Tujuan Penelitian Defenisi Operasional

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Ketuntasan kemampuan pemecahan masalah dapat meningkat melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah. Hal ini diketahui dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah pada tes pengetahuan materi prasyarat adalah 44,64, kemudian rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah pada siklus I adalah 66,18, kemudian meningkat menjadi 72,73 pada tes kemampuan pemecahan masalah siklus kedua. Persentase siswa yang telah memiliki kemampuan pemahaman matematik pada siklus pertama adalah 54,55 meningkat menjadi 81,82 pada siklus kedua. 2. Ketuntasan kemampuan komunikasi matematik dapat meningkat melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah. Hal ini diketahui dari rata-rata skor kemampuan komunikasi matematik siswa pada tes pengetahuan materi prasyarat adalah 50,30, pada siklus pertama adalah 70 meningkat menjadi 73 pada siklus kedua. Persentase siswa yang telah mampu berkomunikasi secara matematik pada siklus pertama adalah 60,6 meningkat menjadi 81,82 pada siklus kedua. 3. Penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas aktif siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktif siswa. Pada katagori pengamatan “mendiskusikan LAS secara berkelompok dengan menggunakan buku siswa dan buku- buku yang relevan dengan masalah yang diberikan” berada pada batas toleransi yang ditetapkan 10 ≤ PWI ≤ 20 dengan persentase waktu ideal 16,39. Pada katagori “diskusi antar siswa” telah berada pada batas yang ditetapkan 15 ≤ PWI ≤ 25 dengan persentase waktu ideal 17,22. Pada katagori “diskusi antar siswa dan guru” telah berada pada batas yang ditetapkan 5 ≤ PWI ≤ 5 dengan persent ase waktu ideal 12,5. Pada katagori “mengajukan pertanyaan” telah berada pada batas yang ditetapkan 0 ≤ PWI ≤ 10 dengan persentase waktu ideal 8,05. Pada katagori “menyelesaikan masalah pada LAS” telah berada pada batas yang ditetapkan 10 ≤ PWI ≤ 20 dengan persentase waktu ideal 14,14. Pada katagori “memperagakan hasilmenyampaikan pendapatide tentang masalah yang ada pada LAS” telah berada pada batas yang ditetapkan 5 ≤ PWI ≤ 15 dengan persentase waktu ideal 8,59. Pada katagori “mencatat hal-hal yang relevan dengan Kegiatan Belajar Mengajar KBM” telah berada pada batas yang ditetapkan 0 ≤ PWI ≤ 10 dengan persentase waktu ideal 14,14. Pada katagori “membuat kesimpulan dari penyelesaian masalah dalam LAS” telah berada pada batas yang ditetapkan 5 ≤ PWI ≤ 15 dengan persentase waktu ideal 10,28. Pada katagori “portofilio menyelesaikan PR dan hasil karya yang terdapat LAS” telah berada pada batas yang ditetapkan 5 ≤ PWI ≤ 15 dengan persentase waktu ideal 5,56. Aktivitas Aktif siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah telah memenuhi kriteria yang ditentukan dimana model pembelajaran dikatakan efektif jika delapan kategori dari kriteria toleransi pencapaian keefektifan waktu yang digunakan pada sembilan butir dipenuhi. 4. Respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran berbasis masalah adalah positif. Pembelajaran ini membuat siswa senang, lebih berani tertarik untuk mengikuti pembelajaran berikutnya dengan pembelajaran berbasis masalah, dan menambahkan rasa kebersamaan dalam belajar melalui diskusi kelompok.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Ketuntasan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa dapat meningkat melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah. Hasil analisis data, perangkat pembelajaran, maupun instrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya peningkatan ketuntasan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan komunikasi matematik siswa pada jenjang yang berbeda ataupun mata pelajaran yang berbeda dengan penelitian ini. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah untuk mengambil kebijakan peningkatan mutu dan inovasi pembelajaran di sekolah, karena dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa. 3. Penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas aktif siswa . Informasi mengenai aktivitas siswa memperlihatkan pentingnya siswa dibekali kemampuan berdiskusi dan bernegosiasi sehingga orientasi siswa tidak hanya pada penyelesaian soal saja tetapi terhadap penguasaan materi. 4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan karena dapat memberikan respon positif terhadap kegiatan pembelajaran berbasis masalah. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Amir, M. T. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ansari, B. I. 2009. Komunikasi Matematik : Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh : PeNa Arikunto, Suharsimi 1991. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta . 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Bandung : Bumi Aksara . 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar Buku Satu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar Buku Dua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Atun, I. 2006. Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe Student Achievment Divisions Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah dan Komunikasi Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI Bandung. Ben-Zeev, T, Sternberg, R.J. 1996. The Nature 0f Mathematical Thinking. Mahwah. NJ: Lawrence Erlbaum Assosiates, Inc. Cangara, H. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dhitya. 2008. Komunikasi Matematik, Online, http:dhityaprivate.blogspot. com.html diakses 28 September 2012 Hamalik. 2003. Strategi Baru Berdasarkan CBSA. Bandung : Sinar Baru Haryati, M. 2006. Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktek. Jakarta : Gaung Persada Press. Hayat, B. Yusuf, S. 2009. Benchmark Internasional, Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.