Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Di Wilayah Kecamatan Ciputat Dan Ciputat Timur Tahun 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA PEMBUAT TAHU
DI WILAYAH KECAMATAN CIPUTAT
DAN CIPUTAT TIMUR
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM)

Disusun Oleh:
RISKA FERDIAN
NIM : 10810100042

\

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1434 H

i

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, November 2012
Riska Ferdian, NIM

: 108101000042

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja
Pembuat Tahu di Wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2012
xix+ 138 halaman, 11 tabel, 2 gambar, 3 bagan, 4 lampiran
ABSTRAK
Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit sering
timbul pada industri seperti industri pada pabrik tahu yang dapat menurunkan produktifitas
pekerja. Pemaparan zat kimia yang digunakan dalam proses penggumpalan dapat menyebabkan
dermatitis kontak, mengakibatkan iritasi dan gangguan kulit lainnya dalam bentuk gatal-gatal,

kulit kering dan pecah-pecah, kemerah-merahan, serta koreng yang tidak sembuh-sembuh. Studi
pendahuluan yang dilakukan menunjukkan 50% dari 10 orang pekerja pembuat tahu mengalami
dermatitis kontak.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross
sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – September 2012 pada pekerja pembuat tahu
yang berada di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur. Sampel penelitian ini berjumlah
71 orang dari total populasi 79 orang. Faktor – faktor yang diduga sebagai penyebab dermatitis
kontak adalah faktor eksternal (lama kontak, frekuensi kontak, suhu dan kelembaban) dan faktor
internal (usia, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, riwayat alergi, masa kerja, jenis pekerjaan).
Pengumpulan data menggunakan lembar pemeriksaan dokter (untuk variabel kejadian
dermatitis), thermohigrometer, dan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian di uji
menggunakan uji chi-square dan uji Mann-Withney dengan derajat kepercayaan 95% dan alpha
sebesar 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja pembuat tahu yang menderita dermatitis
kontak adalah sebanyak 37 orang (52,1%) dan sebanyak 34 pekerja (47,9%) tidak mengalami
dermatitis kontak. Faktor eksternal yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak adalah
lama kontak, frekuensi kontak, dan suhu. Faktor internal yang berhubungan dengan dermatitis
kontak adalah riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, riwayat alergi, dan jenis pekerjaan.
Beberapa hal yang dapat disarankan untuk menurunkan risiko terkena dermatitis adalah
dengan mengganti bahan penggumpal tahu dengan Nigarin yang terbuat dari sari air laut,

meningkatkan kesadaran pekerja terhadap penyakit kulit khususnya dermatitis kontak. Menjaga
kebersihan diri (personal hygiene). Memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan yang
menutupi sampai bagian lengan dan baju kerja yang menutupi seluruh bagian tubuh.
Kata Kunci: dermatitis kontak, pekerja pembuat tahu, lama kontak, jenis pekerjaan
Daftar bacaan: 1990-2012

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF SAFETY AND OCCUPATIONAL HEALTH
Undergraduated Thesis, November 2012
Riska Ferdian, NIM: 108101000042
Factors Associated With Incidence of Contact Dermatitis In Tofu Maker Workers
in Ciputat and Ciputat Timur Sub-District 2012
xix+ 138 pages, 11 tables, 2 pictures, 3 diagrams, 4 attachments
Abstract
Occupational contact dermatitis is a skin disease which is often arise in the tofu’s
industry that can reduce workers productivity. The exposure of chemicals used in the
process of clotting can caused contact dermatitis, may lead to irritation and other skin

disorders like itching, dry skin and chapped, redness, and sores that do not heal. The
earlier study found the Tofu makers with contact dermatitis is 5 persons from 10 persons
(50%)
This research is a quantitative study using a cross-sectional study design. The
research was conducted in June - September 2012 on tofu maker workers in Ciputat and
Ciputat Timur Sub-District. The sample amounted to 71 people from a total population
of 79 people. The Factors suspected as the cause of contact dermatitis is an external
factor (prolonged contact, frequency of contact, temperature and humidity) and internal
factors (age, history of skin disease, history of atopy, history of allergies, years of
service, and the type of work). The data are collected using a doctor's examination (for
contact dermatitis), thermohigrometer, and questionnaires. The data is tested using the
chi-square and Mann-Whitney test with a confidence interval of 95% and alpha 0.05.
The results showed that workers with contact dermatitis is 37 people (52.1%) and
the workers without contact dermatitis is 34 workers (47.9%). External factors
associated with the incidence of contact dermatitis is prolonged contact, frequency of
contact, and temperature. Internal factors associated with contact dermatitis are history
of skin disease, history of atopy, history of allergies, and type of work.
Some solutions that can be recommended to reduce the risk of dermatitis are
change the clotting solvent into Nigarin which is made from seawater extract, increase
employee awareness about skin disease especially contact dermatitis. Maintain a good

personal hygiene. Using PPE (Personal Protective Equipment) such a gloves which
covers full arm and use work’s cloth that covers entire body.
Keywords: contact dermatitis, tofu maker workers, prolonged contact, type of work
References: 1990-2012
iv

v

vi

CURRICULUM VITAE
A. Personal Detail
Name

: Riska Ferdian

Place/Date of Brith

: Bukitttinggi, February 24th 1990


Home Address

: Jl. S. Parman no.90 Malana Ponco, Baringin Sub-District;
Lima Kaum District; Batusangkar, West Sumatera Province

Current Address

: Jl. SD Inpres No. 84, RT 02/09 Cirendeu Sub- District;
Ciputat Timur District; South Tangerang. Banten Province
Zip Code (15419)

Blood Type

: AB

Email

: intro_ferdian@yahoo.com
riska.ferdian90@yahoo.com


B. Formal Education
No.
1

Degree
University

Major
Public
Health/Occupational
Health and Safety
Concentration

School/University

2

High School

IPA


3
4

Junior School
Elementary
School

SMAN 1 Cisauk (SMAN 2
Tangerang Selatan)
SMPN 1 Pamulang
SDN Serua X

vii

Faculty of Medicine and
Health Sciences Islamic
State University
(UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta


Period
2008-2012

2005-2008
2002-2005
1996-2002

C. Experiences and Organizations
NO
1

2

3

4
5

Company / Institution

Position/ Job description
Dates
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II, Dumai – Riau
February- March
On the Job Training; Health, Safety, Environment Division (HSE)
2012
Kompas Gramedia, South Palmerah – Jakarta
February 2009 –
Polling Staff (Freelancer) LitbangKompas Gramedia
December 2012
May 2012
Interviewer Pra-Pilkada DKI 2012 1st round
July 2012
Interviewer Exit Poll Pilkada DKI 2012 1st round
September 2012
Interviewer Pra-Pilkada DKI 2012 2nd round
September 2012
Interviewer Exit Poll Pilkada DKI 2012 2nd round
Paduan Suara FKIK (Pasifik)
2010-2011

Chairman of Paduan Suara FKIK
2009-2010
Treasurer of Paduan Suara FKIK
Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UIN Jakarta
2010-2011
Chief of Relation Between Organization Division
Badan Eksekutif Mahasiswa FKIK
2008-2009
Staff Sports and Arts Division

D. Courses and Training
Name

Institution

Training Paduan Suara (Choir
Training)

Paduan Suara
Mahasiswa UIN
Jakarta
(Student Choir of
UIN Jakarta)
BEM FKIK UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
BEM FKIK UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
Super Training
Indonesia

The Powerful Training And
Simulation Public Speaking
Health Cybernatics Day

Training Management Quality
System – EnvironmentOHSAS
QHSE INTEGRATED – ISO
9001, 14001 & 18001

viii

From
January
2009

Year
To
May 2009

Result
New Member
Of UIN
Jakarta’s
Student Choir

June/13/
2009

June/13/2009

As Participant

June/20/
2009

June/20/2009

As Participant

April/2/
2011

April/3/2011

Certified

KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang akhirnya
saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Di
Wilayah Kecamatan Ciputat Dan Ciputat Timur Tahun 2012”. Sholawat dan salam
juga selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun umatnya dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM. selaku pembimbing I yang menyempatkan
waktu di kesibukannya untuk membimbing selama ini.
2. Ibu Iting Shofwati, MKKK selaku pembimbing II dan yang memberikan
kesempatan saya untuk ikut dalam penelitian mengenai dermatitis kontak.
Terima kasih banyak bu... barakallah..
3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai ketua sidang skripsi saya..
4. Ibu Yuli Amran, MKM selaku penguji II dalam sidang skripsi
5. Ibu dr. Rachmania Diandini, M.KK selaku penguji III sidang skripsi
6. Sofia, Era, Iqbal, Astri, Via dan Niswah atas bantuannya selama menulis skripsi
ini.
7. Seluruh pekerja dan pemilik pabrik tahu di Ciputat dan Ciputat Timur, terima
kasih telah berkenan menjadi subjek penelitian ini.
ix

8. Keluarga Besar PSM UIN Jakarta, terima kasih atas segala pengalaman dalam
berjuang mulai dari Cirebon sampai Thailand. Terima kasih support kawan kawan. That was my last concert with you guys. Thanks for everything. Jaya
PSM UIN Jakarta!
9. Keluarga Besar Pasifik UIN Jakarta yang telah memberikan pengalaman yang
menguatkan hati untuk terus bertahan di tengah kesibukan perkuliahan di FKIK.
10. Era, Tika , Depoy, Ayu dan Kak Yunci atas semua semangat yang diberikan.
Semoga kalian sukses,, sampai bertemu di masa depan!
11. Surya Pradana, No more words to say but thank you.
12. The last but the best untuk Mama dan Papa yang telah mencurahkan semua kasih
sayang dan doanya setiap saat.. semua yang aku lakukan,untuk mama papa..
Love you much!
Skripsi ini tentu jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun
terhadap skripsi ini sangat saya harapkan.
Jakarta, Januari 2013

Penulis

x

DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... ii
ABSTRAK..................................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... vi
CURRICULUM VITAE ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xvii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 7
1.3. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 8
1.4. Tujuan...................................................................................................................... 9
1.

Tujuan Umum ......................................................................................... 9

2.

Tujuan Khusus ........................................................................................ 9

1.5. Manfaat Penelitian................................................................................................... 10
1.6. Ruang Lingkup ........................................................................................................ 10
xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 12
2.1 Penyakit Akibat Kerja ........................................................................................... 12
2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja .................................................................................... 13
2.2.1

Pengertian ................................................................................................. 13

2.2.2

Etiologi...................................................................................................... 13

2.2.3

Anatomi Kulit ........................................................................................... 14

2.2.4

Skin Barrier............................................................................................... 15

2.3 Dermatitis Kontak ................................................................................................... 16
2.3.1 Definisi .......................................................................................................... 16
2.3.2 Etiologi .......................................................................................................... 17
2.3.3 Fisiologi ......................................................................................................... 19
2.3.4 Tanda dan gejala ............................................................................................ 22
2.3.5 Diagnosis ....................................................................................................... 25
2.4 Tahu ......................................................................................................................... 28
2.4.1

Bahan baku .............................................................................................. 28

2.4.2

Pembuatan Tahu ...................................................................................... 29

2.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak ......................................... 38
2.5.1 Faktor Eksternal (Eksogen/Luar) ................................................................... 38
a. Lama Kontak ............................................................................................. 38
b. Frekuensi Kontak ...................................................................................... 40
c. Bahan Kimia ............................................................................................. 41
xii

d. Suhu .......................................................................................................... 44
e. Kelembaban .............................................................................................. 45
f. Musim ....................................................................................................... 45
2.5.2 Faktor Internal (Endogen).............................................................................. 46
a. Jenis kelamin ............................................................................................. 46
b. Usia ........................................................................................................... 47
c. Masa Kerja ................................................................................................ 48
d. Jenis Pekerjaan .......................................................................................... 49
e. Riwayat Alergi .......................................................................................... 50
f. Jenis Kulit ................................................................................................. 51
g. Keringat ..................................................................................................... 52
h. Ras ............................................................................................................. 54
i. Riwayat Penyakit Kulit ............................................................................. 54
j.

Riwayat Atopi ......................................................................................... 55

k.

Personal Hygine ..................................................................................... 57

l.

Penggunaan APD .................................................................................... 58

2.6 Kerangka Teori ........................................................................................................ 60
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..................... 62
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................................... 62
3.2 Definisi Operasional ................................................................................................ 64
3.3 Hipotesis ................................................................................................................. 66

xiii

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 68
4.1 Jenis Penelitian ......................................................................................................... 68
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................... 68
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................ 68
4.4 Instrumen Penelitian................................................................................................. 73
4.4.1 Lembar Pemeriksaan Dokter ....................................................................... 73
4.4.2 Pengukur Suhu dan Kelembaban ................................................................ 73
4.4.3 Kuesioner..................................................................................................... 73
4.5 Pengumpulan Data ................................................................................................... 74
4.5.1 Data Primer.................................................................................................. 74
4.6 Pengolahan Data....................................................................................................... 75
4.6.1 Data Coding ................................................................................................ 75
4.6.2 Data Editing ................................................................................................ 75
4.6.3 Data Entry ................................................................................................... 75
4.6.4 Data Cleaning ............................................................................................. 76
4.7 Teknik Analisis Data ................................................................................................ 76
4.7.1 Analisa Univariat ......................................................................................... 76
4.7.2 Analisa Bivariat ........................................................................................... 76
BAB V HASIL .............................................................................................................. 78
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian .................................................................................... 78
5.2 Analisis Univariat..................................................................................................... 81
xiv

5.2.1 Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak Pekerja Pembuat Tahu di
Ciputat dan Ciputat Timur ............................................................................. 81
5.2.2 Gambaran Faktor Eksternal dan Faktor Internal Dermatitis Kontak
pada Pekerja Pembuat Tahu di Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2012 ........ 82
5.2.2.1 Gambaran Faktor Eksternal ............................................................... 84
5.2.2.2 Gambaran Faktor Internal .................................................................. 85
5.3 Analisa Bivariat ........................................................................................................ 88
5.3.1 Hubungan Antara Faktor Eksternal dengan Dermatitis Kontak pada
Pekerja Pembuat Tahu di Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2012 ................. 90
5.3.2 Hubungan Antara Faktor Internal dengan Dermatitis Kontak pada
Pekerja Pembuat Tahu di Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2012 ................. 92
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................. 97
6.1 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 97
6.2 Kejadian Dermatitis Kontak ............................................................................... 97
6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak
Pada Pekerja Pembuat Tahu di Wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat
Timur Tahun 2012.............................................................................................. 100
6.3.1

Hubungan Antara Lama Kontak dengan Dermatitis Kontak ................. 100

6.3.2

Hubungan Antara Frekuensi Kontak dengan Dermatitis Kontak .......... 103

6.3.3

Hubungan Antara Suhu dengan Dermatitis Kontak .............................. 105

6.3.4

Hubungan Antara Kelembaban dengan Dermatitis Kontak .................. 107

6.3.5

Hubungan Antara Usia dengan Dermatitis Kontak ............................... 111
xv

6.3.6

Hubungan Antara Riwayat Penyakit Kulit dengan Dermatitis
Kontak..................................................................................................... 113

6.3.7

Hubungan Antara Riwayat Atopi dengan Dermatitis Kontak ............... 117

6.3.8

Hubungan Antara Riwayat Alergi dengan Dermatitis Kontak .............. 120

6.3.9

Hubungan Antara Masa Kerja dengan Dermatitis Kontak .................... 122

6.3.10 Hubungan Antara Jenis Pekerjaan dengan Dermatitis Kontak .............. 125
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 128
7.1 Simpulan................................................................................................................. 128
7.2 Saran ........................................................................................................................ 131
7.2.1

Saran Bagi Pekerja ...................................................................................... 131

7.2.2

Saran Bagi Pemilik Pabrik .......................................................................... 132

7.2.3

Saran Bagi Penelitian Selanjutnya .............................................................. 133

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 134

xvi

DAFTAR BAGAN

No. Bagan

Judul Bagan

Halaman

Bagan 2.1

Alur pembuatan tahu

37

Bagan 2.2

Kerangka Teori

61

Bagan 3.1

Kerangka Konsep penelitian

63

xvii

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul Tabel

Halaman

Tabel 2.1

Alergen yang sering menimbulkan Dermatitis
Kontak Alergi

18

Tabel 2.2

27

Tabel 2.3

Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dengan
Dermatitis Kontak Alergis (DKA)
Bahan kimia berpotensi iritasi dan sensitisasi

Tabel 3.1

Definisi Operasional

64

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Sampel

72

Tabel 5.1

Gambaran Tahapan Proses Kerja Pada Pabrik
Tahu beserta Jenis Pekerjaan

81

Tabel 5.2

Distribusi Kejadian Dermatitis Kontak pada
Pekerja Pembuat Tahu di Ciputat dan Ciputat
Timur tahun 2012

82

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi (Lama Kontak, Frekuensi
Kontak, Masa Kerja, Usia, Suhu dan
Kelembaban) pada Pekerja Pembuat Tahu di
Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2012
Distribusi Frekuensi (Riwayat Penyakit Kulit,
Riwayat Atopi, Riwayat Alergi, dan Jenis
Pekerjaan) pada Pekerja Pembuat Tahu di Ciputat
dan Ciputat Timur tahun 2012
Analisis Hubungan antara (Lama Kontak,
Frekuensi Kontak, Masa Kerja, Usia, Suhu dan
Kelembaban) dengan dermatitis kontak pada
Pekerja Pembuat Tahu di Ciputat dan Ciputat
Timur tahun 2012
Distribusi pekerja menurut (Riwayat Penyakit
Kulit, Riwayat Atopi, Riwayat Alergi, dan Jenis
Pekerjaan) dengan Dermatitis kontak pada Pekerja
Pembuat Tahu di Ciputat dan Ciputat Timur tahun
2012

83

Tabel 5.4

Tabel 5.5

Tabel 5.6

xviii

41

83

88

89

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul Gambar

Halaman

Gambar 5.1

Salah satu proses pembuatan tahu (pencetakan)

81

Gambar 6.1

Dermatitis pada pekerja pembuat tahu

98

xix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Menurut Diepgen & Coenraads (1999), dermatitis kontak akibat kerja
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit akibat kerja di banyak negara.
Tingkat kejadiannya berkisar antara 0,5-1,9 kasus per 1000 pekerja penuh
waktu per tahun. Prevalensi dermatitis kontak pada populasi umum di AS telah
diperkirakan bervariasi antara 1,5% dan 5,4%. Dermatitis kontak adalah alasan
yang paling umum ketiga bagi pasien yang berkonsultasi dengan dokter kulit,
tercatat ada 9,2 juta kunjungan pada tahun 2004. Hal ini juga menyumbang
95% dari semua penyakit kulit akibat kerja yang dilaporkan.
Agius & Seaton (2005) menyebutkan bahwa di United Kingdom
dermatitis kontak adalah penyakit akibat kerja yang umum diderita, sekitar 80%
dari kasus yang dilaporkan. Tipe dari dermatitis kontak yang dilaporkan
tersebut ada dua yaitu tipe iritan dan alergik. Dermatitis kontak salah satunya
dapat disebabkan oleh keterpaparan bahan kimia yang mempunyai tingkat
keasaman tertentu dan bahan kimia yang mempunyai aktifitas kimia (chemical
activity) tertentu ( Taylor & Amado, 2009). Effendi (2007) melaporkan bahwa
insiden dermatitis kontak akibat kerja sebanyak 50 kasus per tahun atau 11.9

1

2

persen dari seluruh kasus dermatitis kontak yang didiagnosis di Poliklinik Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen (eksternal) dan atau faktor endogen
(internal), menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal (Djuanda, 1999).
Beberapa

penelitian

menunjukkan

bahwa

penyakit

dermatitis

kontak

merupakan penyakit yang lazim terjadi pada pekerja-pekerja yang berhubungan
dengan bahan kimia dan panas, serta faktor mekanik sebagai gesekan, tekanan,
trauma.
Menurut Siregar (2009), beberapa jenis dermatitis kontak seperti
dermatitis kontak iritan yang disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam
kuat, basa kuat, logam berat dengan konsentrasi kuat dan bahan relatif iritan
misalnya sabun, detergen dan pelarut organik. Jenis dermatitis lain adalah
dermatitis kontak alergi biasanya disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia
atau lainnya yang meningkatkan sensivitas kulit. Dermatitis kontak akibat kerja
mencapai 90% dari dermatitis akibat kerja (DAK) (Trihapsoro, 2003). Di
banyak industri saat ini, prevalensi dermatitis kontak akibat kerja meningkat
sejalan dengan peningkatan penggunaan bahan kimia di industri tersebut.
Siregar (2009) menyebutkan bahwa beberapa penelitian yang pernah dilakukan
di Indonesia antara lain: 30% dari penebang kayu di Palembang dan 11,8% dari

3

pekerja perusahaan kayu lapis menderita dermatitis kontak. Utama Wijaya
(1972) dalam Siregar (2009) menemukan 23,75% dari pekerja pengelolaan
minyak di Sumatera Selatan menderita dermatitis akibat kerja. Dari data ini
terlihat bahwa dermatitis akibat kerja memang mempunyai prevalensi cukup
tinggi, walaupun jenis dermatitisnya tidak sama pada semua perusahaan.
Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit
kelainan kulit sering timbul pada industri seperti industri pada pabrik tahu yang
dapat menurunkan produktifitas pekerja. Jumlah industri tahu di Indonesia
mencapai 84.000 unit usaha dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton
per tahun. Sebanyak 80 persen industri tahu berada di Pulau Jawa (Sadzali,
2010). Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui
proses pengendapan dan penggumpalan oleh bahan penggumpal. Tahu ikut
berperan dalam pola makan sehari-hari sebagai lauk pauk maupun sebagai
makanan ringan. Kacang kedelai sebagai bahan dasar tahu mempunyai
kandungan protein sekitar 30-45%. Jika dibandingkan dengan kandungan
protein bahan pangan lain seperti daging (19%), ikan (20%) dan telur (13%),
ternyata kedelai merupakan bahan pangan yang mengandung protein tertinggi.
Zat penggumpal yang dapat digunakan adalah asam cuka, asam laktat, batu
tahu dan CaCl2 (Koswara, 1992). Bahan – bahan tersebut dipakai salah satu
saja sebagai zat penggumpal. Para pembuat tahu lebih mengenal zat

4

penggumpal ini sebagai sioh koh. Zat penggumpal yang digunakan rata-rata
berkadar asam 90%.
Pemaparan zat-zat kimia yang digunakan dalam proses penggumpalan
terhadap tahu dapat mengakibatkan iritasi dan gangguan kulit lainnya dalam
bentuk gatal-gatal, kulit kering dan pecah-pecah, kemerah-merahan, serta
koreng yang tidak sembuh-sembuh. Kerusakan kulit seperti ini akan
memudahkan masuknya zat-zat kimia yang bersifat beracun kedalam tubuh
melalui kulit yang terluka. Uap zat kimia dapat mengakibatkan peradangan dan
iritasi saluran pernafasan, dengan gejala batuk, pilek, sesak nafas dan demam.
Kebersihan lingkungan kerja di pabrik tahu yang kurang baik (panas, lembab,
lantai kotor dan basah, bau yang menyegat, dll) dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seperti penyakit infeksi, gangguan kenyamanan kerja, kecelakaan,
penyakit allergi/ dermatitis kontak, dll (Dinkes Sulsel, 2004)
Sherine (2007) dalam Ernasari (2012) menyebutkan bahwa kasus
dermatitis kontak pada pekerja pembuat tahu terjadi di Lamongan Jawa Timur,
dimana para pekerja pembuat tahu mengalami gatal-gatal di daerah tangannya
dan kaki akibat sering kontak dengan bahan-bahan pembuat tahu. Beberapa dari
mereka juga menyebutkan bahwa penyakit kulit yang mereka alami diakibatkan
oleh karena mereka tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan pada saat melakukan proses pembuatan tahu.

5

Penelitian yang dilakukan oleh Elisandri (2007) dalam Ernasari (2012)
menyebutkan bahwa kasus yang terjadi pada para pekerja pembuat tahu di
beberapa pabrik tahu di daerah Binjai menyebutkan bahwa 72% dari pekerja
pembuat tahu mengalami reaksi akibat kontak dengan bahan pembuat tahu
dalam waktu yang lama. Beberapa dari mereka juga menyebutkan gatal-gatal
yang mereka alami tidak akan kunjung sembuh apabila mereka tidak
menghentikan pekerjaannya dalam waktu yang lama.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli menunjukkan angka
kasus penyakit kulit para pengrajin tahu yaitu 93,42 persen dengan kasus
dermatitis kontak dan 6,58 persen dengan kasus penyakit kulit lainnya (Profil
Puskesmas Medan Deli (2009) dalam Ernasari (2012)).

Hasil penelitian

Kusriastuti (1992) menunjukkan bahwa pemeriksaan fisik pada pekerja-pekerja
industri tahu di Kelurahan Utan Kayu Utara menyatakan bahwa pekerja di
bagian penyaringan mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk terkena
dermatitis kontak dibanding pekerja yang bekerja di bagian lainnya.
Djuanda (1999) dalam bukunya Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
menyebutkan bahwa dermatitis dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak
alergi dipengaruhi faktor-faktor seperti bahan yang bersifat iritan, lama kontak,
kekerapan, adanya oklusi yang menyebabkan kulit lebih permeabel, gesekan
dan taruma fisis juga suhu dan kelembaban lingkungan. Selain itu juga
dipengaruhi oleh faktor individu meliputi perbedaan ketebalan kulit, usia, ras,

6

jenis kelamin, riwayat penyakit kulit. Agner & Menne (2006) menambahkan
bahwa selain faktor jenis kelamin, usia, ras, riwayat penyakit kulit lain seperti
yang disebutkan oleh Djuanda (1999), dermatitis juga dipengaruhi oleh riwayat
atopi dan pengobatan yang sedang diterima.
Lestari, dkk (2008) juga menyebutkan bahwa faktor yang paling utama
mempengaruhi terjadinya dermatitis akibat kerja karena kontak dengan bahan
kimia adalah pemakaian APD berupa sarung tangan yang tidak sesuai untuk
jenis bahan kimia yang digunakan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
dermatitis kontak akibat kerja adalah adanya kontak dengan bahan kimia, lama
kontak, dan frekuensi kontak.
Terdapat sekitar 2500 pengrajin tahu di wilayah Tangerang, Banten. Di
Tangerang Selatan sendiri, terdapat beberapa daerah penghasil tahu yang cukup
banyak dan tersebar di daerah Ciputat dan Ciputat Timur (Sekarningrum,
2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21-22
Juni 2012 di 4 pabrik tahu yang berada di wilayah kecamatan Ciputat dan
kecamatan Ciputat Timur, dari 10 orang pekerja pembuatan tahu di didapatkan
5 orang pekerja pembuat tahu mengalami dermatitis kontak dan 5 pekerja
pembuat tahu tidak mengalami dermatitis kontak. Hasil tersebut di dapat dari
pemeriksaan fisik dan diperkuat dengan hasil diagnosa dokter.

7

Oleh karena itu perlu diteliti apa saja faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja pembuat tahu, sehingga
diharapkan dengan diadakannya penelitian ini dapat dapat menambah informasi
pengelola pabrik tahu dan pekerja pembuat tahu mengenai penyakit akibat kerja
khususnya dermatitis kontak.
1.2. Rumusan Masalah
Data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli menunjukkan angka
kasus penyakit kulit para pengrajin tahu yaitu 93,42 persen dengan kasus
dermatitis kontak dan 6,58 persen dengan kasus penyakit kulit lainnya (Profil
Puskesmas Medan Deli, 2009 dalam Ernasari 2012). Hasil penelitian Kusriastuti
(1992) menunjukkan bahwa pemeriksaan fisik pada pekerja-pekerja industri
tahu di Kelurahan Utan Kayu Utara menyatakan bahwa pekerja di bagian
penyaringan mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk terkena dermatitis
kontak dibanding pekerja yang bekerja di bagian lainnya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21-22
Juni 2012 kepada 10 orang pekerja di 4 pabrik pembuatan tahu di wilayah
kecamatan Ciputat dan kecamatan Ciputat Timur didapatkan 5 orang pekerja
pembuat tahu mengalami dermatitis kontak dan 5 pekerja pembuat tahu tidak
mengalami dermatitis kontak. Hasil tersebut di dapat dari pemeriksaan fisik dan
diperkuat dengan hasil diagnosa dokter.

8

Budimulja (2008), Wolff K (2007), Djuanda (1987), Agner & Menne
(2006), Erliana (2008), Kusriastuti (1992), Lestari, dkk (2008) dan Partogi
(2008) menyebutkan bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan dengan
dermatitis kontak adalah faktor eksternal ( bahan iritan, lama kontak, frekuensi
kontak, musim, suhu dan kelembaban), faktor internal (faktor perbedaan jenis
kulit, usia, ras, jenis kelamin, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, riwayat
alergi, masa kerja, jenis pekerjaan, kebiasaan mencuci tangan (personal
hygiene)) dan penggunaan APD.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.

Bagaimana gambaran kejadian dermatitis kontak pada pekerja pembuat
tahu di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur pada tahun 2012?

2.

Bagaimana gambaran faktor eksternal (lama kontak, frekuensi kontak, suhu
dan kelembaban) pada pekerja pembuat tahu di wilayah kecamatan Ciputat
dan Ciputat Timur pada tahun 2012?

3.

Bagaimana gambaran faktor internal (usia, riwayat penyakit kulit, riwayat
atopi, riwayat alergi, masa kerja, jenis pekerjaan) pada pekerja pembuat
tahu di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur pada tahun 2012?

4.

Apakah ada hubungan antara faktor eksternal (lama kontak, frekuensi
kontak, suhu dan kelembaban) dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja pembuat tahu di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur
pada tahun 2012?

9

5.

Apakah ada hubungan antara faktor internal (usia, riwayat penyakit kulit,
riwayat atopi, riwayat alergi, masa kerja, jenis pekerjaan) dengan kejadian
dermatitis kontak pada pekerja pembuat tahu di wilayah kecamatan Ciputat
dan Ciputat Timur pada tahun 2012?

1.4. Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak pada pekerja pembuat tahu di wilayah kecamatan
Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kejadian dermatitis kontak pada pekerja pembuat
tahu di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur pada tahun 2012.
2. Diketahuinya gambaran faktor eksternal (lama kontak, frekuensi kontak,
suhu dan kelembaban) pada pekerja pembuat tahu di wilayah kecamatan
Ciputat dan Ciputat Timur pada tahun 2012.
3. Diketahuinya gambaran faktor internal (usia, riwayat penyakit kulit,
riwayat atopi, riwayat alergi, masa kerja, jenis pekerjaan) pada pekerja
pembuat tahu di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur pada tahun
2012.
4. Diketahuinya hubungan antara faktor eksternal (lama kontak, frekuensi
kontak, suhu dan kelembaban) dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja pembuat tahu di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur

10

pada tahun 2012.Diketahuinya hubungan antara faktor internal (usia,
riwayat penyakit kulit yang sedang dialami, riwayat atopi, riwayat alergi,
masa kerja, jenis pekerjaan) dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja pembuat tahu di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur
pada tahun 2012.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Pekerja Pembuat Tahu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
pengelola pabrik tahu dan pekerja pembuat tahu mengenai penyakit
akibat kerja khususnya dermatitis kontak.
1.5.2 Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh
peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan dermatitis kontak.
1.6. Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang
berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja pembuat tahu di
wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2012. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni – September 2012. Sasaran penelitian ini adalah
pekerja pembuat tahu yang berada di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat
Timur. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong
lintang). Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 orang pekerja pembuat tahu pada 4 pabrik tahu di wilayah

11

kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur, diketahui ada 5 pekerja yang mengalami
kejadian dermatitis kontak. Data primer diperoleh dari pemeriksaan oleh dokter,
hasil pengukuran lingkungan, dan kuesioner.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Akibat Kerja
Menurut Keppres RI no 22/1993, Penyakit yang timbul karena hubungan
kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Penyebab Penyakit akibat kerja:
1. Golongan fisik: Bising, Radiasi, Suhu ekstrem, Tekanan udara, Vibrasi,
Penerangan
2. Golongan Kimiawi: Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap , gas,
larutan, kabut
3. Golongan biologik: Bakteri, virus, jamur, dan lain-lain.
4. Golongan Fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja
5. Golongan Psikososial: Stress psikis, monotoni kerja, tuntutan pekerjaan,
dan lain-lain.
Adapun kriteria umum penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut:
1. Adanya hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit
2. Adanya fakta bahwa frekwensi kejadian penyakit pada populasi pekerja
lebih tinggi daripada frekwensi kejadian penyakit di masyarakat umum
3. Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan preventif di tempat
kerja

12

13

2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja
2.2.1

Pengertian
Penyakit kulit akibat kerja adalah proses patologis kulit yang timbul
pada waktu melakukan pekerjaan dan pengaruh-pengaruh yang terdapat di
dalam lingkungan kerja. Dari batasan ini terlihat bahwa penyakit kulit
akibat kerja ini boleh disebut sebagai gejala sampingan usaha manusia atau
sebagai buatan manusia. Oleh karena itu manusia dituntut untuk mencegah
atau memperkecil kemungkinan terjadinya dengan menerapkan teknologi
pengendalian (Siregar, 2009).

2.2.2

Etiologi
Penyakit kulit akibat kerja dapat disebabkan oleh 4 faktor (Siregar, 2009):
1. Faktor kimiawi, dapat berupa iritasi primer, alergen, atau karsinogen.
2. Faktor mekanis/fisik, seperti getaran, gesekan, tekanan, trauma,
panas, dingin, kelembaban udara, sinar radioaktif.
3. Faktor biologis, seperti jasad renik (mikroorganisme) hewan dan
produknya, jamur, parasit, virus.
4. Faktor psikologis (kejiwaan) seperti ketidak cocokan pengelolaan
perusahaan sering membuat konflik di antara pegawai dan dapat
menimbulkan gangguan pada kulit seperti neurodermatitis.
Sebenarnya kulit mempunyai fungsi untuk mempertahankan diri
dari

serangan/rangsangan

luar.

Epidermis

berfungsi

menghambat

penguapan air yang berlebihan dari tubuh, menghambat penyerapan

14

berlebihan dari luar. Pigmen di dalam kulit melindungi tubuh dari pengaruh
sinar matahari. Selain itu kulit mengandung kelenjar keringat dan
pembuluh darah yang berfungsi sebagai alat penjaga keseimbangan cairan
tubuh, mempermudah timbulnya kelainan kulit.
2.2.3

Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat
dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75
m², rata-rata tebal kulit 1-2 mm, paling tebal (6 mm) ada ditelapak tangan
dan kaki, paling tipis (0,5 mm) ada di penis. Kulit di bagian atas terdiri dari
tiga lapisan pokok yaitu : epidermis, dermis atau korium dan jaringan
subkutan atau subkutis (Harahap, 1990).
Kulit terbagi atas 3 (tiga) lapisan pokok yaitu :
a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu : lapisan basal atau
stratum

germinativum, lapisan malpighi atau stratum spinosum,

lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau
stratum korneum.
b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan
diatas jaringan.
c. Subkutis
Jaringan Subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan
yang langsung dibawah dermis, yang berfungsi untuk penyeka

15

panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi
(Harahap, 1990).
2.2.4

Skin Barrier
Kulit mengandung sejumlah tumpukan lapisan spesifik yang dapat
mencegah masuknya bahan-bahan kimia yang terutama disebabkan adanya
lapisan tipis lipida dipermukaan, lapisan tanduk dan lapisan epidermis
alfigi. Pada daerah ini ditemukan juga suatu celah yang berhubungan
langsung dengan epidermis kulit bagian dalam yang dibentuk oleh kelenjar
sebasea yang membatasi bagian luar dan cairan ekstraselular yang juga
merupakan sawar (barrier).
Barrier kulit terutama disusun oleh lapisan tanduk. Deretan sel-sel
pada lapisan tanduk salilng berkaitan dengan sangat kuat dan merupakan
pelindung kulit yang paling efisien. Sesudah penghilangan lapisan tanduk,
impermeabilitas kulit dipengaruhi oleh regenerasi sel. Dalam 2-3 hari
meskipun ketebalan lapisan tanduk yang terbentuk masih sangat tipis,
namun lapisan tersebut telah mempunyai kapasitas perlindungan yang
mendekati sempurna (Schaefer, 1996)

16

2.3 Dermatitis Kontak
2.3.1 Definisi
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen (eksternal) dan atau faktor
endogen (internal), menimbulkan kelainan klinis

berupa efloresensi

polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal
(Djuanda, 1999). Eczema atau dermatitis merupakan nama yang diberikan
untuk suatu inflamasi khusus pada kulit, dermatitis kontak mengarah kepada
inflamasi semacam itu yang disebabkan oleh zat-zat dari luar (external
agents). Istilah eczema dan dermatitis digunakan untuk keadaan inflamasi
kulit lainnya yang bukan terjadi karena faktor-faktor eksternal melainkan
terutama karena faktor-faktor internal.
Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah
dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak yang
tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit
mereka. Seringkali lokasi awal ruam merupakan suatu petunjuk penting
(Harahap, 1990).

17

2.3.2 Etiologi
Dibawah ini akan dijelaskan etiologi dermatitis kontak iritan dan
etiologi dermatitis kontak alergi.
a. Dermatitis Kontak Iritan
Dapat disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam kuat, basa
kuat, garam logam berat dengan konsentrasi kuat dan bahan iritan relatif,
seperti sabun, detergen, dan pelarut organik. Dermatitis kontak oleh iritan
absolut biasanya timbul seketika setelah berkontak dengan iritan, dan
semua orang akan terkena. Sedangkan dermatitis kontak iritan relatif dapat
timbul sesudah pemakaian bahan yang lama dan berulang, dan seringkali
baru timbul bila ada faktor fisik berupa abrasi, trauma kecil dan maserasi;
oleh karena itu sering disebut traumatic dermatitis. Kelainan yang timbul
biasanya berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, fisur dan kadang-kadang
eritem dan vesikel (Siregar, 2009).
Dermatitis kontak iritan yang terjadi setelah pemaparan pertama kali
disebut dermatitis kontak iritan akut, dan biasanya disebabkan oleh iritan
kuat seperti asam kuat. Sedangkan, dermatitis kontak iritan yang terjadi
setelah pemaparan berulang disebut dermatitis kontak iritan kronis dan
biasanya disebabkan oleh iritan lemah (Hayakawa, 2000 dalam Sumantri,
dkk, 2008).

18

b. Dermatitis kontak alergi
Banyak senyawa yang dapat berperan menjadi alergen pada
individu tertentu, misalnya saja urusiol yang berasal dari racun tanaman
oak, ivy atau sumac. Selain itu juga ada garam nikel yang terdapat pada
perhiasan dan parfum yang terdapat pada kosmetik, alergen tersebut dapat
menyebabkan dermatitis kontak alergi. Di Amerika Serikat, dermatitis
kontak alergi banyak disebabkan oleh senyawa urushiol dari racun ivy, oak,
atau sumac. Racun ini berasal dari tanaman genus toxicodendron. Selain
itu, tanaman lain yang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah
kacang cashew, mangga, Laquer dan ginko biloba (Keefner, 2004).
Tabel 2.1
Alergen yang sering menimbulkan Dermatitis Kontak Alergi
Alergen
Benzokain

2

Uji Patch Positif

Garam Kromium

2,8

Lanolin
Latex
Bacitracin
Kobal Klorida
Formaldehid
Tiomersal
Pewangi

3,3
7,3
8,7
9
9,3
10,9
11,7

Balsam Peru
Neomisin Sulfat

11,9
13,1

Nikel Sulfat

14,2

Tanaman

Tidak ditentukan

Sumber: (Keefner, 2004)

Sumber Antigen
Penggunaan anastetik tipe –kain, baik pada
penggunaan topikal maupun oral
Plat elektronik kalium dikromat, semen, detergen,
pewarna
Lotion, pelembab, kosmetik, sabun
Sarung tangan karet, vial, Syringes
Pengobatan topikal maupun injeksi
Semen, plat logam, pewarna cat
Germisida, plastik, pakaian, perekat
Pengawet dalam sediaan obat, kosmetik
Produk rumah tangga, kosmetik, asam sinamat,
geraniol
Sirup untuk obat batuk, penyedap
Pengobatan, salep antibiotik, aminoglikosida
lainnya
Akssoris pada celana jeans, pewarna, perabot
rumah tangga, koin
Spesies Toxicodendron, primrose, tulip

19

2.3.3 Fisiologi
a. Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan tampak setelah pemaparan tunggal atau
pemaparan berulang pada agen yang sama. Beberapa mekanisme dapat
menjadi penyebab terjadinya dermatitis kontak iritan. Pertama, bahan
kimia mungkin merusak sel dermal secara langsung dengan absorbsi
langsung melewati membran sel kemudian merusak sistem sel.
Mekanisme kedua, setelah adanya sel yang mengalami kerusakan maka
akan merangsang pelepasan mediator inflamasi ke daerah tersebut oleh
sel T maupun sel mast secara non-spesifik. Misalnya setelah kulit
terpapar asam sulfat maka asam sulfat akan menembus ke dalam sel kulit
kemudian mengakibatkan kerusakan sel sehingga memacu pelepasan
asam arakidonat dari fosfolipid dengan bantuan fosfolipase.
Asam arakidonat kemudian dirubah oleh siklooksigenase
(menghasilkan

prostaglandin,

tromboksan)

dan

lipooksigenase

(menghasilkan leukotrien). Prostaglandin dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah sehingga terlihat berwarna merah dan mempengaruhi
saraf sehingga terasa sakit. Leukotrien meningkatkan permeabilitas
vaskuler di daerah tersebut sehingga meningkatkan jumlah air dan terlihat
bengkak serta berefek kemotaktik kuat terhadap eosinofil, netrofil dan
makrofag. Mediator pada inflamasi akut adalah histamin, serotonin,
prostaglandin, leukotrien, sedangkan pada inflamasi kronis adalah IL1,

20

IL2, IL3, TNFα2. Reaksi ini bukanlah akibat imun spesifik dan tidak
membutuhkan pemaparan sebelumnya agar iritan menampakan reaksi.
Beberapa faktor mungkin mempengaruhi tingkatan respon
kulit. Adanya penyakit kulit sebelumnya dapat menghasilkan dermatitis
yang parah akibat membiarkan iritan dengan mudah memasuki dermis.
Jumlah dan konsentrasi paparan bahan kima juga penting. Iritan kimia
kuat, asam dan basa tampaknya menghasilkan keparahan yang reaksi
inflamasi yang sedang parah. Iritan yang lebih ringan seperti detergen,
sabun, pelarut mungkin membutuhkan pemaparan yang banyak untuk
mengakibatkan dermatitis. Selain itu faktor lingkungan seperti suhu
hangat, kelembaban yang tinggi atau pekerjaan basah dapat berpengaruh
(Siregar, 2009).
b. Dermatitis Kontak Alergi
Siregar (2009) memaparkan bahwa dermatitis kontak alergi
biasanya disebabkan oleh bahan dengan berat molekul rendah yang
disebut hapten. Kelainan kulit terjadi melalui proses hipersensitivitas tipe
IV atau proses alergi tipe lambat (Gell & Coombs). Hapten bergabung
dengan protein pembawa menjadi alergen lengkap. Alergen lengkap
difagosit oleh makrofag dan merangsang limfosit yang ada di kulit yang
mengeluarkan limfosit aktivasi faktor (LAF). Sel limfosit kemudian
berdeferensiasi membentuk