Gejala Klinis Pada Manusia

10 disekitarnya, menggigit hewan lainnya, bahkan menggigit pemiliknya sendiri. Air liur anjing keluar banyak karena hewan takut untuk menelan salivanya sendiri karena sudah terjadi paralisis dari muskulus deglutitory, suara menggonggongnya keras dan lebih lama akibat paralisis parsial pada pita suaranya. Penyakit rabies pada anjing dapat berkembang dari organ-organ ekstremitas, paralisis terjadi secara umum dan terakhir berakhir dengan kematian dengan lama waktunya antara 1-11 hari.

2.6.2 Gejala Klinis Pada Manusia

Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi 5 fase, yakni fase prodormal, neurologik akut, furious, paralitik, dan koma Soeharsono, 2002. Masa inkubasi rabies pada manusia sangat bervariasi antara 2-8 minggu, tetapi ada juga dari 10 hari sampai 8 bulan atau lebih tetapi rata-rata 6 bulan. Namun ada beberapa ahli yang mengatakan bahwasanya masa inkubasi rabies juga dapat mencapai waktu 5 tahun. Lama tidaknya masa inkubasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti dosis virus yang masuk melalui gigitan, tempat gigitan, jarak gigitan dengan susunan saraf pusat dan keparahan luka gigitan . Pada fase prodormal gejala yang muncul umumnya bersifat ringan dan tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Penyakit diawali dengan perasaan tidak tenang serta gelisah kemudian demam, cephalgia, lalu perubahan sensoris di tempat gigitan. Penderita merasa nyeri, panas, dan kesemutan di daerah yang pernah digigit hewan pembawa rabies disertai dengan kesemutan pada bekas luka dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan sensoris. Selain itu nafsu makan menurun, muntah, sakit perut, kondisi tubuh melemah, sakit kepala, merasa kedinginan, terbakar dan gatal. Fase eksitasi sering diikuti dengan hyperesthesia, kepekaan terhadap sinar dan bunyi, dilatasi pupil dan peningkatan saliva. Perkembangan penyakit diikuti dengan spasmus otot-otot pengunyah, dan penolakan saliva karena kontraksi muskulus. Gangguan fungsi menelan sering terlihat pada sebagian besar pasien sebagai akibat dari kontraksi spasmus muskulus larygopharyngeal ketika melihat air dan berhenti menelan ludahnya. Selanjutnya juga dapat mengakibatkan 11 spasmus otot-otot respiratorius dan terjadilah kejang umum. Fase eksitasi ini bertahan sampai pasien meninggal. Penyakit biasanya berakhir dalam waktu 2-6 hari dan umumnya diakhiri dengan kematian Acha dan Szyres, 1987. Pasien kasus rabies biasanya meninggal pada fase eksitasi. Namun terkadang dapat diganti oleh fase paralisis umum. Otot-otot bersifat progresif dikarenakan terjadi gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresi otot-otot pernafasan. Pada tahap ini fase dapat dilihat dengan perubahan patologis yang dijumpai pada bagian terendah dari medula oblongata.

2.7 Diagnosa Rabies