Tidak Mau Mampu Beli Susu dan Tidak Suka Makan Ikan

dan tidak ada pemasukan, akibatnya Ia suka mengutang uang atau beras pada tetangga. Dalam keluarganya jarang sekali mereka bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung karena penghasilan suaminya yang pas-pasan.

2. Tidak Mau Mampu Beli Susu dan Tidak Suka Makan Ikan

Informan selanjutnya Ibu Siti Askariah, lahir di Tanjung karang pada tanggal 15 Mei 1982. Warga Desa Umbul Asem Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, tinggal dirumah dengan bilik bambu di pinggir laut yang listriknya masih menyalur dari satu rumah kerumah yang lain dan sumber air bersihnya mengambil air dari sumur pompa. Ibu Siti yang bersuku Sunda ini memamatkan sekolahnya hanya sampai dibangku SLTP. Suaminya yang bernama Jubaidi hanya lulusan SD dan juga bersuku Sunda ini, bekerja sebagai nelayan yang menggunakan kapal kecil dengan alat jaring atau bubu dan melakukan aktivitas melautnya setiap hari pergi pagi dan pulang siang hari. Mencari ikan dengan cara memasang bubu, yaitu perangkap ikan yang terbuat dari anyaman bambu. Bubu tersebut biasanya diletakkan di pinggir-pinggir batu karang tempat ikan biasa mencari makanan. Penghasilan suaminya rata-rata Rp. 20.000,- perhari. Ibu Siti memiliki 4 orang anak, saat ini anak bungsunya yang bernama Nuria Saftitri berusia 18 bulan mengalami kurang gizi dan termasuk kategori balita bawah garis merah BGM. Hal ini dilihat dari berat badannya yang hanya 8 kg. Menurut Ibu Siti, Nuria adalah balita yang doyan makan dan minum susu. Namun karena kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan Nuria jadi jarang mengkonsumsi susu dan kalaupun minum susu ia hanya minum susu kaleng atau susu sachetan. Setiap harinya makanan yang sering di makan Nuria adalah bubur. Selain itu, karena masih berumur 18 bulan Nuria masih belum bisa makan ikan. Ibu Siti mengaku jarang memeriksakan kondisi anaknya keposyandu ataupun kepuskesmas, dengan alasan malas dan capek karena lokasi dari rumah ke posyandu atau puskesmas jaraknya jauh. Kalau ada anaknya yang sakit baru ia akan membawa anaknya ke puskesmas untuk berobat atau diperiksa. Untuk makanan sehari-hari Ibu Siti mengaku makan apa saja, nasi dan sayur yang dimasak dengan menggunakan kompor gas tabung 3 kg. Ibu ini selalu menyediakan makanan sebanyak tiga kali sehari untuk suami dan anak-anaknya, setiap hari juga Ia selalu membuatkan kopi atau teh untuk suaminya. Namun dalam memilih bahan masakan ia tidak terlalu mempertimbangkan, apakah lauknya benar-benar disukai dan habis dimakan atau tidak. Menurutnya selama ini ia belum mencukupi kebutuhan gizi keluarga dan anak, karena selain makan ia jarang memberi susu untuk anaknya dengan alasan harga susu mahal dan masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Bahan makanan yang di belinya di pasar Kota Karang dengan biaya belanja Rp. 30.000,-. Menurutnya pengeluaran perhari Rp. 40.000,- lebih besar dari pada pendapatan suami dari hasil melaut yang hanya Rp. 20.000,- setiap harinya. Biasanya ikan yang dibawa oleh suami dari laut dijual untuk membeli keperluan yang lain, karena kalau ikannya dimakan tidak bisa membeli bahan-bahan makanan. “Ikan hasil melaut dijual di TPI, uangnya untuk belanja beli kebutuhan pokok dan bahan-bahan makanan. Kalau ikannya enggak habis dijual ya di bawa pulang buat dimasak, digoreng kalau enggak disambel. Yang makan ikan paling suami sama saya aja, anak-anak saya enggak terlalu suka makan ikan, yang paling kecil juga belum bisa makan ikan.” SA2829-04-201010.00 WIB. Setiap hari Ibu Siti mengurus pekerjaan rumah sendiri, terkadang dibantu suaminya bila tidak melaut atau sedang menganggur di rumah. Sehari-hari ibu Siti juga turut membantu suaminya berjualan jajanan anak-anak di teras rumahnya, seperti snack-snack, roti, es, gorengan, dan lainnya. Dari hasil berjualan ibu Siti mengaku bisa menambah pendapatan keluarga terutama kalau suaminya tidak melaut atau tidak dapat ikan pada saat melaut diterang bulan, dengan hasil penjualan yang rata-rata diatas Rp. 30.000,- setiap harinya. Dengan penghasilan tambahan tersebut cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga, untuk membeli rokok suaminya dan kebutuhan sekolah anak, terkadang ibu Siti bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung meskipun hanya dicelengan saja. Selain itu anak- anaknya jadi tidak perlu jajan ditempat lain karena dagangan yang dijualnya adalah jajanan anak-anak. Menurut pengakuan ibu Siti, suaminya memiliki pengaruh yang besar dalam setiap mengambil keputusan, seperti sekolah anak-anak, menu makanan sehari-hari, dan termasuk juga dalam menentukan berapa jumlah anak yang ingin dilahirkan.

3. Sering Jajan dan Malas Masak