Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Gizi Ibu Terhadap Status Gizi Balita(6-24bulan) Pada Komunitas Nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Bandar Lampung

(1)

ABSTRACT

Relation of Mother’s Knowledge, Attitude, and Behavior towards Toddler’s Nutritional Status On Community of Fishermen In Kota Karang Raya

Teluk Betung Timur Bandar Lampung By

Melly Anida

Nutritional status was a quality predictor of future human resources. Factors which affect a toddler’s nutritional status were education, mother’s occupation, socioeconomic factors, family earnings, and total family members. This study has the aim to identify the relation of knowledge, attitude and behavior towards toddler’s nutritional status. This study was an observational analytical study with cross sectional approach. The total sample used in this study was 128 mothers and their toddlers. The Toddler’s age ranging between 6 to 24 months. The data of this study was collected using interview and questionnaires. A regresional logistic test was used to identify the influence between variables. The result was there is a relation between a mother’s knowledge (p=0,000), attitude (p=0,000) and behavior (0,01) towards a toddler’s nutritional status with the mother’s behavior towards the nutritional status being the most prominent factor. (OR=0,161)

Keywords : attitude, behavior, nutritional knowledge, toddler’s nutritional status


(2)

ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Terhadap Status Gizi Balita Pada Komunitas Nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur

Bandar Lampung

Oleh Melly Anida

Status gizi merupakan prediktor kualitas sumber daya manusia di masa depan. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi balita yaitu pendidikan, pengetahuan, pekerjaan ibu, sosial ekonomi, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 128 ibu dan balitanya yang berusia 6-24 bulan. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel menggunakan uji regresi logistik. Hasilnya terdapat hubungan pengetahuan gizi ibu (p=0,000), sikap gizi ibu (p=0,000), dan perilaku gizi ibu (p=0,01) ibu terhadap status gizi balita. Sikap gizi ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap status gizi balita (OR=0,181).

Kata kunci: Pengetahuan gizi ibu, perilaku gizi ibu, sikap gizi ibu, status gizi balita


(3)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU GIZI IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA (6-24 BULAN) PADA KOMUNITAS NELAYAN KOTA KARANG RAYA TELUK BETUNG TIMUR BANDAR

LAMPUNG (Skripsi)

Oleh MELLY ANIDA

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU GIZI IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA (6-24 BULAN) PADA KOMUNITAS NELAYAN KOTA KARANG RAYA TELUK BETUNG TIMUR BANDAR

LAMPUNG

Oleh Melly Anida

Skripsi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Kerangka Teori... 8 2. Kerangka Konsep ... 9


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Analisis Univariat Lampiran 3. Analisis Bivariat Lampiran 4. Analisis Multivariat


(7)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Angka kecukupan gizi untuk bayi dan anak balita ... 26

2. Klasifikasi status gizi berdasarkan Z-score ... 28

3. Definisi Operasional ... 41

4. Analisis distribusi frekuensi usia ibu ... 45

5. Distribusi frekuensi pendidikan ibu ... 46

6. Distribusi frekuensi jumlah anggota keluarga ... 47

7. Distribusi frekuensi pekerjaan ibu ... 48

8. Presentase jawaban responden atas pertanyaan pengetahuan tentang gizi ... 49

9. Distribusi frekuensi pengetahuan gizi ibu ... 51

10. Presentase jawaban responden atas pertanyaan sikap ibu ... 52

11. Distribusi frekuensi sikap gizi balita ... 54

12. Presentase jawaban responden atas pertanyaan mengenai perilaku ibu ... 55

13. Distribusi frekuensi perilaku gizi ibu ... 56

14. Distribusi frekuensi status gizi balita ... 56

15. Tabulasi silang tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap status gizi balita ... 57

16. Tabulasi silang sikap ibu terhadap status gizi balita ... 59

17. Tabulasi silang perilaku ibu dengan status gizi balita ... 61

18. Variabel yang dimasukkan dalam seleksi bivariat ... 82


(8)

kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri

(QS. Ar-Ra’du :11)

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu

bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling

tinggi(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman

(QS.Al-Imran:39)


(9)

(10)

(11)

(12)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman,

nikmat islam, hidayah dan rahmat kepada penulis. Shalawat serta salam

semoga tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW

beserta keluarganya.

Dengan syukur kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini untuk

Abi dan Ummiku Tercinta

Yang selalu menyanyangiku, yang selalu memberikan kebahagiaan dalam

hidupku dan yang selalu menyebut namaku dalam setiap doa.

Kakakku tersayang


(13)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman,

nikmat islam, hidayah dan rahmat kepada penulis. Shalawat serta salam

semoga tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW

beserta keluarganya.

Dengan syukur kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini untuk

Abi dan Ummiku Tercinta

Yang selalu menyanyangiku, yang selalu memberikan kebahagiaan dalam

hidupku dan yang selalu menyebut namaku dalam setiap doa.

Kakakku tersayang


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung, Lampung Tengah pada tanggal 25 Mei 1994, sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak H.Ahmad Wagiran dan Ibu Hj.Subariah.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Dono Arum, Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Gayau Sakti pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Way Pengubuan pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di MAN 1 Terbanggi Besar pada tahun 2008.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Unuversitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Lembaga Kemahasiswaan Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina FK Unila sebagai Kardiak pada tahun 2011/2012 dan sebagai pengurus bidang kaderisasi pada tahun 2012/2013. Penulis juga aktif dalam Lembaga Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK Unila sebagai EA BEM pada tahun 2011/2012, sebagai anggota Sekretaris Dinas Kastrad pada tahun 2012/2013. Penulis juga aktif dalam Lembaga Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U) sebagai Asisten Mentri Keuangan pada tahun 2013/2014 dan penulis juga aktif di kegiatan sosial seperti Rumah Belajar(Rumbel).


(15)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Terhadap Status Gizi Balita (6-24 Bulan) Pada Komunitas Nelaya Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampungadalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed,, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Ibu dr. Reni Zuraida, M.Si., selaku Pembimbing Utama atas kesediannya memberikan untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Muhammad Aditya., selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk menyempatkan waktu memberikan bimbingan, saran dan kritik selama proses skripsi ini serta memberikan banyak ilmu selama lebih dari setahun terakhir ini.


(16)

6. dr.Yusran, Sp.M., selaku Pembimbing Akademik

7. Abi dan ummi yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, motivasi, selalu mendoakan anak-anaknya dan selalu memberikan yang terbaik.

8. Mba Rani, adek zee-zee dan mas antok yang selalu memotivasi dan mendukung adek.

9. Kepala Puskesmas dan seluruh staff Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung yang membantu dalam penelitian ini.

10. Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita.

11. Seluruh Staf TU, Administrasi dan Akademik FK Unila, serta pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat saya mbak Bian, mbak Aulia, Ayu Aprilia, Ratih Nur Indah Siregar, Kak Nora, Mirna, Niluh, Mbak Tiyas, Kak Made, kak Axcel, Mba Susi, Mba Cuwi, team skies, yang selalu ada dalam suka maupun duka, saling mengingatkan dan selalu memberikan semangat.

13. Sahabat-sahabat saya yang dipertemukan dalam sebuah lingkaran kecil: Anggia, Karimah dan Diah Septia liantari(Lian) yang telah mengajariku tujuan hidup ini.

14. Saudara-saudaraku di BEM U KCK (Kak Nanda satriana, Bang bowie, mb melita, mb wiwik, mb ade, kak andi, mba defi,mb ely, kak ervan, kak julian, kak riko, kak akbar, mba nida, mb dwi, mba nivo, bang rudi, mba tari, kak


(17)

odok), ani, maya, kak oriza, nadiril dan seluruh KMB IX yang tidak bisa disebutkan satu-satu.

15. Keluarga besar kost arbenta (Restiana, Pratiwi Aminah, Sandra, Rizqun, Yolanda Pratiwi, Bela, Fauziah Andini, Nurul, Sabrine) terimakasih sudah menjadi keluargaku diperantauan dari awal masuk sampai sekarang.

16. Sahabat-sahabat Keluarga Besar FSI IBNU SINA: Mbak Defi, Mbak Putri, Mbak Tya, Mbak Megan, Mbak Ghina, Mbak Nora, Mbak Annida, Mbak Nyimas, Mbak Nida, Mbak Meta, Mbak Vicha, Mbak Laili, Nindry, Rania, Huzai, Idzni, Laras, Eka, Siti M, dan sahabat-sahabat semua yang tidak bisa saya tulis satu persatu, atas nasehat, motivasi selama ini dan semoga kita semua tetap berada dalam barisan ini.

17. Sahabat-sahabat angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan dan kerja sama dalam mengemban ilmu. 18. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (angkatan 2002-2014) yang sudah

memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Februari 2014

Penulis


(18)

vi DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Hipotesis ... 7

F. Kerangka Teori ... 8

G. Kerangka Konsep ... 9

BAB II Tinjauan Pustaka A. Pengetahuan (Knowledge)... 10

B. Sikap (Attitude) ... 16

C. Perilaku (Behavior) ... 19

D. Balita ... 24


(19)

vii BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 38

E. Cara Kerja ... 38

F. Pengumpulan Data ... 42

G. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 43

H. Keterbatasan Penelitian………...………..43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ...45

B. Analisis Bivariat ...61

C. Analisis Multivariat ...66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...66

B. Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA ...68 LAMPIRAN


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak dan keadaan kurang gizi merupakan penyebab kematian anak sebesar sepertiga dari seluruh kematian di dunia. Masalah gizi merupakan salah satu poin penting yang menjadi kesepakatan global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Setiap negara secara bertahap harus mengurangi jumlah balita yang bergizi buruk atau kurang gizi sehingga mencapai 15,5% pada tahun 2015 (Bappenas, 2012).

Status gizi balita memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia dini tergantung pada asupan zat gizi yang diterima. Semakin rendah asupan zat gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi dan kesehatan anak. Gizi kurang atau buruk pada masa bayi dan anak-anak terutama pada umur kurang dari lima tahun dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan


(21)

2

jasmani dan kecerdasan anak. Pertumbuhan sel otak berlangsung sangat cepat dan akan berhenti atau mencapai taraf sempurna pada usia 4-5 tahun. Perkembangan otak yang cepat hanya dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi gizi buruk-kurang adalah 19,6%. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Untuk mencapai sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5%, maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015 (Bappenas, 2012). Prevalensi pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Secara nasional Lampung menduduki urutan keenam untuk masalah stunting

(Kemenkes RI, 2013). Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah bertekad menurunkan prevalensi gizi kurang dari 18,4% menjadi 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek dan sangat pendek dari 36,8% menjadi 32% (Dinkes kota Bandar Lampung, 2012).

Menurut Suryati (2008), pola konsumsi masyarakat Indonesia, rata-rata masih kekurangan protein tetapi berlebihan karbohidrat. Salah satu upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani dalam konsumsi sehari-hari adalah dengan mengkonsumsi ikan. Ikan sebagai bahan pangan mempunyai kandungan nilai gizi yang tinggi dengan kandungan mineral, vitamin, lemak


(22)

dan protein yang tersusun dalam asam-asam amino esensial yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Kota Karang Raya merupakan salah satu kelurahan yang mengalami pemekaran dari Teluk Betung Barat Oktober 2013. Kota Karang Raya merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Teluk Betung Timur. Profesi penduduk pria mayoritas bekerja sebagai nelayan, dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan survei awal di puskesmas Kota Karang Raya, Bandar Lampung, didapatkan 188 balita usia 6-24 bulan dan terdapat beberapa masalah status gizi. Seperti masih didapatkan stunting (pendek) dan status gizi kurang 8,5% dari 188 balita usia 6-24 bulan. Dengan latar belakang di Kota Karang Raya, Bandar Lampung, yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan dan memperoleh ikan setiap harinya, seharusnya asupan protein hewani untuk balita tercukupi. Berdasarkan hal ini seharusnya tidak ditemukan status gizi kurang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi balita yaitu pendidikan, pengetahuan, pekerjaan ibu, sosial ekonomi, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga (Notoadmojo, 2010). Status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, 2002).

Untuk itu peneliti tertarik ingin meneliti hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita pada komunitas nelayan Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.


(23)

4

B. Rumusan Masalah

Gizi merupakan masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Berdasarkan Riskesdas 2013, Lampung menduduki urutan keenam untuk masalah stunting (pendek). Kota Karang Raya, Bandar Lampung, merupakan daerah yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan. Berdasarkan survei awal yang di lakukan di puskesmas Kota Karang Raya, Bandar Lampung, terdapat 188 balita usia 6-24 bulan dan diantaranya masih terdapat masalah gizi kurang. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan ibu, sosial ekonomi, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, konsumsi makanan, dan tingkat kesehatan. Melihat uraian di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.


(24)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu pada komunitas nelayan kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

b. Mengetahui tingkat sikap gizi ibu pada komunitas nelayan Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

c. Mengetahui tingkat perilaku gizi ibu pada komunitas nelayan Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

d. Mengetahui status gizi balita pada komunitas nelayan Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

e. Menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita pada komunitas nelayan Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Mendapatkan pengalaman langsung dalam merencanakan penelitian, melakukan penelitian, menghitung hasil penelitian secara langsung yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita pada komunitas nelayan Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.


(25)

6

2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan tambahan informasi penelitian yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu dengan status gizi balita pada komunitas nelayan.

3. Puskesmas

a. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan puskesmas di bidang gizi.

b. Dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan ibu tentang makanan bergizi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk memberikan penyuluhan lebih lanjut mengenai masalah gizi sehingga bisa mengurangi angka kejadian status gizi kurang.

4. Ibu Rumah Tangga

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan dan perkembangan juga untuk kesehatan tubuh balita serta memantau perkembangan berat badan balita melalui kartu menuju sehat (KMS).

5. Manfaat Teoritis

Dengan mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita di Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung, dapat diperoleh informasi ilmiah sebagai sumbangan


(26)

kepada dunia kedokteran serta untuk memperkaya pengetahuan di bidang kedokteran.

E. Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita.

1. Makin tinggi pengetahuan gizi ibu, makin baik status gizi balita 2. Makin baik sikap gizi ibu, makin baik status gizi balita


(27)

8

F. Kerangka Teori

Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi. Bagan di bawah ini menyajikan berbagai faktor penyebab kekurangan gizi yang diperkenalkan oleh UNICEF dan telah disesuaikan dengan kondisi Indonesia, dari kerangka pikir ini terlihat tahapan penyebab timbulnya kekurangan gizi pada ibu dan anak adalah penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah, dan pokok masalah. Terdapat dua faktor langsung dan tidak langsung yang mempengaruhi status gizi individu, faktor langsung yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi dan keduanya saling mendorong (berpengaruh) dan faktor tidak langsung, yaitu sanitasi dan penyediaan air bersih, ketersediaan pangan, pola asuh, dan pelayanan masyarakat.

Gambar 1. Status gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi (sumber:


(28)

G. Kerangka Konsep


(29)

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan melalui panca indera yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior)

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami


(30)

kekurangan satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan (Almatsir, 2004).

1. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoadmodjo (2007) mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall

(mengingat kembali) terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil


(31)

12

penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisa

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.

5. Sintesis

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), banyak yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan, namun sepanjang sejarah cara


(32)

mendapatkan pengetahuan dikelompokkan menjadi dua yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau yang disebut cara ilmiah.

1. Cara Tradisional

Cara ini ada empat cara, yaitu: a. Trial and error atau coba-salah

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dengan memecahkan masalah dan apabila tidak berhasil maka dicoba lagi dengan kemungkinan yang lain sampai berhasil, oleh karena itu cara ini disebut dengan metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau metode coba-salah. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan ini banyak membantu perkembangan berfikir dan kebudayaan manusia ke arah yang lebih sempurna.

b. Kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisional, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan.


(33)

14

Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru yang terbaik”, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

d. Jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

2. Cara Ilmiah atau Cara Modern

Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian

(Research Methodology).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Faktor Internal

a. Umur

Semakin cukup umur tingkat kemampuan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir maupun bekerja.


(34)

Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan dipercaya dari orang yang belum cukup umur (Notoatmojo, 2007).

b. IQ (Intelegency Quotient)

Intelegency adalah kemampuan untuk berfikir abstrak. Untuk mengukur intelegency seseorang dapat diketahui melalui IQ (Intelegency Quotient) yaitu skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Individu yang memiliki intelegency rendah maka akan diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula (Sunaryo, 2004).

c. Keyakinan (Agama)

Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang yang sangat berpengaruh dalam cara berfikir, bersikap, berkreasi, dan berperilaku individu (Sunaryo, 2004).

2. Faktor Eksternal a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak dapat menjadi dapat. Maka, makin tinggi


(35)

16

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Sunaryo, 2004).

b. Informasi

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh adanya informasi dari sumber media sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau dilihat, baik dari media cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain (Azwar, 2003).

c. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Notoatmodjo, 2007).

d. Pekerjaan

Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian tersebut, sehingga masyarakat yang sibuk hanya mempunyai sedikit waktu memperoleh informasi (Notoatmodjo, 2007).

B. Sikap

Sikap merupakan reaksi suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan


(36)

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial dalam buku Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sikap itu merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo 2007 yaitu

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha unutk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.


(37)

18

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

1. Faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.


(38)

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual

disampaikan secara objektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

C. Perilaku

1. Pengertian perilaku

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak sekitar (Notoadmojo, 2007).


(39)

20

Menurut Skiner seorang ahli psikologi dalam buku Notoadmodjo 2007, merumuskan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atas stimulus organisme respons. Skinner membedakan adanya dua respon yaitu:

1) Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulalation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena mencakup respon.

Menurut Skinner dalam buku Notoatmodjo (2007), prosedur pembentukan perilaku dalam conditioning adalah sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer. Berupa hadiah-hadiah atau reward

bagi pelaku yang akan dibentuk yang membentuk perilaku yang dikehendaki.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasikan komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang


(40)

dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dibentuk.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah lama tersusun itu

Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2007), kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan non perilaku. Perilaku sendiri dipengaruhi oleh lima domain utama yaitu pengetahuan, sikap, nilai, kepercayaan, dan faktor demografis. Faktor enabling terkait dengan akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan. Faktor

enabling juga berasal dari komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap suatu objek perilaku kesehatan. Faktor

reinforcing berasal dari kelompok atau inividu yang dekat dengan seseorang, termasuk keluarga, teman, guru, dan petugas kesehatan.

Secara lengkap 3 faktor utama yang mempengaruhi perubahan perilaku tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

a. Faktor-faktor prediposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan


(41)

22

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Contohnya agar seorang waria mau menggunakan kondom diperlukan pengetahuan dan kesadaran waria tersebut tentang kondom. Di samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi, dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat waria untuk menggunakan kondom.

b. Faktor- faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya tempat pembelian kondom, tempat konsultasi, tempat berobat, ketersediaan kondom atau kemudahan mendapat kondom dan sebagainya. Untuk perilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana yang pendukung misalnya pengguaan kondom. Waria yang mau menawarkan kondom, tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat kondom saja, melainkan waria tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh kondom. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.


(42)

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)

Adalah faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap, dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.


(43)

24

D. Balita

Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun. Pertumbuhan pada masa ini berlangsung dengan cepat dan melambat pada usia pra sekolah. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari balita masih sangat tergantung dengan orang lain (Depkes RI, 2009).

1. Makanan bagi balita

Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dari makanan harus baik dan kuantitas makanan pun harus cukup, semua makanan mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan konsumsi zat pembangun karena tubuh anak sedang berkembang pesat, membutuhkan penambahan bahan makanan sebagai energi, dan untuk perkembangan mentalnya anak membutuhkan lebih banyak lagi zat pembangun terutama untuk jaringan otak yang akan mempengaruhi kecerdasannya.

Anjuran pemberian makanan anak balita (Depkes RI, 2009):

a. 0-6 bulan: ASI (air susu ibu), frekuensi sesuai keinginan anak paling sedikit 8 kali sehari. Jangan diberi makanan atau minuman lain selain ASI.

b. 6-12 bulan: ASI frekuensi sesuai dengan keinginan anak. Paling sedikit 8 kali sehari. Makanan pendamping ASI 2 kali sehari tiap kali 2 sendok makan, diberikan setelah pemberian ASI. Jenis makanan ini adalah bubur tim lumat ditambah kuning telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging sapi, wortel, bayam, kacang hijau, santan, minyak.


(44)

Kemudian berangsur-angsur bubur nasi ditambah kuning telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging sapi, wortel, bayam, kacang hijau, santan, minyak. Makanan tersebut diberikan 3 kali sehari. Makan selingan 2 kali sehari seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan lain sebagainya, di antara waktu makan.

c. 12-24 bulan: ASI sesuai keinginan anak. Nasi lembek yang ditambah kuning telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging sapi, wortel, bayam, bubur kacang hijau, santan, dan minyak, diberikan 3 kali sehari. Makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan.

d. 24-51 bulan: makanan yang biasa dimakan dalam keluarga 3 kali sehari. Makanan sampingan 2 kali sehari diberikan di antara waktu makan.

2. Kebutuhan zat gizi balita

Kebutuhan zat gizi pada balita adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ini ditentukan oleh usia, jenis kelamin, berat badan, aktivitas, dan tinggi badan. Kebutuhan zat gizi pada balita harus cukup dan seimbang karena anak balita sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat (Muntofiah S, 2008).

Kebutuhan energi dan protein balita berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) rata-rata per hari yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi (2012) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(45)

26

Tabel 1. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk bayi dan anak balita per orang per hari

Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2012.

Deskripsi 0-6 bulan 7-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun

Berat badan (kg) 6,0 9,0 13,0 19,0

Tinggi badan (cm) 61,0 71,0 91,0 112,0

Energi (Kal) 550,0 700,0 1050,0 1550,0

Protein (g) 12,0 16,0 20,0 28,0

Vitamin A (µg) 375,0 400,0 400,0 450,0

Vitamin D (IU) 5,0 5,0 5,0 5,0

Vitamin E (mg) 4,0 5,0 6,0 7,0

Vitamin C (mg) 40,0 40,0 40,0 45,0

Thiamin (mg) 0,3 0,4 0,5 0,8

Riboflavin (mg) 0,3 0,4 0,5 0,6

Niasin (mg) 2,0 4,0 6,0 8,0

Vitamin B-6 (mg) 0,1 0,3 0,5 0,6

Vitamin B-12 (µg) 0,4 0,5 0,9 1,2

Asam folat (µg) 65,0 85,0 150,0 200,0

Vitamin K (µg) 5,0 10,0 15,0 20,0

Kalsium (mg) 200,0 250,0 650,0 1000,0

Fosfor (mg) 100,0 250,0 500,0 500,0

Magnesium (mg) 30,0 54,0 65,0 95,0

Fluor (mg) 0,01 0,4 0,6 0,8

Besi (mg) 0,25 10,0 7,0 8,0

Mangan (mg) 0,003 0,6 1,2 1,5

Seng (mg) 1,5 4,0 4,0 5,0

Selenium (µg) 5,0 10,0 17,0 20,0


(46)

E. Status Gizi dan Penilaian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009). Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu ghidza yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain berkaitan dengan tubuh manusia. Sedangkan pengertian makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi/unsur kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh dan berguna bila dimasukkan dalam tubuh (Almatsier, 2009).

1. Cara penilaian status gizi anak balita

Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:

a. Antropometri

Antropometri berasal dari antrhopos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi secara umum antropmetri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropmetri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).


(47)

28

Tabel 2. Klasifikasi status gizi berdasarkan Z-score masing-masing indeks antropometri

Indeks Antropometri Klasifikasi berdasarkan Z-score

PB atau TB/U 1. Sangat Pendek: < -3SD

2. Pendek (stunted): -3SD s/d < -2SD

3. Normal: ≥ -2SD

BB/U 1. Gizi Buruk: < -3SD

2. Gizi Kurang: < -2SD s/d -3SD 3. Gizi Baik: > -2SD

4. Gizi Lebih: > +2SD

BB/TB 1. Sangat Kurus: < -3SD

2. Kurus: < -2Sd s/d -3SD 3. Normal: > -2SD sampai +2SD 4. Gemuk: > +2SD

IMT/U 1. Sangat Kurus: < -3SD

2. Kurus: < -2SD s/d -3SD 3. Normal: -2SD s/d +1SD 4. Gemuk: > +1SD s/d +2SD

5. Obesitas grade 1: > +2SD s/d + 3SD 6. Obesitas grade 2: > +3SD


(48)

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu, digunakan untuk mengetahui tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan. Fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat hidup.

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secra laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan dapat terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.


(49)

30

a. Survei Konsumsi Makan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan khusus gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu, dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

c. Faktor Ekologi

Dalam buku Supariasa (2002), Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.


(50)

2. Klasifikasi status gizi

Berdasarkan buku World Health Organization (WHO)-National Center for Health Statistics (NCHS) status gizi dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Gizi lebih

Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dengan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih

(overweight), dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney, 2008).

Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pola makan. Pola makan berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menjadikan mutu makanan ke arah tidak seimbang. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degenerative, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit hati (Supariasa, 2002). penanggulangan masalah gizi lebih adalah dengan menyeimbangkan makanan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik. Penyeimbangan makanan energi


(51)

32

dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol (Almatsier, 2009).

b. Gizi Baik

Gizi baik adalah gizi seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Sekjen perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Dr. dr. Saptawati Bardosobo (2009) memberikan 10 tanda umum gizi baik (Effendi, 2012), yaitu:

1. Bertambah umur, bertambah padat, bertambah tinggi. Tubuh dengan asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat dan kuat karena konsumsi protein dan kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein dan kalsiumnya terpenuhi maka massa tubuh akan bertambah dan tubuh akan bertambah tinggi.

2. Postur tubuh tegap dan otot padat. Tubuh yang memiliki massa otot yang padat dan tegap berarti tidak kekurangan protein dan kalsium. Mengonsumsi susu dapat membantu mencapai postur yang ideal. 3. Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan, dan

kacang-kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat.

4. Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih menandakan vitamin A, C, E, dan mineral terpenuhi.


(52)

5. Wajah ceria, mata bening, dan bibir segar. Mata yang sehat dan bening didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel. Bibir segar didapat dari vitamin B, C, dan E seperti yang terdapat dalam wortel, kentang, udang, mangga, dan jeruk.

6. Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat dibutuhkan untuk membantu mencerna makanan dengan baik. Untuk itu, asupan kalsium dan vitamin B pun diperlukan.

7. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan baik dilihat dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari.

8. Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur 9. Penuh perhatian dan bereaksi aktif

10. Tidur nyenyak

c. Gizi Kurang

Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu (Almatsier, 2009):

1. Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi, dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP bisa menurunkan


(53)

34

produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga rentan terhadap penyakit. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya KEP, namun selain kemiskinan faktor lain yang berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat.

2. Anemia Gizi Besi (AGB)

Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kekurangan zat besi (AGB). Penyebab masalah AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologi tinggi (asal hewan), dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau persalinan. AGB menyebabkan penurunan fisik dan produktivitas kerja, penurunan kemampuan berfikir dan penurunan

antibody sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran.

3. Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)

Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan di mana tanah kurang mengandung iodium. Kemudian GAKI dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (tiroid). Pada anak-anak menyebakan hambatan dalam pertumbuhan jasmani maupun mental. Ini menampakkan diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh. Penanggulangan masalah GAKI


(54)

secara khusus dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium kepada semua wanita usia subur dan anak sekolah di daerah endemik. Secara umum, pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur.

4. Kurang vitamin A (KVA)

KVA merupkan suatu gangguan yang disebabkan karena kurangnya asupan vitamin A dalam tubuh. Kekurangn Vitamin A dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan kematian khususnya pada anak-anak. Selain itu KVA dapat menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Faktor yang menyebabkan timbulnya KVA adalah kemiskinan dan minim pengetahuan akan gizi.

d. Gizi Buruk

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan bertuurut-turut tidak naik) dan tidak disertai tanda- tanda bahaya. Dampak gizi buruk pada anak terutama balita:

1. Pertumubuhan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.

2. Mudah terkena penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), diare dan yang lebih sering terjadi.


(55)

36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu, variabel dependennya status gizi balita pada komunitas nelayan di Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung yang akan diamati pada waktu yang sama.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014-Januari 2015 di Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini merupakan ibu dan balitanya yang berumur 6-24 bulan pada komunitas nelayan di Kota Karang Raya. Balita yang dipilih untuk dijadikan sampel pada penelitian yaitu balita usia 6-24 bulan. Dari hasil survei awal di Puskesmas induk Kota Karang sebanyak 188 balita di Kota Karang Raya.


(56)

Untuk penentuan besar sampel dapat digunakan rumus: n=

(Notoatmojo, 2010) Keterangan:

n: jumlah sampel

N: besarnya populasi (188 balita berdasarkan data di puskesmas Kota Karang Raya)

d2: tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05) n=

= 127,89 128 orang.

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah accidental sampling. Menurut Dahlan (2004),

accidental sampling adalah teknik penentuan responden berdasarkan siapa saja yang secara kebetulan dipandang cocok sebagai sumber data (masuk kriteria inklusi) maka akan diberikan kuesioner. Teknik aksidental ini dilakukan dengan kuota per posyandu yang memenuhi kriteria inklusi. Terdapat enam posyandu yaitu posyandu kenanga 1, kenanga 2, kenanga 3, kenanga 4, kenanga 5, dan kenanga 6 di Kota Karang Raya Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.


(57)

38

D. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi

a. Ibu yang memiliki anak balita usia 6-24 bulan

b. Berasal dari keluarga nelayan yang tinggal di Kelurahan Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung

2. Kriteria Eksklusi

a. Balita yang mengalami cacat fisik yang tidak dapat diukur berat badan dan tinggi badan

b. Gangguan nefrotik dengan gejala edema pada tubuh

E. Cara Kerja

1. Pengisian Kuesioner

a. Peneliti melakukan pendekatan pada masing-masing responden yang memenuhi keriteria sampel dan untuk memperoleh kesediaannya menjadi responden penelitian. b. Responden memberikan kesediaannya untuk menjadi

subyek penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai tujuan penelitian, keuntungan penelitian dan cara pengisian kuesioner. Jika responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini harus menandatangani lembar persetujuan dengan tanpa paksaan.

c. Peneliti akan menunggu responden sampai selesai mengisi lembar kuesioner.


(58)

d. Jika ibu kesulitan membaca atau buta aksara, peneliti membantu membacakan pertanyaan kuesioner.

e. Selama pengisian kuesioner peneliti menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) anak.

2. Penimbangan Berat Badan

a. Cara langsung, jika balita dapat ditimbang sendirian:

- Meminta kepada ibu untuk melepas topi, jaket, sepatu,

ataupun aksesoris lainnya yang dapat memberatkan timbangan balita

- Meminta balita berdiri di atas timbangan

- Posisi kaki balita di tengah timbangan, tidak bergerak,

pandangan lurus ke depan

- Mencatat berat badan balita ataupun ibu pada kolom

status gizi yang ada pada kuesioner (Kemenkes RI, 2013).

b. Cara tidak langsung, jika bayi tidak dapat ditimbang sendirian:

- Ibu dan balita diminta untuk melepaskan topi, jaket,

alas kaki ataupun benda lain yang dapat memberatkan timbangan

- Ibu dan balita diminta naik ke atas timbangan berat

badan

- Posisi kaki ibu di tengah timbangan, tidak bergerak,


(59)

40

- Mencatat hasil timbangan yang pertama (pengukuran

pertama)

- Balita diturunkan kemudian ibu ditimbang sendirian

dengan perlakuan dan posisi yang sama dengan sebelumnya

- Mencatat hasil timbangan yang kedua (pengukuran

kedua)

- Berat badan balita adalah hasil pengukuran pertama

dikurangi hasil pengukuran kedua

- Mencatat berat badan balita pada kolom status gizi yang

ada pada kuesioner (Kemenkes RI, 2013). 3. Pengukuran Tinggi Badan

a. Meminta ibu untuk melepas alas kaki balita

b. Balita diminta berdiri di tempat yang datar yang memiliki sandaran yang datar (misalnya, lantai, tanah, dinding atau tiang)

c. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat, dan tumit menempel dinding

d. Meletakkan pensil atau penggaris pada kepala dan memberi tanda pada tiang ataupun dinding

e. Menarik meteran pengukur tinggi badan dari lantai atau tanah hingga mencapai tinggi balita yang sudah diberi tanda pada tiang atau dinding


(60)

3. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Status Gizi Hasil akhir dari asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh dan dibandingkan dengan baku standar IMT/U diklasifikasikan dengan cara klasifikasi WHO Atropmetri, 2005.

- Timbangan - Meteran -Buku saku antropometri -Tabel klasifikasi status gizi cara WHO

0: gizi kurang 1: gizi baik Kurang: <2SD sampai -3SD

Baik: ≥-2SD sampai +2SD (WHO, 2005)

Nominal

2. Pengetahuan Gizi

Pemahaman ibu terhadap

perkembangan

anak, pola

pemberian makan

anak, yang

didapatkan pada jawaban ibu dari 15 pengetahuan gizi pertanyaan yang diajukan.

Kuesioner 0: Kurang baik

1: Baik Kurang: nilai rat-rata <70% Baik: nilai rata-rata ≥70% (Nursalam, 2008)

Nominal

3. Sikap Gizi Penilaian terhadap status gizi balita, cara pemberian makan untuk balita yang didapatkan pada jawaban ibu dari 15 pertanyaan sikap gizi yang diajukan.

Kuesioner 0: kurang baik

1: baik

Kurang: nilai rata-rata <70%

Baik: nilai rata-rata ≥70% (Nursalam, 2008)

Nominal

4. Perilaku Gizi Tindakan nyata yang dilakukan ibu dalam memilih makanan sampai memberikan

makan yang

didapatkan pada jawaban ibu dari 15 pertanyaan perilaku gizi yang diajukan.

Kuesioner 0: kurang baik

1: baik

Kurang: nilai rata-rata <70%

Baik: nilai rata-rata ≥70% (Nursalam, 2008)


(61)

42

F. Pengumpulan Data 1. Prosedur

Pengumpulan data dilakukan secara langsung memberikan kuesioner kepada ibu dengan anak balita di enam Posyandu Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung dengan prosedur sebagai berikut:

a. Langkah awal yang dilakukan peneliti yaitu dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada institusi pendidikan sebagai landasan permohonan mengadakan penelitian di enam Posyandu Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

b. Peneliti memperoleh ijin dari pihak puskesmas Kota Karang untuk melakukan penelitian di posyandu

c. Peneliti melakukan pendekatan kepada masing-masing responden untuk memperoleh kesediaannya menjadi responden

d. Responden memberikan kesediaannya menjadi subyek penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai tujuan penelitian, keuntungan penelitian, dan cara pengisian

2. Alat Pengumpulan 1. Jenis Data

Pengambilan data dilakukan dengan 2 cara: a. Pengisian kuesioner


(62)

b. Pengukuran antropometri 2. Alat Pengumpulan

a. Kuesioner untuk mengumpulkan data identitas responden, dan untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu.

b. Menggunakan alat ukur timbangan digital untuk berat badan balita, dan meteran tinggi badan untuk panjang badan balita.

G. Pengolahan Data Dan Analisis Data 1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan software komputer, proses pengolahan data menggunakan program komputer terdiri dari:

a. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis

b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer

c. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke komputer

d. Output komputer, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak


(63)

44

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan variabel terikat denga menampilkan frekuensi tentang karakteristik responden

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Teknik analisa yang digunakan menggunakan uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95% dan derajat kemaknaan α=0,05, jika hasil perhitungan data statistik <0,05 maka bermakna dan jika hasilnya >0,05 maka tidak bermakna. Jika tidak memenuhi syarat uji chi-square dilakukan uji alternative uji chi-square yaitu uji fisher

c. Analisis Multivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan beberapa variable bebas dengan salah satu atau lebih variabel terikat. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik ganda.

H. Keterbatas Penelitian

Adapun yang menjadi keterbatasan penelitian adalah metode yang dilakukan peneliti yakni crossectional. Variabel independen dan variabel dependen diukur pada saat bersamaan sehingga dapat menimbulkan bias dan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pengetahuan,sikap,dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung dapat disimpulkan:

1. Didapatkan tingkat pengetahuan gizi ibu pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung 89,8% baik dan 10,2% kurang.

2. Didapatkan tingkat sikap gizi ibu pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung 85,2% baik dan 14,8% kurang. 3. Didapatkan tingkat perilaku gizi ibu pada komunitas nelayan Kota Karang

Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung 82,8% baik dan 17,2% kurang. 4. Status gizi balita usia 6-24 bulan pada komunitas nelayan Kota Karang Raya

Teluk Betung Timur Bandar Lampung 89,8% baik dan 10,2% kurang. 5. Terdapat hubungan pengetahuan gizi ibu (p=0,000), sikap gizi ibu

(p=0,000), dan perilaku gizi ibu (p=0,01) terhadap status gizi balita. perilaku gizi ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap status gizi


(65)

67

balita (OR=0,161). Responden yang memiliki pengetahuan kurang, sikap kurang dan perilaku gizi kurang probabilitas balita tersebut memiliki status gizi kurang sebesar 94% pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung.

B.SARAN

Dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan peneliti yaitu: 1. Bagi Puskesmas Kota Karang Raya

Mengadakan penyuluhan dengan memasukkan materi mengenai cara pemberian makan balita, zat gizi yang terkandung dalam makanan, asupan makanan yang seharusnya terpenuhi untuk mencegah penyakit infeksi dan gangguan pertumbuhan balita

2. Bagi Ibu Balita

Ibu lebih rutin mencari informasi tentang pemenuhan zat gizi balita, manfaat zat gizi balita dan tanda-tanda gangguan pertumbuhan balita

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Melakukan penelitian mengenai asupan makanan keluarga nelayan dengan pendapatan keluarga nelayan terhadap status gizi balita


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Umum Alumnus, P. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu, Pendapatan Keluarga,

Kecukupan Protein Dan Zinc Dengan Stunting Pada Balita Usia 6-35 Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.

Assofatin, Nuchus. 2004. Determinan gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Wedarijaksa I Kabupaten Pati. Semarang: Universitas Diponegoro.

Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bappenas 2012, Bagian IV: Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Diakses 23 September 2014, www.bappenas.go.id/get-file-server/node/160/ Dahlan. 2013. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans. Dahlan. 2004. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans. Depkes RI.2009.Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Menyusui: Sepuluh Langkah Menuju sayang Bayi. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2012. Laporan Survei PSG-Kadarzi.

Bandar Lampung

Effendy, F. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Belajar pada Siswa Kelasa X Smk Negeri 2 Indramayu [Skripsi]. Yogyakarta: UNY. Fatimah S, Nurhidayah I, Rakhmawati W. 2008. Faktor-faktor yang Berkontribusi

Terhadap Status Gizi Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya


(67)

Fransiska, B. 2011. Hubungan Karakteristik Keluarga Balita dan Kepatuhan Dalam Berkunjung Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Kota Baru Abepura Jayapura [Tesis]. Jakarta: UI

Gibney, M.J.2008.Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta:EGC.

Hien, N.N and Hoa, N.N. Vinh University, Nghean General Hospital (2009). Nutritional statues and determinans of malnutrition in children under three years of age in Ngehean, Vietnam. Pakistan Journal of Nutrition 8(7):958-96. 2009. ISSN 1680-5194. Asian Network for Scientic information, 2009, http//www.phsorg/pjonline/fin197.pdf, diperoleh 5 Januari 2015.

Huriah, Titih. 2009. Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi dengan status gizi balita di Kecamatan Beji Kota Depok [Tesis]. Jakarta: UI.

Karsin, E.S. 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Dalam Pembangunan. Jakarta: Penebar Swadya

Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Kerangka kebijakan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan(versi 5 september 2014). Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes RI. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa

Indonesia. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013.

Lewi, dkk. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu , Gejala Penyakit Infeksi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Terhadap Pertumbuhan Anak Baduta di Wiayah

Kerja Puskesmas Noemuti Diunduh dari

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/110917_2085-9341.pdf. diakses pada tanggal 15 Desember 2014.

Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat

[Skripsi]. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Meitasari, Dewi. 2008. Analisis Determinan Keragaman Konsumsi Pangan Pada Keluarga Nelayan. Bogor: IPB.


(68)

Mubarak WI, Rozikin K. 2007. Promosi Kesehatan-Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Muntofiah, S. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita [Tesis] . Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Rakhmawati, N.Z. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Anak Usia 12-24 Bulan [Artikel Penelitian]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Riyadi, H. 2007. Zinc untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Bogor: IPB Santoso. 2005. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Setyaningsih, S. 2008. Pengaruh Interaksi, pengetahuan dan sikap terhadap praktek ibu dalam pencegahan anemia gizi besi pada balita di kota pekalongan [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Suhardjo. 2003. Berbagai cara pendidikan gizi. Cetakan 2. Jakarta : Bumi Aksara. Suhendri, U. 2009. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang.

[Skripsi]. Jakarta: UIN.

Sunaryo.2004.Psikologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC.

Supadi J. 2002. Analisis Faktor-Faktor Pola Asuh Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Umur 0-36 Bulan di Puskesmas Wonosalam II Kabupaten Demak

[Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suryati. 2008. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 59 Bulan Pada Keluarga Nelayan Harian di Kelurahan Pulau Tidung


(69)

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan DKI Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia

Suwarno. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi dan Partisipasi Ibu Ke Posyandu dengan Pemberian Makanan Bergizi Kepada Anak Balita di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

UNICEF. 1990. Guide to the Convention on The Rights of The Child. Jakarta:UNICEF.

WHO.2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010

Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta

Widya karya nasional pangan dan gizi X. 2012. Pemantapan Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat Berbasis Kemandirian dan Kearifan.

Jakarta.

Yulizawati. 2012. Hubungan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Terhadap Status Gizi pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Heran Kecamatan Rengat Barat [Skripsi]. Riau: Akademi Kebidanan Indragiri.


(1)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pengetahuan,sikap,dan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung dapat disimpulkan:

1. Didapatkan tingkat pengetahuan gizi ibu pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung 89,8% baik dan 10,2% kurang.

2. Didapatkan tingkat sikap gizi ibu pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung 85,2% baik dan 14,8% kurang. 3. Didapatkan tingkat perilaku gizi ibu pada komunitas nelayan Kota Karang

Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung 82,8% baik dan 17,2% kurang. 4. Status gizi balita usia 6-24 bulan pada komunitas nelayan Kota Karang Raya

Teluk Betung Timur Bandar Lampung 89,8% baik dan 10,2% kurang. 5. Terdapat hubungan pengetahuan gizi ibu (p=0,000), sikap gizi ibu

(p=0,000), dan perilaku gizi ibu (p=0,01) terhadap status gizi balita. perilaku gizi ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap status gizi


(2)

67

balita (OR=0,161). Responden yang memiliki pengetahuan kurang, sikap kurang dan perilaku gizi kurang probabilitas balita tersebut memiliki status gizi kurang sebesar 94% pada komunitas nelayan Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung.

B.SARAN

Dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan peneliti yaitu: 1. Bagi Puskesmas Kota Karang Raya

Mengadakan penyuluhan dengan memasukkan materi mengenai cara pemberian makan balita, zat gizi yang terkandung dalam makanan, asupan makanan yang seharusnya terpenuhi untuk mencegah penyakit infeksi dan gangguan pertumbuhan balita

2. Bagi Ibu Balita

Ibu lebih rutin mencari informasi tentang pemenuhan zat gizi balita, manfaat zat gizi balita dan tanda-tanda gangguan pertumbuhan balita

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Melakukan penelitian mengenai asupan makanan keluarga nelayan dengan pendapatan keluarga nelayan terhadap status gizi balita


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Umum Alumnus, P. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu, Pendapatan Keluarga,

Kecukupan Protein Dan Zinc Dengan Stunting Pada Balita Usia 6-35 Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.

Assofatin, Nuchus. 2004. Determinan gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Wedarijaksa I Kabupaten Pati. Semarang: Universitas Diponegoro.

Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bappenas 2012, Bagian IV: Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Diakses 23 September 2014, www.bappenas.go.id/get-file-server/node/160/ Dahlan. 2013. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans. Dahlan. 2004. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans. Depkes RI.2009.Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Menyusui: Sepuluh Langkah Menuju sayang Bayi. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2012. Laporan Survei PSG-Kadarzi. Bandar Lampung

Effendy, F. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Belajar pada Siswa Kelasa X Smk Negeri 2 Indramayu [Skripsi]. Yogyakarta: UNY. Fatimah S, Nurhidayah I, Rakhmawati W. 2008. Faktor-faktor yang Berkontribusi

Terhadap Status Gizi Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya [skripsi]. Universitas Padjajaran.


(4)

Fransiska, B. 2011. Hubungan Karakteristik Keluarga Balita dan Kepatuhan Dalam Berkunjung Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Kota Baru Abepura Jayapura [Tesis]. Jakarta: UI

Gibney, M.J.2008.Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta:EGC.

Hien, N.N and Hoa, N.N. Vinh University, Nghean General Hospital (2009). Nutritional statues and determinans of malnutrition in children under three years of age in Ngehean, Vietnam. Pakistan Journal of Nutrition 8(7):958-96. 2009. ISSN 1680-5194. Asian Network for Scientic information, 2009, http//www.phsorg/pjonline/fin197.pdf, diperoleh 5 Januari 2015.

Huriah, Titih. 2009. Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi dengan status gizi balita di Kecamatan Beji Kota Depok [Tesis]. Jakarta: UI.

Karsin, E.S. 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Dalam Pembangunan. Jakarta: Penebar Swadya

Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Kerangka kebijakan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan(versi 5 september 2014). Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes RI. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa

Indonesia. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013.

Lewi, dkk. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu , Gejala Penyakit Infeksi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Terhadap Pertumbuhan Anak Baduta di Wiayah

Kerja Puskesmas Noemuti Diunduh dari

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/110917_2085-9341.pdf. diakses pada tanggal 15 Desember 2014.

Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat [Skripsi]. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Meitasari, Dewi. 2008. Analisis Determinan Keragaman Konsumsi Pangan Pada Keluarga Nelayan. Bogor: IPB.


(5)

Merdawati L, Putri DE. 2008. Perilaku Ibu terhadap Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita dan Hubungannya dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Padang Timur Padang [skripsi]. Universitas Andalas.

Mubarak WI, Rozikin K. 2007. Promosi Kesehatan-Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Muntofiah, S. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita [Tesis] . Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Rakhmawati, N.Z. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku

Ibu dalam Pemberian Makanan Anak Usia 12-24 Bulan [Artikel

Penelitian]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Riyadi, H. 2007. Zinc untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Bogor: IPB Santoso. 2005. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Setyaningsih, S. 2008. Pengaruh Interaksi, pengetahuan dan sikap terhadap praktek ibu dalam pencegahan anemia gizi besi pada balita di kota pekalongan [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Suhardjo. 2003. Berbagai cara pendidikan gizi. Cetakan 2. Jakarta : Bumi Aksara.

Suhendri, U. 2009. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. [Skripsi]. Jakarta: UIN.

Sunaryo.2004.Psikologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC.

Supadi J. 2002. Analisis Faktor-Faktor Pola Asuh Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Umur 0-36 Bulan di Puskesmas Wonosalam II Kabupaten Demak [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suryati. 2008. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 59 Bulan Pada Keluarga Nelayan Harian di Kelurahan Pulau Tidung


(6)

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan DKI Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia

Suwarno. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi dan Partisipasi Ibu Ke Posyandu dengan Pemberian Makanan Bergizi Kepada Anak Balita di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

UNICEF. 1990. Guide to the Convention on The Rights of The Child. Jakarta:UNICEF.

WHO.2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta

Widya karya nasional pangan dan gizi X. 2012. Pemantapan Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat Berbasis Kemandirian dan Kearifan. Jakarta.

Yulizawati. 2012. Hubungan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Terhadap Status Gizi pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Heran Kecamatan Rengat Barat [Skripsi]. Riau: Akademi Kebidanan Indragiri.


Dokumen yang terkait

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Ibu Balita Terhadap Status Gizi Balita di Painan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat

1 48 80

Pengaruh Penatalaksanaan Gizi dan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi Balita Gizi Buruk di Puskesmas Se-Kota Medan

2 54 105

Perbedaan Pengetahuan Gizi, Pendapatan Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Proyek Dan Hon Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004

0 34 81

Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

3 41 99

Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

0 16 183

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo

0 4 43

Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dengan status gizi anak balita

0 3 88

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KELUARGA MANDIRI SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN PERILAKU SADAR GIZI Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Balita Usia 6-59 Bulan

0 0 15

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI LINGKUNGAN PULAU PASARAN KELURAHAN KOTA KARANG KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 5