Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang

(1)

PADA KOMUNITAS IBU SLUM AREA

KELURAHAN SELAPAJANG JAYA

KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

MUTIARA SARI DEWI NIM : 1110104000051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014

Mutiara Sari Dewi, NIM: 1110104000051

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang xix+72 halaman + 13 tabel + 2 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Dukungan keluarga adalah dukungan sosial yang diberikan oleh anggota keluarga seperti orangtua, suami atau istri, atau saudara kandung. Dukungan keluarga memiliki peran penting bagi ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal care. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan antenatal care pada komunitas ibu slum area

(daerah kumuh). Penelitian ini dilakukan di pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 28 orang. Sampel penelitian merupakan komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga melahirkan dalam jangka waktu 2012-2014. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Cara pengumpulan data menggunakan kuisioner. Hasil penelitian mengungkapkan 57.1% ibu slum area memiliki dukungan keluarga tidak baik, namun angka kunjungan antenatal care mencapai 96.4%. Hipotesis nol (Ho) diterima atau tidak adanya hubungan bermakna antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan antenatal care dengan p value 1.000 (sig 2 tailed > 0.05). Peran keluarga serta dukungan yang positif bagi ibu hamil sangat perlu untuk ditingkatkan dan dikaji faktor lainnya yang lebih mempengaruhi kunjungan antenatal care.

Kata Kunci: Dukungan keluarga, frekuensi kunjungan antenatal care, slum area Daftar Bacaan: 66 (2001 – 2014)


(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014

Mutiara Sari Dewi, NIM: 1110104000051

The Relationship between Family Support and Antenatal Care Visit Frequency among Maternal Slum Community Areas in Selapajang Jaya Tangerang City xix + 72 pages + 14 tables + 2 schemes + 7 attachments

ABSTRACT

Family support is the social support provided by family members such as parents, spouse, or sibling. Family support has an important role for pregnant women to visit antenatal care (ANC). The purpose of this study,to know and determine whether there is a relationship between the frequency of family support for antenatal care visits (ANC) on maternal slum community areas (slums). This research was conducted in the slum Village Selapajang Jaya Tangerang City. The number of samples of this study as many as 28 people. The research sample is a community of women who have experienced pregnancy until delivery in the 2012-2014 time period. The study design was cross-sectional. The collecting data was using a questionnaire. The results of the study revealed 57.1% of women slum areas have poor family support either, however the figure reached 96.4% of ANC visits. The results of the statistical test obtained p value 1.000 (2-tailed sig> 0.05). Ho accepted or absence of a significant relationship between the frequency of family support for ANC. The roles and social support from family members for maternal slum mother have to be promoted. In the other hand, many factors which is influencing ANC visit frequency among maternal slum mother need to be examined.

Key Words: Family support, antenatal care visit frequency, slum area Reference: 66 (2001 – 2014)


(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MUTIARA SARI DEWI

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 31 Mei 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Roda Hias, RT 007/002 Blok G-4 Kecamatan Serpong

Tangerang Selatan, Banten

HP : 085718250319

E-mail : mutiara_dewii@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Al-Amanah Serpong 1996 – 1998

2. Sekolah Dasar Negeri 03 Serpong 1998 – 2000 3. Sekolah Dasar Negeri 01 Pondok Petir 2000 – 2001 4. Sekolah Dasar Negeri 06 Serpong 2001 – 2004 5. Madrasah Diniyah Al-Amanah Serpong 2001 – 2004 6. Sekolah Menengah Pertama 02 Cisauk 2004 – 2007 7. Madrasah Aliyah Negeri Serpong 2007 – 2010 8. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 – sekarang ORGANISASI

1. Dokter Kecil (Dokcil) SDN 06 Serpong 2003 – 2004

2. OSIS SMPN 02 Cisauk 2004 – 2007

3. Rohani Islam (ROHIS) SMPN 02 Cisauk 2004 – 2007

4. OSIS MAN Serpong 2007 – 2010


(9)

ix

6. PASKIBRA Kecamatan Setu 2008 – 2009

7. PRAMUKA MAN Serpong 2008 – 2010

8. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat 2010 – 2012 9. Paduan Suara FKIK (PASIFIK) UIN 2010 – 2012 10.BEM Jurusan Ilmu Keperawatan 2012 – 2014 11.Himpunan Remaja Masjid (HIRMAS) Al-Fattah Serpong 2007 – sekarang


(10)

PERSEMBAHAN

“Andai aku telah dewasa, apa yang akan kukatakan untukmu idolaku

tersayang,

Ayah...

Oh, andai... usiaku berubah, kubalas cintamu

Bunda...

Pelitaku, Penerang jiwaku dalam setiap waktu....

Oh Tuhan, Kau kupinta...

Bahagiakan mereka sepertiku....”

(Sherina, Andai Aku Besar Nanti)

Dalam selembar kertas ini, ingin kunyatakan bahwa skripsi yang amat sederhana ini, semuanya aku persembahkan kepada:

Mama, satu-satunya wanita yang melahirkanku, yang senantiasa

mendoakanku dalam setiap tahajudnya, yang senantiasa membantuku saat aku terjatuh, dan yang akan selalu mencintaiku seberapapun sering aku melawan perkataannya. I Love You forever, Ma...

Ayah, seorang laki-laki yang rela banting tulang agar aku bisa sekolah

setinggi ini, seorang imam yang selalu menjadi teladan anak-anaknya, seorang pejuang keluarga yang terhebat, laki-laki terbaik sepanjang hidupku...

Adik-adikku tersayang, betapapun kalian sering membuatku kesal, tapi kalianlah saudara sedarahku yang takkan pernah putus sampai kapanpun. Kalianlah yang juga menjadi motivasiku untuk menjadi kakak yang terbaik. Love you guys..

Guru-guru dan dosen-dosenku, sejak Taman Kanak-Kanak hingga bangku kuliah, tanpa jasa mereka aku mungkin takkan pernah bisa tahu dan takkan pernah mengerti ilmu apapun di dunia ini.


(11)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam dan seluruh isinya. Hanya dengan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula selalu terhantarkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, semoga kita selaku umatnya dapat senantiasa meneladani sifat-sifat mulianya dan mendapatkan syafaatnya. Amin.

Skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area

Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang” ini diajukan sebagai syarat meraih

gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) selain itu juga sebagai media pembelajaran bagi penulis di bidang penelitian.

Proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat bekerja sendiri melainkan banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka melalui tulisan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjuddin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi serta Ibu Eni Nur’aini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ns.Shanty Farida Rahmi, S.Kep dan Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep,MKM selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberikan pengarahan dan penguatan kepada penulis selama kuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan.


(12)

5. Ibu Yenita Agus, M.Kep, Sp.Mat, PhD selaku pembimbing 1 dan Ibu Nia Damiati S.Kp, MSN selaku pembimbing 2 yang tak pernah bosan dan tak pernah lelah selalu mengajarkan serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Segenap jajaran pengajar/dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan berbagai hal serta memberikan inspirasi bagi penulis mengenai dunia keperawatan dan memotivasi penulis untuk menjadi tenaga perawat yang lebih baik di masa yang akan datang.

7. Orang tua tercinta (Bapak H.Mahyuddin,SH dan Ibu Jueriah, S.PdI) dan adik-adik tersayang (M. Akbar dan Maharani Rafadian), serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis hingga penulis mampu mencapai tahap seperti saat ini.

8. Teman-teman seperjuangan, PSIK Angkatan 2010, yang telah bersama-sama berjuang melewati semua tantangan perkuliahan dan selalu kompak. 9. Tak lupa sahabat-sahabat tersayang (Lia, Desi, Hani, Wilda, Mella), tanpa

dukungan kalian penulis merasa bukan siapa-siapa. I Love you gals... Skripsi ini tak lepas dari segala bentuk kekurangan, sehingga penulis akan sangat menerima kritik dan saran demi terbentuknya karya tulis yang lebih baik.

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta, Juli 2014


(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Pernyataan Persetujuan ... v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... viii

Lembar Persembahan ... x

Kata Pengantar ... xi

Daftar Isi ... xiii

Daftar Singkatan ... xvi

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Bagan ... xviii

Daftar Lampiran ... .. xix

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 7


(14)

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga ... 10

1. Konsep Keluarga ... 10

a. Definisi Keluarga ... 10

b. Tipe-Tipe Keluarga ... 11

2. Konsep Dukungan Keluarga ... 12

a. Definisi Dukungan Keluarga ... 12

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 13

c. Macam-Macam Bentuk Dukungan Keluarga ... 15

d. Sumber Dukungan Sosial / Keluarga ... 16

e. Kualitas Dukungan Keluarga ... 17

f. Fungsi Dukungan Keluarga ... 18

g. Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil ... 19

B. Konsep Antenatal Care ... 20

1. Definisi Antenatal Care... 20

2. Tujuan Antenatal Care ... 21

3. Frekuensi Antenatal Care ... 21

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Antenatal Care ... 23

C. Konsep Slum Area ... 25

1. Definisi Slum Area ... 25

2. Tipe-Tipe Slum Area ... 27

3. Pelayanan Kesehatan di Slum Area ... 28

D. Penelitian Terkait ... 29

E. Kerangka Teori ... 32

3. BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 33

B. Definisi Operasional ... 34


(15)

xv

4. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

1. Hasil Uji Validitas ... 43

2. Hasil Uji Reliabilitas ... 44

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 44

G. Etika Penelitian ... 46

H. Prosedur Pengolahan Data ... 47

I. Teknik Analisa Data ... 49

1. Analisa Univariat ... 49

2. Analisa Bivariat ... 49

5. BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang ... 51

B. Hasil Analisis Univariat ... 52

C. Hasil Analisis Bivariat... 57

6. BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ... 59

B. Analisis Bivariat ... 64

C. Keterbatasan Penelitian ... 68

7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71 Daftar Pustaka


(16)

DAFTAR SINGKATAN

ANC : Antenatal Care

BPS : Badan Pusat Statistik

Depkes : Departemen Kesehatan

Kesbangpol : Kesatuan Bangsa dan Politik

Kesbanglinmas : Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

Litbangkes : Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

MDGs : Millenium Development Goals

Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

UN : United Nation


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Definisi Operasional 34 Tabel 4.1 : Kisi –kisi Kuisioner Dukungan Keluarga 42 Tabel 5.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 52 Tabel 5.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 53 Tabel 5.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 53 Tabel 5.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat

Kesehatan Selama Hamil 54

Tabel 5.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah

Kehamilan 54

Tabel 5.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun

Kehamilan 55 Tabel 5.7 : Gambaran Jenis Pelayanan Kesehatan yang

digunakan Responden 55

Tabel 5.8 : Gambaran Dukungan Anggota Keluarga yang

Menemani Kunjungan ANC 56

Tabel 5.9 : Gambaran Dukungan Keluarga 56 Tabel 5.10: Gambaran Kunjungan ANC 57 Tabel 5.11: Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi


(18)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Kerangka Teori 32


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat- Surat Perizinan

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3. Kuisioner

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas SPSS Lampiran 5. Hasil Univariat SPSS

Lampiran 6. Hasil Bivariat SPSS Lampiran 7. Hasil Tabulasi Data


(20)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berkisar 220 per 100.000 kelahiran (WHO, 2011). Indonesia menempati peringkat ketiga negara dengan jumlah AKI tertinggi setelah Laos dan Kamboja (Hogan dkk, 2008 dalam Tumaji dkk, 2013 ; Kemenkes, 2011). Berdasarkan fakta tersebut, Indonesia bersama bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium bersama untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Terdapat delapan tujuan MDGs, diantaranya tujuan ke-5 yakni meningkatkan kesehatan ibu dengan dua targetnya yaitu “Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga-perempat dalam kurun waktu 1990-2015” serta target yang kedua, “Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015” (Bappenas, 2011).

Penyebab utama kematian ibu masih diyakini adalah trias klasik (perdarahan, infeksi, dan eklampsia) (Depkes, 2007). Namun jika dilakukan penelusuran lebih dalam, etiologi lain yang menyebabkan kematian ibu secara tidak langsung yakni rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, akibat masih adanya hambatan informasi, hambatan sosial-budaya, hambatan ekonomi dan hambatan geografis dalam menjaga kesehatan ibu hamil (Depkes, 2007). Dengan dilakukannya kunjungan pelayanan antenatal yang


(21)

berkualitas, komplikasi kehamilan dapat diketahui secara dini sehingga langsung dapat ditangani (Depkes, 2007).

Pelayanan antenatal terpadu atau dengan istilah antenatal care (ANC) adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil yang bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan/gangguan/penyakit yang diderita oleh ibu hamil (Kemenkes, 2007). Pelayanan ANC rutin meliputi intervensi medis serta saran-saran kesehatan yang diterima ibu hamil selama kehamilannya dan ini merupakan poin kunci bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan komplikasi (Kamal, 2013). WHO merekomendasikan kunjungan ANC pada kehamilan normal, yakni sebanyak empat kali kunjungan (Tran dkk, 2012).

Namun pelaksanaan ANC secara lengkap (K1-K4) belum begitu menyeluruh pelaksanaannya, baik di tiap-tiap provinsi di Indonesia, di daerah pedesaan maupun perkotaan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2010, angka cakupan pelayanan antenatal untuk satu kunjungan (K1) yakni 92,70% dan empat kali kunjungan (K4) hanya sebesar 61,40% (Bappenas, 2011). Dalam penelitian oleh Tumaji dkk (2013) dipaparkan mengenai angka cakupan ANC K1-K4 di daerah kumuh perkotaan di seluruh Indonesia yang bersumber dari data sekunder, yakni Riskesdas (2010), bahwa untuk cakupan K1 sudah mencapai 84,6% (n = 2318) dan angka cakupan K4 (1-1-2) yakni mencapai 72,4% dan dinyatakan masih jauh dari target pemerintah yaitu sebesar 95%.


(22)

WHO merangkum beberapa faktor yang dapat mencegah ibu dalam menerima atau mencari perawatan selama kehamilannya maupun saat persalinannya, yakni kemiskinan, jarak, kurangnya informasi, pelayanan inadekuat, serta budaya (WHO, 2012). Penelitian oleh Rahman (2009) di komunitas ibu hamil di kawasan kumuh Bangladesh, yakni bahwa tingkat pengetahuan ibu, lokasi pelayanan kesehatan, pekerjaan suami serta pendapatan keluarga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC. Hasil studi yang dilakukan oleh Low (2005) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC diantaranya yaitu faktor demografik, situasional, dan psikososial, faktor psikososial meliputi reaksi ibu terhadap kehamilannya, keterlambatan diagnosa kehamilan, kontemplasi aborsi, serta ketersediaannya dukungan sosial.

Ketersediaan dukungan sosial diyakini menjadi salah satu faktor perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ANC (Low, 2005; Potter dkk, 2009). Dukungan sosial merupakan kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman/anggota keluarga (Baron dan Byne, 2005, dalam Adicondro, 2011). Hasil penelitian oleh Kim dkk.(2010) bahwa ibu hamil yang menerima dukungan sosial yang adekuat akan meningkatkan perilaku ibu dalam menjaga kesehatannya, termasuk melakukan kunjungan prenatal care. Penelitian oleh Tyas (2013) pada ibu hamil di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo, membuktikan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC. Potter (2009) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa ibu hamil yang


(23)

tidak melakukan ANC adalah ibu hamil yang mengalami kekurangan dukungan sosial. Bahkan hasil penelitian oleh Wahn dan Eva Nissen (2008) pada komunitas wanita di Swedia, menyatakan bahwa wanita ternyata memang mengharapkan dukungan dari keluarga terutama dari ibu dan suami pada masa-masa kehamilan mereka.

Adapun dukungan sosial keluarga memiliki manfaat tersendiri bagi individu yang menerimanya, sebagaimana yang dinyatakan dalam hasil studi yang dilakukan oleh Adicondro (2011) dipaparkan bahwa orang yang mendapatkan dukungan sosial keluarga yang tinggi maka akan banyak mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif dari keluarga yang tinggi pula, sehingga meningkatkan pula perasaan individu tersebut akan perhatian dan pengetahuan. Sedangkan pada ibu hamil, dampak dukungan sosial keluarga terbukti memberikan outcome kehamilan yang baik, seperti ibu dapat melahirkan bayi dengan berat badan ideal dan mencegah lahirnya bayi prematur, serta dapat meningkatkan kualitas hidup ibu (Haobijam 2010; Nohara dan Miyagi 2009; Ohonsi 2010). Berbeda dengan ibu hamil yang mendapatkan dukungan sosial keluarga yang adekuat, maka pada ibu hamil yang kurang mendapatkan dukungan sosial keluarga cenderung mengalami gejala depresi antenatal (Golbasi dkk, 2009) dan

outcome kehamilannya melahirkan bayi prematur (Gungor dkk, 2010).

Slum area atau daerah kumuh merupakan salah satu jenis pemukiman yang identik dengan kemiskinan dan diperkirakan sekitar 820 juta orang tinggal di pemukiman kumuh di seluruh dunia (WHO, 2009). Salah satu


(24)

masalah kesehatan di daerah kumuh perkotaan adalah sulitnya masyarakat untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (Matthews dkk, 2010, dalam Tumaji dkk, 2013). Umumnya di daerah kumuh lokasi pelayanan kesehatan milik pemerintah terletak sangat jauh dari lokasi pemukiman, sehingga biasanya masyarakat yang tinggal di daerah kumuh memilih pelayanan kesehatan milik swasta karena lebih dekat lokasinya (Pande, 2005). Hasil penelitian oleh Surtiari dkk (2009) mengenai akses masyarakat pemukiman kumuh terhadap pelayanan kesehatan di Kota Tangerang menyatakan bahwa kebanyakan masyarakat kumuh bersifat tidak menetap sehingga masih banyak yang belum terdata di pelayanan kesehatan setempat, selain itu tingkat pengetahuan tentang cara mengakses pelayanan kesehatan dan penggunaan Jamkesmas masih kurang sehingga biasanya masyarakat cenderung membeli obat di warung dibandingkan ke pelayanan kesehatan setempat.

Kelurahan Selapajang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Neglasari di Kota Tangerang. Kelurahan ini terdiri dari 40 Rukun Tetangga (RT) dan 8 Rukun Warga (RW) dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 17.265 jiwa (Litbang Tangerang, 2012). Selapajang Jaya adalah kelurahan yang memiliki area pemukiman kumuh perkotaan yang terletak tepat di area Bandara Soekarno-Hatta, yakni RW 05 dan RW 08 dan sebagian dari penduduknya tidak memiliki izin kepemilikan tanah dan bangunan.

Dari hasil wawancara peneliti kepada kader Posyandu di area pemukiman kumuh Selapajang Jaya, didapatkan bahwa angka kesadaran ibu


(25)

hamil untuk melakukan kunjungan ANC (K1-K4) cukup tinggi, yakni sekitar 80%. Adapun ada berbagai faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan kunjungan ANC, yaitu faktor ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dan keluarga, serta adanya dukungan dari keluarga. Selain itu, letak pelayanan kesehatan pemerintah, yakni Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang, yang sangat jauh dari daerah pemukiman, jarak dari Puskesmas ke area pemukiman sejauh 1,2 kilometer (Litbang Tangerang, 2013), sedangkan jarak dari RSUD Tangerang sejauh 2,1 kilometer (Litbang, Tangerang, 2013), membuat masyarakat daerah kumuh Selapajang Jaya lebih memilih posyandu, klinik bidan atau rumah sakit swasta sebagai pilihan masyarakat untuk pemeriksaan kesehatan dan berobat, termasuk juga ibu hamil dan melahirkan.

Berdasarkan berbagai fakta yang telah dipaparkan mengenai manfaat dukungan keluarga dan kunjungan ANC di berbagai wilayah di Indonesia termasuk kawasan kumuh perkotaan (slum area), maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang”.

B. Rumusan Masalah

Pada latar belakang masalah dijelaskan bahwa pentingnya ibu hamil dalam melakukan ANC, yakni salah satunya sebagai cara untuk mengidentifikasi adanya keluhan atau kelainan fisik, adanya stressor


(26)

psikologis selama kehamilan juga dapat teridentifikasi (Cannella, 2006, dalam Choi, 2010). ANC juga dapat membantu mengurangi angka mortalitas maternal (Simkhada dkk.,2010). Choi (2010) dalam studinya pada beberapa ibu hamil di Korea, memaparkan bahwa faktor penting pada ibu hamil dalam melakukan prenatal care, yaitu stress dan dukungan sosial. Peneliti belum banyak menemukan penelitian sebelumnya di Indonesia mengenai ANC pada komunitas ibu yang tinggal di kawasan kumuh (slum area) dan hubungannya dengan dukungan keluarga. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana data demografi komunitas ibu slum area di Kelurahan Selapajang Jaya?

2. Bagaimana frekuensi kunjungan ANC (K1-K4) pada komunitas ibu slum area di Kelurahan Selapajang Jaya?

3. Siapakah anggota keluarga yang paling berperan dalam menemani ibu hamil melakukan kunjungan ANC?

4. Bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan ANC pada komunitas ibu slum area Kelurahan Selapajang Jaya?


(27)

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan

Antenatal care pada komunitas ibu slum area di Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data demografi komunitas ibu di Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang.

b. Mengetahui bagaimana riwayat frekuensi kunjungan ANC (K1-K4) pada komunitas ibu di Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang. c. Mengetahui anggota keluarga yang paling berperan menemani ibu

hamil dalam melakukan kunjungan ANC.

d. Mengetahui dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan ANC pada komunitas ibu yang tengah diteliti.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Penelitian ini dapat menjadi sumber data bagaimana sebenarnya pengaruh dukungan keluarga terhadap keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil, sehingga kedepannya tenaga medis puskesmas tidak hanya memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil tetapi juga keluarga yang bersangkutan.


(28)

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan suatu informasi untuk tindakan keperawatan pada ibu hamil agar juga melibatkan keluarga sebagai dukungan sosial bagi ibu hamil sehingga tindakan keperawatan yang diberikan bisa lebih bersifat komprehensif.

3. Bagi Penelitian Berikutnya

Bagi penelitian berikutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih luas lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC selain dari variabel dukungan keluarga.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang mencari hubungan antar dua variabel dengan desain cross sectional, yakni untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan frekuensi kunjungan Antenatal care (ANC). Lokasi penelitian dilakukan di pemukiman kumuh perkotaan di RW 05 dan RW 08, Kelurahan Selapajang Jaya Kecamatan Neglasari Kota Tangerang. Adapun subjek penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga persalinan dalam jangka waktu tahun 2012-2014.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga

1. Konsep Keluarga a. Definisi Keluarga

Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan memiliki hubungan darah, pernikahan, atau adopsi yang saling berbagi secara emosional dan melakukan tugas-tugas sosialnya dalam keluarga (U.S. Census Bureau, 2004; Levine, Carey, & Crocker, 1999, p.119, dalam Leifer, 2008). Menurut Friedman (1992, dalam Bobak dkk, 2005) menyatakan bahwa definisi keluarga adalah dua individu atau lebih yang bergabung bersama karena ada ikatan untuk saling berbagi dan ikatan kedekatan emosi dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian keluarga. Biro Sensus Amerika Serikat (1996, dalam Bobak dkk.2005) mengidentifikasi dua kategori utama rumah tangga sebagai keluarga dan bukan keluarga. Sebuah keluarga atau suatu rumah tangga berbentuk keluarga membutuhkan kehadiran sekurang-kurangnya dua orang, seorang kepala keluarga dan satu atau lebih anggota keluarga lain yang mempunyai hubungan dengan kepala keluarga tersebut melalui kelahiran, adopsi, atau pernikahan. Sedangkan rumah tangga yang bukan keluarga terdiri dari


(30)

seorang kepala keluarga yang hidup sendiri atau dengan orang yang tidak mempunyai hubungan dengan dirinya (Bobak dkk. 2005).

b. Tipe-Tipe Keluarga

Leifer (2008) dalam bukunya “Maternity Nursing: An Introductory Text”, mengklasifikasikan tipe keluarga menjadi 8 (delapan) macam, diantaranya yaitu:

1. Keluarga Inti (Nuclear Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung yang hidup bersama.

2. Keluarga Campuran (Blended or Reconstituted Family)

Keluarga yang terdiri dari kombinasi dua keluarga dengan anak-anak dari salah satu keluarga maupun dari kedua keluarga tersebut.

3. Keluarga Hidup Bersama (Cohabitating Family)

Keluarga yang terdiri dari pasangan yang hidup bersama tanpa adanya jalinan pernikahan yang memiliki anak kandung dari kedua pasangan tersebut, atau anak dari salah satu pasangan, atau anak hasil adopsi. 4. Keluarga Komunal (Communal Family)

Keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga yang hidup bersama yang berbagi tanggung jawab kerja maupun pengasuhan anak.

5. Keluarga Tambahan (Extended Family)

Keluarga yang terdapat lebih dari satu generasi, yang meluas hingga termasuk saudara-saudara di luar keluarga inti (seperti kakek-nenek, bibi, paman, dan keluarganya).


(31)

6. Keluarga Gay atau Lesbian (Same-sex Family)

Keluarga yang terdiri dari pasangan sesama jenis, gay maupun lesbian dengan atau tanpa anak; anak hasil adopsi, dari hubungan sebelumnya. 7. Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family)

Keluarga yang terdiri dari individu yang tidak dalam status hubungan pernikahan, perceraian, duda atau janda, yang memiliki setidaknya satu anak.

8. Keluarga Orang Tua Tiri (Stepparent Family)

Keluarga yang terdiri dari seseorang yang pernah menikah yang memiliki minimal satu anak.

2. Konsep Dukungan Keluarga a. Definisi Dukungan Keluarga

Definisi istilah „dukungan’ diartikan sebagai bantuan yang diterima seseorang dari orang lain, yaitu dari lingkungan sosial seperti orang-orang yang dekat, termasuk anggota keluarga, orang tua, dan teman (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994 dalam Marliyah dkk, 2004). Menurut Mahmunah (2010) dukungan keluarga pada umumnya merupakan turunan dari dukungan sosial. Dukungan orang tua (keluarga) termasuk dukungan sosial dimana pengertian dukungan sosial yaitu dukungan yang terdiri dari informasi atau nasihat verbal atau nonverbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran orang yang mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku penerima, selain itu penerima akan


(32)

merasa dipedulikan, dihargai dan dicintai (Sarason,dkk, 1983,Gottlieb dikutip oleh Muluk, 1996, dalam Marliyah,dkk, 2004).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Purnawan (2008, dalam Rahayu, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah :

1) Faktor Internal

a) Tahap Perkembangan

Dukungan ditentukan oleh faktor usia yang dalam hal ini merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

b) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

c) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Bagaimana cara seseorang merespon keadaan sakitnya, tergantung bagaimana


(33)

orang tersebut merespon stressor dalam tiap fase kehidupannya. Pada orang yang cenderung stress, maka ia akan merespon sakit dengan cara mengkhawatirkannya, sedangkan pada orang yang cenderung tenang, mungkin juga memiliki respon yang kecil selama ia sakit.

d) Faktor Spiritual

Aspek ini dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

2) Faktor Eksternal a) Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. b) Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup : stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.

Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi


(34)

tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

c) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

c. Macam-macam Bentuk Dukungan Keluarga

Gallo dan Reichel (1998, dalam Indriyani 2013) membagi jenis-jenis dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1) Dukungan Fisiologis

Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan dan memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan fisik sesuai kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan yang aman, dan lain-lain.

2) Dukungan Psikologis

Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan memberikan perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan


(35)

rasa aman, membantu menyadari, dan memahami tentang identitas. Selain itu, meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada bicara jelas, dan sebagainya. Stolte (2003) menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi proteksi yang melingkupi selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat tinggal, juga memberikan dukungan dan menjadi tempat yang „aman’ dari dunia luar.

3) Dukungan Sosial

Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan arisan, memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan orang lain, dan memperhatikan norma-norma yang berlaku.

d. Sumber Dukungan Sosial / Keluarga

Menurut Gallo dan Reichel (1998, dalam Indriyani 2013), terdapat tiga komponen sumber dukungan, yaitu sebagai berikut : 1) Sistem pendukung informal meliputi keluarga dan teman-teman. 2) Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat,

program-program medikasi, dan kesejahteraan sosial.

3) Sistem pendukung semiformal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi sosial yang disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar.


(36)

e. Kualitas Dukungan Keluarga

Dolan dkk. (2006) memaparkan bahwa suatu dukungan keluarga dikatakan berkualitas apabila memiliki ciri seperti poin-poin berikut: 1) Kedekatan

Antar anggota keluarga dan hubungan keluarga lainnya, biasanya seseorang lebih menyukai untuk meminta dukungan kepada seseorang yang memang sudah menjadi tempat berbagi dan memiliki rasa kedekatan satu sama lain. Wong dkk (2009) juga menyatakan bahwa jika ikatan keluarga kuat, kontrol sosial lebih efektif dan sebagian besar anggota keluarga dapat menjalankan perannya masing-masing dengan tulus dan penuh komitmen.

2) Hubungan timbal balik

Meliputi kegiatan tolong menolong antara sesama, dan memastikan bahwa orang tersebut tidak berhutang budi terhadap individu lain. Seringkali dalam keluarga sudah terdapat adanya rasa saling mengerti satu sama lain sehingga dalam keluarga juga sudah terbentuk dukungan yang dibutuhkan dan tersedia jika memang dukungan tersebut dibutuhkan.

3) Daya Tahan

Berhubungan dengan berapa lama dan sejauh mana individu dalam satu keluarga mengenal satu sama lain. Idealnya anggota keluarga yang handal adalah orang yang telah mengenal dalam kurun waktu yang lama, mudah memberikan bantuan, dan tidak membosankan.


(37)

f. Fungsi Dukungan Keluarga

Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang (Nursalam & Ninuk Dian Kurniawati, 2007). Dukungan keluarga yang juga merupakan dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat (Effendi & Makhfudli, 2009).

Fungsi dukungan keluarga mengacu pada interaksi anggota keluarga terutama pada kualitas hubungan dan interaksi mereka (Wong dkk, 2009). Adapun fungsi dukungan keluarga menurut Cobb (1976) dan Lazarus (1981, dalam Mahmunah, 2010), sebagai berikut :

1) Dukungan Informasional

Dalam fungsi ini dimaknai bahwa keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Keluarga memiliki fungsi untuk menjelaskan mengenai pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.


(38)

2) Dukungan Penilaian

Dalam hal ini keluarga berfungsi sebagai wadah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, dengan pemberian support, penghargaan, dan perhatian.

3) Dukungan Instrumental

Disini keluarga berfungsi sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. 4) Dukungan Emosional

Keluarga berfungsi sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

g. Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil

Dukungan sosial yang paling diperlukan bagi seorang ibu dalam menghadapi periode perinatal adalah keluarga (Indriyani, 2013). Ibu hamil selama sekitar 9 bulan mengalami dan merasakan fase-fase pertumbuhan janin yang membutuhkan dorongan mental dari lingkungannya (Anshor dan Abdullah Ghalib, 2010). Dalam hal ini fungsi dukungan keluarga bagi ibu hamil yakni akan mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, dan rasa nyaman yang akan membuat ibu hamil akan merasa mendapat dukungan secara emosional yang akan mempengaruhi kesehatan jiwanya (Mahmunah, 2010). Pada masa kehamilan, peran suami sangat penting untuk memotivasi istri terus menjaga kesehatan dengan mengonsumsi


(39)

makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, terus bersabar serta mendampinginya setiap memeriksakan kehamilan (Anshor dan Abdullah Ghalib, 2010). Manuaba dkk (2003), menyatakan bahwa ibu hamil yang kekurangan dukungan psikologis dan sosial budaya dari keluarga yang paling dekat, khususnya suami, akan cenderung mengalami stress pada kehamilan. Mahmunah (2010) juga menambahkan bahwa jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifas.

B. Konsep Antenatal Care 1. Definisi Antenatal Care

Pelayanan Antenatal care atau prenatal care merupakan langkah identifikasi medis dan psikologis yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan maternal dan perinatal serta mengurangi adanya komplikasi tak terdeteksi yang dapat menyebabkan konsekuensi serius bagi ibu dan bayi (Potter dkk, 2009). Intervensi esensial dalam ANC adalah identifikasi dan manajemen komplikasi obstetrik seperti preeklampsia, imunisasi tetanus toksoid, penanganan pencegahan intermitten untuk malaria, manajemen infeksi HIV, sipilis dan penyakit menular seksual lainnya (Lincetto dkk, 2006). ANC juga merupakan wadah edukasi bagi ibu hamil dan keluarga mengenai pentingnya asupan makanan yang adekuat, mengurangi


(40)

pekerjaan yang berat, serta dukungan emosional yang adekuat dari keluarga untuk ibu hamil (Fischer, 2012).

2. Tujuan Antenatal care / Prenatal Care

Menurut Saifudin (2002, dalam Indriyani 2013), tujuan dilakukannya antenatal care adalah sebagai berikut :

a. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, dan bayi.

c. Menganalisis secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum, yaitu pembedahan dan kebidanan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.

3. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC)

WHO merekomendasikan jumlah kunjungan Antenatal care bagi ibu hamil dengan tanpa komplikasi di negara berkembang, yakni minimal sebanyak empat kali kunjungan (Tran dkk. 2012). Sebagaimana yang dipaparkan dalam “WHO Clinical Guidelines : The Four-Visit ANC


(41)

Model”, bahwa ibu hamil disarankan melakukan kunjungan pertama kali

yakni pada usia kehamilan 8 – 12 minggu, kunjungan kedua pada usia kehamilan 24 – 26 minggu, kunjungan ketiga di usia kehamilan 32 minggu, dan kunjungan keempat di usia kehamilan 36 – 38 minggu (Lincetto dkk, 2006). Tujuan dari kunjungan ANC di setiap trimester kehamilan, yaitu karena di setiap trimester kehamilan memiliki kegiatan fokus pemeriksaan tersendiri sesuai dengan perkembangan ibu dan janin, misalnya pada kunjungan pertama, yakni usia kehamilan 8 – 12 minggu, fokus kegiatan ANC yakni mengkonfirmasi kehamilan, mendeteksi kebutuhan jumlah kunjungan (apakah hanya empat kali atau lebih), menentukan / skrining apakah ibu membutuhkan pencegahan komplikasi tertentu (Lincetto dkk, 2006).

Departemen Kesehatan RI (2007) dalam bukunya “Pedoman Pelayanan Antenatal”, mencantumkan jumlah frekuensi kunjungan yang

harus dilakukan oleh ibu hamil yakni paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut :

a. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama = K1 b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2

c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga = K3 dan K4

Sedangkan jika ditemukan kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah, keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak


(42)

dan lain-lain, maka frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kehamilan (Depkes, 2007).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal care

Mahfuzar Rahman, 2010, dalam hasil penelitiannya mengenai faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC pada komunitas ibu di kawasan kumuh (slum mothers) di Bangladesh, menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC, diantaranya:

a. Tingkat pendidikan ibu

Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC. Semakin paham ibu mengenai pentingnya ANC, maka ibu tersebut akan semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan kunjungan ANC.

b. Tempat pelayanan kesehatan

Dalam studi Rahman, terdapat 2 jenis tempat pelayanan kesehatan di Bangladesh, yang pertama adalah pelayanan kesehatan yang didalamnya terdapat tenaga medis namun tenaga medis tersebut tidak melalui pendidikan resmi tenaga kesehatan, dan yang kedua yaitu rumah sakit atau klinik. Hasil penelitiannya yaitu mayoritas ibu memeriksakan kehamilan mereka ke rumah sakit atau klinik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga medis


(43)

professional dalam suatu tempat pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC. c. Pekerjaan suami

Pekerjaan suami merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi kunjungan ANC pada ibu hamil. Hasil penelitian memaparkan bahwa ibu hamil yang memiliki suami yang pekerjaannya lebih layak seperti businessman, melakukan kunjungan ANC lebih rutin dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki suami dengan pekerjaan sebagai buruh.

d. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga juga menjadi faktor ibu hamil melakukan kunjungan ANC. Didapatkan dalam hasil penelitian, bahwa ibu hamil dengan keluarga dengan penghasilan yang tinggi perbulan, melakukan ANC dengan rutin dibandingkan ibu hamil dengan keluarga yang berpenghasilan lebih rendah.

e. Paparan media massa

Adapun maksud dari paparan media massa, yakni karena media masa memiliki peran yang cukup besar untuk membantu menumbuhkan kesadaran mengenai berbagai komplikasi kehamilan serta apa saja dampak dari komplikasi tersebut bagi ibu dan bayi di masa depan.


(44)

Adanya faktor budaya yang penting untuk dipertimbangkan, seperti gaya hidup serta kepercayaan yang dianut individu (Leifer, 2008). Kompetensi budaya merupakan kesadaran, penerimaan, serta penghormatan akan suatu kepercayaan, nilai, dan tradisi tertentu dan pasti berbeda antara suatu individu dengan individu lainnya (Leifer, 2008), begitu juga dengan keluarga, keluarga mempunyai adat istiadat dan tata nilai masing-masing serta menyusun standar interaksi di dalam maupun di luar kelompok (Wong dkk, 2009). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kim dkk (2010) menyatakan bahwa dukungan sosial juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan prenatal care.

C. Konsep Slum Area 1. Definisi Slum Area

Konsep slum area maupun definisinya berbeda di tiap negara, tergantung daripada kondisi sosio-ekonomi masing-masing negara tersebut (Mohanty & Swati Mohanty, 2005). Kata “slum” berasal dari kata

slumber” yang artinya “tidak dikenal/ tidak diketahui”, untuk

mendeskripsikan sekelompok orang yang tinggal di jalan gelap di gang-gang yang sempit (Mohanty & Swati Mohanty, 2005). Slum area atau daerah kumuh didefinisikan sebagai daerah atau kawasan bagian perkotaan yang terabaikan, berpenghasilan rendah dan tempat tinggal bagi masyarakat miskin (United Nation Habitat, 2003;2007). Menurut BPS (2007) slum area merupakan daerah padat penduduk dengan bentuk dan


(45)

letak rumah yang tidak tersusun rapi. Biasanya daerah ini terletak di pusat kota, terminal, stasiun kereta api, sepanjang rel kereta api, pasar tradisionil atau di seputar pabrik-pabrik.

United Nation Habitat (UN Habitat) (2006) mendefinisikan rumah tangga kumuh (slum household) sebagai sekelompok individu yang tinggal dalam satu atap di daerah urban yang tidak memiliki salah satu ciri atau lebih sebagai berikut:

a. Rumah atau tempat tinggal yang permanen, tahan lama, serta dapat melindungi dari kondisi ekstrim.

b. Luas ruangan yang cukup artinya tidak lebih dari tiga orang dalam satu ruangan.

c. Akses mudah untuk mendapatkan air bersih dan aman serta dalam jumlah yang mencukupi dan harga yang dapat terjangkau.

d. Adanya akses untuk sanitasi yang adekuat, seperti penggunaan toilet bersama dengan jumlah pengguna yang rasional.

e. Memiliki posisi/kedudukan yang aman sehingga dapat terlindung dari penggusuran paksa.

Selain karakteristik berdasarkan lokasi tempat tinggal, slum area juga diidentikkan dengan karakteristik masyarakatnya yang memiliki tingkat pendidikan relatif rendah, begitu juga dengan tingkat pengetahuannya, jenis pekerjaan informal dan mempunyai pendapatan yang secara umum belum memadai (Zulkarnain, 2004). Serupa dengan pernyataan tersebut, hasil


(46)

Analisis Tipologi BPS (2007) memaparkan bahwa sekitar 74,5% masyarakat area kumuh berpendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD), 24,8% berpendidikan setingkat sekolah lanjutan, dan 0,8% saja yang melanjutkan ke jenjang universitas. Sedangkan dari segi pekerjaan, BPS (2007) menyebutkan bahwa kebanyakan pekerjaan utama dari kepala rumah tangga miskin/slum area adalah sebagai buruh, sekitar 26,8 %.

2. Tipe-Tipe Slum Area

Mohanty dan Swati Mohanty (2005) membagi 3 (tiga) tipe daerah kumuh (slum), diantaranya :

a. Daerah kumuh asli (Original slum)

Daerah kumuh asli diartikan sebagai daerah kumuh yang memang sejak awal terbentuk dari bangunan-bangunan yang sudah tidak layak dan butuh perbaikan. Contohnya seperti daerah kumuh di Wichita, Meksiko.

b. Daerah kumuh sebagai hasil dari perpindahan keluarga kelas atas dan menengah

Tipe kedua ini merupakan daerah kumuh yang dihasilkan dari berpindahnya para keluarga kelas atas dan menengah pada suatu daerah ke daerah lain dan mengakibatkan terjadinya kemerosotan di daerah yang ditinggalkan. Contoh daerah ini yaitu daerah kumuh di Boston.


(47)

Daerah kumuh tipe ketiga ini adalah daerah kumuh yang terbentuk ketika suatu daerah sekitar area bisnis mengalami kemunduran, maka akan terjadi pula kemunduran dari aspek fisik dan sosial secara drastis. Pada daerah kumuh dengan tipe seperti ini akan memiliki karakteristik padat penduduk, kemiskinan, banyaknya tempat prostitusi, dan warung-warung minuman keras. Begitu pula dengan karakteristik masyarakat yang mendiami daerah kumuh ini, merupakan masyarakat dengan perilaku kriminal, peminum, dan lain sebagainya.

3. Pelayanan Kesehatan di Slum Area

Pada konferensi internasional mengenai pelayanan kesehatan primer, WHO dan UNICEF di Alma Ata 1978, dibentuklah konsep

“Health For All” atau HFA yang salah satu targetnya adalah pemenuhan program kesehatan area urban yang sasarannya mencakup masyarakat urban miskin yang meliputi pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan anak (Srivastava dan Kabra, 2011). Namun pelaksanaan program kesehatan bagi masyarakat urban miskin atau kumuh ini tidak dapat berjalan dengan baik karena sulitnya masyarakat kumuh dalam mengakses pelayanan kesehatan di daerah mereka (Gibbons dan Rajeev Bali, 2010). Hal ini disebabkan karena banyaknya masyarakat kumuh urban yang tidak terdata oleh daerah setempat sehingga menyulitkan mereka untuk terjangkau program-program pelayanan kesehatan daerah tersebut (Ramanathan, 2004 dalam Gibbons dan Rajeev Bali, 2010). Lokasi tidak lagi menjadi faktor utama sulitnya masyarakat kumuh untuk mengakses


(48)

pelayanan kesehatan, karena seringkali walaupun dari segi lokasi dapat diakses oleh masyarakat kumuh, namun tetap sulit terjangkau karena biaya pelayanan kesehatan (misal, rumah sakit) dianggap terlalu mahal (Gibbons dan Rajeev Bali, 2010). Selain itu ketidakadekuatan pelayanan kesehatan, baik dari manajemen pelayanan, tenaga kesehatan yang kurang memadai maupun ketersediaan peralatan dan obat, juga menjadi faktor sulitnya memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat kumuh (Shekhar dan Ram, 2005 dalam Gibbons dan Rajeev Bali, 2010)

D. Penelitian Terkait

Berikut adalah penelitian-penelitian terkait dengan hubungan antara dukungan keluarga / sosial dan frekuensi kunjungan ANC:

1. Penelitian oleh Kim dkk. (2010) pada 165 responden wanita imigran Korea, menunjukkan adanya hubungan antara ketersediaan dukungan sosial dan praktek prenatal care ( r = 0.647, p <.001) dengan mean score correlation 2.98. Kim dkk, juga menyatakan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan pada ibu hamil, meningkatkan ibu hamil dalam melakukan prenatal care, dalam studi ini dipaparkan bahwa peran suami, ibu dan mertua dari ibu hamil memiliki peran yang penting dalam memberikan dukungan sosial.

2. Penelitian oleh Kamal dkk. (2013) pada 4905 wanita dari berbagai tingkat ekonomi di Bangladesh menghasilkan bahwa terdapat 48,3 % tidak melakukan ANC dikarenakan berbagai faktor, mayoritas karena faktor ekonomi dan lokasi pelayanan kesehatan, adapun faktor dukungan


(49)

keluarga/suami hanya sekitar 4,1 %, meskipun tergolong rendah namun angka ini menyatakan bahwa masih terdapatnya korelasi atau hubungan antara ketersediaan dukungan keluarga dengan kunjungan ANC yang dilakukan oleh ibu hamil.

3. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Simkhada dkk. (2010) pada ibu hamil di Nepal, memaparkan bahwa dukungan sosial dari ibu mertua memiliki pengaruh yang kuat bagi ibu hamil terutama dalam melakukan ANC.

4. Penelitian oleh Dyah Arista (2013) mengenai hubungan motivasi ibu dan dukungan keluarga dengan kelengkapan antenatal care di wilayah UPT Puskesmas Mojokerto. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,01) antara dukungan keluarga dengan kelengkapan

antenatal care .

5. Penelitian oleh Siti Aisyah (2009) tentang gambaran motivasi ibu hamil dalam melakukan ANC di Puskesmas Pamulang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa keseluruhan ibu hamil mendapatkan motivasi dari suami maupun keluarga untuk melakukan kunjungan ANC.

Dari berbagai hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial / keluarga dengan kunjungan Antenatal care. Namun peneliti belum menemukan penelitian yang lebih spesifik mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap jumlah frekuensi ANC dari


(50)

K1 hingga K4, terlebih di komunitas ibu kawasan kumuh perkotaan di Indonesia, sehingga peneliti merasa penelitian ini harus dilakukan.


(51)

Keterangan:

: Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang diteliti Faktor yang Mempengaruhi Dukungan

Keluarga :

1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal

(Purnawan, 2008 dalam Rahayu 2008)

Sumber Dukungan Sosial / Keluarga : 1. Sumber Informal

2. Sumber Formal 3. Sumber Semiformal

(Indriyani, 2013)

Dukungan Sosial/ Keluarga

1. Dukungan Fisiologis

2. Dukungan Psikologis

3. Dukungan Sosial

(Gallo dan Reichel,1998; Indriyani ,2013)

ANC

Frekuensi ANC yang dianjurkan : a. Minimal 1 (satu) kali pada

trimester pertama = K1 b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2 c. Minimal 2 (dua) kali pada

trimester ketiga = K3 dan K4

(WHO ; Depkes, 2007) Tingkat Pengetahuan Ibu Tempat Pelayanan Kesehatan Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Paparan Media Massa Faktor Budaya

Pelayanan Kesehatan di Slum Area: 1. Lokasi pelayanan kesehatan yang

jauh dari pemukiman/sulit diakses. 2. Biaya pengobatan yang mahal. 3. Manajemen pelayanan kesehatan

yang kurang memenuhi kebutuhan (tenaga medis, peralatan, dll) (Gibbons dan Rajeev Bali, 2010; Shekhar dan Ram, 2005) Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan ANC di Slum Area (Rahman, 2010 :

Leifer, 2008; Kim dkk, 2010):


(52)

(53)

33

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti 2 (dua) variabel, yakni variabel dukungan keluarga sebagai variabel independen yang merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Hidayat, 2008). Sedangkan variabel frekuensi antenatal care (ANC) sebagai variabel dependen atau terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen yakni dukungan keluarga (Hidayat, 2008). Adapun kerangka konsep antara kedua variabel tersebut, sebagai berikut :

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan antara Variabel Dukungan Keluarga (Bebas) dan Variabel Frekuensi Kunjungan ANC (Terikat)

Dukungan Keluarga : - Fisiologis - Psikologis

- Sosial

Frekuensi Kunjungan ANC (K1 – K4)


(54)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Usia Lama hidup ibu dari tahun

pertama ibu dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilakukan.

Rentang usia < 20 tahun dan > 30 tahun merupakan usia resiko tinggi kehamilan, sedangkan usia ideal hamil adalah 20 – 30 tahun.

Kuisioner (1) Data Demografi Poin A

1 = resiko tinggi < 20 tahun,

2 = ideal 20-30 tahun,

3 = resiko tinggi > 30 tahun.

( Sinsin 2008; WHO 2013; Detiana 2010)

Nominal

2 Pendidikan Pendidikan formal terakhir responden.

Kuisioner (1) Data Demografi Poin A

1 = SD 2 = SMP 3 = SMA

Ordinal

3 Pekerjaan Jenis kegiatan mencari nafkah yang dilakukan oleh responden.

Kuisioner (1) Data Demografi Poin A

1 = Tidak bekerja 2 = Bekerja

Nominal

4 Riwayat kesehatan selama hamil

Keluhan kesehatan yang dirasakan responden selama masa kehamilan.

Kuisioner (1) Data Demografi Poin B

1 = Tidak ada keluhan

2 = ada keluhan

Nominal

5 Gravida Jumlah kehamilan yang dialami responden saat

Kuisioner (1) Data Demografi

1 = primigravida 2 = multigravida


(55)

pengumpulan data.

Primigravida adalah ibu yang pertama kali hamil,

Multigravida adalah ibu yang mengalami kehamilan lebih dari satu kali.

Poin B

6 Tahun Hamil Tahun kehamilan responden pada saat pengumpulan data.

Kuisioner (1) Data Demografi Poin B

1 = 2012 2 = 2013 3 = 2014

Nominal

7 Jenis Pelayanan Kesehatan

Merupakan fasilitas kesehatan yang digunakan responden selama masa kehamilan sebagai upaya promotif dan preventif.

Kuisioner (1) Data Demografi Poin C

1 = puskesmas 2 = posyandu 3 = klinik 4 = rumah sakit 5 = bidan

(Notoadmojo, 2005 dalam Wijaya & Fitrio Devi Antony, 2012)

Nominal

8 Dukungan Anggota keluarga

Merupakan dukungan anggota keluarga terhadap responden dalam menemani kunjungan ANC.

Kuisioner (1) Data Demografi Poin D

1 = orang tua 2 = mertua 3 = suami 4 = kakak/adik 5 = sendiri

(Hafidz, 2003; Anshor & Abdullah Ghalib, 2010)


(56)

9 Independen : Dukungan Keluarga

Merupakan dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, suami, kakak/adik, mertua, dan anggota yang dianggap bagian keluarga lainnya kepada ibu hamil selama masa kehamilannya.

Bentuk-bentuk dukungannya dapat berupa dukungan fisiologis, psikologis, dan sosial.

(Friedman 1992; Gallo & Reichiel 1998; Indriyani 2013)

Diukur dengan Kuisioner (2) dengan berisi 45 pernyataan. Menggunakan skala Likert

dalam penilaian skor

Selalu : 4 Sering : 3 Jarang : 2 Tidak Pernah : 1 (Hidayat, 2008)

Cut off point

menggunakan nilai

median.

Jika skor < 147.00 dukungan keluarga tidak baik.

Jika skor = atau > 147.00 dukungan keluarga baik.

(Santoso, 2003)

Ordinal

10 Dependen : Frekuensi kunjungan ANC

Merupakan jumlah kunjungan yang dilakukan oleh ibu hamil selama masa kehamilannya (K1-K4) dari mulai trimester pertama hingga trimester ketiga.

Kunjungan ANC dikatakan lengkap apabila ibu dengan kehamilan normal melakukan kunjungan minimal 4 kali. (Depkes, 2007)

Kuisioner (3) yang berisi 1 pertanyaan tertutup. Menggunakan skala Guttman

dalam penilaian skor

Ya : 2 Tidak : 1 (Hidayat, 2008)

Jumlah kunjungan kurang dari 4 kali : tidak lengkap Jumlah kunjungan 4 kali atau lebih : lengkap

(Depkes, 2007)


(57)

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan yang merupakan jawaban sementara peneliti terhadap pertanyaan penelitian (analitik) (Dahlan, 2009). Berdasarkan kerangka konsep penelitian sebelumnya, peneliti menentukan hipotesis, yaitu :

Hipotesis alternatif (Ha) : ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan Antenatal care (ANC) pada komunitas ibu slum area

Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang.

Hipotesis nol (Ho) : tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap frekuensi kunjungan Antenatal care (ANC) pada komunitas ibu slum area


(58)

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan masalah keperawatan yang menghubungkan antara dua variabel, sehingga penelitian ini disebut penelitian asosiatif (Hidayat, 2008). Penelitian ini juga bersifat pendekatan analitik kuantitatif yang menggunakan metode cross sectional karena penelitian ini dilakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan / sekali waktu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung (Hidayat, 2008 : Ghazali, dkk, 2011).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014 dan berlokasi di area pemukiman kumuh RW 05 dan RW 08 Kelurahan Selapajang Jaya, Kecamatan Neglasari Kota Tangerang. Peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena daerah ini merupakan area pemukiman kumuh yang sesuai dengan kriteria pemukiman kumuh oleh United Nation Habitat (2003), seperti area yang kurang ketersediaan akan air bersih, kepemilikan tanah dan bangunan yang ilegal, dan lain-lain.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang


(59)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat 2008). Populasi dari penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga persalinan dalam rentang waktu tahun 2012-2014 di area pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya, Kecamatan Neglasari Kota Tangerang yang berjumlah 50 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel penelitian ini adalah komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga persalinan dalam rentang waktu tahun 2012-2014 dan tinggal di area pemukiman kumuh di Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang. Adapun total sampel seharusnya berjumlah 50 orang, namun hanya 28 orang yang memenuhi kriteria sampel, sedangkan 22 orang lainnya tidak dapat berpartisipasi menjadi responden karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan dengan berbagai sebab, seperti sakit, telah berpindah domisili, dan bekerja.

Kriteria inklusi dari sampel penelitian ini, yaitu :

a. Ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga persalinan dalam rentang waktu tahun 2012-2014.

b. Ibu yang sehat jasmani dan rohani.

c. Ibu yang berdomisili di pemukiman kumuh Kelurahan Selapajang Jaya di Kota Tangerang.


(60)

d. Ibu yang sedang berada di tempat saat dilakukan penelitian dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data dari suatu variabel (Matondang, 2009). Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner / angket dengan beberapa pertanyaan, alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat, 2008). Berdasarkan sumber data yang digunakan, instrumen dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) macam instrumen, yaitu instrumen data primer dan instrumen data sekunder.

A) Adapun instrumen data primer berupa kuisioner yang terdiri dari 3 jenis, yakni :

 Kuisioner 1 : yaitu berisi data demografi responden, seperti nama (inisial), usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat kehamilan, jumlah kehamilan, jenis pelayanan kesehatan yang digunakan dan lain-lain.

 Kuisioner 2 : untuk mengukur dukungan keluarga. Pertanyaan alam kuisioner ini dibuat sendiri oleh peneliti yang merupakan modifikasi dari jenis-jenis dukungan keluarga berdasarkan teori Gallo dan Reichel (1998) yang kemudian pertanyaannya


(61)

disesuaikan untuk ibu hamil. Kuisioner ini berisi 45 pernyataan dan skala ukurnya menggunakan skala Likert.

Sistem penilaian skor dari kuisioner 2 ini yaitu terbagi menjadi 4 (empat) kategori, pada pertanyaan favorable, yaitu “Selalu” ( nilai skor 4); “Sering”( nilai skor 3); “Jarang” (nilai skor 2); “Tidak Pernah ( nilai skor 1), sedangkan pada pertanyaan

unfavorable penilaiannya adalah “Selalu” ( nilai skor 1); “Sering”(

nilai skor 2); “Jarang” (nilai skor 3); “Tidak Pernah (nilai skor 4). Analisis penilaian skornya menggunakan nilai median, apabila skor kurang dari nilai median, maka dikategorikan dukungan keluarga tidak baik, dan jika skor lebih dari sama dengan median

maka dikategorikan dukungan keluarga baik. Berdasarkan jumlah soal kuisioner, yaitu 45 soal, dengan rincian pernyataan 29

favorable dan pernyataan 16 unfavorable, dan apabila skor maksimal pada tiap nomornya adalah 4, maka skor tertinggi yang dapat diperoleh adalah 180.


(62)

Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuisioner Dukungan Keluarga Variabel

Dukungan Keluarga

Item Pertanyaan

Favorable Unfavorable

Dukungan Fisiologis

19,22,25,27,30,32,34,37, 6,9,11,12,14,40,43,

Dukungan Psikologis

1,5,8,10,16,18,21,24,31,33 3,13,29,36,39

Dukungan Sosial

2,4,7,15,23,28,35,38,41,42,45 17,20,26,44

 Kuisioner 3 : untuk mengukur frekuensi kunjungan ANC yang didasari oleh WHO dan Departemen Kesehatan RI mengenai rekomendasi frekuensi kunjungan ANC. Kuisioner ini berisi 1 pertanyaan dan skala ukurnya menggunakan skala Guttman. Adapun penilaian skornya adalah : Ya (nilai skor 2); Tidak (nilai skor 1). Analisis penilaian skornya yakni dikategorikan lengkap apabila jumlah kunjungan minimal empat kali, dan dikategorikan tidak lengkap apabila jumlah kunjungan kurang dari empat kali selama kehamilan.

B) Instrumen data sekunder yaitu lembar observasi yang akan diisi oleh peneliti. Adapun yang diobservasi adalah buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) milik responden hanya apabila responden memilikinya dan fungsi


(63)

lembar observasi ini sebagai alat validasi jumlah frekuensi kunjungan ANC. Instrumen ini hanya bersifat sebagai pelengkap data, namun data utama yang digunakan tetap berdasarkan instrumen data primer, dan data ini tidak akan mempengaruhi data primer (kuisioner 1 dan 2).

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat, 2008).

1. Hasil Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2002). Adapun uji validitas instrumen penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment

dengan bantuan software SPSS. Nilai r tabel = 0.361 jika pengujian validitas dilakukan pada 30 responden (N=30). Jika nilai r hitung > r tabel berarti valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti instrumen tidak valid (Sugiyono, 2010 dalam Mardliyah 2013).

Hasil uji validitas instrumen kuisioner dukungan keluarga 45 soal didapatkan 17 pernyataan yang valid dan 28 pernyataan yang tidak valid. Adapun rincian dari 17 pertanyaan yang valid terdiri dari 8 pernyataan variabel dukungan fisiologis, 4 pernyataan variabel dukungan psikologis, 5 pernyataan variabel dukungan sosial. Sementara untuk 28 pernyataan lainnya yang tidak valid kemudian dimodifikasi oleh peneliti dan diuji kembali validitasnya menggunakan uji content validity oleh para ahli.


(64)

Sedangkan untuk 1 kuisioner frekuensi kunjungan ANC juga diuji validitasnya menggunakan metode content validity oleh ahli.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, maka perlu dilakukan pengukuran reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak (Hidayat, 2008). Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya (Matondang, 2009). Suatu tes dikatakan

reliable jika memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 1991, dalam Matondang, 2009).

Penelitian ini menggunakan metode uji reliabilitas dengan bantuan program software computer, yaitu alpha cronbach, yakni sebuah indikator dari konsistensi internal atau homogenitas dari suatu skala (Tappen, 2011). Siregar (2013, dalam Aini 2013) menyatakan bahwa suatu instrumen reliabel apabila nilai reliabilitasnya > 0.6. Hasil uji reliabilitas instrumen kuisioner dukungan keluarga adalah 0.667 yang berarti instrumen sudah dikatakan reliabel.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti mengajukan surat permohonan surat rekomendasi penelitian yang ditujukan kepada Badan Kesbangpol Provinsi Banten.


(65)

3. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian dan surat rekomendasi penelitian kepada Kantor Kesbanglinmas Kota Tangerang. 4. Setelah surat permohonan izin disetujui Kesbanglinmas Kota Tangerang,

peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kantor Kecamatan Neglasari.

5. Setelah surat permohonan izin penelitian disetujui Kecamatan Neglasari, peneliti diberikan surat pengantar yang ditujukan kepada Kelurahan Selapajang Jaya.

6. Setelah izin penelitian disetujui oleh Kecamatan Neglasari, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen pada komunitas ibu berjumlah 30 orang di area pemukiman kumuh lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan area pemukiman kumuh di Kelurahan Selapajang Jaya.

7. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti melakukan koordinasi dengan asisten peneliti dan kader Posyandu setempat untuk teknis pelaksanaan penelitian. Sebelumnya peneliti, asisten peneliti, dan kader Posyandu menyamakan persepsi mengenai kuisioner yang digunakan.

8. Peneliti menggunakan teknik total sampling yakni dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian.

9. Peneliti mendapatkan calon responden berjumlah 28 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi sampel, selanjutnya peneliti memberikan informed consent kepada para calon responden dan menyediakan waktu bagi calon


(66)

responden untuk membaca lembar pernyataan persetujuan yang tersedia dan apabila calon responden setuju, calon responden dapat menandatangani lembar persetujuan.

10.Selanjutnya responden dijelaskan mengenai tatacara pengisian kuisioner, apabila responden kurang atau tidak mengerti maksud pertanyaan kuisioner, maka responden dipersilahkan untuk bertanya kepada peneliti. 11.Waktu pengisian kuisioner adalah 20-30 menit tiap masing-masing

responden.

12.Selanjutnya peneliti mengobservasi buku KIA milik responden untuk memvalidasi data kunjungan antenatal care (ANC) apakah sama atau tidak dengan keterangan yang diisi oleh responden di kuisioner.

13.Lembar kuisioner diambil kembali oleh peneliti ketika responden telah selesai mengisi kuisioner.

14.Proses pengambilan data dilakukan selama 3 hari atau sesuai dengan situasi dan kondisi lokasi penelitian.

15.Kuisioner yang telah dikumpulkan dan diisi oleh responden untuk melalui tahap selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data.

G. Etika Penelitian

Dalam implementasi penelitian ini, peneliti menerapkan prinsip-prinsip etis sebagaimana menurut Hidayat (2008), sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed


(67)

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

H. Prosedur Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2008). Penelitian ini dalam proses pengolahan


(68)

datanya memiliki langkah-langkah yang harus ditempuh, sebagaimana menurut Hidayat (2008), sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan data analisis data menggunakan computer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Dalam penelitian ini contoh kode yang digunakan untuk jawaban, seperti kode nilai 4 untuk jawaban “selalu”, kode nilai 3 untuk jawaban “sering”, dan lain sebagainya.

3. Entri data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat table kontingensi. 4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan


(1)

Jumlah Kehamilan (Gravida) Frequen

cy Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Primigravida 17 60.7 60.7 60.7

Multigravida 11 39.3 39.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

Dukungan Anggota Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Orang Tua 3 10.7 10.7 10.7

Suami 11 39.3 39.3 50.0

Kakak/Adik 3 10.7 10.7 60.7

Sendiri 11 39.3 39.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

Tahun Kehamilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2012 10 35.7 35.7 35.7

2013 13 46.4 46.4 82.1

2014 5 17.9 17.9 100.0


(2)

Gambaran Kunjungan ANC

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 27 96.4 96.4 96.4

Tidak 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

Jenis Pelayanan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Puskesmas 1 3.6 3.6 3.6

Posyandu 17 60.7 60.7 64.3

Klinik 1 3.6 3.6 67.9

Bidan 9 32.1 32.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

Dukungan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak

Baik 16 57.1 57.1 57.1

Baik 12 42.9 42.9 100.0


(3)

Lampiran 6

Hasil Bivariat SPSS

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

duk_kelu * Kun_ANC 28 100.0% 0 .0% 28 100.0%

Dukungan keluarga * Kunjungan ANC Crosstabulation Kunjungan ANC

Total Ya Tidak

Dukungan keluarga

1 Count 15 1 16

Expected Count 15.4 .6 16.0

% within duk_kelu 93.8% 6.2% 100.0% % within Kun_ANC 55.6% 100.0% 57.1%

% of Total 53.6% 3.6% 57.1%

2 Count 12 0 12

Expected Count 11.6 .4 12.0

% within duk_kelu 100.0% .0% 100.0% % within Kun_ANC 44.4% .0% 42.9%

% of Total 42.9% .0% 42.9%

Total Count 27 1 28

Expected Count 27.0 1.0 28.0 % within duk_kelu 96.4% 3.6% 100.0% % within Kun_ANC 100.0% 100.0% 100.0%


(4)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .778a 1 .378

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio 1.147 1 .284

Fisher's Exact Test 1.000 .571

Linear-by-Linear Association .750 1 .386

N of Valid Casesb 28

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

Lampiran 7

TABULASI DATA

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22

S1 4 4 1 2 4 1 2 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 2 4 4

S2 4 4 1 1 4 1 2 3 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1

S3 3 4 1 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1

S4 1 4 2 1 3 4 2 3 4 1 4 2 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4

S5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

S6 4 4 1 1 4 1 4 4 4 4 1 4 4 1 1 4 1 4 4 1 4 1

S7 4 1 4 1 3 4 4 4 4 2 4 4 4 1 2 4 3 4 4 1 4 1

S8 4 1 1 4 1 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 2

S9 2 1 3 4 3 1 1 4 3 1 3 4 4 2 2 2 3 2 2 4 2 2

S10 3 1 1 1 4 4 3 2 4 4 1 1 4 1 1 1 1 4 4 1 4 3

S11 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 1

S12 4 4 4 1 4 1 1 4 1 3 4 4 4 1 4 3 1 4 4 1 4 2

S13 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

S14 4 3 1 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 2

S15 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3

S16 3 4 4 4 4 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1

S17 4 4 2 1 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 4 4 1 4 4 1 4 4

S18 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

S19 4 4 4 4 4 1 4 4 3 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1

S20 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 1 3 1 3 4 4 4 4 3 3 3

S21 4 4 4 4 4 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4

S22 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3

S23 3 4 1 4 4 1 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 1 4 4

S24 4 3 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4

S25 1 1 4 3 1 4 1 1 4 1 4 4 4 4 1 1 4 1 1 3 1 2

S26 4 3 4 3 3 1 4 4 4 3 1 1 4 3 3 4 4 4 1 4 4 1

S27 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(6)

TOTAL S1

3 3 2 4 1 4 2 4 4 1 4 4 1 4 4 1 1 2 4 3 4 4 1 137

S2

4 4 2 4 1 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 1 4 1 4 1 4 4 4 141

S3

4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 159

S4

4 4 1 4 2 2 4 1 4 1 3 3 2 4 1 1 4 2 2 1 4 4 4 127

S5

4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 169

S6

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 150

S7

2 3 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 1 4 4 2 4 4 4 1 4 4 2 141

S8

4 4 4 1 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 4 4 4 1 1 4 4 142

S9

2 3 2 2 2 4 4 1 2 2 2 2 4 3 2 1 2 3 4 3 3 4 3 115

S10

1 2 1 4 1 4 2 1 4 1 3 1 1 4 4 3 4 4 1 1 4 1 2 107

S11

1 4 1 4 4 4 4 1 4 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 147

S12

2 4 1 4 1 4 4 2 4 1 4 4 4 4 4 1 4 1 4 1 4 4 4 133

S13

4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 172

S14

2 4 1 4 4 4 4 1 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 2 2 4 4 153

S15

4 3 3 1 3 4 1 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 1 4 156

S16

4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 1 4 4 4 4 4 161

S17

3 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 2 4 1 4 1 4 130

S18

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 173

S19

1 4 1 4 2 2 2 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 147

S20

2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 1 3 2 1 4 3 147

S21

4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 162

S22

4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 170

S23

4 4 2 4 2 4 4 1 4 1 4 4 3 4 2 3 4 1 4 4 3 4 4 147

S24

4 4 4 4 4 1 1 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 2 156

S25

1 1 1 4 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 125

S26

3 4 1 1 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 146

S27

4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 172

S28


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA

1 7 104

Faktor Dukungan Suami Dengan Keberhasilan Kunjungan Antenatal Care Berdasarkan Frekuensi Antenatal Care Di Kabupaten Kudus

0 3 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC (Antenatal Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anc (Antenatal Care) Terhadap Perilaku Kunjungan Anc (Antenatal Care).

0 2 15

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anc (Antenatal Care) Terhadap Perilaku Kunjungan Anc (Antenatal Care).

0 1 4

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC (Antenatal Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anc (Antenatal Care) Terhadap Perilaku Kunjungan Anc (Antenatal Care).

0 1 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN PELAYANAN ANTENATAL PADA IBU HAMIL MASYARAKAT SAMIN.

0 0 13

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL

0 0 17

HUBUNGAN PERSEPSI IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE ( ANC ) DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL DI BPS PIPIN YOGYAKARTA TAHUN 2012

0 0 9

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KELENGKAPAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Suami dengan Kelengkapan Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu

0 0 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS UMBULHARJO 1 YOGYAKARYA

0 0 13