Validitas Data METODE PENELITIAN

Anggi Rizki Permana, 2014 KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pengamatan yang terus menerus Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang terinci mengenai apa yang sedang diamatinya. 3. Triangulasi Untuk memeriksa keabsahan data diperlukan triangulasi.Sugiyono 2009, hlm.372 menjelaskan bahwa dalam pengujian kredibilitas terdapat berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu. Berikut ini adalah bagan triangulasi sumber, triangulasi cara, dan triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini. Gambar 3.1 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data Sumber : Sugiyono 2009, hlm. 373 Gambar 3.2 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data Studi Dokumentasi Masyarakat Pemetik Teh Wawancara Observasi Pengelola Perkebunan Teh Malabar PTPN VIII Aparat Pemerintah Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan Sumber : Sugiyono 2009, hlm.373 Anggi Rizki Permana, 2014 KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data Sumber : Sugiyono 2009, hlm. 374 4. Menggunakan bahan referensi Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi. 5. Mengadakan member check Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member check pada akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang.

I. Jadwal Penelitian

Suatu penelitian yang baik dapat terlaksana apabila dilakukan sesuai dengan agenda atau jadwal yang telah disusun sebelumnya, karena itu sebagai acuan dalam melakukan penelitian penulis menyusun jadwal penelitian yang dimulai dari tahap pengajuan usulan penelitian proposal, penyusunan skripsi per bab, pelaksanaan penelitian, penyusunan laporan hasil penelitian, sampai pada evaluasi Minggu ke-II Minggu ke-I Minggu ke-III Minggu ke-II Anggi Rizki Permana, 2014 KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu hasil penelitian ujian sidang dan wisuda. Secara jelas jadwal penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Jadwal Penelitian No Kegiatan Bulan Des 13 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus 1 Pra penelitian 2 Penyusunan proposal 3 Penyusunan Bab I 4 Penyusunan Bab II 5 Penyusunan Bab III 6 Penelitian lapangan 7 Penyusunan Bab IV 8 Penyusunan Bab V 9 Penyempurnaan Skripsi 10 Sidang 11 Revisi Pasca Sidang 12 Wisuda Sarjana Sumber : diolah oleh Peneliti 2014 Anggi Rizki Permana, 2014 KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hubungan patron klien yang terjadi antara pemetik teh dan pengelola perkebunan di PTPN VIII Malabar mempunyai sifat ketergantungan yang tinggi, dimana masing-masing pihak mempunyai kebutuhan yang saling melengkapi antar satu dan yang lainnya. Hubungan patron klien ini sudah berlangsung lama dan dapat dikatakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, sekalipun terjadi beberapa pergeseran kebiasaan. Dimana saat ini sudah ditemui warga masyarakat Desa Banjarsari yang mempunyai pekerjaan di luar pemetik teh. Seperti menjadi TNI, Polisi, Guru, Pedagang, dan lain sebagainya. 2. Simpulan Khusus a. Pola hubungan patron klien antara pemetik teh dengan pengelola perkebunan di PTPN VIII Malabar menunjukan tingkat ketergantungan yang tinggi pemenuhan kebutuhan hidup, adanya saling percaya sifat tatap muka, serta tidak terbatas pada hubungan kerja luwes dan meluas. b. Bertahannya budaya patron klien yang terjadi antara pemetik teh dan pengelola perkebunan di PTPN VIII Malabar disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi; Pertama kuatnya kebiasaan yang terbangun lama dan berlangsung secara turun-temurun. Kedua, adanya ketidakmampuan klien dalam melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketiga, rendahnya kualitas sumber daya manusia yang disebabkan tingkat pendidikan yang rendah. Keempat, kuatnya semangat gotong-royong masyarakat serta adanya kecurigaan terhadap modernisasi. 94 Anggi Rizki Permana, 2014 KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

1. Bagi Pengelola Perkebunan a. Hendaknya pengelola perkebunan lebih memperhatikan kesejahteraan pegawai pemetik teh tanpa memperhatikan status dan jenjang pekerjaannya. b. Perlu diterapkan sistem penggajian yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, terutama untuk dapat mengakses pendidikan yang lebih tinggi. 2. Bagi Masyarakat Pemetik Teh a. Hendaknya masyarakat lebih mandiri dan tidak hanya menggantungkan kehidupannya sebagai pemetik teh saja, melainkan dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk menjalani pekerjaan pada bidang lain. b. Masyarakat perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui proses pendidikan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya. 3. Bagi Pemerintah a. Perlu dilakukan upaya pemberdayaan secara terpadu dan konsisten dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat, sehingga masyarakat tidak hanya terpaku pada satu bidang pekerjaan. Misalnya dengan melaksanakan pelatihan bisnis bagi masyarakat yang ditindaklanjuti dengan adanya bantuan modal awal usaha. b. Perlu regulasi peraturan yang berpihak pada buruh pemetik teh, sehingga tidak terjadi ketimpangan sosial antara pemetik teh dan pengelola perkebunan. Misalnya dengan menerapkan peraturan perlunya kesesuaian antara upah yang diberikan dengan kebutuhan masyarakat. c. Perlu kiranya merancang suatu model pengendalian harga pucuk teh, sehingga tidak berdampak pada stagnannya upah yang diterima buruh. 4. Bagi peneliti selanjutnya Perlu ada kajian lebih lanjut mengenai upaya peningkatan kesadaran masyarakat perkebunan terhadap pendidikan yang dilakukan berdasarkan hasil temuan penelitian.