8
breising konsentrik memiliki beberapa tipe seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 SNI 1729:2002.
Gambar 2.1 Tipe-tipe breising konsentrik
AISC, 2010
Pada breising konsentrik tipe x-2 lantai merupakan rangka breising x yang dipasang untuk ketinggian 2 lantai seperti terlihat pada Gambar 2.1 e. Rangka
breising ini dapat menjadi pilihan yang baik bila dibandingkan dengan rangka breising tipe v atau v-terbalik, bila terjadi tekuk pada batang tekan breising, balok
akan mengalami defleksi kebawah sebagai akibat dari adanya gaya-gaya yang tidak seimbang pada balok. Defleksi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem
pelat lantai diatas sambungan tersebut. Sehingga untuk mengantisipasi terjadinya defleksi kebawah pada balok maka diperlukan konfigurasi breising yang mencegah
terbentuknya gaya-gaya yang tidak seimbang tersebut dan mendistribusikannya menuju lantai lain yang tidak mengalami defleksi tersebut Utomo, 2011.
Perbandingan mengenai perilaku antara rangka breising konsentrik tipe x-2 lantai dengan tipe v-terbalik ditunjukkan oleh Hewitt, et al, 2009 melalui sebuah
skema yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
a. V-terbalik b. X-2 lantai Gambar 2.2 Perbandingan perilaku rangka breising konsentrik tipe v-terbalik dan
x-2 lantai
Hewitt, Sabelli, dan Bray, 2009
9
Dapat dilihat pada Gambar 2.2 bahwa pada struktur rangka breising tipe x- 2 lantai, gaya-gaya tidak seimbang pada balok didistribusikan melalui batang tarik
breising yang berada dilantai atasnya. Hal ini akan mencegah terjadinya defleksi ke bawah pada balok sehingga dapat mencegah kerusakan pada pelat lantai.
2.5 Struktur Rangka Breising Konsentrik Khusus SRBKK
Berdasarkan SNI 03 1729:2002, Sistem Rangka Bresing Konsentris Khusus SRBKK direncanakan pada bangunan baja yang berada di wilayah gempa
menengah hingga besar. Bresing yang digunakan sebagai komponen penahan lateral harus memenuhi parameter sebagai berikut :
Kelangsingan Batang bresing harus memenuhi syarat kelangsingan yaitu
�� � �
≤
√��
Beban aksial terfaktor pada batang bresing tidak boleh melebihi ϕNc Perbandingan lebar terhadap tebal penampang bresing tekan yang
berperilaku ataupun yang tidak diperkaku harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini :
1. Batang bresing harus bersifat kompak, yaitu λλp. Perbandingan lebar terhadap tebal untuk penampang siku tidak boleh lebih dari
√�� .
2. Penampang bulat berongga harus mempunyai perbandingan diameter luar terhadap tebal dinding, kecuali dinding penampang tersebut diberi pengaku
3. Penampang persegi berongga harus mempunyai perbandingan lebar terhadap tebal dinding kecuali dinding penampang tersebut diberi pengaku.
Berdasarkan SNI 03-1729-2012 Pasal 15.11.4.1, Sistem rangka yang menggunakan Bresing tipe V dan tipe V terbalik harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut: 1. Balok yang bersilangan dengan batang bresing harus menerus dari kolom ke
kolom. 2. Balok yang besilangan dengan batang bresing harus direncanakan untuk memikul
pengaruh semua beban mati dan hidup berdasarkan kombinasi pembebanan dengan menganggap bahwa batang bresing tidak ada.
10
3. Balok yang besilangan dengan batang bresing harus direncanakan untuk memikul pengaruh kombinasi pembebanan kecuali bahwa Qb harus disubtitusikan pada
suku E. Qb harus dihitung dengan menggunakan minimum sebesar Ny untuk bresing dalam tarik dan maksimum sebesar 0,3
ϕ Nc untuk bresing tekan. 4. Sayap-sayap atas dan bawah balok pada titik persilangan dengan batang bresing
harus direncanakan mampu memikul gaya lateral yang besarnya sama dengan 2 kuat nominal sayap balok f
y
b
f
t
bf
Kolom pada SRBKK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Perbandingan Lebar terhadap Tebal
Perbandingan lebar terhadap tebal penampang kolom dalam tekan yang diberi pengaku ataupun yang tidak diberi pengaku, harus memenuhi persyaratan
untuk batang bresing pada penjelasan Perbandingan lebar terhadap tebal sebelumnya
Penyambungan Penyambungan kolom pada SRBKK juga harus direncanakan untuk mampu
memikul minimal kuat geser nominal dari kolom terkecil yang disambung dari 50 kuat lentur nominal penampang terkecil yang disambung.Penyambungan
harus ditempatkan di daerah 13 tinggi bersih kolom yang di tengah.
2.6 Kombinasi Beban
Berdasarkan SNI 1727:2013, kombinasi beban dipilih yang menghasilkan efek yang paling tidak baik di dalam bangunan gedung, fondasi, atau komponen
struktural yang diperhitungkan. Efek dari satu atau lebih beban yang tidak bekerja harus dipertimbangkan.
desainnya sama atau melebihi efek dari beban terfaktor dalam kombinasi berikut:
1. 1,4D 2. 1,2D + 1,6L + 0,5 L
r
atau S atau R 3. 1,2D + 1,6 L
r
atau S atau R + L atau 0,5W 4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 L
r
atau S atau R 5. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
6. 0,9D + 1,0W 7. 0,9D + 1,0E
11
dimana: D
= beban mati E
= beban gempa L
= beban hidup Lr
= beban hidup atap R
= beban hujan W
= beban angin
2.7 Sambungan Sederhana
Berdasarkan SNI 1729:2015, sambungan sederhana mengabaikan adanya momen. Pada analisis struktur, sambungan sederhana dianggap memungkinkan
terjadinya rotasi relatif tidak terkekang antara elemen yang tersambung bercabang. Sambungan sederhana harus memiliki kapasitas rotasi yang cukup untuk
mengakomodasi rotasi perlu yang ditentukan melalui analisis struktur. Sambungan sederhana atau sambungan sendi biasanya digunakan pada
sambungan balok anak ke balok induk, sambungan breising ke balok kolom, dan sambungan pada dudukan kolom baja. Pada sambungan sederhana, momen yang
terjadi sama dengan nol, sehingga baut hanya memikul geser. Ilustrasi sambungan sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.3, pada gambar
dapat dilihat bahwa sambungan hanya menggunakan baut dan pelat siku sederhana tanpa perlu dilakukan pengelasan. Sambungan baut dilakukan di kedua elemen
struktur yang akan disambungkan, jika pada balok anak maka pada bagian web balok anak dan bagian flange balok induk yang dipasangkan bolt dengan
dihubungkan oleh pelat siku.