1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Indonesia diupayakan untuk tanggap terhadap perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan visi pendidikan nasional yang tercantum dalam
UU Sisdiknas No. 9 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa: Visi pendidikan dalam UU Sisdiknas adalah terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang
menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah
. Dalam pelaksanan pendidikan di Indonesia yang tangap terhadap
perubahan zaman maka diperluakan kualitas pendidikan yang baik agar tercipta sumberdaya manusia yang cerdas. Disamping itu, pendidikan merupakan suatu
yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam menigkatkan tarap hidup masyarkat. Hampir semua sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh
melalui proses pendidikan. UU Sisdiknas No. 9 Tahun 2009 menyebutkan bahwa:
Undang-Undang tersebut juga menyatakan bahwa reformasi pendidikan menetapkan prinsip penyelenggaraan pendidikan, antara lain:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, dan
2. Pendidikan
diselenggarakan dengan
memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan Indonesia tidak dapat meningkatkan peran serta masyarakat didalamnya. Masyarakat memiliki peran penting dalam
1
2
pendidikan dimana salah satu peryatanya sebagai penyelengara pendidikan. Dalam UU Sisdiknas No. 9 Tahun 2009 BAB XV tentang peran serta
masyarakat dalam pendidikan bagian satu umum pasal 54 menyebutkan bahwa: 1.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta seseorang, kelompok, keluarga, organisasi profesi pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan. 3.
Ketentuan tentang peran serta mayarakat sebagimana dimksud dalam ayat 1 dan ayat 2.
Pada umumnya masyarakat menilai keberhasilan proses belajar di sekolah dengan melihat prestasi belajar peserta didik. Apabila prestasi belajar
baik maka dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajarnya telah berhasil. Sebaliknya apabila prestasi belajarnya buruk atau tidak memuaskan maka
dapat dikatakan proses belajarnya belum berhasil. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
proses belajar di sekolah, sebab sekolah merupakan salah satu pelaksana pendidikan yang dominan dalam keseluruhan organisasi pendidikan disamping
keluarga dan masyarakat. Dalam pembelajaran sekolah pada dasarnya merupakan proses kegiatan belajar mengajar, yaitu adanya interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik dalam situasi pendidikan.
Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemandirian peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik,
psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan interaksi dengan orang lain seperti guru disekolah, orang tua di rumah dan orang dewasa lain di
3
masyarakat. Dalam interaksi itu terjadi sosialisasi nilai, norma dan komunikasi berupa informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditujukan pada
pembentukan dan pengembangan kepribadian peserta didik sebagai manusia dewasa. Pendidikan juga merupakan sebuah proses dimana dalam kegiatanya
terdapat interaksi yang terus menerus dari perserta didik untuk dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Pendidikan yang sangat koplek dengan
berbagai masalah yang dihadapi tetap mengupayakan adanya mutu yang terbaik bagi dunia pendidikan. Hal yang paling utama adalah bagaimana agar
belajar peserta didik dapat berhasil. Tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam belajar adalah dengan adanya prestasi yang baik. Keberhasilan peserta
didik dalam belajar merupakan taggungjawab sekolah yang bersangkutan. Dalam suatu proses pendidikan, individu dikatakan berhasil apabila
dapat menyelesaikan suatu program pendidikan tepat pada waktunya, dengan prestasi yang baik. Prestasi yang baik tidak hanya tergantung pada pendidik
yang selalu dituntut dapat mengajar profesional dengan metode dan kurikulum yang bagus saja, melainkan peran aktif peserta didik dalam proses belajar
mengajar juga sangat menentukan perolehan prestasi yang baik. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar semata-mata mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Berbicara masalah prestasi belajar sangatlah luas, pihak pengelola belajar telah melakukan berbagai upaya untuk memperoleh kualitas dan
kuantitas pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik
4
selanjutnya terwujudlah perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar dan bertindak selaku
fasilitas untuk menciptakan kondisi proses pembelajaran yang efektif. Prestasi belajar pada hakekatnya merupakan cermin dari usaha belajar. Semakin baik
usaha belajar semakin baik pula prestasi yang dicapai. Seseorang yang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, maka ia
akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertetu. Seseorang bisa dikatakan memiliki motivasi dalam belajar bila dia membutuhkan sesuatu dari apa yang
dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Aktivitas
belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan peranah dilakukan tanpa suatu dorogan yang kuat baik dari dalam yang
lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subyek yang menerima pelajaran dan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pengajar. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar dan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh di dalamnya saling mendukung. Menurut Ade Usina 2009:11
“Komponen- komponen dalam belajar mengajar meliputi: tujuan, materi, peserta didik, guru,
metode, waktu yang tersedia, perlengkapan pengajaran, dan evaluasi ”.
Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat diperlukan karena seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar maka tidak akan
mungkian melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa
5
sesuatu yang akan dikerjakan tidak menyentuh kebutuhanya. Segala sesuatu yang menrik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersangkutan dengan kebutuhanya. Motivasi belajar para peserta didik sangat berbeda antara peserta didik
yang satu dengan peserta didik yang lain. Pada umumnya sering dijumpai peserta didik yang memiliki kesibukan lain selain belajar. Karena itu peserta
didik dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengatur waktu dalam kegiatan belajar agar dapat mendapatkan prestasi belajar yang optimal. Tidak
sedikit peserta didik yang gagal dalam menagatur waktu belajar sehingga menyebabkan kurang optimal prestasi akademik, namun tidak sedikit peserta
didik yang berhasil mencapai prestasi akademik dengan segala aktivitasnya. Motivasi mepunyai peranan yang strategis dalam aktivias belajar seseorang
karena tidak seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka
prinsip-perinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui tapi harus diterapkan dalam aktivitas belajar mengajar.
Peserta didik yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar akan rajin dalam mengikuti pelajaran, jika belum jelas tentang suatu materi ia akan
bertanya baik pada guru ataupun teman, sedangkan peserta didik yang kurang aktif cenderung diam jika ada materi yang belum jelas dan tidak berani
bertanya, sehingga peserta didik menjadi kurang suka mengikuti pelajaran dan malas. Hal lain yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam pelajaran
sehingga peserta didik merasa bosan terhadap guru dan tidak terdapat suasana
6
yang kompetitif antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Apabila tidak terdapat rasa kompetitif antara peserta didik dengan peserta didik
yang lain maka suasana dalam kelas akan terasa biasa-biasa saja. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.
Keaktivan peserta didik dalam keagiatan belajar-mengajar sanagat diperlukan karena apabila peserta didik aktif maka kegiatan belajar mengajar
akan menarik, dimana peserta didik akan terus termotivasi dalam kegiatan belajar-mengajar karena dalam belajarnya merasa nyaman dan ada hal yang
perlu dipersaingkan diantara mereka. Keaktivan peserta didik harus terus diupayakan agar kegiatan belajar menagajar dapat berlangsung secara
menyenangkan. Jika kegiatan belajar mengajar menyengkan maka peserta didik akan merasa kerasan dan nyaman dalam belajar, sehingga peserta didik
dapat meningkatkan hasil belajar secara maksimal. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang tidak
sepenuhnya berupa hafalan. Namun seperti mata pelajaran yang lainya bahwa mata pelajaran ini mebutuhkan cara belajar yang baik. Cara belajar yang baik
menurut Dwi Puji Astuti 2008:06 menyatakan bahwa: ”Adapun cara belajar yang baik yaitu meperhatikan, mencatat hal-hal yang penting, mengerjakan
tugas, mempunyai waktu belajar yang teratur, dan minat yang tinggi untuk belajar”. Selain hal yang disebutkan diatas peserta didik juga memerlukan
latihan soal guna menambah penguasan terhadap materi pelajaran. SMP Negeri 4 Magetan merupakan salah satu sekolah menengah
pertama yang menerapkan kurikulum sesuai dengan standar pemerintah. Dalam
7
pelaksanaan sebagai salah satu sekolah yang menerapkan program pemerintah, SMP Negeri 4 Magetan mempunyai keunikan tarsendiri. Jika dilihat peserta
didik yang sekolah di SMP Negeri 4 Magetan mayoritas masih memiliki semagat belajar yang tinggi. Hal ini dikarenakan sekolah yang terletak jauh
dari perkotaan dan lingkugan yang masih asri. Dengan adanya motivasi belajar yang antusias tersebut maka peserta didik akan dapat menigkatkan prestasi
belajar. Lingkungan SMP Negeri 4 Magetan cukup unik yaitu di bawah lereng
pegunungan gunung lawu yang tentunya lingkungan masyarakat maupun lingkungan alam masih tenang untuk kegiatan belajar mengajar. Dari letakya
tersebut maka peserta didik SMP Negeri 4 Magetan belum banyak terpengruh dengan kehidupan perkotaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan
pergaulan dapat juga mempengaruhi peserta didik dalam belajar baik motivasi belajar maupun keaktivan peserta didik dalam belajar.
SMP Negeri 4 Magetan memang terletak jauh dari perkotan, tapi dalam kehidupan bermasyarakat peserta didik harus berinteraksi dengan masyarkat
setempat yang tentunya membawa pengaruh positif dan negatif. Dalam masyarakat tentunya peserta didik akan berbaur dengan masyarakat lain yang
terdapat sifat yang jelek seperti pergaulan bebas, mabuk, merokok, nongkrong dan lain sebagainya. Hal itulah yang juga sering terjadi pada peserta didik SMP
Negeri 4 Magetan walaupun tidak semua peserta didik terpengaruh dalam hal negatif tersebut.
8
Dengan meperhatikan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengambil judul
”
PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIVAN BELAJAR PADA
PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 4 MAGETAN TAHUN PELAJARAN 20092010
”
B. Pembatasan Masalah