Metode Pengambilan Sampel Metodologi Penelitian

1.7 Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah Pendekatan kuantitatif. Menurut Emzir 2009, Pendekatan Kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma post positivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori. Pendekatan analisis pada penelitian ini dengan melakukan identifikasi kondisi eksisting dahulu sehingga dapat diketahui keterkaitan antara variabel-variabel penelitian yang mempengaruhi kawasan Heritage Braga. Sehingga akan mengetahui penilaian masyarakat terhadap variabel-variabel penelitian yang telah ditentukan. Hasil pengolahan data yang diperoleh akan di analisis deskriptif. Menurut Sugiyono 2010 Analisis deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki dan membantu dalam menyimpulkan presepsi dari masyarakat tentang pengaruh slum area terhadap kawasan Heritage Braga sehingga tercapai sebuah kesimpulan maupun rekomendasi.

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika pembahasan merupakan gambaran struktur pembahasan dari isi laporan secara keseluruhan. Sistematika pembahasan dalam laporan ini yaitu sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penilitian, ruang lingkup penelitian, kerangka pemikiran metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan mengenai Pada bab ini berisikan mengenai penjelasan-penjelasan teori dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan tema penelitian yang bersumber dari studi literatur.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Pada bab ini berisikan mengenai Kondisi Umum Kelurahan Braga, Kependudukan, Kondisi Eksisting Wiayah Studi, dan fasilitas umum dan sosial yang berada di Kelurahan Braga.

BAB IV IDENTIFIKASI PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG

PENGARUH SLUM AREA TERHADAP KAWASAN HERITAGE BRAGA Pada bab ini menjelaskan mengenai kondisi kekumuhan permukiman yang berada di wilayah studi, pola interaksi masyarakat slum area dengan kegiatan di kawasan Heritage Braga, dan presepsi masyarakat tentang pengaruh slum area terhadap Kawasan Heritage Braga.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari seluruh isi laporan pada bab sebelumnya. Pada bagian akhir bab ini adalah hasil presepsi dari masyarakat tentang pengaruh slum area terhadap Kawasan Heritage Braga yang telah kesimpulan dan rekomendasi. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permukiman Kumuh

2.1.1 Pengertian Permukiman Kumuh

Permukiman berasal dari kata housing dalam bahasa inggris yang artinya perumahan. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta sarana dan prasarana lingkungan, sedangkan permukiman memberikan arti yakni kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan. Kota pada awalnya berupa permukiman dengan skala kecil, kemudian mengalami perkembangan akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan sosial ekonomi serta interaksi dengan kota – kota lain dan daerah hinterland. Kota – kota di indonesia pertumbuhan penduduk tidak di imbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana kota dan peningkatan pelayanan perkotaan, bahkan yang terjadi justru sebagian kawasan perkotaan mengalami penurunan lingkungan yang berpotensi menciptakan slum area kumuh. Akibatnya, muncul slum area kumuh di beberapa wilayah kota merupakan hal yang tidak dapat dihindari yaitu tidak di rencanakan oleh pemerintah tetapi slum area kumuh ini tumbuh secara alami. Menurut Rindrojono, 2013 Kumuh adalah gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan rendah. Dengan kata lain, kumuh dapat di artikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Menurut Undang –Undang No. 1 pasal 1 ayat 13 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, dijelaskan bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Dan, perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa slums area adalah wilayah permukiman yang berkepadatan tinggi, miskin, kurang terpenuhinya