Keterangan Kerangaka Pemikiran 1. Bagan Kerangka Pemikiran

commit to user

2. Keterangan

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai sertifikasi halal sebagai upaya perlindungan hak atas keamanan dan keselamatan konsumen ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Diawali dengan berbagai masalah yang muncul pada produk-produk yang beradar di pasaran, dimana konsumen dihadapkan pada ketidaktahuan apakah produk yang mereka konsumsi merupakan produk yang halal dan layak dikonsumsi ataukah merupakan produk yang haram, yang mana bagi umat muslim khususnya terdapat larangan untuk mengkonsumsi produk yang haram. Menyadari hal itu pemerintah melalui Majelis Ulama Indonesia MUI membentuk Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika LPPOM MUI yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah produk-produk aman dan halal untuk dikonsumsi bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia. LPPOM MUI merupakan satu-satunya lembaga yang memiliki legalitas untuk melakukan sertifikasi halal yang kemudian dari sertifikasi halal tersebut, produsen akan mendapatkan suatu label halal yang resmi. Label halal yang resmi ini diharapkan mampu digunakan sebagai upaya untuk memberikan perlindungan akan hak atas keamanan dan keselamatan konsumen. Untuk itu kemudian penulis ingin mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan sertifikasi halal di LPPOM MUI Yogyakarta, serta apakah sertifikasi halal mampu menjadi upaya perlindungan hak atas keamanan dan keselamatan ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Disamping dengan membentuk LPPOM MUI, pemerintah juga mengeluarkan peraturan hukum yang berhubungan dengan masalah kehalalan produk diantaranya Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 30 ayat 2 huruf e dan Pasal 58; Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen, Pasal 8 commit to user ayat 1 huruf h; Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pasal 58; Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 3 ayat 2, Pasal 10 ayat 1 dan 2 dan Pasal 11 ayat1,2,dan 3 ; dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.924MENKESSKVII1996 Tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI No 82.MENKES SKI1996 Tentang Pencantuman Tulisan “Halal” pada Label Makanan, Pasal 8, Pasal 10 ayat 1, 2, 3, dan Pasal 11 ayat 1 dan 2. Namun dalam berbagai peraturan tersebut hanya mengatur mengenai kewajiban pencantuman label halal. Tidak ada peraturan yang mengatur tentang pembentukan lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifikat halal sebagi syarat pencantuman label halal. Dengan tidak adanya peraturan tersebut, dikhawatirkan produsen akan berbuat seenaknya sendiri dalam pencantuman label halal. Dengan pertimbangan bahwa produsen telah menunaikan kewajibannya untuk mencantumkan label halal, tanpa memberikan jaminan apakah produknya benar-benar halal atau tidak. Terkait dengan kewenangan LPPOM MUI untuk melakukan sertifikasi halal, agar kemudian produsen mendapatkan suatu label halal yang resmi, respon konsumen dalam menanggapi adanya sertifikasi halal ini terbilang cukup baik. Hal ini terbukti sebanyak 93,9 responden menyetujui bila produk mencantumkan label dan nomor sertifikat halal Muhammad dan Ibnu Elmi As Pelu, 2009: 6. Hal inilah yang kemudian dapat penulis simpulkan bahwa sertifiksi halal sebagai upaya perlindungan hak atas keamanan dan keselamatan konsumen ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. commit to user

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penulis telah melakukan penelitian mengenai Sertifikasi Halal Sebagai Upaya Perlindungan Hak Atas Keamanan Dan Keselamatan Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Penulis meneliti prosedur sertifikasi halal yang dilakukan oleh LPPOM MUI Yogyakarta. Penulisan hukum ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan wawancara dan studi pustaka di LPPOM MUI Yogyakarta. Penulis melakukan wawancara pada hari Selasa, 8 Maret 2011 dengan H. E. Zainal Abidin, selaku Wakil Direktur Bidang Bimbingan dan Penyuluhan LPPOM MUI Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di LPPOM MUI Yogyakarta maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

A. Gambaran Umum Tentang LPPOM MUI Yogyakarta 1. Sejarah Pembentukan LPPOM MUI Yogyakarta

Pembentukan LPPOM MUI, didasarkan pada kewajiban pemerintah mengatur masalah kehalalan, setelah pemerintah berkonsultasi dengan MUI maka terbentuklah LPPOM MUI sebagai lembaga audit dibawah MUI untuk memverikasi pencantuman label halal, yang didasarkan pada beberapa Undang-Undang, peraturan, dan piagam kesepakatan seperti: a. Keputusan Dewan Pimpinan MUI No. Kep.669MUIX1995, tanggal 15 Oktober 1995 tetang ketentuan-ketentuan pembentukan LPPOM di daerah. b. Piagam kesepakatan bersama antara Menteri agama, Menteri kesehatan dan MUI tahun 1996. c. Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan yang didalamnya tercakup label pangan Halal. d. Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1999 yang berisi ketentuan bagi perusahaan yang mencantumkan label halal harus bisa