Tuberkulosis Paru Disertai Tuberkulosis Peritoneum dan Tuba Falopi yang Disangkakan Karsinoma Ovarium

Bintang Y.M. Sinaga

Tuberkulosis Paru Disertai Tuberkulosis Peritoneum...
LAPORAN KASUS

Tuberkulosis Paru Disertai Tuberkulosis Peritoneum dan Tuba Falopi yang Disangkakan Karsinoma Ovarium
Bintang Y.M. Sinaga Departemen Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedoteran USU
RSUP H. Adam Malik Medan
Abstrak: Sekitar 16% dari kasus tuberkulosis yang baru didiagnosis adalah TB di luar paru. Tuberkulosis di luar paru memberikan masalah diagnostik dan terapi yang lebih banyak dibanding dengan TB paru. Hal ini disebabkan karena jumlah basil yang sedikit di tempat infeksi, sulitnya mencapai tempat infeksi dan gejala serta tanda yang ditunjukkan umumnya tidak spesifik dan tergantung organ yang terlibat.Tuberkulosis pada kasus ini adalah TB paru dengan adanya efusi pleura kanan disertai TB peritoneum dan tuba falopi yang semula disangkakan sebagai karsinoma ovarium. Diagnosa TB peritoneum dan tuba falopi ditegakkan setelah dilakukan biopsi dari tuba falopi sewaktu laparatomi dilakukan. Kata kunci: TB paru, efusi pleura, TB peritoneum, TB tuba falopi, karsinoma ovarium
Abstract: About 16% of newly diagnosed cases of TB are extrapulmonary. Extrapulmonary tuberculosis presents more of a diagnostic and therapeutic problem than does pulmonary tuberculosis. This relates to the small number of basilli at the site of infection, difficult to reach the site of infection, and because the sign and symptom are not spesific and depend on the organ that involved. This is a case of lung tuberculosis with pleural effusion, also with tuberculosis at peritoneal and tuba fallopi that was suspected as ovarium carsinoma. Diagnosis of peritoneal and tuba fallopi tuberculosis was made after biopsy of tuba fallopi while laparatomi done. Keywords: pulmoral TB, pleura effusion, peritoneum TB, fallopii tubae TB, ovarium carcinoma

PENDAHULUAN Walaupun paru merupakan tempat yang
paling utama terkena, sekitar 16% dari kasus baru yang didiagnosa adalah tuberkulosis (TB) di luar paru.1 Penyebaran biasanya berasal dari paru ke tempat di luar paru. Walaupun demikian, pada beberapa kasus tanda pertama dari tuberkulosis adalah di luar paru. Penyebaran di dalam tubuh biasanya terjadi secara hematogen dan limfatik, dan dapat juga terjadi secara perkontinuitatum dan tertelan.1,2
Penelitian di Skotlandia pada tahun 1993 mendapatkan distribusi daerah tuberkulosis di luar paru yaitu limfatik (37,5%), genitourinaria (23,4%), pleura (12,5%), miliar (8,6%), tulang dan sendi (5,5%), gastrointestinal (3,1%), meningitis (3,1%), perikardial (0,8%) dan kulit (0,8%).3

Diagnosa TB di luar paru biasanya merupakan persoalan berhubung dengan gejala dan tanda yang sering tidak spesifik, ketidakmampuan mencapai tempat infeksi dan jumlah basil yang relatif sedikit di banyak tempat infeksi.1 Tingkat kepastian dari diagnosis tergantung dari kemampuan alat diagnostik seperti rontgen, prosedur biopsi hingga tindakan operasi. Diagnosis sering ditemukan secara kebetulan setelah pemeriksaan Patologi Anatomi.4
Pada prinsipnya terapi TB di luar paru adalah sama dengan TB paru, tapi diberikan dengan waktu yang lebih lama dan kadangkadang perlu pemberian kortikosteroid dan tindakan bedah.5

72 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 42 y No. 1 y Maret 2009

Laporan Kasus


Berikut ini dilaporkan satu kasus penderita TB paru disertai TB peritoneum dan tuba falopi yang semula disangkakan dengan karsinoma ovarium.
LAPORAN KASUS Seorang wanita, 27 tahun, kawin, memiliki
dua anak, ibu rumah tangga pada tanggal 27 Januari 2003 dikonsul ke bagian paru RS Adam Malik Medan oleh bagian onkologi obgyn RS Adam Malik Medan. Penderita dikonsul ke bagian paru karena ada kelainan pada foto toraks yang dibuat untuk keperluan persiapan laporatomi atas indikasi sangkaan karsioma ovarium. Hasil foto toraks yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2003 itu adalah efusi pleura dextra yang minimal.
Dari anamnesis didapat bahwa keluhan yang membuat penderita datang ke bagian obgyn RS Adam Malik Medan pertama sekali pada tanggal 13 Desember 2003, adalah keluhan perut membesar, badan lemas, mual, badan bertambah kurus, nyeri abdomen bawah sejak 1,5 bulan sebelum datang ke RS Adam Malik.
Sebelum keluhan di atas, penderita mengalami perdarahan seperti haid yang terusmenerus selama dua bulan. Dari anamnesis mengenai keluhan pernapasan, tidak ditemukan keluhan batuk, nyeri dada, dan batuk darah. Sedangkan sesak tidak dirasakan sekali, hanya saja setelah makan terasa agak menyesak.
Dari anamnesis penyakit terdahulu ternyata pasien adalah rujukan dari luar dengan diagnosa asites dan pasien sudah mendapat pengobatan Lasix tablet selama ± 4 hari sebelum ke RS Adam Malik Medan.
Dari anamnesis juga didapat bahwa pasien didiagnosis dengan tumor adneksa padat kiri + kista ovarium kanan + asites dengan sangkaan adanya suatu keganasan berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik luar dan dalam, CA-125 serta USG kandungan yang dilakukan di bagian onkologi obgyn RS Adam Malik Medan.
Pada pemeriksaan fisik di bagian paru didapat: keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84 kali/menit regular, pernapasan 20 kali/menit, temperatur 36,9oC. Pada mata ditemukan anemis, ikteris tidak ditemukan.

Pada pemeriksaan toraks depan dan belakang diperoleh: ƒ Inspeksi: simetris, ketinggalan bernapas tidak
ditemukan ƒ Palpasi: stem fremitus kanan bawah
melemah ƒ Perkusi: beda pada paru kanan lapangan
bawah. Batas jantung dalam batas normal. ƒ Auskultasi: suara pernapasan menghilang
pada paru kanan lapangan bawah. Denyut jantung 84x/menit, regular, desah tidak dijumpai
Pada pemeriksaan abdomen terlihat perut membesar dan massa tidak teraba.
Pada ekstremitas atas cyanosis, jari tabuh dan oedem tidak dijumpai.
Pada ekstremitas bawah oedem tidak dijumpai.
Sewaktu dikonsul ke paru, pasien juga membawa hasil pemeriksaan yang dilakukan untuk persiapan laparatomi.
Hasil foto toraks tanggal 16 Januari 2003 adalah efusi pleura kanan minimal.

Pada tanggal 17 Januari 2003 hasil nilai CA-125 adalah 138 u/ml (normal 35 u/ml akan ditemukan pada 80-90% penderita karsinoma ovarium lanjut. Pada wanita dengan karsinoma stadium dini 50% di antaranya mempunyai kadar CA-125 yang normal. Dan kadar CA-125 juga dapat meningkat pada keadaan-keadaan lain seperti kehamilan,

76 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 42 y No. 1 y Maret 2009

Laporan Kasus

endometriosis, sirosis, TB peritoneum dan lain sebagainya.13
Pada penderita ini yang semula didiagnosis sebagai karsinoma ovarium berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, USG dan CA-125, ternyata setelah dilakukan laparatomi, terlihat adanya papil yang menyebar di peritoneum dan adanya perlengketan-perlengketan ke kolon dan rektum yang mengindikasikan adanya tuberkulosis peritoneum. Juga terlihat abses pada kedua tuba dan ovarium dan hasil biopsi adalah proses tuberkulosis.
Anamnesis berupa perut membesar, nyeri abdomen bawah, pendarahan pervaginam selama 2 bulan, mual, badan lemah, berat badan menurun ternyata dapat dimiliki oleh TB peritoneum dan TB genitalia wanita selain karsinoma ovarium.
Bahkan dari pemeriksaan dalam yang didapat adanya massa, pemeriksaan USG berupa massa pada adneksa disertai kista ovarium dan asites juga dapat merupakan diagnosa tuberkulosis selain karsinoma ovarium.
Pemeriksaan CA-125 juga dapat memberikan hasil positif palsu pada TB peritoneum. Beberapa laporan mendapatkan adanya TB peritoneum yang menyerupai karsinoma ovarium dengan tanda-tanda asites dan peningkatan serum CA-125.14-17
Terlihat bahwa diagnosis tuberkulosis ekstra paru sering sulit dilakukan. Tetapi dapat diingat bahwa banyak pasien dengan TB di luar paru juga mempunyai TB paru dan uji tuberkulin juga dapat membantu diagnosis. Pada pasien ini hasil pemeriksaan kuman BTA DS 3 kali dari sputum negative, dan dari foto toraks terlihat adanya lesi minimal di paru kanan disertai efusi pleura kanan minimal. Juga didapatkan adanya uji tuberkulin (+) 16x15 mm.
Terapi pasien ini selanjutnya adalah pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) di bagian paru. Dan pasien dalam keadaan umum yang baik setelah terapi disertai berat badan meningkat. Pada foto toraks 2 bulan setelah pemberian OAT terlihat lesi di paru berkurang, tetapi sudut kostoprenikus kanan tetap tumpul.

KESIMPULAN

Tuberkulosis

masih


merupakan

permasalahan di Indonesia. Sekitar 16% dari

kasus baru tuberkulosis yang didiagnosa

merupakan TB di luar paru. Diagnostik dan

penanganan TB ekstra paru mempunyai

permasalahan yang lebih banyak dibanding TB paru karena tanda dan gejala yang sering tidak spesifik dan sulitnya mencapai tempat infeksi.
Telah dilaporkan kasus seorang wanita, 27 tahun, mempunyai anak 2 orang, yang didiagnosa karsinoma ovarium berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, USG kandungan dan CA-125 yang meningkat di bagian obstetri ginekologi. Direncanakan tindakan laparatomi. Pada persiapan laparatomi dilakukan foto toraks dengan hasil efusi pleura kanan minimal dan lesi minimal pada paru kanan. Pasien dikonsulkan ke bagian Paru. Dianjurkan pemeriksaan sputum BTA DS 3X dan uji Tuberkulin dengan hasil BTA negatif dan uji Tuberkulin (+) 16x15 mm, yang kemudian didiagnosa sebagai efusi pleura dextra ec TB paru tersangka.
Pada saat laparatomi terlihat papil-papil pada peritoneum disertai perlengketanperlengketan di rongga abdomen yang megindikasikan adanya TB peritoneum disertai abses pada kedua tuba ovarium yang sewaktu dilakukan biopsi pada tuba hasinya adalah proses TBC dan tidak ditemukan tanda keganasan. Tindakan yang dilakukan adalah salpingektomi sinistra dan adesiolisis.
Selanjutnya pasien berobat jalan di Poliklinik Paru dengan terapi obat anti tuberkulosis dan menunjukkan perbaikan keadaan umum dan peningkatan berat badan selama 4 bulan terapi dan bulan-bulan berikutnya.
Dari kasus ini terlihat bahwa pada pasien yang mempunyai keluhan di tempat lain disertai adanya proses TB di paru, harus dipikirkan adanya hubungan diantara keduanya, terutama di negara kita.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hopewell PC, Bloom BR. Tuberculosis and
Other Mycobacterial Diseases. In: Murray JF, Nadel JA, editors. Textbook of Respiratory Medicine I, 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 2000, 1043-105.
2. Iseman MD. Mycobacterial Diseases of the Lungs. In: Hanley ME, Welsh CH, editors. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine. Boston: Mc Graw Hill International Edition; 2004, 399-413.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 42 y No. 1 y Maret 2009


77

Bintang Y.M. Sinaga

Tuberkulosis Paru Disertai Tuberkulosis Peritoneum...

3. Seaton RA. Extra – Pulmonary Tuberculosis. In: Seaton A, Seaton D, Leitch AG, editors. Crofton and Douglas’s Respiratory Diseases II, 5th ed. London: Blackwell Science Ltd; 2000, 528-41.
4. TB A Clinical Manual for South East Asia. Geneva: WHO; 1997.
5. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika; 2006.
6. World Health Organization. Global Tuberculosis Control. Surveillance, Planning, Financing. WHO Report 2003. Geneva: WHO; 2003.
7. WHO. TB Advocacy, A Practical Guide. Geneva: WHO; 1998.
8. Goldfarb DS, Saiman L. Tuberculosis of the genitourinary tract. In: Rom WM, Garay SM, editors. Tuberculosis, 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2004, 549-63.
9. Patel K. Tuberculosis of the Genitourinary System. Available from http://www. emedicine.com/med/topic3073.htm.
10. Field S, Lewis S. Intestinal and peritoneal tuberculosis. In: Rom WM, Garay SM, editors. Tuberculosis, 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2004, 54963.

11. Mackay HT. Gynecology. In: Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA, editors. Current Medical Diagnosis & Treatment, 40th ed. New York: Lange Medical/McGraw-Hill; 2001, 731-46.
12. Fleischer AC. Ovary, Malignant Tumors. Available from http://www.emedicine.com/ radio/topic511.htm.
13. Teng N. Adnexal Tumors. Available from http://www.emedicine.com/med/topic2830 .htm.
14. Piura B, Rabinovich A, Leron E, YamaiInbar I, Mazor M. Peritoneal Tuberculosis Mimicking Ovarian Carcinoma with Ascites and Elevated Serum CA-125: Case report and review of literature. Eur J. Gynaecol Oncol 2002; 23(2): 120-2.

15. Takeshima F, Ilamabe S, Yamasa T, et al. Two Cases of Tuberculosis Peritonitis and Clinical Significance of Serum CA-125. Kekkaku 1989; 64 (1): 25-30.
16. Lachman E, Moodley J, Pitsoc SB. Peritoneal Tuberculosis Imitating Ovarian Carcinoma “Special Category”. Acta Obstet Gynecol Seand 1985; 64(8): 677-9.
17. Ronay G, Jager W, Tulusan A11. Immunohistochemical and Serologic Detection of CA-125 in Patient with Peritoneal Tuberculosis and Ascites. Geburtshilfe Frauenheilkd 1989 Jan; 49(1): 61-3.

78 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 42 y No. 1 y Maret 2009