commit to user
27
f. Ingot timah yang telah ditimbang dan memenuhi standart akan disimpan digudang penyimpanan sebelum di ekspor.
C. Higiene Perusahaan
1. Faktor Bahaya Jenis faktor bahaya yang ada pada peleburan timah di Unit
Metalurgi PT Timah Persero Tbk ini adalah: a. Faktor Fisik
1 Radioaktif Unit Metalurgi adalah pengolahan bijih timah menjadi
logam timah. Bahan baku berupa bijih timah diperoleh dari alam baik itu dari pertambangan darat maupun pertambangan laut
milik PT Timah Persero Tbk. Dari serangkaian proses pemisahan antara bijih timah dengan mineral-mineral ikutan
yang terkandung dalam bujih timah, diperoleh mineral-mineral ikutan berupa monazite, zircon, xenotime, dan ilmenite.
Timbunan monazite ini memiliki efek radiasi yang cukup besar karena di dalam monazite mengandung uranium dan thorium.
Untuk menanggulangi bahaya radiasi bagian K3LH unit metalurgi melakukan pengukuran radiasi eksternal setiap
commit to user
28
triwulan di bagian Pengolahan Mineral dan di Material Produksi Unit Metalurgi PT Timah Persero Tbk.
Menurut hasil pengukuran triwulan IV tahun 2011 terlampir, paparan radiasi eksternal terbesar di gudang monazite
PPBT yang mencapai 6,248 mR Jam serta di penimbunan terak II mencapai 1,274 mR Jam.
Upaya-upaya peanggulangan yang telah dilakukan oleh Unit Metalurgi PT Timah Persero Tbk antara lain dilaksanakan
savety talk setiap sebelum pekerjaan dimulai, pemberian tanda bahaya di dekat drum-drum penampungan sementara monazite
yang terdapat di PPBT, di gudang monazite dan di penimbunan trak II, serta dibuat WIF atau instruksi kerja yang harus diikuti
pekerja sebagai pedoman dalam bekerja, pekerja diwajibkan memakai masker.
Selain itu, K3LH Unit Metalurgi bekerjasama dengan BATAN untuk pengadaan dan pembacaan film badge yang
diberikan dan digunakan oleh pekerja yang bekerja di tempat- tempat yang mengandung bahaya radioaktif. Pengadaan dan
pembacaan dilakukan setiap bulan. Untuk perijinan dan pengawasan bahan radioaktif PT Timah Persero TBk Unit
Metalurgi bekerjasama dengan BAPETAN.
commit to user
29
Untuk tempat penimbunan monazite di gudang monazite dan terak II dikelilingi oleh tembok tinggi dan ketebalan yang
ditentukan, supaya paparan radiasi tidak menyebar ke lingkungan sekitar penimbunan.
2 Tekanan Panas Tempat kerja yang memiliki faktor bahaya tekanan panas
tinggi adalah pekerjaan-pekerjaan di bagian peleburan, PPBT, dan PLTD . Di bagian peleburan bijih timah tekanan panas
bersumber dari tanur peleburan yang beroperasi setiap saat terus menerus dengan suhu peleburan mencapai 1300-1400
o
C. Jenis pekerjaan di peleburan misalnya pekerjaan rabbling, tapping,
memasukkan material untuk dilebur, mencongkel kanal serta pekerjaan di bagian rafinasi, pencetakan dan di flame oven
berhubungan dengan lingkungan kerja panas. Di PPBT tekanan panas diakibatkan dari mesin-mesin yang
sedang beroperasi misalkan rotary dryer, high tension separator, dan magnetic separator. Dan untuk di PLTD diakibatkan oleh
mesin-mesin diesel. Mesin-mesin ini beroperasi setiap hari secara terus menerus kecuali ada kerusakan untuk dilakukan perbaikan.
Pengukuran hazard factor termasuk tekanan panas dilakukan secara rutin 2 dua kali dalam setahun oleh pihak
Hiperkes Pusat PT Timah Persero Tbk Menurut pengukuran
commit to user
30
tekanan panas tanggal 29 April 2010 di PLTD, pabrik peleburan dan PPBT terlampir,
Untuk menguragi tekanan panas, usaha pengendalian yang telah dilakukan Unit Metalurgi PT Timah Persero Tbk untuk di
PLTD dan PPBT adalah pengaturan house keeping yang baik seperti dibuat ventilasi alami serta pengaturan jarak antara tenaga
kerja dengan mesin. Khusus untuk tenaga kerja yang bekerja di peleburan, telah disediakan air minum dan diberikan oralit untuk
penambah cairan elektrolit tubuh. Selain itu pekerja di peleburan diperbolehkan memakai kaos yang dapat menyerap keringat.
Upaya penangulangan lain yang dilakukan adalah pemberian safety talk yang dilaksanakan setiap sebelum
pekerjaan dimulai serta dipasang WIF di tempat yang mudah dilihat oleh tenaga kerja.
3 Penerangan Penerangan di unit metalurgi untuk penerangan umum
maupun penerangan lokal mengunakan penerangan alami dan penerangan buatan. Penerangan buatan bersumber dari sinar
matahari. Penerangan alami hanya bisa digunakan pada saat siang hari pada cuaca yang baik, sedangkan ketika cuaca buruk
misalnya ketika mendung dan hujan serta malam hari
commit to user
31
menggunakan penerangan buatan yang berasal dari cahaya lampu, baik penerangan lokal maupun penerangan umum.
Pengukuran pencahayaan dari penerangan dilakukan oleh bagian Hiperkes Pusat PT Timah Persero Tbk. Pengukuran
dilakukan di bagian control panel karena diperlukan ketelitian dalam pekerjaan ini. Sehingga diperlukan penerangan yang baik
dan sesuai agar tidak terjadi kesalahan dalam pengoperasian panel-panel yang akan berdampak fatal jika terjadi kesalahan.
Menurut hasil pengukuran pencahayaan tanggal 29 April 2010 di ruang control panel terlampir pada Lampiran 23.
4 Radiasi Cahaya Bahaya radiasi cahaya berasal dari sinar api pada proses
peleburan timah. Bahaya ini terdapat pada kegiatan rabbling dan tapping. Cahaya yang ditimbulkan dari proses peleburan sangat
terang dan panas, sangat berbahaya bagi penglihatan. Selain itu, pada pekerjaan pengelasan di bagian perbaikan sarana dan
prasarana memiliki potensi radiasi cahaya yang tinggi. Usaha pengendalian yang dilakukan kepada tenaga kerja
selain pemberian safety talk secara rutin sebelum pekerjaan dimulai dan WIF sebagai pedoman adalah pemberian APD
kepada tenaga kerja berupa kacamata berwarna gelap, pelindung muka, dan apron.
commit to user
32
5 Kebisingan Sumber kebisingan di unit metalurgi berasal dari mesin
diesel di PLTD, aktifitas crane, local exhauster, serta mesin- mesin produksi. Selain itu juga berasal dari peledakan di dalam
tanur. Kebisingan yang di hasilkan oleh unit metalurgi termasuk kebisingan continue dan impulsive.
Dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh bagian Hiperkes pusat PT Timah Persero Tbk intensitas kebisingan tertinggi
berasal dari mesin-masin diesel di PLTD yakni berkisar antara 82,5-106,6 dBA. Di unit PPBT itensitas kebisingannya tidak
setinggi seperti di unit PLTD yakni berkisar antara 72,4- 98,6 dBA. Adapun hasil pengukuran itensitas kebisingan pada
mesin-mesin diesel di PLTD dan mesin-mesin di PPBT adalah sebagai berikut terlampir.
Langkah pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan pengukuran kebisingan di tempat kerja secara periodik,
pembuatan ruang kerja kedap suara dan pihak perusahaan juga melakukan perawatan mesin produksi secara berkala guna
mengururangi dampak kebisingan yang muncul. Selain itu juga disediakan Alat Pelindung Diri APD berupa ear plug yang
dapat mereduksi kebisingan sampai 25 dBA atau ear muff yang dapat mereduksi bising sampai 45 dBA serta pemantauan
commit to user
33
pemakaian APD Alat Pelindung Diri oleh safety representative dikarenakan masih ada tenaga kerja yang kurang disiplin dalam
memakai APD pada waktu bekerja. Kewajiban memakai APD tersebut telah tertulis di WIF,
serta sering diingatkan lewat safety talk yang diberikan secara rutin sebelum pekerjaan dimulai.
b. Faktor Kimia 1 Debu
PT Timah Persero Tbk Unit Metalurgi merupakan industri pengolahan bijih timah menjadi logam timah dengan bahan baku
maupun pada waktu proses produksinya menghasilkan debu
.
Hampir semua kegiatan yang ada di unit metalurgi berhubungan dengan debu. Debu yang dihasilkan cukup berbahaya karena
debu yang dihasilkan berupa debu timah dan debu mineral ikutan timah.
Debu yang di hasilkan pada proses peleburan timah masih mengandung kadar timah yang cukup tinggi sekitar 70,
sehingga debu ini masih bernilai ekonomis dan bisa dilebur kembali. Penggendalian debu di bagian peleburan adalah dengan
dipasangnya local exhauster atau pengumpul debu. Local exhauster ini bersifat tertutup dan dikumpulkan di bagian
commit to user
34
pengumpul debu atau dust collector untuk diolah kembali. Debu- debu timah yang terkumpul akan dibentuk menjadi pellet timah
dengan sistem basah. Pellet timah ini merupakan komposisi material yang akan dilebur kembali kedalam tanur.
Usaha pengendalian yang dilakukan untuk melindungi pekerja selain sistem sirkulasi udara adalah dengan memberikan
APD masker. Masker yang diberikan disesuaikan dengan jenis debu yang ada di tempat kerja. Untuk tempat kerja yang hanya
memiliki potensi bahaya debu yaitu di PPBT, sopir pabrik dan material produksi diberikan masker jenis RM 706. Sedangkan
untuk tempat yang mengandung debu dan gas beracun diberikan masker jenis RQ 100.
Sebagai antisipasi khusus, tenaga kerja yang bekerja di tempat dengan debu tinggi seperti di PPBT, dan dust collector
diwajibkan memakai masker, baju panjang, dan sarung tangan untuk mencegah gangguan pernafasan maupun alergi debu.
Kewajiban memakai APD ini juga telah tertulis di WIF serta disosialisasikan kepada tenaga kerja sebelum pekerjaan dimulai.
Sealain itu, di tempat kerja juga telah dipasang jeniis APD yang wajib digunakan adi tempat kerja tersebut.
2 Gas
commit to user
35
Kegiatan produksi di unit metalurgi menghasilkan asap dan uap yang mengandung gas-gas berbahaya. Gas-gas tersebut
seperti CO, NO
2
, SO
2
dan H
2
S. Gas-gas tersebut dihasilakan dari proses kegiatan di PPBT, gudang produksi, melting reactor,
refinery, separator, flame oven, electronic refining dan laboratorium. Setiap semester, dilakukan pengukuran kualitas
udara lingkungan oleh bagian LH Lingkungan Hidup yang bekerja sama dengan Balai Hiperkes Pusat Jakarta.
Sebagai tindakan perlindungan, di tempat-tempat tersebut dipasang blower, dan local exhauster dengan sistem tertutup.
Selain itu atap dibangun tinggi serta memiliki ventilasi yang alami.
Selain perlindungan dari house keeping, tenaga kerja juga diwajibkan memakai APD berupa masker untuk pekerjaan-
pekerjaan di
PPBT, peleburan,
rafinasi, crystallizer,
electrorefining maupun di flame oven. Kewajiban memakai APD tersebut telah tertulis di WIF, disosialisasikan kepada tenaga
kerja lewat safety talk, serta di tempat kerja telah dipasang jenis APD yang wajib digunakan.
3 Bahan Kimia Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia adalah
pekerjaan di bagian Electrolitic Refining dimana digunakan
commit to user
36
cairan asam untuk proses electrolytic untuk menghasilkan timah dengan kemurnian tinggi. Selain itu pekerjaan di laboratorium
juga menggunakan bahan kimia. Perlindungan yang diberikan perusahaan untuk tenaga kerja adalah pemberian sarung tangan
karet. Pemberian tanda bahaya bahan kimia serta selalu dilaksanakan safety talk untuk meningkatkan kesadaran tenaga
kerja terhadap K3. c. Faktor Biologi
Faktor biologi yang menjadi faktor bahaya adalah nyamuk, virus, bakteri, kuman dan jamur. Nyamuk yang banyak berkembang
adalah nyamuk penyebab penyakit malaria. Sebagai usaha pencegahannya dilakukan fogging 2 dua kali dalam setahun di
sekitar pabrik dan perumahan. Selain itu, lingkungan kerja yang panas menyebabkan tenaga
kerja berkeringat sehingga menyebabkan cepat berkembangbiaknya bakteri yang menyebabkan gatal-gatal.
Virus, bakteri, kuman, dan jamur yang terdapat pada tempat kerja yang kotor misalnya pada
kamar mandi dan lingkungan pabrik. Upaya pengendaliannya dengan mengadakan pembersihan pada kamar mandi setiap pagi oleh
petugas kebersihan. d. Faktor Fisiologis
commit to user
37
Sikap kerja karyawan yang ada di kantor dan berberapa bagian tertentu seperti operator penimbangan material, operator cristalizer,
pekerja penaganan produk khusus, maupun yang ada dilapangan adalah duduk. Biasanya yang ada di lapangan berada di ruang
control room. Pekerjaan di lapangan hanya dilakukan operator yang sedang bertugas dan safety hanya pada waktu pengecekan. Kursi dan
meja yang digunakan ada yang didesain sesuai dengan stuktur tubuh tenaga kerja karena kursi dapat diatur ketinggiannya sesuai yang
diinginkan, namun ada beberapa kursi dan meja yang tidak sesuai dengan struktur tubuh tenaga kerja. Dalam melakukan pekerjaan,
pekerja tidak harus duduk terus tetapi dapat juga berdiri sebentar untuk sekedar melakukan relaksasi badan agar sikap kerja tidak
monoton. Penempatan mesin jug
a
mudah dijangkau oleh operator dalam mengoperasikan alat.
Ada beberapa kegiatan seperti rabbling, tapping, dan pencetakan yang sikap kerjanya berdiri. Kegiatan ini dlakukan pada
sewaktu-waktu pada jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan. Dalam melakukan pekerjaan, pekerja bebas melakukan improvisasi
terhadap gerakannya agar tidak monoton. Di beberapa proses kerja masih menggunakan cara manual
yaitu penyemprotan material hasil penambangan dari ore bin menuju jig harz dengan sikap kerja jongkok. Pengadukan pasir di jig harz
menyeabkan pekerja sedikit membungkuk. Dalam melakukan
commit to user
38
pekerjaannya, pekerja bisa sesekali berdiri ataupun melakukan improvisasi terhadap gerakannya dan pekerjaan ini tidak dilakukan
secara terus menerus dalam waktu yang lama. e. Faktor Mental Psikologis
Gangguan mental psikologis yang dialami oleh pekerja diakibatkan oleh dari pekerjaan itu sendiri seperti pekerjaan yang
monoton, shift kerja, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan, lingkungan kerja yang panas dan bising. Dan ada
pekerja yang sedang mengalami masalah-masalah pribadi yang menganggu pikiran dan keadaan psikologis pekerja. Hal-hal tersebut
dapat berpengaruh pada kemampuan kerja atau semangat kerja, hal itu dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas dari pada hasil
kerjanya itu sendiri. Antisipasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi
bahaya stress dari tenaga kerja antara lain dengan pemberian jam istitahat, penyediaan sarana olahraga, setiap tenaga kerja dan
keluarganya telah didaftarkan ke Jamsostek dan ditanggung biaya kesehatannya.
D. Kesehatan Kerja