Gambaran Radiografi Dari Dentin Dysplasia

(1)

GAMBARAN RADIOGRAFI DARI DENTIN DYSPLASIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ANDREW N.M SIPAYUNG NIM : 050600149

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental Tahun 2011

Andrew Naro Mario Sipayung

Gambaran radiografi dari dentin dysplasia viii + 21

Dentin dysplasia merupakan salah satu penyakit kelainan herediter secara autosomal dominan pada dentin. Menurut Shields Prevalensi individu yang terjadi pada kasus ini perbandingannya 1:100.000.

Secara klinis gambaran dentin dysplasia terlihat normal dan ada perubahan warna gigi yang kekuning-kuningan. Secara radiografi dentin dysplasia tipe I terlihat kelainan perkembangan pada akar dengan hampir tidak ada pembentukan akar sama sekali. Dentin dysplasia tipe II terlihat kelainan perkembangan pada morfologi pulpa dimana terbentuk tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa.

Dentin dysplasia perlu diketahui untuk perawatan dan prognosa terhadap gigi yang mengalami kelainan pada dentin. Perawatan dentin dysplasia dapat dilakukan dengan pembuatan prothesa seperti overdenture, partial denture, dental implant dan restorasi ikatan resin.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Juni 2011

Pembimbing : Tanda tangan

Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG ... NIP : 19650214 199203 2 004


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 16 Juni 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG ...

ANGGOTA : 1. Amrin Thahir, drg ...


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih buat Ibunda Retinah dan Ayahanda Maruba. yang telah menjadi tauladan dan memberikan kasih sayang tanpa batas. Dan terima kasih kepada Ibu Trelia Boel,drg., M.Kes., Sp.RKG yang telah meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis demi selesainya skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp.ort., Ph.d selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Trelia boel, drg., M.Kes,Sp.RKG selaku pembimbing akademik. 3. Amrin Thahir, drg selaku dosen dan tim penguji skripsi penulis.

4. Lidya Irani Nainggolan, drg selaku dosen dan tim penguji skripsi penulis. 5. Dewi Kartika, drg selaku dosen dan tim penguji skripsi penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Radiologi Dental dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Saudara – saudarakudan kawan – kawan stb. 2005, serta Kakanda dan Adinda mahasiswa FKG USU yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(6)

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Radiologi Dental.

Medan, Juni 2011 Penulis

(Andrew N.M Sipayung)

NIM: 050600149


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 DENTIN DYSPLASIA 2.1 Definisi ... 3

2.2 Etiologi ... ... 3

2.3 Gambaran Klinis 2.3.1 Dentin Dysplasia Tipe I ... ... 4

2.3.2 Dentin Dysplasia Tipe II ... ... 5

2.4 Diagnosa Banding ... 6

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI DENTIN DYSPLASIA DAN PERAWATAN 3.1 Dentin Dysplasia Tipe I ... 13

3.2 Dentin Dysplasia Tipe II ... 16

3.3 Perawatan ... 17

BAB 4 KESIMPULAN ... 18


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran Klinis Dentin Dysplasia tipe I ... 4

2. Gambaran klinis Oklusal Dentin Dysplasia tipe I ... 5

3. Gambaran Klinis gigi permanen Dentin Dysplasia tipe II ... 6

4. Gambaran Klinis gigi sulung Dentin Dyplasia tipe II ... 6

5. Gambaran Klinis Mandibula Dentinogenesis Imperfecta tipe I ... 8

6. Gambaran Klinis Mandibula Dentinogenesis Imperfecta tipe I ... 8

7. Gambaran Klinis Dentinogenesis Imperpecta tipe II ... 9

8. Gambaran radiografi bitewing dari Dentinogenesis imperfecta tipe II ... 9

9. Gambaran radiografi panoramik Dentinogenesis imperfecta tipe II ... 10

10.Gambaran klinis Dentinogenesis imperfecta tipe III pada umur 6 tahun menunjukkan atrisi gigi sulung dan permanen pada maksila ... 11

11.Gambaran klinis Dentinogenesis imperfecta tipe III pada umur 6 tahun menunjukkan atrisi gigi sulung dan permanen pada mandibula ... 11

12.Gambaran radiografi panoramik Dentinogenesis imperfecta tipe III ... 12

13.Gambaran Radiografi Dentin Dysplasia tipe I ... 14

14.Gambaran radiografi bitewing Dentin Dysplasia tipe I ... 15

15.Radiografi intraoral periapikal menunjukkan obliterasi rongga pulpa ... 15

16.Gambaran radiografi Dentin dysplasia tipe II ... 16


(9)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental Tahun 2011

Andrew Naro Mario Sipayung

Gambaran radiografi dari dentin dysplasia viii + 21

Dentin dysplasia merupakan salah satu penyakit kelainan herediter secara autosomal dominan pada dentin. Menurut Shields Prevalensi individu yang terjadi pada kasus ini perbandingannya 1:100.000.

Secara klinis gambaran dentin dysplasia terlihat normal dan ada perubahan warna gigi yang kekuning-kuningan. Secara radiografi dentin dysplasia tipe I terlihat kelainan perkembangan pada akar dengan hampir tidak ada pembentukan akar sama sekali. Dentin dysplasia tipe II terlihat kelainan perkembangan pada morfologi pulpa dimana terbentuk tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa.

Dentin dysplasia perlu diketahui untuk perawatan dan prognosa terhadap gigi yang mengalami kelainan pada dentin. Perawatan dentin dysplasia dapat dilakukan dengan pembuatan prothesa seperti overdenture, partial denture, dental implant dan restorasi ikatan resin.


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

Dentin adalah jaringan mineralisasi yang merupakan bagian dari gigi yang bertindak sebagai pelindung meliputi pulpa dan sebagai jaringan pendukung dari enamel dan sementum. Komposisi dentin terdiri dari 70% mineral, 20% matriks organik, dan 10% terdiri dari air.1 Pembentukan dan perkembangan struktur dentin merupakan hasil differensiasi dari odontoblas.2 Kelainan dalam pembentukan dari perkembangan struktur dentin disebabkan oleh kelainan genetik, faktor lingkungan, dan kecelakaan.1,3 Salah satu penyakit kelainan genetik yang terjadi pada dentin adalah dentin dysplasia.1,2,3

Dentin dysplasia pertama kali dikenal dengan nama rootless teeth oleh Ballscmiede dan kemudian dalam sebuah literature disebut dengan dentin dysplasia oleh Rushton.4,5,6 Dentin dysplasia merupakan kelainan dalam pembentukan dari dentin. Kelainan ini biasanya diturunkan sebagai suatu sifat gen autosomal yang dominan baik pada gigi sulung maupun gigi permanen dan merupakan kelainan genetik. Penyakit ini adalah langka yang dapat mempengaruhi pasien dengan perbandingan 1:100.000.4,5,6 Shields mengklasifikasikan dentin dysplasia ke dalam tipe I dan tipe II. Dentin dysplasia tipe I sebagai perkembangan gigi dengan mahkota yang normal baik dari bentuk, matriks dan konsistennya tapi memiliki akar yang pendek, konus dan konstriksi pada ujung apikalnya, bisa mengenai gigi sulung dan permanen. Dentin dysplasia tipe II hanya mengenai gigi permanen dengan akar gigi yang terlihat normal tetapi terjadi perubahan warna coklat keabu-abuan ditambah dengan terbentuknya tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa.5


(11)

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui klassifikasi dan gambaran klinis serta radiografi kelainan herediter dentin dysplasia.

Dalam tulisan ini akan diuraikan sedikit tentang dentinogenesis imperfecta

sebagai perbandingan dari kelainan herediter dentin lainnya. Karena secara klinis dentin dysplasia hampir sama dengan beberapa tipe dentinogenesis imperfecta, tetapi secara radiografi berbeda.


(12)

BAB 2

DENTIN DYSPLASIA

Dentin dysplasia adalah penyakit kelainan dentin herediter. Penyakit kelainan dentin herediter tidak hanya dijumpai pada dentin dysplasia tetapi juga dijumpai pada

dentinogenesis imperfecta sebagai diagnosa banding.1,3

2.1 Definisi

Dentin dysplasia merupakan kelainan dalam pembentukan dari dentin. Kelainan ini biasanya diturunkan sebagai suatu sifat gen autosomal yang dominan baik pada gigi sulung maupun gigi permanen dan merupakan kelainan genetik. Penyakit ini adalah langka yang dapat mempengaruhi pasien dengan perbandingan 1:100.000.4,5,6 Shields mengklasifikasikan dentin dysplasia ke dalam tipe I dan tipe II. Dentin dysplasia tipe I sebagai perkembangan gigi dengan mahkota yang normal baik dari bentuk, matriks dan konsistennya tapi memiliki akar yang pendek, konus dan konstriksi pada ujung apikalnya, bisa mengenai gigi sulung dan permanen. Dentin dysplasia tipe II hanya mengenai gigi permanen dengan akar gigi yang terlihat normal tetapi terjadi perubahan warna coklat keabu-abuan ditambah dengan terbentuknya tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa.5

2.2 Etiologi

Shields telah mengklasifikasikan dentin dysplasia berhubungan dengan gangguan genetik. Dentin dysplasia tampaknya terjadi sebagai sifat terisolasi, yang biasanya diwariskan oleh transmisi keturunan autosomal dominan yang berhubungan dengan


(13)

kromosom. Mutasi pada gen sialophosphoproprotein dentin (DSPP) menjadi penyebab terjadinya dentin dysplasia.1

2.3 Gambaran Klinis

2.3.1 Dentin Dysplasia Tipe I

Dentin dysplasia dikenal juga sebagai “rootless teeth” karena panjang akar pendek. Shields menggambarkan dentin dysplasia tipe I sebagai perkembangan gigi dengan mahkota yang normal baik bentuk, matriks, dan konsistensinya pada gigi sulung dan gigi permanen.7,8 Tetapi dengan akar yang pendek dan biasanya berbentuk konus, tajam dan adanya kontriksi pada ujung apikal.7,9


(14)

Gambar 2. Gambaran klinis Oklusal Dentin Dysplasia tipe I. 10

2.3.2 Dentin Dysplasia Tipe II

Dentin dysplasia tipe II memiliki tampilan klinis dan radiografi yang berbeda. Pada gigi sulung terlihat tampilan yang kekuning-kuningan yang translusen. Pada gigi permanen memiliki warna coklat keabu-abuan. Ciri khas pada tipe ini adalah akar gigi terlihat normal.3,9


(15)

Gambar 3. Gambaran Klinis gigi permanen Dentin Dysplasia tipe II.5

Gambar 4. Gambaran Klinis gigi sulung Dentin Dyplasia tipe II.1

2.4 Diagnosa Banding

Dentinogenesis imperfecta (DGI) merupakan diagnosa banding dentin dysplasia karena sama-sama merupakan penyakit kelainan dentin herediter.1,3,6,11 Dentinogenesis Imperfecta merupakan gangguan pembentukan dentin yang bersifat herediter, dimana


(16)

predentin yang mengakibatkan dentin sirkumpulpa tidak terbentuk dan tidak teratur. DGI dapat terjadi sendiri atau gabungan dengan kelainan mesodermal lainnya yaitu

Osteogenesis Imperfecta yang merupakan penyakit kerapuhan tulang.7,12

DGI bisa terjadi pada gigi sulung dan gigi permanen tetapi memiliki dampak yang lebih parah pada gigi sulung dibandingkan gigi permanen.1,3 Secara klinis dari DGI ketiga tipe pada umumnya mahkota gigi berbentuk bulbous (bulat seperti lonceng) dan terjadi perubahan warna biru keabu-abuan sampai coklat kekuningan, atrisi, akar gigi tipis dan pendek, terlihat transparan sesudah pencabutan dan rongga pulpa hilang bila dilihat secara radiografis. 7,12,13

DGI tipe I merupakan kelainan pada dentin yang terkait dengan Osteogenesis Imperfecta.6,7,12,13 Ditandai dengan mahkota gigi berbentuk bulbous sebagai akibat penyempitan servikal yang kuat, akar gigi tipis dan pendek.7,12 Ada perubahan warna gigi dengan warna coklat kekuningan dan atrisi baik pada gigi sulung maupun gigi permanen. Obliterasi pulpa terjadi sebelum dan sesudah erupsi.1,14


(17)

Gambar 5. Gambaran Klinis Mandibula Dentinogenesis Imperfecta tipe I.15

Gambar 6. Gambaran Klinis Mandibula Dentinogenesis Imperfecta tipe I.16


(18)

keabu-abuan sampai coklat kekuningan, mahkota bulbous, akar yang sempit, atrisi pada gigi sulung maupun permanen.1,6,12

Gambar 7. Gambaran Klinis Dentinogenesis Imperpecta tipe II.17


(19)

Gambar 9. Gambaran radiografi panoramik Dentinogenesis imperfecta tipe II.6

DGI tipe III memiliki bentuk dan pewarnaan gigi yang variabel, dan berbeda dengan tipe I dan II. Mahkota gigi cenderung berbentuk bulbous dan sudah atrisi sewaktu erupsi.12 Secara radiografi, gigi sulung bervariasi dalam penampilan, mulai dari obliterasi pulpa sampai normal, bahkan ke shell gigi (kulit kerang). Shell gigi memiliki ruangan pulpa yang diperbesar dan hanya dikelilingi oleh lapisan tipis dentin.1


(20)

Gambar 10. Gambaran klinis Dentinogenesis imperfecta tipe III pada umur 6 tahun Menunjukkan atrisi gigi sulung dan permanen pada maksila.16

Gambar 11. Gambaran klinis Dentinogenesis imperfecta tipe III pada umur 6 tahun Menunjukkan atrisi gigi sulung dan permanen pada mandibula.16


(21)

(22)

BAB 3

GAMBARAN RADIOGRAFI DENTIN DYSPLASIA DAN PERAWATAN

Dentin dysplasia merupakan kelainan cacat dentin yang jarang terjadi yang melibatkan dentin dan morfologi akar, dapat terjadi pada gigi sulung dan gigi permanen atau hanya pada gigi sulung saja.2,7,18

3.1 Dentin dysplasia tipe I

Dentin Dysplasia tipe I secara radiografi menunjukkan kelainan perkem bangan akar dengan hampir tidak ada pembentukan akar sama sekali, akar pendek dan biasanya berbentuk konus, tajam dan adanya kontriksi pada ujung apikal. dan juga ada batu pulpa besar serta penyumbatan pulpa dari gigi sulung sebelum erupsi.5 Biasanya terjadi kehilangan pulpa secara menyeluruh untuk gigi permanen. Kehilangan pulpa pada masa pra-erupsi gigi permanen ditandai oleh bentuk kamar pulpa yang seperti bulan sabit yang paralel dengan batas sementum enamel. Kalsifikasi pulpa dan obliterasi pulpa biasa terlihat pada proses kehilangan pulpa. Terdapatnya radiolusen pada periapikal pada gigi yang tidak karies.9

Dentin dysplasia tipe I terbagi 4 yaitu:

1. Tipe a : Tidak ada perubahan pulpa dan akar, dan biasanya terdapat radiolusensi pada periradikularnya.

2. Tipe b : Memiliki bentuk pulpa seperti bulan sabit yang pendek secara horizontal dengan panjang akar hanya beberapa millimeter disertai dengan radiolusen pada periapikalnya.


(23)

3. Tipe c : Terdapat bentuk sisa pulpa seperti bulan sabit baik secara horizontal maupun vertical berbentuk seperti pulau ditengah dentin dan dengan panjang akar yang pendek disertai variasi radiolusensi pada periapikalnya.

4. Tipe d : Kamar pulpa dan kanal pulpa kelihatan disertai dengan panjang akar yang mendekati normal. Terdapat tanduk pulpa pada bagian koronal dari kanal dan membentuk suatu pembengkakan yang terlokalisasi pada kanal tetapi masih terjadi pengerutan atau konstriksi pada ujung kanal pulpa dan terlihat adanya beberapa periapikal radiolusen.8,10


(24)

Gambar 14. Gambaran radiografi bitewing Dentin Dysplasia tipe I.8

Gambar 15. Radiografi intraoral periapikal menunjukkan obliterasi rongga pulpa.19 3.2 Dentin dysplasia tipe II


(25)

Secara radiografi kamar pulpa pada gigi sulung hilang seluruhnya tetapi pada gigi permanen tampak dengan jelas. Kamar pulpa ini digambarkan berbentuk U (U-shaped). Pada radiografi tidak ditemukan adanya kelainan periapikal. Pada gigi permanen terbentuk tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa. 3,9

Gambar 16. Gambaran radiografi Dentin dysplasia tipe II.1


(26)

3.3 Perawatan

Tujuan dari perawatan dentin dysplasia adalah untuk mempertahankan gigi selama mungkin. Namun, karena akar singkat pendek dan lesi periapikal, gigi memiliki prognosis yang buruk.9

Dentin dysplasia tipe I dapat dilakukan perawatan dengan pembuatan protesa seperti overdenture, partial denture, dental implan. Pada dentin dysplasia tipe II dapat dilakukan perawatan dengan restorasi ikatan resin.9


(27)

BAB 4 KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Penyakit kelainan dentin herediter adalah gangguan pada pembentukan dentin yang bersifat herediter diturunkan secara autosomal dimana terjadi anomali pada struktur dentin yang bisa mengenai gigi sulung maupun gigi permanen. Penyakit dentin herediter dibagi menjadi dua bagian besar yaitu dentinogenesis imperfecta tipe I, II, III dan dentin dysplasia tipe I, tipe II.

DGI tipe I dan II hampir sama yang ditandai dengan adanya perubahan warna gigi dengan warna coklat kekuningan dan atrisi baik pada gigi sulung maupun gigi permanen, mahkota berbentuk bulbous (bulat seperti lonceng), penyempitan akar dan terdapat obliterasi pulpa. Hanya saja DGI tipe I berkaitan dengan penyakit tulang (osteogenesis imperfecta) dan DGI tipe II tidak disertai dengan osteogenesis imperfecta. Sedangkan pada DGI tipe III menunjukkan gigi geligi berbentuk bulbous, obliterasi pulpa tidak terjadi namun terdapat kamar pulpa yang luas dan hanya dikelilingi oleh lapisan tipis dentin (Shell).1,14

Dentin Dysplasia tipe I ditandai dengan mahkota yang normal tetapi dengan akar yang pendek dan biasanya berbentuk konus dan kontriksi pada ujung apikal. Biasanya terjadi kehilangan pulpa secara menyeluruh untuk gigi permanen. Kehilangan pulpa pada masa pra-erupsi gigi permanen ditandai oleh bentuk kamar pulpa yang seperti bulan sabit yang paralel dengan batas sementum enamel. Dentin Dysplasia tipe II memiliki tampilan klinis dan radiografi yang berbeda. Pada gigi sulung terlihat tampilan yang


(28)

kekuning-kuningan translusen. Secara radiografi kamar pulpa pada gigi sulung hilang seluruhnya tetapi pada gigi permanen tampak dengan jelas. Kamar pulpa ini digambarkan berbentuk U (U-shaped). Pada radiografi tidak ditemukan adanya kelainan periapikal. Pada gigi permanen memiliki warna coklat keabu-abuan ditambah dengan terbentuknya tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa. Ciri khas pada tipe ini adalah akar gigi terlihat normal.3,8 Dentin dysplasia tipe I dapat dilakukan perawatan dengan pembuatan protesa seperti overdenture, partial denture, dental implan. Pada dentin dysplasia tipe II dapat dilakukan perawatan dengan restorasi ikatan resin.7


(29)

DAFTAR RUJUKAN

1. Kim JW, Simmer JP. Hereditary Dentin Defects. Journal of Dental Research 2007; 86(5):392-9.

2. Forestier Isabelle, Molla Muriel, Verloes Alain. The genetic basis of inherited animalies of the teeth: Part 1: Clinical and molecular aspects of non-syndromic dental disorders. European Journal of Medical Genetics 2008; 51: 273-91.

3. Macdougall M, Dong Juan, Carolina AA. Molecular basis of Human dentin disease.

American Journal of Medical Genetics 2006; 140(A):2536-46.

4. Ariyawardana A, Herath C. Dentin dysplasia type I – typical and atypical presentations. Sri Lanka Dental Journal 2008; 38(1): 38-47.

5. P Langlais Robert, S Miller Craig. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim.

Alih bahasa : Budi susetyo. Jakarta : Hipokrates, 1994: 16-7.

6. H. Holappa, P Nieminen, L Tolva. Splicing site mutations in dentin

sialophosphosprotein causing dentinogenesis imperfect type II. European J Oral

Science 2006;114: 381-4.

7. Leal C.T, Martins L.D, Verli F.D. Case report: Clinical, histological and

ultrastructural characterization of type II dentinogenesis imperfecta. European

Archives of Pediatric Dentistry 2010; 11(6): 306-9.

8.

9. C.J Witkop Jr. Amelogenesis imperfecta, dentinogenesis imperfect and dentin


(30)

10.Jindal MK, Maheshwari S, Verma R, Toseef Khan M. Comparative study of dentinogenesis in different families of the same topographical region. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry 2009; 2(3): 27-34.

11.

12.SVSG Nirmala, N Sivakumar, K Usha. Dentin dysplasia type I with pyogenic granuloma in a 12 year old girl. J Indian Soc Pedod Prevent Dent 2009; 27(2): 131-4. 13.M Hegde, ND Hegde. Dentin dysplasia - A case report. Endodontology 2004; 16:

16-8.

14.Kosinki Ronald W, Chaiyawat Yada, Rosenberg Linda. Localized deficient root

development associated with taurodontism: case report. American Academy of

Pediatric Dentistry 1999; 21(3): 213-5.

15.Toomarian Lida, Mashhadiabbas Fatemeh, Mirkarimi Mahkameh. Dentin dysplasia type I: a case report and review of the literature. Journal of Medical Case Reports 2010; 4(1): 1-6.

16.Yendriwati. Dentinogenesis imperfect. e-USU Repository 2004: 1-9.

17.Guidelines Clinical. Guideline on oral health care/dental management of heritable

dental developmental anomalies. Reference Manual 2010; 32(6): 226-31.

18.Bhandari S, Pannu K. Dentinogenesis imperfect: A review and case report of a family over four generations. Indian J Dent Res 2008; 19(4): 357-61.

19.V.N Veena, K. Alka. Dentin dysplasia: Single-tooth involvement. Quintessence international 2009; 40(3): 183-6.


(1)

Secara radiografi kamar pulpa pada gigi sulung hilang seluruhnya tetapi pada gigi permanen tampak dengan jelas. Kamar pulpa ini digambarkan berbentuk U (U-shaped). Pada radiografi tidak ditemukan adanya kelainan periapikal. Pada gigi permanen terbentuk tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa. 3,9

Gambar 16. Gambaran radiografi Dentin dysplasia tipe II.1

Gambar 17. Gambaran Radiografi Dentin Dysplasia tipe II.1


(2)

3.3 Perawatan

Tujuan dari perawatan dentin dysplasia adalah untuk mempertahankan gigi selama mungkin. Namun, karena akar singkat pendek dan lesi periapikal, gigi memiliki prognosis yang buruk.9

Dentin dysplasia tipe I dapat dilakukan perawatan dengan pembuatan protesa seperti overdenture, partial denture, dental implan. Pada dentin dysplasia tipe II dapat dilakukan perawatan dengan restorasi ikatan resin.9


(3)

BAB 4 KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Penyakit kelainan dentin herediter adalah gangguan pada pembentukan dentin yang bersifat herediter diturunkan secara autosomal dimana terjadi anomali pada struktur dentin yang bisa mengenai gigi sulung maupun gigi permanen. Penyakit dentin herediter dibagi menjadi dua bagian besar yaitu dentinogenesis imperfecta tipe I, II, III dan dentin dysplasia tipe I, tipe II.

DGI tipe I dan II hampir sama yang ditandai dengan adanya perubahan warna gigi dengan warna coklat kekuningan dan atrisi baik pada gigi sulung maupun gigi permanen, mahkota berbentuk bulbous (bulat seperti lonceng), penyempitan akar dan terdapat obliterasi pulpa. Hanya saja DGI tipe I berkaitan dengan penyakit tulang (osteogenesis imperfecta) dan DGI tipe II tidak disertai dengan osteogenesis imperfecta. Sedangkan pada DGI tipe III menunjukkan gigi geligi berbentuk bulbous, obliterasi pulpa tidak terjadi namun terdapat kamar pulpa yang luas dan hanya dikelilingi oleh lapisan tipis dentin (Shell).1,14

Dentin Dysplasia tipe I ditandai dengan mahkota yang normal tetapi dengan akar yang pendek dan biasanya berbentuk konus dan kontriksi pada ujung apikal. Biasanya terjadi kehilangan pulpa secara menyeluruh untuk gigi permanen. Kehilangan pulpa pada masa pra-erupsi gigi permanen ditandai oleh bentuk kamar pulpa yang seperti bulan sabit yang paralel dengan batas sementum enamel. Dentin Dysplasia tipe II memiliki tampilan klinis dan radiografi yang berbeda. Pada gigi sulung terlihat tampilan yang


(4)

kuningan translusen. Secara radiografi kamar pulpa pada gigi sulung hilang seluruhnya tetapi pada gigi permanen tampak dengan jelas. Kamar pulpa ini digambarkan berbentuk U (U-shaped). Pada radiografi tidak ditemukan adanya kelainan periapikal. Pada gigi permanen memiliki warna coklat keabu-abuan ditambah dengan terbentuknya tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa. Ciri khas pada tipe ini adalah akar gigi terlihat normal.3,8 Dentin dysplasia tipe I dapat dilakukan perawatan dengan pembuatan protesa seperti overdenture, partial denture, dental implan. Pada dentin dysplasia tipe II dapat dilakukan perawatan dengan restorasi ikatan resin.7


(5)

DAFTAR RUJUKAN

1. Kim JW, Simmer JP. Hereditary Dentin Defects. Journal of Dental Research 2007; 86(5):392-9.

2. Forestier Isabelle, Molla Muriel, Verloes Alain. The genetic basis of inherited animalies of the teeth: Part 1: Clinical and molecular aspects of non-syndromic dental disorders. European Journal of Medical Genetics 2008; 51: 273-91.

3. Macdougall M, Dong Juan, Carolina AA. Molecular basis of Human dentin disease. American Journal of Medical Genetics 2006; 140(A):2536-46.

4. Ariyawardana A, Herath C. Dentin dysplasia type I – typical and atypical presentations. Sri Lanka Dental Journal 2008; 38(1): 38-47.

5. P Langlais Robert, S Miller Craig. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim.

Alih bahasa : Budi susetyo. Jakarta : Hipokrates, 1994: 16-7.

6. H. Holappa, P Nieminen, L Tolva. Splicing site mutations in dentin

sialophosphosprotein causing dentinogenesis imperfect type II. European J Oral

Science 2006;114: 381-4.

7. Leal C.T, Martins L.D, Verli F.D. Case report: Clinical, histological and

ultrastructural characterization of type II dentinogenesis imperfecta. European Archives of Pediatric Dentistry 2010; 11(6): 306-9.

8.

9. C.J Witkop Jr. Amelogenesis imperfecta, dentinogenesis imperfect and dentin

dysplasia revisited: Problems in classification. J Oral Pathol 1989; 17: 547-53.


(6)

10.Jindal MK, Maheshwari S, Verma R, Toseef Khan M. Comparative study of dentinogenesis in different families of the same topographical region. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry 2009; 2(3): 27-34.

11.

12.SVSG Nirmala, N Sivakumar, K Usha. Dentin dysplasia type I with pyogenic granuloma in a 12 year old girl. J Indian Soc Pedod Prevent Dent 2009; 27(2): 131-4. 13.M Hegde, ND Hegde. Dentin dysplasia - A case report. Endodontology 2004; 16:

16-8.

14.Kosinki Ronald W, Chaiyawat Yada, Rosenberg Linda. Localized deficient root

development associated with taurodontism: case report. American Academy of

Pediatric Dentistry 1999; 21(3): 213-5.

15.Toomarian Lida, Mashhadiabbas Fatemeh, Mirkarimi Mahkameh. Dentin dysplasia type I: a case report and review of the literature. Journal of Medical Case Reports 2010; 4(1): 1-6.

16.Yendriwati. Dentinogenesis imperfect. e-USU Repository 2004: 1-9.

17.Guidelines Clinical. Guideline on oral health care/dental management of heritable

dental developmental anomalies. Reference Manual 2010; 32(6): 226-31.

18.Bhandari S, Pannu K. Dentinogenesis imperfect: A review and case report of a family over four generations. Indian J Dent Res 2008; 19(4): 357-61.

19.V.N Veena, K. Alka. Dentin dysplasia: Single-tooth involvement. Quintessence international 2009; 40(3): 183-6.