Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945. Pemohon memohon kiranya Mahkamah Konstitusi melakuakn pengujian terhadap
Pasal 1 angka 26 dan 27, Pasal 65, Pasal 116 ayat 3, 4, Pasal 184 ayat 1 huruf a KUHAP Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
KUHAP terhadap Pasal 1 ayat 3 dan Pasal 28D ayat 1 UUD 1945. Putusan Mahkamah Kontitusi No. 65PUU-VIII2010, menyatakan Pasal 1 angka
26 dan 27, Pasal 65, Pasal 116 ayat 3, 4, Pasal 184 ayat 1 huruf a KUHAP adalah bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang pengertian saksi dalam pasal-
pasal itu tidak dimaknai orang yang dapat memberikan keterangan dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri, dan ia alami sendiri, dilihat dari putusan tersebut, bahwa keterangan saksi tidak hanya harus keterangan yang dilihat, didengar dan dialami sendiri.
Perluasan definisi dalam putusan MK tersebut pada intinya menyatakan bahwa
definisi saksi sebagai alat bukti adalah keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa yang pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri
dengan menyebut alasan pengetahuannya itu, termasuk pula keterangan dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan tidak selalu ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
45
Mahkamah Konstitusi dalam amar putusannya menyatakan pengertian saksi
menguntungkan dalam Pasal 65 KUHAP tidak dapat ditafsirkan secara sempit hanya dengan mengacu pada Pasal 1 angka 26 dan angka 27 KUHAP. Pengertian
saksi dalam Pasal tersebut membatasi bahkan menghilangkan kesempatan bagi
45
Eddy O.S. Hiariej, 2012. Teori dan hukum Pembuktian. Erlangga, hlm. 102-103.
tersangka atau terdakwa untuk mengajukan saksi yang menguntungkan baginya, karena frase “ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri” mensyaratkan
bahwa hanya saksi yang mendengar sendiri, melihat sendiri, dan mengalami sendiri suatu perbuatan dapat diajukan sebagai saksi menguntungkan bagi
tersangkaterdakwa.
46
46
http:www.hukumonline.comberitabacalt4e49f3ff83f2aperubahan-makna-saksi-dalam- hukum-acara-pidana-dan-implikasinya-terhadap-sistem-peradilan-pidana, diakses pada tanggal
25 Mei pukul 23.15 WIB
III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah
Penulis menggunakan pendekatan masalah yuridis normatif dalam membahas permasalahan skripsi ini. Pendekatan yuridis normatif adalah penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau sumber data sekunder atau penelitian hukum kepustakaan.
45
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menelaah dan menelusuri Peraturan Perundang-undangan, teori, dan konsep yang ada dan berhubungan dengan
permasalahan yang akan dibahas. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat yuridis normatif, yaitu data
yang dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder ditelaah secara yuridis dengan tidak menghilangkan unsur non yuridis lainnya. Pendekatan ini mengarah
kepada Peraturan Perundang-undangan sebagai kajian utamanya. Pendekatan secara yuridis normatif, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan
pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
45
Soerdjono Soekanto dan Sri Mamuji. 1985. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta.Rajawali, hlm.23.
B. Sumber dan Jenis Data
Jenis data dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang akan diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.
46
Adapun dalam memperoleh data atau jawaban yang tepat dalam pembahasan sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini maka
jenis data yang digunakan, yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai
literature dan Perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Jenis data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, terdiri dari:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 732 Tahun 1915 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana; 3.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, seperti:
1. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65PUU-VIII2010 dalam perkara
permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
46
Abdulkadir Muhammad, 2004, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, hlm.168.
Acara Pidana terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga. c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang fungsinya melengkapi bahan
hukum primer, seperti teori-teori, dan pendapat-pendapat dari para sarjana atau ahli hukum, literature, kamus, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan
pokok permbahasan dalam penelitian ini. C. Penentuan Narasumber
Narasumber penelitian ini adalah seseorang yang memiliki data atau informasi mengenai objek yang diteliti. Narasumber dalam penelitian ini adalah dengan
wawancara langsung dengan narasumber. Narasumber dipilih secara purposif purposive sampling berdasarkan aktifitas mereka secara sadar. Narasumber
dalam penelitian ini adalah: a. Hakim Pengadilan Negeri Sukadana
= 1 orang b. JaksaKejaksaan Negeri Sukadana
= 1 orang b. Akademisi Fakultas Hukum
Bagian Pidana Universitas Lampung = 1 orang +
Jumlah =3 orang
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah studi yang dilakukan untuk
memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mempelajari, dan mencatat hal- hal penting dari berbagai sumber seperti buku, Peraturan Perundang-undangan,
artikel dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Prosedur Pengolahan Data
Data yang terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data, kemudian diproses melalui pengolahan data dengan cara:
a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah diperoleh untuk mengetahui apakah
data tersebut relevan dan sesuai dengan pembahasan. Apabila terdapat data yang salah, maka akan dilakukan perbaikan.
b. Klasifikasi Data, yaitu data yang telah selesai diseleksi kemudian
dilkasifikasikan sesuai dengan jenis dan hubungannya dengan masalah penelitian.
c. Sistematika Data, yaitu menempatkan data pada masing-masing bidang
pembahasan yang dilakukan secara sistematis.