Tedy Machmud, 2013 Peningkatan Kemampuan Komunikasi,Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Efficacy Siswa SMP
Melalui Pendekatan Problem-Centered Learning Dengan Strategi Scaffolding Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
6. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk melengkapi dan memperjelas deskripsi analisis data dan pembahasan. Obyek wawancara akan ditelusuri dari hasil tes
jawaban siswa yang mengindikasikan adanya hal yang berbeda dengan jawaban siswa yang lain atau adanya masalah dalam proses pembelajaran. Siswa yang
diwawancarai adalah siswa yang memperlihatkan kinerja yang agak berbeda dengan siswa yang lain baik di lihat dari capaian tes maupun dilihat dari perilaku
atau sikap selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Agar diperoleh gambaran struktur proses berpikir siswa dan sikap siswa
selama mengerjakan tes atau selama kegiatan pembelajaran berlangsung, maka wawancara akan dilaksanakan secara terstruktur berdasarkan permasalahan yang
muncul, misalnya dengan menanyakan kembali hasil kerja siswa, menanyakan bagaimana sikap perilaku mereka dengan siswa atau teman lain dalam proses
pembelajaran berlangsung dan diluar proses pembelajaran, dan hal-hal lain yang akan berkembang dalam tanya jawab tersebut. Dalam penelitian ini siswa yang
diwawancari dianggap mewakili permasalahan dan tipe yang sama dengan siswa lain.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan secara umum sebagai berikut: 1.
Pembuatan dan pengembangan instrumen penelitian, meliputi perancangan, validasi dan uji coba instrumen.
2. Menentukan sampel penelitian.
3. Meminta izin kepada pihak terkait untuk melaksanakan penelitian.
Tedy Machmud, 2013 Peningkatan Kemampuan Komunikasi,Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Efficacy Siswa SMP
Melalui Pendekatan Problem-Centered Learning Dengan Strategi Scaffolding Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4. Menyampaikan disain pembelajaran dan perangkat panduan belajar kepada
guru atau observer yang terlibat dalam penelitian. 5.
Memberikan tes kemampuan awal matematika kepada siswa subjek penelitian.
6. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai disain pembelajaran yang telah
disusun yakni Pendekatan PCL dengan strategi scaffolding. 7.
Melaksanakan tes kemampuan matematis dan pengisian angket self- efficacy siswa.
8. Mendeskripsikan data penelitian dan pengujian hipotesis.
9. Melakukan diskusi dan membuat pembahasan berdasarkan data empiris
dan kajian teoritis. 10.
Menyusun laporan hasil penelitian.
F. Analisis Data
Setelah data diperoleh, untuk selanjutnya dilakukan analisis dengan prosedur sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest dianalisis untuk
mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis, dan pemecahan masalah matematis serta self-efficacy siswa kelas eksperimen
dan kontrol. Besar peningkatan dihitung dengan rumus gain ternomalisasi normalized gain, yaitu:
g = score
pretest score
possible imum
max score
pretest score
posttest
Hake dalam Meltzer, 2002
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake 1999 yang dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut.
Tedy Machmud, 2013 Peningkatan Kemampuan Komunikasi,Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Efficacy Siswa SMP
Melalui Pendekatan Problem-Centered Learning Dengan Strategi Scaffolding Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.18 Klasifikasi Gain g
Besar g Interpretasi
g 0,7 Tinggi
0, 3 g
0,7 Sedang
g
0,3 Rendah
2. Mendeskripsikan data melalui teknik-teknik statistik baik statistik uji
parametrik atau non-parametrik dengan memperhatikan kecenderungan distribusi data, sehingga data akan bermakna sesuai dengan tujuan
penelitian. Data yang diperoleh pada penelitian ini, pertama-tama dilakukan analisis statistik deskriptif, dengan menghitung rerata, varians, nilai
maksimum dan minimum dan deviasi standar dari masing-masing kelompok data, disertai beberapa grafik atau tabel sehingga suatu gambaran umum
dapat diperoleh 3.
Untuk memperoleh kedalaman analisis dilakukan analisis statistik inferensial sesuai dengan hipotesis penelitian. Pengujian-pengujian ini dimaksudkan
untuk pengujian hipotesis penelitian untuk melakukan generalisasi. Langkah ini dilakukan dengan menerapkan statistik parametrik atau non-parametrik,
yaitu uji korelasi Product Moment dari Pearson dan uji reliabilitas dengan Cronbach-Alpha, uji-t, uji Fisher, Anava satu jalur, Anava dua jalur, uji
Mann-Whitney, Uji Kruskal Wallis dan uji Q-Cochran,. Pada beberapa uji statistik tersebut mengasumsikan normalitas dan homogenitas varians. Oleh
karena itu, sebelum dilakukan beberapa uji statistik tersebut dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi normalitas dan homogenitas varians. Jika tidak
terpenuhi maka dilakukan uji statistik non-parametrik. Khusus untuk uji
Tedy Machmud, 2013 Peningkatan Kemampuan Komunikasi,Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Efficacy Siswa SMP
Melalui Pendekatan Problem-Centered Learning Dengan Strategi Scaffolding Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Anava 2 jalur yang tidak memenuhi persyaratan homogenitas, pengolahan tetap dilakukan dengan memperhatikan pandangan para ahli statistik yakni
sebagaimana pendapat Minium, King, dan Bear, 1993: 392 –393 yaitu
dengan membandingkan nilai varians terkecil dan terbesar dari variansi kelompok data tersebut. Untuk keperluan praktis, analisis data dilakukan
dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excel for Windows 2010, dan SPSS 20. Semua analisis statistik inferensi
menggunakan kriteria tingkat signifikansi 5 sig 0,05.
Tedy Machmud, 2013 Peningkatan Kemampuan Komunikasi,Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Efficacy Siswa SMP
Melalui Pendekatan Problem-Centered Learning Dengan Strategi Scaffolding Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan pokok yang bisa ditarik dari hasil analisis data dan pembahasan khususnya mengenai pendekatan PCLSS berkaitan dengan
keberadaan faktor sekolah, Kemampuan Awal Matematika KAM, dan dampaknya terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis, pemecahan
masalah matematis dan peningkatan kemampuan self-efficacy siswa, adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan PCLSS
memperoleh peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan PK.
Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa ini dapat dicermati baik dari sisi level sekolah, level KAM maupun secara
keseluruhan. Semua kategori yang dikomparasikan menunjukkan perbedaan yang siginifikan.
2. Khusus untuk siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
PCLSS jika dilihat dari sisi level sekolah, meskipun menunjukkan terdapat perbedaan yang siginifikan antara ketiga level sekolah, namun jika dilihat
secara parsial kemampuan komunikasi matematis level sekolah tinggi dan sedang tidak berbeda secara signifikan.
3. Khusus untuk siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
PCLSS jika dilihat dari sisi KAM, meskipun menunjukkan terdapat