ANALISIS KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN KARANG MARITIM KECAMATAN PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

FISHERMEN WELFARE ANALYSIS IN KARANG MARITIM VILLAGE SUBDISTRICT PANJANG BANDAR LAMPUNG

By

LATHIFA OCTARINA

The government had a large role in order to overcome poverty problem. With a handle the problem of poverty means the government prosecuted in order to increase the level of public welfare. The purpose of this research is to know the level of welfare of fishermen in the Karang Maritim Village Subistrict Panjang Bandar Lampung using family welfare indicators based on BPS. This type research descriptive by approach quantitative. The focus of this issue is how the welfare of fishermen in the Karang Maritim Village Subistrict Panjang Bandar Lampung. The results of this research are (1) Based on 3 levels of strata was found that of all the fishermen in the Karang Maritim village of 76% fishermen have welfare level enough, 16% fishermen have high level of welfare, and 8% fishermen have low level of welfare, (2) in stratum 1 the strata that have a big boat of 55.56% fishermen have welfare level enough and 44.44% fishermen have high level of welfare, (3) in stratum 2 the strata that have a small boat of 60% fishermen have welfare level enough and 40% fishermen have high level of welfare, (4) in stratum 3 the strata do not have a boat of 83,33% fishermen have welfare level enough, 11,11% fishermen have low level of welfare and 5,56% fishermen have high level of welfare.


(2)

ABSTRAK

ANALISIS KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN KARANG MARITIM KECAMATAN PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

LATHIFA OCTARINA

Pemerintah memiliki peran yang besar dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan. Dengan menangani masalah kemiskinan berarti pemerintah dituntut untuk menaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan di Kelurahan Karang Maritim Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung dengan menggunakan indikator keluarga sejahtera berdasarkan BPS. Jenis penelitian ini Deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif. Fokus permasalahan ini adalah bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan di Kelurahan Karang Maritim Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Berdasarkan dari 3 tingkatan strata didapatkan bahwa dari seluruh nelayan di Kelurahan Karang Maritim sebesar 76% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan sedang, 16% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi, dan 8% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan rendah, (2) pada strata 1 yaitu strata yang memiliki perahu besar sebesar 55,56% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan sedang dan 44,44% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi, (3) pada strata 2 yaitu strata yang memiliki perahu dengan mesin kecil sebesar 60% responden memiliki tingkat kesejahteraan sedang dan 40% responden memiliki tingkat kesejahteraan tinggi, (4) pada strata 3 yaitu strata yang tidak memiliki perahu sebesar 83,33% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan sedang, 11,11% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan rendah, dan 5,56% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 3 Oktober 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Riyanto dan Ibu Asmina dan kakak dari Tisa Safitri Amalia dan Dilla Ashya Kayla.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Pajajaran Bandar Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Kedamaian pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 5 Bandar

Lampung pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMK Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan dan sampai tahun 2014 bulan Agustus penulis menyelesaikan studinya.


(8)

MOTO

“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkan baginya dengan (ilmu) itu jalan menuju surga.”

(HR. Muslim)

“Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan

tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas.” (Dian Sastrowardoyo)

“Lakukan yang terbaik pada setiap saat yang kamu miliki.” Lathifa Octarina


(9)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya persembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillaahirabbil’ alamiin.

Untuk kedua orang tuaku Ayah dan Mama, terima kasih atas doa yang selama ini diberikan untuk kelancaran skripsi ini, kalian adalah harta dihidupku.

Adik-adikku Tisa Safitri Amalia dan Dilla Ashya Kayla terima kasih atas doa dan dukunganya.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, dukungan dan doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Analisis Kesejahteraan Nelayan Di Kelurahan Karang Maritim Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Karena dalam penulisan ini penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

1. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Pembimbing Akademik, dan sekaligus Penguji Utama. Terima kasih untuk saran dan masukan bagi keberhasilan skripsi ini. 2. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan sekaligus Dosen Pendamping Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(11)

saran dalam proses penyusunan skripsi ini sejak awal hingga akhir kepada penulis.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran dengan baik.

5. Para staf dan pegawai di Jurusan Ekonomi Pembangunan Bu Mar, Bu Yati, Mas Kus, Pakde yang telah membantu kelancaran proses skripsi ini.

6. Ayah dan Mama yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat dan motivasi, berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kelimpahan Rahmat yang begitu besar untuk kedua orang tuaku.

7. Adik-adikku tercinta Tisa Safitri Amalia dan Dilla Ashya Kayla. Terima kasih atas semangat yang telah kalian berikan selama ini.

8. Terima kasih kepada seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Puji Lestari, Riska Wulandari, dan Selvi Agustina. Terima kasih atas persahabatan selama ini, juga atas doa dan dukungannya. 10. Teman-teman satu angkatan Ekonomi Pembangunan 2010. Hana, Erika,

Fischa, Eni, Diah, Devi Novita, Devi Meilina, Via, Dina, Desta, Wuri, Santi, Agus, Dany Chan, Dede, Amin, Beni, Zulmi, Desi (Ecy), Ajeng, Army, Dania, Ika, Tami, Mustika, Nurmala dan yang lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Terima kasih untuk kepeduliannya selama ini dan


(12)

11. Keluarga Besar KKN Desa Labuhan Ratu 5. Anung, Khusnul, Cikal, Haves, Rifki, Bang Robert, Mbak Elsa, Mbak Putri, Riski. Terima kasih atas doanya, pengalaman selama 40 hari bersama kalian tak akan terlupakan.

12. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 14 Agustus 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ...iii

DAFTAR GAMBAR ... ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ... vi

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Kerangka Pemikiran ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kesejahteraan ... 15

B. Kriteria Masyarakat Sejahtera Menurut BPS ... 15

C. Lima Pengelompokkan Tahapan Keluarga Sejahtera Menurut BKKBN ... 18

D. Kriteria Masyarakat Miskin Menurut BPS ... 21

E. Penyebab Masalah Kemiskinan ... 22

F. Pengertian Nelayan ... 27

G. Pendapatan ... 28

H. Konsumsi ... 29

I. Penelitian Terdahulu ... 30

III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 32

B. Batasan Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Teknik Pengolahan Data ... 38

E. Alat Analisis ... 39

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 42

1. Uji Validitas ... 42

2. Uji Realibilitas ... 43


(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data ... 45

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Realibilitas ... 45

B. Karakteristik Responden ... 46

C. Data Hasil Jawaban Responden ... 47

D. Analisis Kesejahteraan Nelayan Kelurahan Karang Maritim ... 81

V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Kepemilikan Perahu Di Kelurahan Karang Maritim ... ... 8

2. Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Kriteria BPS ... ...41

3. Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Karang Maritim Tahun 2013 ... 44

4. Umur Responden ... 46

5. Jenis Perahu Yang Dimiliki Responden ... 46

6. Penilaian Indikator Pendapatan Pada Seluruh Nelayan ... 48

7. Penilaian Indikator Pendapatan Dari Strata 1 ... 49

8. Penilaian Indikator Pendapatan Dari Strata 2 ... 49

9. Penilaian Indikator Pendapatan Dari Strata 3 ... 50

10. Penilaian Indikator Pengeluaran Pada Seluruh Nelayan ... 50

11. Penilaian Indikator Pengeluaran Dari Strata 1 ... 51

12. Penilaian Indikator Pengeluaran Dari Strata 2 ... ...51

13. Penilaian Indikator Pengeluaran Dari Strata 3 ... ...52

14. Kriteria Indikator Tempat Tinggal Dari Seluruh Nelayan ... ...53

15. Kriteria Indikator Tempat Tinggal Dari Strata 1 ... ....54

16. Kriteria Indikator Tempat Tinggal Dari Strata 2 ... ...55

17. Kriteria Indikator Tempat Tinggal Dari Strata 3 ... ...56

18. Kriteria Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Dari Seluruh Nelayan ... ...58

19. Kriteria Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Dari Strata 1 ... ...60

20. Kriteria Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Dari Strata 2 ... ...61

21. Kriteria Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Dari Strata 3 ... ...63

22. Penilaian Indikator Kesehatan Anggota Keluarga Dari Seluruh Nelayan ... ...65

23. Penilaian Indikator Kesehatan Anggota Keluarga Dari Strata 1... ...66

24. Penilaian Indikator Kesehatan Anggota Keluarga Dari Strata 2... ...66

25. Penilaian Indikator Kesehatan Anggota Keluarga Dari Strata 3... ...67

26. Kriteria Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dari Seluruh Nelayan ... ...68

27. Kriteria Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dari Strata 1 ... ...69

28. Kriteria Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dari Strata 2 ... ...70

29. Kriteria Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dari Strata 3 ... ...71


(16)

30. Kriteria Indikator Kemudahan Memasukkan Anak

Ke Jenjang Pendidikan Dari Seluruh Nelayan ... ...73 31. Kriteria Indikator Kemudahan Memasukkan Anak

Ke Jenjang Pendidikan Dari Strata 1 ... ....74 32. Kriteria Indikator Kemudahan Memasukkan Anak

Ke Jenjang Pendidikan Dari Strata 2 ... ...75 33. Kriteria Indikator Kemudahan Memasukkan Anak

Ke Jenjang Pendidiikan Dari Strata 3 ... ...76 34. Kriteria Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Dari Seluruh Nelayan ... ...77 35. Kriteria Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Dari Strata 1 ... ...78 36. Kriteria Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Dari Strata 2 ... ...79 37. Kriteria Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Tingkat Pendidikan Nelayan Di Kelurahan Karang Maritim ... 7 2. Bagan Kerangka Pemikiran ... 13 3. Pola Penanggulangan Kemiskinan Nelayan ... 26


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah laut 5,4 juta km², mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km². Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan

keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per. 06/Men/2010). Keadaan ini menyebabkan kawasan pesisir menjadi sumber andalan pendapatan

masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu minimnya pengetahuan masyarakat pesisir untuk mengolah sumber daya yang ada menjadi hal yang perlu diatasi oleh pemerintah, karena seharusnya wilayah pesisir yang memiliki sumber daya yang sangat besar harus dapat diolah sendiri guna menambah pendapatan masyarakat.

Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut hal ini tercantum dalam UU No. 32 pasal 18 ayat 1. Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


(19)

a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut; b. pengaturan administratif;

c. pengaturan tata ruang;

d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah;

e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.

Penguasaan potensi kelautan menjadi kegiatan ekonomi yang perlu didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu memberikan sumbangan besar terhadap pendapatan sehingga kesejahteraan akan naik dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Apabila tingkat kesejahteraan rendah pertumbuhan ekonomi pun akan terganggu karena pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses berkembangnya perekonomian suatu negara maka dari itu pertumbuhan ini sangat penting karena merupakan suatu proses untuk menjadikan suatu negara lebih maju dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Fadila, 2012).

Namun pada kenyataannya keadaan masyarakat pesisir di Indonesia pada saat ini masih sangat memprihatinkan. Masyarakat pesisir yang umumnya

bermatapencaharian sebagai nelayan masih banyak yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak. Permasalahan yang umumnya terjadi pada nelayan adalah pertama, kondisi cuaca di Indonesia seperti curah hujan tinggi dan ombak besar disertai angin kencang membuat para nelayan di pesisir enggan untuk melaut, sehingga di saat kondisi cuaca buruk para nelayan tidak memperoleh pendapatan. Kedua, kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi


(20)

akhir-akhir ini juga akan berdampak pada pendapatan nelayan terutama nelayan yang menggunakan perahu yang berbahan bakar BBM. Harga BBM yang naik akan menambah pengeluaran mereka karena dengan naiknya harga BBM maka mereka akan mengeluarkan uang yang lebih tinggi untuk biaya bahan bakar perahu. Dengan naiknya harga BBM maka harga bahan kebutuhan lainnya juga ikut naik, hal ini semakin menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masalah ketiga adalah masih rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia termasuk tingkat pendidikan yang ditempuh oleh para nelayan juga menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat kesejahteraan mereka.

Pemerintah memiliki peran yang besar dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan. Dengan menangani masalah kemiskinan berarti pemerintah dituntut untuk menaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Saat ini kebijakan yang memihak rakyat miskin adalah kebijakan pro poor. Kebijakan pro poor menjadi salah satu konsep pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara khususnya negara sedang berkembang. Salah satu dari kebijakan dari kebijakan

pro poor yang memihak orang miskin adalah kebijakan anggaran (pro poor budget).

Kebijakan anggaran (pro poor budget) adalah proses anggaran mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan di desain untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat miskin. Keberpihakan ini tercermin dalam kebijakan program serta proyek-proyek yang disusun dan dilaksanakan (Anas, 2013).

Kebijakan anggaran (pro poor budget) diawali dengan kebijakan umum yang memihak pada orang miskin (pro poor policy), pro poor institutions (adanya


(21)

institusi-institusi khususnya institusi pemerintah yang memihak orang miskin), dan yang lebih penting lagi adalah adanya pro poor government (pemerintahan yang memihak orang miskin), tanpa adanya kebijakan seperti ini, sulit

mengharapkan pemerintah untuk mempunyai kebijakan anggaran yang bersifat pro poor (Sulton Mawardi dan Sudarno Sumarto, 2003: 4).

Sejak pertengahan abad ke-14 dunia mulai menaruh masalah-masalah bidang kesejahteraan sosial yang selama itu ditangani oleh Rohaniawan. Bersamaan dengan itu Inggris dilanda masalah Black Death, wabah penyakit pes yang melanda dan membunuh beribu-ribu penduduk Inggris dan berakibat terhadap pengurangan tenaga kerja sampai pada akhirnya Raja Edward III mengeluarkan Statute Laborer di tahun 1349. Mulai saat itu, berakhirlah dominasi keagamaan dalam mengurusi masalah-masalah kesejahteraan sosial yang dilatarbelakangi oleh pendekatan charities dan filontrofis. Tahun-tahun kemudian, perhatian terhadap masalah-masalah kesejahteraan sosial terus ditingkatkan dan pada tahun 1531 Raja Hendry VIII membuat peraturan Statute of 1536 yaitu peraturan pengawasan terhadap fakir miskin. Kemudian pada tahun 1601 Ratu Elizabeth mengeluarkan undang-undang tentang kemiskinan yang populer dengan The Elizabeth Poor Law of 1601. Setelah revolusi industri, usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial mulai dikenal di luar Inggris terutama di Amerika. Di negara ini kemudian usaha-usaha kesejahteraan sosial berkembang pesat dan seakan-akan memasuki babak baru dalam bidang ini. Karena itu di kemudian hari orang lebih mengenal Amerika sebagai pusat kajian di bidang kesejahteraan sosial.


(22)

Bangsa Indonesia sejak lama telah mengenal konsepsi kesejahteraan sosial. Secara lebih jelas cita-cita bangsa Indonesia tentang kesejahteraan sosial dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila dan dijabarkan dalam Batang Tubuh UUD 1945. Di Indonesia usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial mulai di kenal dalam konsepsi modern setelah Indonesia dijajah Belanda. Pada waktu itu Belanda memperkenalkan beberapa program kesejahteraan sosial melalui missionaris dan gereja. Walaupun terasa baru namun bagi bangsa

Indonesia yang sebelumnya telah memiliki pandang kesejahteraan sosial yang dilandasi oleh nilai-nilai religius termasuk didalamnya nilai-nilai humanistik, merasa pengenalan tersebut bukanlah suatu surprise namun hanya sebagai reaktualisasi terhadap nilai-nilai kesejahteraan sosial yang selama ini dianut (Laely Widjajati, 2011).

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial (PP No. 39 th 2012 pasal 1 ayat 1). Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (PP No. 39 th 2012 pasal 1 ayat 2).


(23)

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada: a. perseorangan

b. keluarga c. kelompok d. masyarakat

(PP No. 39 th 2012 pasal 2 ayat 1)

Masyarakat nelayan pada umumnya masih termasuk kedalam masyarakat yang dikategorikan sederhana dengan kegiatan ekonomi yang bersifat subsisten yang ditandai dengan berbagai kelemahan, yaitu: (1) kondisi permodalan yang serba minim, (2) usaha yang bersifat tradisional, (3) tanggung jawab yang cukup tinggi, (4) banyak yang terjebak hutang, akibatnya taraf hidup mereka rata-rata rendah dibandingkan dengan golongan lainnya (Suhana, 2010). Salah satu kecamatan yaitu Kecamatan Panjang yang terletak di Kota Bandar Lampung memiliki wilayah pesisir yang dihuni oleh nelayan tradisional. 4 dari 8 kelurahan yang ada di Kecamatan Panjang memiliki penduduk yang sebagian besar bermata

pencaharian sebagai nelayan. Salah satu kelurahan yang memiliki penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan adalah Kelurahan Karang Maritim. Di kelurahan ini terdapat 180 orang nelayan tangkap yang telah dibagi menjadi 18 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 10 orang nelayan.

Masalah yang terdapat pada kehidupan nelayan di Kelurahan Karang Maritim diantaranya Pertama, rendahnya tingkat pendidikan sehingga kurang

terangkatnya potensi masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh nelayan di Kelurahan Karang Maritim dapat dilihat pada Gambar 1.


(24)

Sumber: Ketua Nelayan Kelurahan Karang Maritim

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat semakin baik kualitas sumber dayanya (BPS, 2013:32). Namun pada kenyataannya tingkat pendidikan yang ditempuh oleh para nelayan di Kelurahan Karang Maritim masih rendah, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam gambar 1 pendidikan terbesar yang ditempuh nelayan adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 70% atau sekitar 126 orang. Sedangkan 25% dari nelayan atau sekitar 45 orang menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah

0 10 20 30 40 50 60 70 80

SD SMP SMA Tingkat Pendidikan

Gambar 1 Tingkat Pendidikan Nelayan Di Kelurahan Karang Maritim


(25)

Pertama (SMP). Sisanya sebesar 5% dari nelayan atau sekitar 9 orang menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kedua, minimnya pengetahuan teknologi untuk menunjang pekerjaannya. Ketiga, tidak adanya dana permodalan sehingga masalah yang muncul adalah tidak semua nelayan memiliki perahu untuk melaut. Jumlah nelayan yang memiliki perahu dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Jumlah Kepemilikan Perahu Di Kelurahan Karang Maritim

No Jenis Perahu Jumlah

1 Perahu besar 31 orang

2 Perahu kecil 20 orang

3 Tidak memiliki perahu 129 orang

Jumlah 180 orang

Sumber: Ketua RT 13 Kelurahan Karang Maritim

Dalam Tabel 1 jumlah seluruh nelayan di Kelurahan Karang Maritim sebanyak 180 orang. Dari 180 orang tersebut hanya 51 orang yang memiliki perahu secara pribadi yaitu 31 orang memiliki perahu besar, 20 orang memiliki perahu kecil, dan sisanya sebanyak 129 orang tidak memiliki perahu. Para nelayan yang tidak memiliki perahu biasanya akan menyewa perahu dan untuk bahan bakar perahu itu sendiri adalah BBM. Naiknya harga BBM membuat para nelayan semakin terbebani karena dengan naiknya harga BBM nelayan akan mengeluarkan uang yang lebih tinggi untuk bahan bakar ditambah lagi dengan pengeluaran untuk menyewa perahu akan semakin menurunkan pendapatan mereka.

Dalam masalah ini pemerintah telah membantu para nelayan untuk memberikan bantuan berupa pemberian mesin perahu, yaitu mesin besar untuk perahu yang berukuran besar dan dengan jarak melaut jauh, dan juga mesin kecil untuk perahu


(26)

yang berukuran kecil dan dengan jarak melaut dekat. Pemberian jaring ikan pun telah diberikan oleh nelayan, mesin dan jaring ikan ini diberikan kepada

kelompok-kelompok nelayan. Bantuan ini membantu nelayan karena dengan adanya pemberian ini nelayan dapat menghemat pengeluaran untuk peralatan melaut. Tetapi pemberian ini masih belum cukup karena dengan kondisi anggota kelompok yang cukup banyak yaitu 10 orang. Sedangkan bantuan yang diberikan pemerintah hanya bisa digunakan 3 - 4 orang.

Masalah ke empat yang ada di Kelurahan Karang Maritim adalah tidak adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sehingga hal ini menyebabkan sulitnya

memasarkan hasil tangkapan mereka. Hal tersebut membuat para nelayan

terpaksa menjual hasil tangkapan mereka dengan harga rendah. Masalah-masalah tersebut akan berdampak pada rendahnya pendapatan yang diperoleh nelayan, sehingga nelayan akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat kesejahteraan

masyarakat nelayan di Kelurahan Karang Maritim Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung?”


(27)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat Nelayan di Kelurahan Karang Maritim Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung dengan menggunakan indikator keluarga sejahtera berdasarkan BPS.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini merupakan gambaran tentang bagaimana kondisi kesejahteraan para nelayan khususnya di Kelurahan Karang Maritim. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya para nelayan. 2. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta dapat memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya tentang kesejahteraan masyarakat.

E. Kerangka Pemikiran

Pola pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi


(28)

pendapatan maka proporsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi. Dengan demikian, pola pendapatan dan pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan (BPS, 2013: 46).

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 28 H Amandemen UUD 1945, bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap warga negara berhak bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Namun sayangnya hak dasar rakyat tersebut pada saat ini masih belum sepenuhnya terpenuhi. Salah satu

penyebabnya adalah adanya kesenjangan pemenuhan kebutuhan perumahan yang relatif masih besar. Hal tersebut terjadi antara lain karena masih kurangnya kemampuan daya beli masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan akan rumahnya. Secara umum, kualitas rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga mencerminkan tingkat kesejahteraan. Keadaan dan kualitas serta fasilitas lingkungan perumahan memberikan sumbangan dalam kenyamanan hidup sehari-hari. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan tersebut diantaranya dapat terlihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, sumber penerangan dan fasilitas tempat buang


(29)

air besar. Rumah dikatakan layak sebagai bangunan tempat tinggal apabila rumah tersebut telah memiliki dinding, atap dan lantai. Disamping itu kualitas dari ketiga unsur tersebut juga dapat menunjukkan keadaan sosial ekonomi penghuninya (BPS, 2013: 51).

Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitas fisik (BPS, 2013: 13). Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah saat ini. Diantaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua aggota keluarga berprilaku hidup sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum seperti puskesmas, puskesmas rawat inap, puskeskel, posyandu serta penyediaan air bersih (BPS, 2013: 21)

Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa melalui pendidikan seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945. Pendidikan menjadi sangat penting bagi suatu bangsa karena menjadi salah satu investasi bagi pembangunan dalam menentukan kualitas suatu bangsa. Selain itu pendidikan memiliki peranan strategis sebagai motor penggerak kemajuan pembangunan. Melalui pendidikan, beragam jenis teknologi dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ditujukan untuk kepentingan kesejahteraan penduduk. Sehingga pemerintah selalu megupayakan program-program peningkatan kualitas

pendidikan seperti peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, program biaya sekolah dan berbagai program beasiswa (BPS, 2013: 25).


(30)

Dari penjelasan-penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa pendapatan, pengeluaran, perumahan, dan pendidikan akan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Gambar 2 Bagan Kerangka Pemikiran

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bagian yaitu: I PENDAHULUAN

Yang terdiri atas latar belakang, permasalahan, kerangka pemikiran, hipotesis, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Kesejahteraan Masyarakat

Indikator Kesejahteraan: 1. Pendapatan

2. Pengeluaran 3. Keadaan Tempat

Tinggal

4. Fasilitas Tempat Tinggal

5. Kesehatan Anggota Keluarga 6. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan 7. Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan 8. Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi Diukur Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Menurut BPS: a) Tingkat

Kesejahteraan Tinggi b) Tingkat

Kesejahteraan Sedang c) Tingkat

Kesejahteraan Rendah


(31)

II LANDASAN TEORI

Pada bagian ini berisi uraian tentang landasan teori dan bahasan - bahasan penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian.

III METODE PENELITIAN

Pada bagian ini berisi uraian tentang jenis dan sumber data berikut dengan teknik pengumpulan data, batasan penelitian, populasi dan sampel, alat analisis, uji persyaratan instrumen, dan gambaran umum mengenai kelurahan Karang Maritim.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini berisi uraian tentang hasil yang diperoleh dalam penelitian dan pembahasannya yang meliputi deskripsi tentang keadaan nelayan, analisis data kuantitatif serta pembahasannya.

V KESIMPULAN DAN SARAN

Terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesejahteraan

Menurut O’Connel (1982) ekonomi kesejahteraan (walfare economics)

merupakan cabang ilmu ekonomi yang menggunakan teknik ekonomi mikro untuk menentukan secara serempak efisiensi alokasi dari ekonomi makro dan akibat distribusi pendapatan yang berhubungan dengan itu. Ekonomi

kesejahteraan adalah kerangka kerja yang digunakan oleh sebagian besar ekonom publik untuk mengevaluasi penghasilan yang diinginkan masyarakat (Rosen, 2005:99). Ekonomi kesejahteraan menyediakan dasar untuk menilai prestasi pasar dan pembuat kebijakan dalam alokasi sumber daya (Besley, 2002).

B. Kriteria Masyarakat Sejahtera Menurut BPS

Menurut BPS (2005) dalam penelitian Eko Sugiharto (2007) indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak kejenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.


(33)

1) Indikator pendapatan digolongkan menjadi 3 item yaitu: a. Tinggi (> Rp. 10.000.000)

b. Sedang (Rp. 5.000.000) c. Rendah (< Rp. 5.000.000)

2) Indikator pengeluaran digolongkan menjadi 3 item yaitu: a. Tinggi (> Rp. 5.000.000)

b. Sedang (Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000) c. Rendah (< Rp. 1.000.000)

3) Indikator tempat tinggal yang dinilai ada 5 item yaitu jenis atap rumah, dinding, status kepemilikan rumah, lantai dan luas lantai. Dari 5 item tersebut kemudian akan digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu: a. Permanen

Kriteria permanen ditentukan oleh kualitas dinding, atap dan lantai. Bangunan rumah permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari tembok/kayu kualitas tinggi, lantai terbuat dari ubin/keramik/kayu kualitas tinggi dan atapnya terbuat dari seng/genteng/sirap/asbes (BPS, 2012).

b. Semi Permanen

Rumah semi permanen adalah rumah yang dindingnya setengah tembok/bata tanpa plaster/kayu kualitas rendah, lantainya dari

ubin/semen/kayu kualitas rendah dan atapnya seng/genteng/sirap/asbes (BPS, 2012)


(34)

c. Non Permaen

Sedangkan rumah tidak permanen adalah rumah yang dindingnya sangat sederhana (bambu/papan/daun) lantainya dari tanah dan atapnya dari daun-daunan atau atap campuran genteng/seng bekas dan sejenisnya (BPS, 2012)

4) Indikator fasilitas tempat tinggal yang dinilai terdiri dari 12 item, yaitu pekarangan, alat elektronik, pendingin, penerangan, kendaraan yang dimiliki, bahan bakar untuk memasak, sumber air bersih, fasilitas air minum, cara memperoleh air minum, sumber air minum, fasilitas MCK, dan jarak MCK dari rumah. Dari 12 item tersebut kemudian akan digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu:

a. Lengkap b. Cukup c. Kurang

5) Indikator kesehatan anggota keluarga digolongkan menjadi 3 item yaitu: a. Bagus (< 25% sering sakit)

b. Cukup (25% - 50% sering sakit) c. Kurang (> 50% sering sakit)

6) Indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan terdiri dari 5 item yaitu jarak rumah sakit terdekat, jarak toko obat, penanganan obat-obatan, harga obat-obatan, dan alat kontrasepsi.


(35)

a. Mudah b. Cukup c. Sulit

7) Indikator kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan terdiri dari 3 item yaitu biaya sekolah, jarak ke sekolah, dan proses penerimaan. Dari 3 item tersebut kemudian akan digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu: a. Mudah

b. Cukup c. Sulit

8) Indikator kemudahan mendapatkan transportasi terdiri 3 item, yaitu ongkos kendaraan, fasilitas kendaraan, dan status kepemilikan kendaraan. Dari 3 item tersebut kemudian akan di digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu: a. Mudah

b. Cukup c. Sulit

C. Lima Pengelompokkan Tahapan Keluarga Sejahtera Menurut BKKBN

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggunakan kriteria kesejahteraan keluarga untuk mengukur kemiskinan. Lima pengelompokkan tahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN adalah sebagai berikut:


(36)

a) Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

b) Keluarga Sejahtera Tahap I

Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Indikator yang digunakan, yaitu :

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut. 2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. 3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian.

4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan.

c) Keluarga Sejahtera Tahap II

Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis 6 sampai 14 yaitu :

6. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

7. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.


(37)

8. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.

9. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah. 10. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat. 11. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas

mempunyai penghasilan tetap.

12. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.

13. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.

14. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

d) Keluarga Sejahtera Tahap III

Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :

15. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

16. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.

17. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

18. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. 19. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan. 20. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.


(38)

21. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

e) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga sejahtera tahap III plus yaitu keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu:

22. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.

23. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

D. Kriteria Masyarakat Miskin Menurut Standar BPS

Ada 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/ rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia/ kayu berkualitas rendah/

tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/air hujan.


(39)

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan

500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/ tidak tamat SD/

hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

E. Penyebab Masalah Kemiskinan

Menurut Departemen Sosial RI dalam penelitian Irma Sari (2010: 25)

Kemiskinan adalah suatu kondisi sosial ekonomi warga masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Sedangkan faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam dua hal berikut ini:


(40)

a. Faktor Internal

Faktor-faktor internal (dari dalam diri individu atau keluarga fakir miskin) yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain berupa kekurangmampuan dalam hal:

1. Fisik (misalnya cacat, kurang gizi, dan sakit-sakitan)

2. Intelektual (misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan,dan kekurangtahuan informasi)

3. Mental emosional (misalnya malas, mudah menyerah, putus asa, dan tempera mental)

4. Spiritual (misalnya tidak jujur, penipu, serakah, dan tidak disiplin) 5. Sosial psikologis (misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri,

depresi/stres, kurang relasi, dan kurang mampu mencari dukungan) 6. Keterampilan (misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan

permintaaan lapangan kerja)

7. Asset (misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan, dan modal kerja)

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal (berada di luar diri individu atau keluarga) yang menyebabkan terjadinya kemiskinan, antara lain:

1. Terbatasnya pelayanan sosial dasar

2. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah

3. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal


(41)

4. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.

5. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal (seperti zakat)

6. Dapat sosial negatif dari program penyesuaian struktural (Strural Adjusment Program/ SAP)

7. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan 8. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana 9. Pembangunan yang lebih berorientasi fisip material

10. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata

11. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin

Faktor internal dan eksternal tersebut mengakibatkan kondisi fakir miskin tidak mampu dalam hal:

a. Memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, seperti tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan, air bersih, kesehatan dasar, dan pendidikan dasar.

b. Menampilkan peranan sosial, seperti tidak mampu melaksanakan tanggung jawab seperti pencari nafkah, sebagai orang tua dan sebagai warga

masyarakat dalam suatu lingkungan komunitas.

c. Mengatasi masalah-masalah sosial psikologi, seperti konflik kepribadian, stress, kurang percaya diri, masalah keluarga, dan keterasingan dari lingkungan.


(42)

d. Mengembangkan potensi diri dan lingkungan, seperti keterampilan wirausaha, keberanian memulai bisnis, membangun jaringan, dan akses informasi.

e. Mengembangkan faktor produksi sendiri, seperti kepemilikan tanah yang terbatas, tidak ada sarana prasarana produksi, dan keterampilan.

Sedangkan menurut Rahmatullah (2010) terdapat 5 masalah pokok terkait penyebab kemiskinan masyarakat nelayan, diantaranya:

1. Kondisi alam

2. Tingkat pendidikan nelayan 3. Pola kehidupan nelayan 4. Pemasaran hasil tangkapan


(43)

Gambar 3 Pola Penanggulangan Kemiskinan Nelayan (Rahmatullah, 2010) Masalah Kemiskinan Nelayan

Kondisi Alam Pendidikan

Rendah

Pola Hidup Infrastruktur Kebijakan

Pemerintah

a) Cuaca tidak menentu b)Tidak ada informasi cuaca jangka pendek, menengah, maupun panjang a)Biaya sekolah tinggi b)Lokasi jauh dari tempat tinggal c)Merasa tidak perlu pendidikan formal d)Sebagian besar waktu dihabiskan di laut a)Budaya boros b)Pola hidup komsumtif c)Tidak memiliki tabungan a)Tidak semua tempat memiliki TPI b)Kondisi insfrastruktur sekitar yang buruk c)Sistem yang panjang menyebabkan harga rendah a)Pola kebijakan Top Down b)Tidak ada kajian kebutuhan masyarakat c)Tidak ada keterlibatan masyarakat d)Kebijakan berlaku umum UPAYA PENANGGULANGAN a)Penguasaan aspek dan akses informasi dalam hal cuaca dan lokasi tangkapan. b)Dukungan dari pihak BMD, DKP, dan syahbadar sebagai institusi lokal mengenai prediksi cuaca jangka pendek, menengah, dan panjang a)Bimbingan dalam memahami dan mengakses teknologi satelit/ GPS. b)Dukungan dalam penguasaan teknologi kelautan, seperti alat tangkap, pengolahan dan pengawetan. c)Pembangunan sarana dan keterjangkauan akses pendidikan, beserta sarana pendukung, jalan, dll. d)Variasi pilihan dalam pendidikan: formal, informal, paket.

a)Merubah pola pikir masyarakat mengenai manajemen keuangan dan membiasakan menabung untuk persiapan paceklik. b)Membangun strategi bagi perempuan dengan penguatan pranata. c)Membangun diversifikasi pekerjaan untuk persiapan kondisi paceklik. a)Melengkapi infrastruktur TPI. b)Mengembagka n Lembaga Keuangan Mikro agar terhindar dari tengkulak. c)Meningkatkan kepemilikan lebih dari satu alat tangkap, dan diversivikasi aktivitas berdasarkan pengmbangan produk olahan. a)Penerbitan kebijakan sosial yang terpadu. b)Pengidentifika sisn situasi internal dan eksternal. c)Melibatkan partisipasi nelayan dalam penentuan program dan sasaran. d)Membuat kebijakan tidak pukul rata, melainkan berdasarkan karakteristik masalah pada tiap wilayah berdasarkan kebutuhan. KESEJAHTERAAN NELAYAN


(44)

F. Pengertian Nelayan

Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan tradisional adalah nelayan yang memanfaatkan sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha kecil dan organisasi

penangkapan yang relatif sederhana, dalam kehidupan sehari-hari nelayan tradisional beroperasi pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dalam arti hasil alokasi hasil tangkap yang di jual lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari khususnya pangan dan bukan diinvestasikan untuk pengembangan skala usaha. Sedangkan masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir (Kusnadi, 2002).

Menurut Widi Restu (2012) sifat dan karakteristik dari masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai sangat berbeda dengan masyarakat yang berada jauh dari pesisir pantai, sifat dan karakteristik tersebut yaitu:

1. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan.Contohnya seperti usaha perikanan tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan yang memang dominan dilakukan.

2. Sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, musim, dan juga pasar.

3. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan masyarakat relatif homogen dan masing-masing individu merasa mempunyai


(45)

kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.

4. Sebagian besar masyarakat pesisir bekerja sebagai Nelayan.

G. Pendapatan

Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah asing wages andsalaries

merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984).

Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut. Pendapatan senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini menunjukan hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang lain (Winardi, 1975).

Perbedaan dalam tingkat pendapatan adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bakat, kepribadian, pendidikan, latihan dan pengalaman. Ketidaksamaan dalam tingkat pendapatan yang disebabkan oleh perbedaan hal-hal ini biasanya dikurangi melalui tindakan-tindakan pemerintah yaitu melalui bantuan

pendidikan seperti beasiswa dan pemberian bantuan kesehatan. Tindakan-tindakan pemerintah ini cenderung menyamakan pendapatan riil. Pendapatan uang adalah upah yang diterima dalam bentuk rupiah dan sen. Pendapatan riil adalah upah yang diterima dalam bentuk barang/jasa, yaitu dalam bentuk apa dan


(46)

berapa banyak yang dapat dibeli dengan pendapatan uang itu. Yang termasuk pendapatan riil adalah keuntungan-keuntungan tertentu seperti jaminan pekerjaan, harapan untuk memperoleh pendapatan tambahan, bantuan pengangkutan, makan siang, harga diri yang dikaitkan dengan pekerjaan, perumahan, pengobatan dan fasilitas lainnya (Sofyan, 1986).

H. Konsumsi

Konsumsi (yaitu pengeluaran untuk konsumsi) tergantung dari pendapatan tetapi kita juga harus mengetahui bahwa pendapatan sebaliknya juga tergantung pada pengeluaran. Seakan-akan kita melihat sebuah lingkaran yang tidak berujung pangkal. Maka akan timbul pertanyaan : apakah kita perlu mengetahui besarnya konsumsi agar dapat menghitung besarnya pendapatan (Sudarsono, 1991).

Pengeluaran konsumsi pertama-tama ditentukan oleh tingkat pendapatan, tetapi banyak lagi faktor lain yang mempangaruhi tingkat konsumsi yaitu jumlah anggota keluarga, tingkat usia mereka dan faktor-faktor lainnya seperti harga-harga berbagai jenis barang konsumsi juga berarti penting sebagai penentu (Sicat dan Arndt, 1991).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen tunggal terbesar dari pengeluaran keseluruhan aktual, tetapi ada yang menentukan jumlah yang ingin dibelanjakan oleh rumah tangga untuk membeli barang dan jasa untuk

konsumsinya dan berapa banyak yang ingin mereka tabung, salah satu faktor yang paling menentukan adalah pendapatan sisa rumah tangga. Dengan


(47)

meningkatnya pendapatan sisa, rumah tangga mempunyai lebih banyak uang untuk dibelanjakan sebagai konsumsi. Penelitian empiris tentang perubahan pendapatan sisa dari tahun ke tahun dan konsumsi untuk suatu periode selama sepuluh tahun telah menemukan hubungan yang erat antara keduanya. Umumnya, tahun dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi biasanya juga merupakan tahun-tahun dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada rata-rata (Lipsey dan Steiner, 1991).

I. Penelitian Terdahulu

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eko Sugiharto pada tahun 2007

dengan judul ”Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru

Ilir Berdasarkan Indikator BPS”. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, dengan pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Dari hasil penelitian berdasarkan kriteria BPS diketahui bahwa nelayan di Desa Benua Baru Ilir yang tergolong dalam tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 15%, dan tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 85%.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrik tahun 2011 dengan judul “Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar Dan Danau Bawah Di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi Riau”. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai bahwa berdasarkan kriteria UMR didapatkan seluruh


(48)

nelayan mempunyai pendapatan di atas UMR, berdasarkan Bappenas

sebanyak 4 rumah tangga nelayan tidak sejahtera dan menurut BPS sebanyak 6 rumah tangga responden termasuk ke dalam rumah tangga tidak sejahtera. 3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar, Hartoyo, Ujang

Sumarwan, dan Ali Khomsan tahun 2006 dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga”. Metode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa Faktor demografi dan sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan adalah jumlah anggota, umur suami dan istri, pendidikan suami dan istri, pendapatan, kepemilikan aset, status

pekerjaan suami bukan pedagang, dan bukan buruh. Faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan adalah tempat tinggal di desa, kredit

uang/barang pada institusi/individu. Unsur manajemen yang mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, dan pembagian tugas.


(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), meliputi data identitas responden, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, kondisi perumahan, dan pendidikan.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait meliputi berbagai data sosial ekonomi penduduk, dan data yang diperoleh dari buku-buku acuan dan berbagai artikel.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan


(50)

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dalam penelitian ini penulis mengambil studi pustaka dari buku, jurnal, dan internet (Nazir, 2003:111)

2. Studi Lapangan

Dalam penelitian ini, penulis mengambil data secara langsung pada objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam studi lapangan ini yaitu:

1) Kuisioner

Kuisioner/ angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007:199)

2) Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2007: 411)

B. Batasan Penelitian

Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis memberikan batasan penelitian yang meliputi:

1. Kesejahteraan

Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya.


(51)

Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan kriteria BPS kesejahteraan dalam penelitian ini di ukur dari sejauh mana indikator pendapatan, pengeluaran, keadaan tempat

tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan

mendapatkan pelayanan kesehatan, memasukkan anak ke jenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi dapat terpenuhi. Sehingga dari ke delapan indikator ini dapat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

2. Pendapatan

Menurut Badan Pusat Statistik pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga.

3. Pengeluaran

Menurut Badan Pusat Statistik,pola konsumsi rumahtangga didefinisikan sebagai proporsi pengeluaran rumahtangga yang dialokasikan untuk kebutuhan pangan dan non pangan.

4. Keadaan Tempat Tinggal

Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan pasal 28 H Amandemen UUD 1945, bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap warga negara berhak bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sesuai dengan kriteria BPS keadaan tempat tinggal dalam


(52)

penelitian ini diukur darijenis atap rumah, jenis dinding, status kepemilikan rumah, jenis lantai, dan luas lantai.

5. Fasilitas Tempat Tinggal

Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga dapat dilihat dari kualitas bahan bangunan yang digunakan termasuk juga fasilitas lain yang meliputi sumber air minum, fasilitas MCK dan sumber penerangan (BPS,

2013:52). Sesuai dengan kriteria BPS fasilitas tempat tinggal dalam penelitian ini diukur dari luas pekarangan, alat elektronik, alat pendingin, sumber penerangan, kendaraan yang dimiliki, bahan bakar untuk memasak, sumber air bersih, fasilitas air minum, cara memperoleh air minum, sumber air minum, MCK dan jarak MCK dari tempat tinggal.

6. Kesehatan Anggota Keluarga

Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitas fisik (BPS, 2013: 13). Sesuai dengan kriteria BPS kesehatan dalam penelitian ini di ukur dari bagaimana kondisi kesehatan dari anggota keluarga apakah dalam kondisi bagus (<25% sering sakit), cukup (25% - 50% sering sakit), atau kurang (>50% sering sakit).

7. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan di bidang kesehatan masyarakat merupakan hak dan kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah (BPS, 2013: 21). Upaya

pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan


(53)

sarana kesehatan. Upaya ini akan memudahkan pengobatan penyakit bagi penduduk yang mengalami keluhan kesehatan (BPS, 2013: 23)

Sesuai dengan kriteria BPS kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dalam penelitian ini di ukur dari jarak rumah sakit terdekat, jarak toko obat, penanganan obat-obatan, harga obat-obatan, dan kemudahan mendapatkan alat kontrasepsi.

8. Pendidikan Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan SDM yang berkualitas yang merupakan faktor utama

keberhasilan pembangunan di suatu negara. Pada dasarnya pendidikan yang diupayakan bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi juga masyarakat dan keluarga. Pemerataan kesempatan pendidikan di upayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar (BPS, 2013: 32) Sesuai dengan kriteria

BPSkemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan dalam penelitian ini diukur dari 3 item yaitu biaya sekolah, jarak ke sekolah, dan proses penerimaan dalam bersekolah.

9. Kemudahan Mendapat Fasilitas Transportasi

Dalam hal transportasi penelitian ini diukur dari 3 item yaitu ongkos kendaraan, fasilitas kendaraan, dan status kepemilikan kendaraan.


(54)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 115)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga nelayantangkap yang ada di Kelurahan Karang Maritim dan jumlah populasi yang ada sebanyak 180 orang.Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 116). Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Stratified Random Samplingatau biasa disebut teknik strata.Stratified Random Sampling adalah sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok yang tidak overlapping yang disebut strata, dan kemudian memilih sebuah sampel secara random dari tiap stratum (Nazir, 2003: 291).Sampel diambil dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai σ² dan D dalam penelitian ini yaitu: σ² = 66.333.333.333 dan D = 950694444,4

Jadi dalam penelitian ini jumlah seluruh sampel yang di ambil yaitu:


(55)

Dalam penelitian ini strata diambil berdasarkan kepemilikan peralatan melaut yaitu perahu yang dibagi menjadi 3 strata. Pembagian strata tersebut adalah sebagai berikut:

1. Strata 1 yaitu kelompok strata berdasarkan kepemilikan perahu dengan ukuran besar.

2. Strata 2 yaitu kelompok strata berdasarkan kepemilikan perahu dengan ukuran kecil.

3. Strata 3 yaitu kelompok strata yang tidak memiliki perahu.

D. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dari lapangan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap yaitu:


(56)

a. Editing

Yaitu proses untuk meneliti kembali data yang diperoleh dari hasil survey. Dalam tahap editing data yang diperoleh akan dikoreksi dan diperbaiki untuk

menghindari kesalahan. b. Koding

Yaitu proses memberikan kode pada setiap pertanyaan. Proses ini bertujuan untuk memudahkan penganalisisan data.

c. Tabulasi

Yaitu proses menyusun data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel agar mudah dipahami

d. Interpretasi data

Yaitu penjabaran dari tabel untuk mendapatkan makna yang lebih luas.

E. Alat Analisis

Analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan mengunakan metode analisis tabel dari hasil penyebaran kuesioner di Kecamatan Panjang Kelurahan Karang Maritim Kota Bandar Lampung. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan berdasarkan kriteria BPS maka akan dilakukan 2 tahap penilaian. Tahap pertama adalah memberikan nilai/ skor pada tiap-tiap jawaban responden. Nilai yang digunakan penulis untuk memberikan skor pada tiap-tiap jawaban, yaitu:


(57)

a. Kategori a – f

1. Untuk jawaban a diberi nilai 6. 2. Untuk jawaban b diberi nilai 5. 3. Untuk jawaban c diberi nilai 4. 4. Untuk jawaban d diberi nilai 3. 5. Untuk jawaban e diberi nilai 2. 6. Untuk jawaban f diberi nilai 1. b. Kategori a- d

1. Untuk jawaban a diberi nilai 4. 2. Untuk jawaban b diberi nilai 3. 3. Untuk jawaban c diberi nilai 2. 4. Untuk jawaban d diberi nilai 1. c. Kategori a - c

1. Untuk jawaban a diberi nilai 3. 2. Untuk jawaban b diberi nilai 2. 3. Untuk jawaban c diberi nilai 1. d. Kategori a – b

1. Untuk jawaban a diberi nilai 2. 2. Untuk jawaban b diberi nilai 1.

Setelah tiap jawaban diberikan skor kemudian di jumlah dan hasil penjumlahan dimasukkan ke dalam salah satu dari 3 kriteria pada tiap indikator BPS. Kriteria dari tiap indikator dapat dilihat pada Tabel 2 kolom 3.


(58)

Tabel 2 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Kriteria BPS

No Indikator Kesejahteraan Kriteria Skor

1 Pendapatan Tinggi (>Rp. 10.000.000,-) 3 Sedang (Rp. 5.000.000 – Rp.

10.000.000,-)

2 Rendah (<Rp. 5.000.000,-) 1 2 Konsumsi atau pengeluaran

rumah tangga

Tinggi (>Rp. 5.000.000,-) 3 Sedang (Rp. 1.000.000 – Rp.

5.000.000,-)

2 Rendah (<Rp. 1.000.000,-) 1 3 Keadaan tempat tinggal Permanen (11-15) 3

Semi Permanen (6-10) 2

Non Permanen(1-5) 1

4 Fasilitas tempat tinggal Lengkap (34-44) 3

Cukup (23-33) 2

Kurang (12-22) 1

5 Kesehatan anggota keluarga Bagus (>50%) 3

Cukup (25%-50%) 2

Kurang (<25%) 1

6 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

Mudah (11-15) 3

Cukup (6-10) 2

Kurang (1-5) 1

7 Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan

Mudah (7-9) 3

Cukup (5-6) 2

Sulit (3-4) 1

8 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

Mudah (7-9) 3

Cukup (5-6) 2

Sulit (3-4) 1

Sumber: Badan Pusat Statistik 2005

Tahap penilaian ke dua adalah setelah dimasukkan ke dalam salah satu kriteria dari tiap indikator maka diberi penilaian seperti nilai yang ada pada Tabel 2 di kolom 4. Kemudian seluruh nilai yang di dapat di jumlah dan hasil dari penjumlahan ini yang menentukan tingkat kesejahteraan.

Skor untuk tingkat kesejahteraan menurut BPS yaitu: a. Tingkat kesejahteraan tinggi : nilai skor 20-24 b. Tingkat kesejahteraan sedang : nilai skor 14- 19 c. Tingkat kesejahteraan rendah : nilai skor 8-13


(59)

F. Uji Persyaratan Instrumen

Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat analisis yaitu, metode statistical product and service solutions (SPSS) 16.0 for windows. Selain itu, dalam membahas permasalahan ini peneliti menggunakan rumus uji validitas dan uji realibilitas.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002:144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur. Cara yang dapat digunakan adalah dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total.

Untuk mencari nilai korelasinya penulis menggunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variable x dan y x : Skor variabel X

y : Skor variabel Y

n : jumlah sampel

(Suharsimi Arikunto, 2002:146)

Jika r hitung > dari pada r tabel maka pertanyaan tersebut valid, sedangkan jika r hitung < dari pada tabel maka pertanyaan tidak valid.


(60)

2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002: 154 ).Untuk menguji reliabilitas maka digunakan rumus Alpha

sebagai berikut:

             

2 2 1 1 11 t b k k r   Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan

b2 : jumlah varians butir

t2 : varians total

G. Gambaran Umum

1. Letak dan Geografi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, letak geografis dan wilayah administratif Kecamatan Panjang berasal dari sebagian wilayah geografis dan administratif Kecamatan Panjang dan Kecamatan Teluk Betung Selatan.Sedangkan Kelurahan Karang Maritim memiliki Luas wilayah 100 Ha dan secara administratif Kelurahan Karang Maritim dibatasi oleh:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Panjang Selatan 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Serengsem 3. Sebelah barat berbatasan dengan laut


(61)

Kecamatan Panjang secara Topografis sebagian daerahnya adalah dataran rendah/ pantai dan sebagian daerah perbukitan.

2. Pemerintahan

Pemerintahan Kecamatan Panjang terbentuk sejak tahun 1976, berada pada Propinsi Lampung berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1994. Tahun 2012, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, wilayah Kecamatan Panjang dibagi menjadi 8 (delapan) kelurahan, yaitu: 1. Kelurahan Srengsem

2. Kelurahan Karang Maritim 3. Kelurahan Panjang Utara 4. Kelurahan Panjang Selatan 5. Kelurahan Pidada

6. Kelurahan Way Lunik 7. Kelurahan Ketapang 8. Kelurahan Ketapang Kuala

Adapun pusat pemerintahan Kecamatan Panjang berada di Kelurahan Karang Maritim. Berikut adalah jumlah kepadatan penduduk di Kelurahan Karang Maritim:

Tabel 3 Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Karang Maritim Tahun 2013

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 4555

2 Perempuan 4362

Total 8917


(62)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan di Kelurahan Karang Maritim berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik adalah sebagai berikut:

1. Dari strata 1 yaitu strata yang memiliki perahu dengan mesin besar sebesar 55,56% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan sedang dan 44,44% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.

2. Dari strata 2 yaitu strata yang memiliki perahu dengan mesin kecil sebesar 60% responden memiliki tingkat kesejahteraan sedang dan 40% responden memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.

3. Dari strata 3 yaitu strata yang tidak memiliki perahu sebesar 83,33% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan sedang, 11,11% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan rendah, dan 5,56% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.

4. Berdasarkan dari 3 tingkatan strata didapatkan bahwa dari seluruh nelayan di Kelurahan Karang Maritim sebesar 76% nelayan memiliki tingkat


(63)

kesejahteraan sedang, 16% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi, dan 8% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan rendah.

B. Saran

Dari penelitian tentang analisis tingkat kesejahteraan nelayan maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Nelayan disarankan melakukan kegiatan usaha baik di bidang perikanan maupun non perikanan sehingga pada saat musim paceklik atau sedang tidak melaut, nelayan masih memiliki pendapatan.

2. Dalam indikator pendidikan perlu adanya dorongan dari pemerintah berupa motivasi kepada nelayan agar dapat menumbuhkan kesadaran akan


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta

BKKBN, 1996. Panduan Pemb. Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta. Badan Koordinasi BKKBN. Kantor Menteri Negara Kependudukan.

BPS. 2012. Kecamatan Pondidaha Dalam Angka Tahun 2011. BPS. Sulteng BPS. 2013. Kecamatan Panjang Dalam Angka. BPS. Lampung

BPS. 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bandar Lampung 2013. BPS. Bandar Lampung

BPS. 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Lampung 2012. BPS. Lampung BPS. 2013. Statistik Daerah Kota Bandar Lampung 2013. BPS. Bandar Lampung BPS. 2005. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta. Indonesia

Depsos. 2002. Penduduk Fakir Miskin Indonesia 2002. Jakarta.BPS

Besley, Timothy. 2002. Welfare Economics and Public Choice. London School of Economics and Political Science. London, April., pp. 1-3.

Fadila, Nadia. 2012. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kesejahteraan Masyarakat. GPS.Gopenseru

Hendrik. 2011. Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar Dan Danau Bawah Di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi Riau. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau


(65)

Ekologi Manusia IPB. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB

Kusnadi. 2002. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan. Jakarta. Pondok edukasi. Lipsey, R dan Steiner, P. 1991. Pengantar Ilmu Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta.

Mawardi, Sulton. Sumarto, Sudarno. 2003. Kebijakan Publik Yang Memihak Orang Miskin (Fokus: Pro-Poor Budgeting). SMERU Bahan Pelatihan

Muchtar, Sofyan. 1986. Prinsip-Prinsip Ekonomi. CV Danau Singkarak. Jakarta. Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia

O'Connel, J. 1982. Welfare Economic Theory. Boston : Auburn House Publishing. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Pemerintah Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per. 06/MEN/2010 tentang Rencana Strategis Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Menteri Kelautan dan Perikanan R.I. Jakarta.

Rahmatullah. 2010. Menanggulangi Kemiskinan Nelayan. CSR Consultant dan Sosial Planner

Restu, Widi. 2012. Karakteristik Masyarakat Pesisir. GPS.Gopenseru

Rosen, Harvey S.2005. Public Finance. New York : McGraw-Hill Companies Inc. Sari, Irma. 2010. Analisis Kinerja Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Lampung

Dalam Menanggulangi Fakir Miskin Melalui Program Pemberdayaan Fakir Miskin Di Kota Bandar lampung Tahun 2007. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Lampung

Sicat, G dan Arndt, H. 1991. Ilmu Ekonomi. LP3es. Jakarta.

Sudarsono. 1991. Pengantar Ekonomi Mikro. PT Jasa Pirusa. Jakarta.


(66)

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis.Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta

Suhana, 2010. Ekonomi Perikanan Dan Kesejahteraan Nelayan. Jakarta. Indonesia Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Widjajati, Laely. 2011. Sejarah Dan Keprihatinan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

GPS.Gopenseru


(1)

44

Kecamatan Panjang secara Topografis sebagian daerahnya adalah dataran rendah/ pantai dan sebagian daerah perbukitan.

2. Pemerintahan

Pemerintahan Kecamatan Panjang terbentuk sejak tahun 1976, berada pada Propinsi Lampung berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1994. Tahun 2012, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, wilayah Kecamatan Panjang dibagi menjadi 8 (delapan) kelurahan, yaitu: 1. Kelurahan Srengsem

2. Kelurahan Karang Maritim 3. Kelurahan Panjang Utara 4. Kelurahan Panjang Selatan 5. Kelurahan Pidada

6. Kelurahan Way Lunik 7. Kelurahan Ketapang 8. Kelurahan Ketapang Kuala

Adapun pusat pemerintahan Kecamatan Panjang berada di Kelurahan Karang Maritim. Berikut adalah jumlah kepadatan penduduk di Kelurahan Karang Maritim:

Tabel 3 Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Karang Maritim Tahun 2013

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 4555

2 Perempuan 4362

Total 8917


(2)

99

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan di Kelurahan Karang Maritim berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik adalah sebagai berikut:

1. Dari strata 1 yaitu strata yang memiliki perahu dengan mesin besar sebesar 55,56% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan sedang dan 44,44% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.

2. Dari strata 2 yaitu strata yang memiliki perahu dengan mesin kecil sebesar 60% responden memiliki tingkat kesejahteraan sedang dan 40% responden memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.

3. Dari strata 3 yaitu strata yang tidak memiliki perahu sebesar 83,33% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan sedang, 11,11% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan rendah, dan 5,56% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.

4. Berdasarkan dari 3 tingkatan strata didapatkan bahwa dari seluruh nelayan di Kelurahan Karang Maritim sebesar 76% nelayan memiliki tingkat


(3)

100

kesejahteraan sedang, 16% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi, dan 8% nelayan memiliki tingkat kesejahteraan rendah.

B. Saran

Dari penelitian tentang analisis tingkat kesejahteraan nelayan maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Nelayan disarankan melakukan kegiatan usaha baik di bidang perikanan maupun non perikanan sehingga pada saat musim paceklik atau sedang tidak melaut, nelayan masih memiliki pendapatan.

2. Dalam indikator pendidikan perlu adanya dorongan dari pemerintah berupa motivasi kepada nelayan agar dapat menumbuhkan kesadaran akan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta

BKKBN, 1996. Panduan Pemb. Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Penanggulangan

Kemiskinan. Jakarta. Badan Koordinasi BKKBN. Kantor Menteri Negara

Kependudukan.

BPS. 2012. Kecamatan Pondidaha Dalam Angka Tahun 2011. BPS. Sulteng BPS. 2013. Kecamatan Panjang Dalam Angka. BPS. Lampung

BPS. 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bandar Lampung 2013. BPS. Bandar Lampung

BPS. 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Lampung 2012. BPS. Lampung BPS. 2013. Statistik Daerah Kota Bandar Lampung 2013. BPS. Bandar Lampung BPS. 2005. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta. Indonesia

Depsos. 2002. Penduduk Fakir Miskin Indonesia 2002. Jakarta.BPS

Besley, Timothy. 2002. Welfare Economics and Public Choice. London School of Economics and Political Science. London, April., pp. 1-3.

Fadila, Nadia. 2012. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kesejahteraan

Masyarakat. GPS.Gopenseru

Hendrik. 2011. Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar Dan Danau Bawah Di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi Riau. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau


(5)

Iskandar. Hartoyo. Sumarwan, Ujang. Khomsan, Ali. 2006. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga. Mahasiswa Program Doktor pada

Program Studi GMK Sekolah Pascasarjana IPB. Departemen IKK Fakultas Ekologi Manusia IPB. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB

Kusnadi. 2002. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan. Jakarta. Pondok edukasi. Lipsey, R dan Steiner, P. 1991. Pengantar Ilmu Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta.

Mawardi, Sulton. Sumarto, Sudarno. 2003. Kebijakan Publik Yang Memihak Orang

Miskin (Fokus: Pro-Poor Budgeting). SMERU Bahan Pelatihan

Muchtar, Sofyan. 1986. Prinsip-Prinsip Ekonomi. CV Danau Singkarak. Jakarta. Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia

O'Connel, J. 1982. Welfare Economic Theory. Boston : Auburn House Publishing. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Pemerintah Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per. 06/MEN/2010 tentang Rencana Strategis Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Menteri Kelautan dan Perikanan R.I. Jakarta.

Rahmatullah. 2010. Menanggulangi Kemiskinan Nelayan. CSR Consultant dan Sosial Planner

Restu, Widi. 2012. Karakteristik Masyarakat Pesisir. GPS.Gopenseru

Rosen, Harvey S.2005. Public Finance. New York : McGraw-Hill Companies Inc. Sari, Irma. 2010. Analisis Kinerja Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Lampung

Dalam Menanggulangi Fakir Miskin Melalui Program Pemberdayaan Fakir Miskin Di Kota Bandar lampung Tahun 2007. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Lampung

Sicat, G dan Arndt, H. 1991. Ilmu Ekonomi. LP3es. Jakarta.

Sudarsono. 1991. Pengantar Ekonomi Mikro. PT Jasa Pirusa. Jakarta.


(6)

Sugiharto, Eko. 2007. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan FPIK Unmul Samarinda

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis.Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta

Suhana, 2010. Ekonomi Perikanan Dan Kesejahteraan Nelayan. Jakarta. Indonesia Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Widjajati, Laely. 2011. Sejarah Dan Keprihatinan Ilmu Kesejahteraan Sosial. GPS.Gopenseru