatif berlebihan bila
11,7%
dibandingkan
Berdasarkan
ketidakseimbangan
dengan
usia
atau
tahun
mencapai
mengalami
19,1%.
gizi
tempat
lebih.
tinggal,
tinggi badan remaja sebaya, sebagai
prevalensi gizi lebih pada remaja
akibat terjadinya penimbunan lemak
diperkotaan
yang
pedesaan
lemak
berlebihan
tubuh
dalam
jaringan
(Sulistyoningsih,
lebih
tinggi
(perkotaan
dari
1,8%
,
pedesaan 0,9%)
2011).`
Gizi
Gizi lebih adalah kelebihan
menyebabkan
lebih
gangguan
dapat
dalam
berat badan dibandingkan dengan
fungsi tubuh, merupakan risiko untuk
berat
menderita penyakit seperti diabetes
bedan
ideal
yang
dapat
1
melitus, hipertensi, penyakit jantung
energi
koroner, penyakit kanker dan dapat
Remaja yang kurang melakukan
memperpendek
aktivitas
harapan
hidup
dan
pengeluaran
fisik
energi.
sehari-hari,
(Almatsier, 2002). Permasalahan gizi
menyebabkan
pada remaja jika tidak diupayakan
mengeluarkan energi. Oleh karena
perbaikannya akan mempengaruhi
itu jika asupan energi berlebih tanpa
kualitas
diimbangi
masyarakat
di
masa
tubuhnya
aktivitas
kurang
fisik
yang
mendatang, sehingga perlu dicari
seimbang maka seseorang remaja
informasi mengenai masalah gizi
mudah mengalami gizi lebih (Soegih,
pada remaja, khususnya siswa/siswi
2009). Faktor utama penyebab gizi
SMA tentang faktor risiko penyebab
lebih adalah aktivitas fisik yang
gizi lebih agar faktor risiko tersebut
kurang, perubahan gaya hidup, serta
dapat diidentifikasi sedini mungkin
pola makan yang salah diantaranya
dan
pola makan tinggi lemak dan rendah
ditanggulangi
dengan
baik
(Almatsier, 2002).
serat. Berdasarkan penelitian Hanley
et
Gizi lebih dapat disebabkan
lebih berpeluang mengalami
pengetahuan tentang gizi, faktor
gizi
lebih dibandingkan dengan remaja
lingkungan, jenis kelamin, tingkat
yang hanya menonton televisi < 5
tingkat
jam per hari.
pendidikan orang tua. Gizi lebih
merupakan
masyarakat
> 5 jam per hari, secara signifikan
konsumsi energi yang berlebihan,
dan
pada
10-19 tahun yang menonton televisi
genetik, psikologis, aktivitas fisik,
ekonomi
(2002)
Kanada menemukan bahwa remaja
beberapa faktor risiko yaitu faktor
sosial
al
refleksi
Berdasarkan latar belakang di atas,
ketidakseimbangan antara konsumsi
maka peneliti penting untuk meneliti
2
“Perbedaan Aktivitas
Fisik
Pada
(15%) dibandingankan siswi yang
Remaja Putri Berstatus Gizi Normal
menggunakan kendaraan bermotor.
Dan Berstatus Gizi Lebih Di SMA
Gizi lebih dalam istilah awam
Batik 1 Surakarta“ dari hasil survey
lebih dikenal sebagai kegemukan
pendahuluan yang dilakukan pada
bulan
Novembar
2013
merupakan
didapat
ketidakseimbangan
32% dan yang berstatus gizi normal
gangguan
sebelumnya yang dilakukan oleh
2013,
dan
digunakan.
berstatus gizi lebih sebesar 34%.
kegiatan
ekstrakurikuler
Surakarta
belajar
di
yang
SMA
dan
badan
cukup
kelebihan
1
terdapatnya
padat,
untuk pergi
lebih
adalah
dari
obesitas
berat
rata-rata,
merupakan
badan
akibat
penimbunan
lemak
diperlukan tubuh (Pudjiadi,1987).
ke sekolah
Terdapat
pengertian
3
merupakan
yang berlebihan dari pada yang
sedikitnya siswi yang menggunakan
sepeda
Gizi
melebihi
sedangkan
dan
Batik
yang
keadaan dengan kelebihan berat
ekstrakurikuler di SMA Batik 1 Selain
itu
obesitas,
gizi lebih
dibandingkan dengan energi yang
dan yang
kegiatan belajar
Kelebihan
akibat dari kelebihan asupan energi
Batik 1 Surakarta berstatus gizi
Selain itu
kesehatan.
berat badan terdiri dari
didapatkan prevalensi siswi SMA
normal sebesar 42%
antara
energi yang dapat menyebabkan
kurang sebesar 4%. Dari penelitian
Juni
energi
konsumsi makanan dan pengeluaran
sebesar 64% sedangkan untuk gizi
bulan
tidak
berlebihan sehingga menghasilkan
siswi SMA Batik 1 Surakarta sebesar
pada
gizi
seimbang akibat asupan gizi yang
prevalensi kejadian gizi lebih pada
Yuni
status
dari
beberapa
beberapa
ahli
mengenai aktivitas fisik diantaranya
Menurut Notoatmodjo (2005),
menurut (Almatsier, 2003) aktivitas
populasi
fisik
objek penelitian atau objek yang
ialah
gerakan
fisik
yang
merupakan
keseluruhan
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
diteliti. Populasi
penunjangnya. Aktivitas fisik adalah
dalam penelitian ini adalah seluruh
setiap
siswi kelas II yang berjumlah 189
gerakan
tubuh
yang
dihasilkan oleh otot rangka yang
siswi SMA Batik 1 Surakarta.
memerlukan pengeluaran energi.
Menurun
dan
tingkat
aktivitas
sebagai
salah
menyebabkan
satu
gizi
Besar sampel minimal yang
rendahnya
fisik
yang digunakan
diperlukan untuk pengujian dua sisi
dipercaya
diperoleh
dengan
rumus
hal
yang
(Lemeshow,
lebih.
Tren
subjek dengan jumalh 27 subjek
1997)
sebesar
54
kesehatan terkini juga menunjukkan
berstatus
prevalensi
meningkat
berstatus gizi lebih.Teknik sampling
bersamaan dengan meningkatnya
yang digunakan dalam penelitian ini
perilaku
Propotional
gizi
lebih
sedentary
dan
gizi
Random
berkurangnya aktivitas fisik (WHO,
Pengambilan
2000).
proporsi
atau
Penelitian ini menggunakan
pendekatan
27
Sampling.
subyek
secara
dilakukan
observasional
cross
setiap
seimbang
dengan
dengan
wilayahditentukan
dengan
banyaknya
subyek dalam masing-masing strata
sectional.
atau kelompok
Pengambilan datanya di lakukan
Besar
dalam waktu yang bersamaan.
sampel
4
dan
mengambil subyek dari setiap strata
METODE
penelitian
normal
atau
(Arikunto,
jumlah
untuk
2006).
pembagian
masing-masing
kelompok
dengan
mengunakan
Hasil analisis statistik
rumus menurut Sugiyono (2007).
Analisa
univariat
dengan mnggunakan uji
Independent T-test
yang
dilakukan pada data berupa variabel
pada uji perbedaan aktivitas
tunggal dalam bentuk frekuensi dan
fisik terhadap staus gizi sisiwi yang
presentasenya
data
normal dan gizi lebih adalah nilai (p
aktivitas fisik dan status gizi. Analisis
= .034). Berdasarkan data tersebut
data
dapat
antara
yang
lain:
digunakan
untuk
pengujian hipotesis dengan.
Melakukan
terlebih
uji
menggunakan
Smirnov.
uji
Setelah
normalitas,
data
terdistribisi
normal dan berstatus
melakukan
gizi
lebih
berdasarkan aktivitas fisik di SMA
Kolmogorov
normal
ada
pada remaja puteri berstatus gizi
dengan
pada
bahwa
perbedaan perbedaan status gizi
normalitas
dahulu
diketahui
Batik 1 Surakarta. Hal tersebut
uji
sesuai
penelitian
WHO
sehingga
dnegan
(2000),
pernyataan
Gizi
lebih
dari
terjadi
karena tidak adanya keseimbangan
menggunakan Independent T-test.
energi, di mana energi intake jauh
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
perhitungan
lebih besar
dibandingkan energi
expenditure
atau
energi
yang
diketahui bahwa ada kecenderungan
terpakai dalam aktivitas fisik. Energy
bahwa
intake ialah energi yang dikonsumsi
aktivitas
subjek
yang
mempunyai
sebagai
fisik sedang dan berat
makanan dan minuman
memiliki status gizi normal, dapat
yang dapat dimatabolisme dalam
dilihat
tubuh.
dari
presentasi
sebanyak
71.43% dan 81.82%.
5
Aktivitas fisik yang paling
digunakan untuk melakukan aktivitas
menonjol dan pasti dilakukan di
fisik.
setiap hari adalah menonton TV 3-
Berkurangnya aktivitas fisik
7jam. Hal tersebut sering dilakukan
pada
setelah jam 19.00 hingga mereka
akan tidur. Penelitian Reilly
et al,
(energy
seminggu
memiliki
ringan
(Reilly
menonton televisi merupakan salah
tersebut
satu bentuk bermain pasif yang
aktivitas
tidak
gizi
lebih
kejadian
berisiko
al,
2005).
Penelitian
menyebutkan
bahwa,
yang
harus
disoroti.
gizi
lebih.
Selain
itu,
pendapat yang sama pada penelitian
karena
yang dilakukan tahun 1960-2000
aktivitas fisik ini telah mengambil
menyebutkan, kejadian kegemukan
waktu anak yang seharusnya bisa
meningkat dua kali lipat terjadi pada
6
et
jumlah waktu tidur anak dengan
berlebihan.
menyebabkan
anak.
Terdapat hubungan yang erat antara
selamanya berdampak positif bila
televisi
pada
aktivitas tidur menjadi salah satu
membuat anak merasa bahagia dan
Menonton
akan
inilah yang menyebabkan obesitas
et al, 2005). Dijelaskan lebih lanjut,
secara
yang
Ketidakseimbangan neraca energi
dari depalan jam perminggu (Reilly
dilakukan
(snacking)
tinggi
anak yang menonton televisi kurang
ini
Menonton
memberikan asupan energi yang
kali lebih besar dibandingkan 12
Kesenangan
expenditure).
dengan kebiasaan makan makanan
kemungkinan menjadi gizi lebih 1,55
senang.
berakibat
televisi juga sangat berkaitan erat
yang menonton televisi lebih dari
jam
akan
menurunkan energi yang digunakan
(2005), secara keseluruhan anak
delapan
akhirnya
mereka
yang
memiliki
kelebihan
Menurun
tidur 1 hingga 2 jam (Boyles 2005).
Purwanti
(2002)
yang
berat
badan
aktivitas
sebagai
salah
prevalensi
atau
anaknya akan menjadi gemuk, bila
40%
jika
dan
mengalami
kegemukan
lebih.
Tren
meningkat
sedentary
dan
pengeluaran
energi sehari-hari tanpa penurunan
menjadi
keduanya
yang
lebih
Penurunan
mengalami
kejadiannya
hal
2000).
menderita kegemukan sekitar 80%
kegemukan
gizi
dipercaya
berkurangnya aktivitas fisik (WHO
orang tua, jika kedua orang tuanya
yang
satu
gizi
perilaku
faktor keturunan yang berasal dari
satu
fisik
bersamaan dengan meningkatnya
overweight, yaitu faktor gentik atau
salah
rendahnya
kesehatan terkini juga menunjukkan
faktor utama yang menyebabkan
kelebihan
tingkat
menyebabkan
menunjukkan bahwa ada beberapa
dan
bersamaan dalam konsumsi energi
tidak
total
maka
merupakan
faktor
yang
mendasari dalam peningkatan gizi
prevalensinya turun menjadi 14%.
lebih.
Faktor psikologis, emosi seseorang
Department of Education’s Early
dapat
perilaku
Childhood
Longitudinal
Survey
seperti stres, cemas dan takut dapat
(ECLS-K)
menemukan
bahwa
menimbulkan sikap yang berbeda-
peningkatan
beda pada setiap orang
kegiatan aktivitas fisik per minggu
mempengaruhi
mengatasinya
misalnya
dalam
dengan
Pemeriksaan
menghasilkan
satu
terakhir
jam
penurunan
dari
dalam
0,31
makan makanan kesukaan secara
(sekitar 1,8%) dalam indeks massa
berlebih.
tubuh pada anak perempuan gizi
lebih, sedangkan ada penurunan
7
yang lebih kecil untuk anak laki-laki.
Studi
ini
menyimpulkan
memperbanyak
kegiatan
Saran
bahwa
1. Perlu adanya bimbingan dari
aktivitas
pihak
fisik (olah raga) di sekolah sampai
orang
terhadap
setidaknya lima jam per minggu
tua
remaja
dan
guru
putri
yang
memiliki ketidakpuasan terhadap
dapat mengurangi 9,8-5,6% anak
bentuk tubuhnya, yaitu mengenai
perempuan yang gizi lebih (Health &
persepsi, sikap dan behavioral
Human Services 2011).
tetapi
KESIMPULAN DAN SARAN
khususnya dalam hal
perilaku makan sehingga
tidak
menimbulkan masalah gizi.
Kesimpulan
2. Perlu
1. Remaja putri yang mempunyai
adanya
mengenai
aktivitas fisik sedang dan berat
status
penyuluhan
gizi
pada
remaja putri agar pengetahuan
memiliki status gizi normal, dapat
remaja putri mengenai status gizi
dilihat dari presentasi sebanyak
meningkat.
71.43% dan 81.82%.
2. Ada
perbedaan
DAFTAR PUSTAKA
perbedaan
_______.
2012.
Laporan
Rekapitulasi Hasil Penjaringan
Kesehatan
Peserta
Didik
Institusi Pendidikan Tingkat
SMA/MA.
Rekapitulasi
Laporan Program Kesehatan
Remaja Tahun 2011
status gizi pada remaja puteri
berstatus
gizi
normal
dan
berstatus gizi lebih berdasarkan
aktivitas fisik di SMA Bati 1
Alimul, A. 2003. Riset Keperawatan
& Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
Surakarta.
Almatsier, Sunita. 2002. Pinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
8
Canadian
Community:
Prevalence and Associated
Factors. American Journal of
Clinical Nutrition, 71 (3) : 693700.
http://ajcn.nutrition.org/content/
71/3/693.full.pdf+html
[16
November 2013]
Arisman, MB. 2004. Buku Ajar Ilmu
Gizi,
Gizi
Dalam
Daur
Kehidupan Edisi 2. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Bredbenner et al. 2009. Wardlaw’s
Perspective in Nutrition. USA:
McGrwHill
Hardinsyah & D. Martianto. 1989.
Menaksir Kecukupan Energi
dan Protein serta Penilaian
Mutu Gizi Konsumsi Pangan.
Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumber
Daya
Keluarga,
Institut
Pertanian
Bogor,
Wirasari, Jakarta
Boyles S. 2005. Less sleep could
mean
more
weight.
http://www.webmd.com/diet/ne
ws/20050110/less-sleep-couldmean-more
-weight
[16
November 2013]
Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan
Nasional 2004. Jakarta
Health & Human Services. 2001.
Childhood
obesity.
http://aspe.hhs.gov/health/
reports/child_obesity/
[16
November 2013]
Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
2010
Pedoman
Pewawancara
Petugas Pengumpul Data.
Badan Litbangkes. Jakarta
Hidayati SN, Irawan R, Hidayat B.
2009. Obesitas Pada Anak.
Surabaya: Divisi Nutrisi dan
Penyakit
Metabolik,
Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Unair
Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. 2007. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat edisi
revisi. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Elita, Dewistanti. 2003. Identifikasi
Faktor-faktor
Masyarakat
Dalam Pengelolaan Prasarana
Air bersih sistem Komunal
(Studi Kasus :Permukimanpermukiman
Wilayah
Bandung).
Tugas
Akhir.
Departemen Teknik Planologi
ITB
Hidayati, S., Irwan, R. dan Hidayat,
B. 2010. Obesitas pada Anak.
(Online),
(http://www.pediatrik.com/bulet
in/0622411 3652-048qwc.pdf
[16 November 2013]
Hudha, L. 2006. Hubungan antara
Pola Makan dan Aktivita Fisik
dengan Obesitas. Skripsi tidak
diterbitkan.
Semarang
Universitas Negeri Semarang
Gunarsa, Singgih D. & Nya. Y.
Singgih D. Gunarsa. 2001.
Psikologi Praktis
:
Anak
Remaja dan Keluarga. Jakarta
: BPK Gunung Mulia
Hurlock.
E.
(1999). Psikologi
Perkembangan.
Jakarta:
Erlangga
Indonesia. Jakarta
Hanley A.J., et al,. 2000. Overweight
Among
Children
and
Adolescents in a Native
9
Karim, Faizati. 2002. Panduan
Kesehatan Olahraga Bagi Petugas
Kesehatan.
Jakarta:
Tim
Departemen
Kesehatan
[RISKESDAS]
Riset
Kesehatan
Dasar. 2010. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan RI
Khomsan, A. 2004. Pengantar
Pangan Dan Gizi. Depok:
Penebar swadaya
Roesli. 2000. Mengenal ASI Exklusif.
Jakarta
:
Pustaka
Pengembangan
Swadaya
Nusantara
Lemeshow, Hosmer dan Klar. 1997.
Besar
Sampel
dalam
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta:
Gajah
Mada
University Press
Santrock JW. 2001. Life Span
Development .Boston: Mac
Graw Hill Companies
Sarwono SW. 2001.
Remaja. Jakarta:
Press
Notoatmodjo, S. 2005. Metode
Penelitian Kesehatan. Edisi
Revisi. Jakarta : PT.Rineka
Cipta
Nurmalina, Rina. 2010. Pencegahan
&
Manajemen
Obesitas.
Bandung
:Elex
Media
Komputindo
Soegih, Rachmad., Kunkun. 2009.
Obesitas Permasalahan dan
Terapi
Praktis.
Jakarta:
Sagung Seto
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Nursalam. 2008. Konsep Dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Suhardjo. 1986. Berbagai Cara
Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi
Aksara
Omran AR, Al-Hafez G. 2001. Health
Education
for
Adolescent
Boys. Istanbul: WHO Library
Cataloguing in Publication
Data.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi
Untuk Kesehatan Ibu Dan
Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Supariasa, Bakri, B., dan Fajar, I.
2001. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC
Pudjiadi, S. 1987. Ilmu Gizi Klinis
Pada Anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran
Universita
Indonesia
Reilly
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
et al. 2005. The Avon
Longitudinal Study of Parents
and Children Study Team.
2005. Early life risk factor for
obesity in childhood: cohort
study. British Medical Journal
(330):1357
WHO. 2000. Obesity: Prevalensi
And Managing The Global
Epidemic. WHO. Geneva
Widhayanti, Retno E. 2009. Efek
Pendidikan Gizi Terhadap
Perubahan Konsumsi Energi
dan Indeks Massa Tubuh pada
10
Psikologi
Rajawali
remaja
kelebihan
berat
badan.UNDIP. Semarang
11
NORMAL DAN BERSTATUS GIZI LEBIH BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK
DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusunsebagaisalahsatusyaratuntukmenyelesaikanpendidikan program
DIII Gizi FIK UMS
Disusun Oleh :
DINAR AGMIDA
J 300 110 017
PROGRAM STUDI DIII GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
ii
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
ABSTRAK
DINAR AGMIDA. J300 110 017
Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Bersataus Gizi Normal dan
Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik di SMA Batik 1 Surakarta
Pendahuluan : Gizi lebih pada remaja putri perlu mendapatkan perhatian,
dikarenakan status gizi lebihyang terjadi pada usia remaja cenderung berlanjut
hingga dewasa dan lansia. Prevalensi gizi lebih di SMA batik 1 Surakarta cukup
besar yaitu 34 %. Salah satu yang berperan dalam kejadian gizi lebih adalah
aktivitas fisik. Remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari
menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi pada
remaja puteri bersataus gizi normal dan berstatus gizi lebih berdasarkan aktivitas
fisik di SMA Batik 1 Surakarta
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan penelitian observasionaldengan
pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran
antropometri untuk mengetahui status gizi siswi kemudian dilakukanpengisian
recall aktivitas fisik 24jam untuk mngetahui aktivitas fisik siswi. Pengambilan
sampel menggunakan teknikproportional random samplinghingga didapat sampel
sebanyak 54 siswi. Analisis independen t-test digunakan untuk mngenalisis
perbedaan aktivitas fisik pada remaja putri berstatus gizi normal dan berstatus
gizi lebih di SMA Batik 1 Surakarta.
Hasil : Remaja putri pada kelompok subyek aktivitas sedang dan berat risiko
untuk mendapatkan status gizi lebih cenderung rendah, dapat di lihat dari
presentase sebanyak 18.52% dan 33.33%.
Ada perbedaan aktivitas fisik pada remaja putri berstatus gizi normal dan
berstatus gizi lebih di SMA Batik 1 Surakarta.
Kesimpulan : Ada perbedaan status gizi pada remaja puteri bersataus gizi
normal dan berstatus gizi lebih berdasarkan aktivitas fisik di SMA Batik 1
Surakarta
Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Kejadian Gizi Lebih.
iii
PENDAHULUAN
disebakan oelh penimbunan jaringan
Pembangunan
bertujuan
kualitas
untuk
kesehatan
lemak
meningkatkan
sumber
daya
atau
non
lemak
(Purnamawati, 2009). Tahun 2008,
manusia
10% pria dan 14% wanita di dunia
(SDM). Salah satu yang berperan
mengalami gizi lebih (WHO, 2008).
dalam peningkatan kualitas SDM
Di
adalah gizi yang baik, terutama
Riskesdas tahun 2010 prevalensi
untuk
gizi lebih pada kelompok usia diatas
peningkatan
gizi
remaja.
Indonesia
berdasarkan
hasil
Masalah gizi pada remaja muncul
15
dikarenakan perilaku gizi yang salah,
Prevalensi gizi lebih relatif lebih
yaitu
antara
tinggi pada remaja puteri dibanding
konsumsi gizi dengan kecukupan
dengan remaja laki-laki. Menurut
gizi yang dianjurkan. Salah satu
Riskesdas 2010 prevalensi IMT di
masalah gizi pada remaja adalah
kota Surakarta 58% menunjukan
gizi lebih yaitu ditandai dengan berat
status gizi normal dan sebanyak
badan yang relatif berlebihan bila
11,7%
dibandingkan
Berdasarkan
ketidakseimbangan
dengan
usia
atau
tahun
mencapai
mengalami
19,1%.
gizi
tempat
lebih.
tinggal,
tinggi badan remaja sebaya, sebagai
prevalensi gizi lebih pada remaja
akibat terjadinya penimbunan lemak
diperkotaan
yang
pedesaan
lemak
berlebihan
tubuh
dalam
jaringan
(Sulistyoningsih,
lebih
tinggi
(perkotaan
dari
1,8%
,
pedesaan 0,9%)
2011).`
Gizi
Gizi lebih adalah kelebihan
menyebabkan
lebih
gangguan
dapat
dalam
berat badan dibandingkan dengan
fungsi tubuh, merupakan risiko untuk
berat
menderita penyakit seperti diabetes
bedan
ideal
yang
dapat
1
melitus, hipertensi, penyakit jantung
energi
koroner, penyakit kanker dan dapat
Remaja yang kurang melakukan
memperpendek
aktivitas
harapan
hidup
dan
pengeluaran
fisik
energi.
sehari-hari,
(Almatsier, 2002). Permasalahan gizi
menyebabkan
pada remaja jika tidak diupayakan
mengeluarkan energi. Oleh karena
perbaikannya akan mempengaruhi
itu jika asupan energi berlebih tanpa
kualitas
diimbangi
masyarakat
di
masa
tubuhnya
aktivitas
kurang
fisik
yang
mendatang, sehingga perlu dicari
seimbang maka seseorang remaja
informasi mengenai masalah gizi
mudah mengalami gizi lebih (Soegih,
pada remaja, khususnya siswa/siswi
2009). Faktor utama penyebab gizi
SMA tentang faktor risiko penyebab
lebih adalah aktivitas fisik yang
gizi lebih agar faktor risiko tersebut
kurang, perubahan gaya hidup, serta
dapat diidentifikasi sedini mungkin
pola makan yang salah diantaranya
dan
pola makan tinggi lemak dan rendah
ditanggulangi
dengan
baik
(Almatsier, 2002).
serat. Berdasarkan penelitian Hanley
et
Gizi lebih dapat disebabkan
lebih berpeluang mengalami
pengetahuan tentang gizi, faktor
gizi
lebih dibandingkan dengan remaja
lingkungan, jenis kelamin, tingkat
yang hanya menonton televisi < 5
tingkat
jam per hari.
pendidikan orang tua. Gizi lebih
merupakan
masyarakat
> 5 jam per hari, secara signifikan
konsumsi energi yang berlebihan,
dan
pada
10-19 tahun yang menonton televisi
genetik, psikologis, aktivitas fisik,
ekonomi
(2002)
Kanada menemukan bahwa remaja
beberapa faktor risiko yaitu faktor
sosial
al
refleksi
Berdasarkan latar belakang di atas,
ketidakseimbangan antara konsumsi
maka peneliti penting untuk meneliti
2
“Perbedaan Aktivitas
Fisik
Pada
(15%) dibandingankan siswi yang
Remaja Putri Berstatus Gizi Normal
menggunakan kendaraan bermotor.
Dan Berstatus Gizi Lebih Di SMA
Gizi lebih dalam istilah awam
Batik 1 Surakarta“ dari hasil survey
lebih dikenal sebagai kegemukan
pendahuluan yang dilakukan pada
bulan
Novembar
2013
merupakan
didapat
ketidakseimbangan
32% dan yang berstatus gizi normal
gangguan
sebelumnya yang dilakukan oleh
2013,
dan
digunakan.
berstatus gizi lebih sebesar 34%.
kegiatan
ekstrakurikuler
Surakarta
belajar
di
yang
SMA
dan
badan
cukup
kelebihan
1
terdapatnya
padat,
untuk pergi
lebih
adalah
dari
obesitas
berat
rata-rata,
merupakan
badan
akibat
penimbunan
lemak
diperlukan tubuh (Pudjiadi,1987).
ke sekolah
Terdapat
pengertian
3
merupakan
yang berlebihan dari pada yang
sedikitnya siswi yang menggunakan
sepeda
Gizi
melebihi
sedangkan
dan
Batik
yang
keadaan dengan kelebihan berat
ekstrakurikuler di SMA Batik 1 Selain
itu
obesitas,
gizi lebih
dibandingkan dengan energi yang
dan yang
kegiatan belajar
Kelebihan
akibat dari kelebihan asupan energi
Batik 1 Surakarta berstatus gizi
Selain itu
kesehatan.
berat badan terdiri dari
didapatkan prevalensi siswi SMA
normal sebesar 42%
antara
energi yang dapat menyebabkan
kurang sebesar 4%. Dari penelitian
Juni
energi
konsumsi makanan dan pengeluaran
sebesar 64% sedangkan untuk gizi
bulan
tidak
berlebihan sehingga menghasilkan
siswi SMA Batik 1 Surakarta sebesar
pada
gizi
seimbang akibat asupan gizi yang
prevalensi kejadian gizi lebih pada
Yuni
status
dari
beberapa
beberapa
ahli
mengenai aktivitas fisik diantaranya
Menurut Notoatmodjo (2005),
menurut (Almatsier, 2003) aktivitas
populasi
fisik
objek penelitian atau objek yang
ialah
gerakan
fisik
yang
merupakan
keseluruhan
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
diteliti. Populasi
penunjangnya. Aktivitas fisik adalah
dalam penelitian ini adalah seluruh
setiap
siswi kelas II yang berjumlah 189
gerakan
tubuh
yang
dihasilkan oleh otot rangka yang
siswi SMA Batik 1 Surakarta.
memerlukan pengeluaran energi.
Menurun
dan
tingkat
aktivitas
sebagai
salah
menyebabkan
satu
gizi
Besar sampel minimal yang
rendahnya
fisik
yang digunakan
diperlukan untuk pengujian dua sisi
dipercaya
diperoleh
dengan
rumus
hal
yang
(Lemeshow,
lebih.
Tren
subjek dengan jumalh 27 subjek
1997)
sebesar
54
kesehatan terkini juga menunjukkan
berstatus
prevalensi
meningkat
berstatus gizi lebih.Teknik sampling
bersamaan dengan meningkatnya
yang digunakan dalam penelitian ini
perilaku
Propotional
gizi
lebih
sedentary
dan
gizi
Random
berkurangnya aktivitas fisik (WHO,
Pengambilan
2000).
proporsi
atau
Penelitian ini menggunakan
pendekatan
27
Sampling.
subyek
secara
dilakukan
observasional
cross
setiap
seimbang
dengan
dengan
wilayahditentukan
dengan
banyaknya
subyek dalam masing-masing strata
sectional.
atau kelompok
Pengambilan datanya di lakukan
Besar
dalam waktu yang bersamaan.
sampel
4
dan
mengambil subyek dari setiap strata
METODE
penelitian
normal
atau
(Arikunto,
jumlah
untuk
2006).
pembagian
masing-masing
kelompok
dengan
mengunakan
Hasil analisis statistik
rumus menurut Sugiyono (2007).
Analisa
univariat
dengan mnggunakan uji
Independent T-test
yang
dilakukan pada data berupa variabel
pada uji perbedaan aktivitas
tunggal dalam bentuk frekuensi dan
fisik terhadap staus gizi sisiwi yang
presentasenya
data
normal dan gizi lebih adalah nilai (p
aktivitas fisik dan status gizi. Analisis
= .034). Berdasarkan data tersebut
data
dapat
antara
yang
lain:
digunakan
untuk
pengujian hipotesis dengan.
Melakukan
terlebih
uji
menggunakan
Smirnov.
uji
Setelah
normalitas,
data
terdistribisi
normal dan berstatus
melakukan
gizi
lebih
berdasarkan aktivitas fisik di SMA
Kolmogorov
normal
ada
pada remaja puteri berstatus gizi
dengan
pada
bahwa
perbedaan perbedaan status gizi
normalitas
dahulu
diketahui
Batik 1 Surakarta. Hal tersebut
uji
sesuai
penelitian
WHO
sehingga
dnegan
(2000),
pernyataan
Gizi
lebih
dari
terjadi
karena tidak adanya keseimbangan
menggunakan Independent T-test.
energi, di mana energi intake jauh
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
perhitungan
lebih besar
dibandingkan energi
expenditure
atau
energi
yang
diketahui bahwa ada kecenderungan
terpakai dalam aktivitas fisik. Energy
bahwa
intake ialah energi yang dikonsumsi
aktivitas
subjek
yang
mempunyai
sebagai
fisik sedang dan berat
makanan dan minuman
memiliki status gizi normal, dapat
yang dapat dimatabolisme dalam
dilihat
tubuh.
dari
presentasi
sebanyak
71.43% dan 81.82%.
5
Aktivitas fisik yang paling
digunakan untuk melakukan aktivitas
menonjol dan pasti dilakukan di
fisik.
setiap hari adalah menonton TV 3-
Berkurangnya aktivitas fisik
7jam. Hal tersebut sering dilakukan
pada
setelah jam 19.00 hingga mereka
akan tidur. Penelitian Reilly
et al,
(energy
seminggu
memiliki
ringan
(Reilly
menonton televisi merupakan salah
tersebut
satu bentuk bermain pasif yang
aktivitas
tidak
gizi
lebih
kejadian
berisiko
al,
2005).
Penelitian
menyebutkan
bahwa,
yang
harus
disoroti.
gizi
lebih.
Selain
itu,
pendapat yang sama pada penelitian
karena
yang dilakukan tahun 1960-2000
aktivitas fisik ini telah mengambil
menyebutkan, kejadian kegemukan
waktu anak yang seharusnya bisa
meningkat dua kali lipat terjadi pada
6
et
jumlah waktu tidur anak dengan
berlebihan.
menyebabkan
anak.
Terdapat hubungan yang erat antara
selamanya berdampak positif bila
televisi
pada
aktivitas tidur menjadi salah satu
membuat anak merasa bahagia dan
Menonton
akan
inilah yang menyebabkan obesitas
et al, 2005). Dijelaskan lebih lanjut,
secara
yang
Ketidakseimbangan neraca energi
dari depalan jam perminggu (Reilly
dilakukan
(snacking)
tinggi
anak yang menonton televisi kurang
ini
Menonton
memberikan asupan energi yang
kali lebih besar dibandingkan 12
Kesenangan
expenditure).
dengan kebiasaan makan makanan
kemungkinan menjadi gizi lebih 1,55
senang.
berakibat
televisi juga sangat berkaitan erat
yang menonton televisi lebih dari
jam
akan
menurunkan energi yang digunakan
(2005), secara keseluruhan anak
delapan
akhirnya
mereka
yang
memiliki
kelebihan
Menurun
tidur 1 hingga 2 jam (Boyles 2005).
Purwanti
(2002)
yang
berat
badan
aktivitas
sebagai
salah
prevalensi
atau
anaknya akan menjadi gemuk, bila
40%
jika
dan
mengalami
kegemukan
lebih.
Tren
meningkat
sedentary
dan
pengeluaran
energi sehari-hari tanpa penurunan
menjadi
keduanya
yang
lebih
Penurunan
mengalami
kejadiannya
hal
2000).
menderita kegemukan sekitar 80%
kegemukan
gizi
dipercaya
berkurangnya aktivitas fisik (WHO
orang tua, jika kedua orang tuanya
yang
satu
gizi
perilaku
faktor keturunan yang berasal dari
satu
fisik
bersamaan dengan meningkatnya
overweight, yaitu faktor gentik atau
salah
rendahnya
kesehatan terkini juga menunjukkan
faktor utama yang menyebabkan
kelebihan
tingkat
menyebabkan
menunjukkan bahwa ada beberapa
dan
bersamaan dalam konsumsi energi
tidak
total
maka
merupakan
faktor
yang
mendasari dalam peningkatan gizi
prevalensinya turun menjadi 14%.
lebih.
Faktor psikologis, emosi seseorang
Department of Education’s Early
dapat
perilaku
Childhood
Longitudinal
Survey
seperti stres, cemas dan takut dapat
(ECLS-K)
menemukan
bahwa
menimbulkan sikap yang berbeda-
peningkatan
beda pada setiap orang
kegiatan aktivitas fisik per minggu
mempengaruhi
mengatasinya
misalnya
dalam
dengan
Pemeriksaan
menghasilkan
satu
terakhir
jam
penurunan
dari
dalam
0,31
makan makanan kesukaan secara
(sekitar 1,8%) dalam indeks massa
berlebih.
tubuh pada anak perempuan gizi
lebih, sedangkan ada penurunan
7
yang lebih kecil untuk anak laki-laki.
Studi
ini
menyimpulkan
memperbanyak
kegiatan
Saran
bahwa
1. Perlu adanya bimbingan dari
aktivitas
pihak
fisik (olah raga) di sekolah sampai
orang
terhadap
setidaknya lima jam per minggu
tua
remaja
dan
guru
putri
yang
memiliki ketidakpuasan terhadap
dapat mengurangi 9,8-5,6% anak
bentuk tubuhnya, yaitu mengenai
perempuan yang gizi lebih (Health &
persepsi, sikap dan behavioral
Human Services 2011).
tetapi
KESIMPULAN DAN SARAN
khususnya dalam hal
perilaku makan sehingga
tidak
menimbulkan masalah gizi.
Kesimpulan
2. Perlu
1. Remaja putri yang mempunyai
adanya
mengenai
aktivitas fisik sedang dan berat
status
penyuluhan
gizi
pada
remaja putri agar pengetahuan
memiliki status gizi normal, dapat
remaja putri mengenai status gizi
dilihat dari presentasi sebanyak
meningkat.
71.43% dan 81.82%.
2. Ada
perbedaan
DAFTAR PUSTAKA
perbedaan
_______.
2012.
Laporan
Rekapitulasi Hasil Penjaringan
Kesehatan
Peserta
Didik
Institusi Pendidikan Tingkat
SMA/MA.
Rekapitulasi
Laporan Program Kesehatan
Remaja Tahun 2011
status gizi pada remaja puteri
berstatus
gizi
normal
dan
berstatus gizi lebih berdasarkan
aktivitas fisik di SMA Bati 1
Alimul, A. 2003. Riset Keperawatan
& Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
Surakarta.
Almatsier, Sunita. 2002. Pinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
8
Canadian
Community:
Prevalence and Associated
Factors. American Journal of
Clinical Nutrition, 71 (3) : 693700.
http://ajcn.nutrition.org/content/
71/3/693.full.pdf+html
[16
November 2013]
Arisman, MB. 2004. Buku Ajar Ilmu
Gizi,
Gizi
Dalam
Daur
Kehidupan Edisi 2. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Bredbenner et al. 2009. Wardlaw’s
Perspective in Nutrition. USA:
McGrwHill
Hardinsyah & D. Martianto. 1989.
Menaksir Kecukupan Energi
dan Protein serta Penilaian
Mutu Gizi Konsumsi Pangan.
Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumber
Daya
Keluarga,
Institut
Pertanian
Bogor,
Wirasari, Jakarta
Boyles S. 2005. Less sleep could
mean
more
weight.
http://www.webmd.com/diet/ne
ws/20050110/less-sleep-couldmean-more
-weight
[16
November 2013]
Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan
Nasional 2004. Jakarta
Health & Human Services. 2001.
Childhood
obesity.
http://aspe.hhs.gov/health/
reports/child_obesity/
[16
November 2013]
Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
2010
Pedoman
Pewawancara
Petugas Pengumpul Data.
Badan Litbangkes. Jakarta
Hidayati SN, Irawan R, Hidayat B.
2009. Obesitas Pada Anak.
Surabaya: Divisi Nutrisi dan
Penyakit
Metabolik,
Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Unair
Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. 2007. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat edisi
revisi. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Elita, Dewistanti. 2003. Identifikasi
Faktor-faktor
Masyarakat
Dalam Pengelolaan Prasarana
Air bersih sistem Komunal
(Studi Kasus :Permukimanpermukiman
Wilayah
Bandung).
Tugas
Akhir.
Departemen Teknik Planologi
ITB
Hidayati, S., Irwan, R. dan Hidayat,
B. 2010. Obesitas pada Anak.
(Online),
(http://www.pediatrik.com/bulet
in/0622411 3652-048qwc.pdf
[16 November 2013]
Hudha, L. 2006. Hubungan antara
Pola Makan dan Aktivita Fisik
dengan Obesitas. Skripsi tidak
diterbitkan.
Semarang
Universitas Negeri Semarang
Gunarsa, Singgih D. & Nya. Y.
Singgih D. Gunarsa. 2001.
Psikologi Praktis
:
Anak
Remaja dan Keluarga. Jakarta
: BPK Gunung Mulia
Hurlock.
E.
(1999). Psikologi
Perkembangan.
Jakarta:
Erlangga
Indonesia. Jakarta
Hanley A.J., et al,. 2000. Overweight
Among
Children
and
Adolescents in a Native
9
Karim, Faizati. 2002. Panduan
Kesehatan Olahraga Bagi Petugas
Kesehatan.
Jakarta:
Tim
Departemen
Kesehatan
[RISKESDAS]
Riset
Kesehatan
Dasar. 2010. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan RI
Khomsan, A. 2004. Pengantar
Pangan Dan Gizi. Depok:
Penebar swadaya
Roesli. 2000. Mengenal ASI Exklusif.
Jakarta
:
Pustaka
Pengembangan
Swadaya
Nusantara
Lemeshow, Hosmer dan Klar. 1997.
Besar
Sampel
dalam
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta:
Gajah
Mada
University Press
Santrock JW. 2001. Life Span
Development .Boston: Mac
Graw Hill Companies
Sarwono SW. 2001.
Remaja. Jakarta:
Press
Notoatmodjo, S. 2005. Metode
Penelitian Kesehatan. Edisi
Revisi. Jakarta : PT.Rineka
Cipta
Nurmalina, Rina. 2010. Pencegahan
&
Manajemen
Obesitas.
Bandung
:Elex
Media
Komputindo
Soegih, Rachmad., Kunkun. 2009.
Obesitas Permasalahan dan
Terapi
Praktis.
Jakarta:
Sagung Seto
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Nursalam. 2008. Konsep Dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Suhardjo. 1986. Berbagai Cara
Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi
Aksara
Omran AR, Al-Hafez G. 2001. Health
Education
for
Adolescent
Boys. Istanbul: WHO Library
Cataloguing in Publication
Data.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi
Untuk Kesehatan Ibu Dan
Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Supariasa, Bakri, B., dan Fajar, I.
2001. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC
Pudjiadi, S. 1987. Ilmu Gizi Klinis
Pada Anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran
Universita
Indonesia
Reilly
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
et al. 2005. The Avon
Longitudinal Study of Parents
and Children Study Team.
2005. Early life risk factor for
obesity in childhood: cohort
study. British Medical Journal
(330):1357
WHO. 2000. Obesity: Prevalensi
And Managing The Global
Epidemic. WHO. Geneva
Widhayanti, Retno E. 2009. Efek
Pendidikan Gizi Terhadap
Perubahan Konsumsi Energi
dan Indeks Massa Tubuh pada
10
Psikologi
Rajawali
remaja
kelebihan
berat
badan.UNDIP. Semarang
11