Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen Pelayaran Pt.Admiral Lines...
PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TENTANG TANGGUNG JAWAB AGEN PELAYARAN
PT.ADMIRAL LINES SEBAGAI PENGANGKUT
BARANG DALAM PENGANGKUTAN LAUT
DI PELABUHAN BELAWAN
TESIS
Oleh :
DJAFAR ALBRAM
NIM : 017005045
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2002
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
I N T I S A R I
PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG
TANGGUNG JAWAB AGEN PELAYARAN PT. ADMIRAL LINES SEBAGAI
PENGANGKUT BARANG DALAM PENGANGKUTAN LAUT
DI PELABUHAN BELAWAN
Djafar Albram*)
Mariam Darus**)
Sanwani Nasution***)
Amiruddin A. Wahab****)
Republik Indonesia sebagai negara hukum menghendaki terwujudnya sistem
hukum nasional yang mantap dan mengabdi kepada kepentingan nasional, bersumber pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Akan tetapi, sejak kemerdekaan UndangUndang Pelayaran Nasional belum dapat dibentuk sehingga Indische Scheepvaarswet
Staatsblad 1936 No. 700 masih diberlakukan berdasarkan Pasal 2 Aturan Peralihan
Undang-Undang Dasar 1945. Namun pada kenyataannya produk hukum yang dibuat oleh
Pemerintah Kolonial Belanda tersebut di atas selama ini sudah tidak dapat mengikuti
perkembangan zaman, dikaitkan dengan perekonomian nasional dalam hubungannya
dengan Pelayaran sebagai salah satu sarana pengangkutan laut yang sangat vital dalam
menunjang perdagangan nasional maupun internasional, oleh karenanya dalam rangka
antisipasi globalisasi ekonomi dalam penyelenggaraan kegiatan perdagangan dan untuk
mewujudkan hal-hal tersebut dipandang perlu untuk dilakukan pembaharuan yaitu dengan
membentuk UndangUndang No.21 Tahun 1945 tentang Pelayaran yang dapat memenuhi
perkembangan keadaan dan kebutuhan moda jasa transportasi sekaligus mempererat
hubungan antara bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tentang tanggung jawab perusahaan
pelayaran PT. Admiral Lines di dalam kapasitasnya sebagai pengangkut barang di
pelabuhan Belawan, terhadap kerugian yang diderita oleh pengirim atau penerima barang,
maka dalam hal ini digunakan suatu bentuk metode pendekatan dengan cara
penggabungan yuridis normatif dan yuridis sosiologis yang didukung oleh data primer dan
data sekunder.
Didalam pengangkutan terdapat berbagai-bagai bentuk transaksi bisnis yang melahirkan
hubungan-hubungan yang bersifat yuridis, terutama yang berkaitan dengan perjanjian bisnis
perdagangan internasional termasuk penyelesaian sengketa, tuntutan ganti rugi yang
penyelesaiannya menggunakan cara berrnusyawarah/mufakat
*)
Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta.
**) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan
***) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
****) Fakultas Hukum Universitas Syahkuala, Banda Aceh.
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
untuk kepentingan kedua belah pihak yang terkait dalam pengangkutan yaitu pelayaran
sebagai pengangkut dan pemilik/penerima barang.
Terhindarnya para pihak dari Birokrasi yang rumit dan berbelit-belit
menghindarkan dana relatif yang lebih besar, menghindarkan waktu yang relatif lebih panjang
adalah menjadi alasan yang kuat para pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui
musyawarah dan mufakat disamping adanya indikasi kurangnya kepercayaan para pihak
terhadap institusi peradilan formal. Adanya kecenderungan dalam hubungan hukum ini
bahwa para pihak lebih menyukai kesederhanaan. Hal-hal yang diatur secara detail dalam
kontrak cenderung tidak menjadi perhatian khusus mereka.
Khususnya mengenai prinsip moralitas, nampaknya menjadi prinsip pokok yang
harus tetap dipertahankan. Ini terbukti dari alasan para pihak untuk mematuhi isi kontrak. Mereka
bukan takut akan sanksi hukum yang dirumuskan dalam contract, tetapi mereka lebih
mematuhi isi contract dan cenderung bermusyawarah untuk penyelesaian sengketa,
dilandasi oleh rasa moral. Mereka bukan hanya berhubungan satu kali saja untuk jangka
waktu yang panjang dengan beberapa kali mengikat contract. Para pihak saling merebut
rasa simpati agar hubungan menjadi langgeng. Cacat dalam setiap contract menyebabkan
hilangnya nama baik, yang lebih lanjut berkurangnya kepercayaan pihak-pihak lain yang
justru sangat diperlukan dalam hubungan bisnis.
Oleh karena itu dalam pengembangan hukum bisnis pada umumnya, khususnya
dalam contract yang lahir dalam peristiwa angkutan laut, prinsip kesederhanaan, prinsip
saling menguntungkan, prinsip kepercayaan, prinsip moralitas merupakan dasar untuk
musyawarah/mufakat harus dikembangkan lebih lanjut. Asasasas hukum ini haruslah
dijadikan dasar bagi perumusan kaedah hukum konkrit.
Kata Kunci : Dengan dilandasi suatu itikad balk dengan Cara bermusyawarah/ mufakat
disertai prinsip
- Kepercayaan
- Kesederhanaan
- Saling menguntungkan
Maka tuntutan ganti rugi (Claim) dapat diselesaikan bagi kepentingan
kedua belah pihak.
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
ABSTRACTION
THE IMPLEMENTATION OF LEGISLATION REGARDING THE
RESPONSIBILITY OF NAVIGATION AGENT OF PT. ADMIRAL LINES AS
GOODS - TRANSPORT ON THE SEA - TRANSPORTATION
AT BELAWAN HARBOR
Djafar Albram*)
Mariam Darus**)
Sanwani Nasution***)
Amiruddin A. Wahab****)
Republic of Indonesian as the law country intends to create good national law and
loyalty national needs which is based on the five principle of Indonesian and constitution
1945. It is however, its independence day, the legislation for national navigation has not
been ever formed. The Indishe Scheepvaarswet Staablad 1936 No.700 still prevails based
on article 2 for the transition regulation of Constitution 1945. In fact, the law product made
bay Deutsche can not follow the present development related to national economy and
navigation as one of very vital sea transportation in supporting either national or
international trade. On such the case to anticipate the economy global in performing
trade activity and to create such as the point, it is necessary to have to have any
upgrading, that is bay forming Constitution No.21 of 1945 regarding the navigation it is
expected, that such as the constitution can fulfill the present development and needs for
transportation. In addition, it can add relationship among countries for achieving the
national objectives based on the five principles of Indonesian and Constitution 1945.
This research is intended to give answer regarding the responsibility of navigation
company PT. Admiral Lines as the goods-transport at Belawan harbor for any loss
suffered by goods sender and receive. Normative juridical and sociological juridical
approach are performed on this research and supported by primary and secondary data.
Due to transportation, there are variety forms of business transaction producing
juridical relationship, especially related to international trade business agreement
including dispute resolution, compensation. Its solution is by using consensus for the both
parties in transportation, namely the navigation company as the transportation means and
owner/goods receiver.
The avoidance from uncertain bureaucratic, avoidance for larger fund, avoidance
for longer time will be as the reasons for the related parties in solving any dispute through such as
consensus. Besides, there is inaction of less trust for the institution of formal justice. On this
relationship the prefer the simplicity. The
*)
Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta.
**) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
***) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
****) Fakultas Hukum Universitas Syahkuala, Banda Aceh.
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
detailed clauses on the contract tend to be special concern. Especially for morality principle, it is
surely as the main principle. It is obviously seen from their reasons to obey such as the contract. In
fact, they are not afraid of the sanction formulated on the contract however, they tend to obey the
contents of contract and prefer consensus for solving any dispute which is based on morale
feeling. Those parties intend to have any sympathy for having harmonious relationship. Bad
reputation on each contract will lead into less trust from other parties.
Therefore in the development of business law in general, especially come out in sea
transportation event, principle of simplicity, and principle of mutual interaction, principle of
reliance and morality principle as the basic of deliberation for more developed. The base of law
must be made as the basic for formulating concrete law principle.
Key words :
Good attitude for consensus supported by:
- Reliance
- Simplicity
- Morality
- Mutual interaction
On such as the issue, then the claim can be solved for the needs of the two
parties.
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
TENTANG TANGGUNG JAWAB AGEN PELAYARAN
PT.ADMIRAL LINES SEBAGAI PENGANGKUT
BARANG DALAM PENGANGKUTAN LAUT
DI PELABUHAN BELAWAN
TESIS
Oleh :
DJAFAR ALBRAM
NIM : 017005045
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2002
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
I N T I S A R I
PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG
TANGGUNG JAWAB AGEN PELAYARAN PT. ADMIRAL LINES SEBAGAI
PENGANGKUT BARANG DALAM PENGANGKUTAN LAUT
DI PELABUHAN BELAWAN
Djafar Albram*)
Mariam Darus**)
Sanwani Nasution***)
Amiruddin A. Wahab****)
Republik Indonesia sebagai negara hukum menghendaki terwujudnya sistem
hukum nasional yang mantap dan mengabdi kepada kepentingan nasional, bersumber pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Akan tetapi, sejak kemerdekaan UndangUndang Pelayaran Nasional belum dapat dibentuk sehingga Indische Scheepvaarswet
Staatsblad 1936 No. 700 masih diberlakukan berdasarkan Pasal 2 Aturan Peralihan
Undang-Undang Dasar 1945. Namun pada kenyataannya produk hukum yang dibuat oleh
Pemerintah Kolonial Belanda tersebut di atas selama ini sudah tidak dapat mengikuti
perkembangan zaman, dikaitkan dengan perekonomian nasional dalam hubungannya
dengan Pelayaran sebagai salah satu sarana pengangkutan laut yang sangat vital dalam
menunjang perdagangan nasional maupun internasional, oleh karenanya dalam rangka
antisipasi globalisasi ekonomi dalam penyelenggaraan kegiatan perdagangan dan untuk
mewujudkan hal-hal tersebut dipandang perlu untuk dilakukan pembaharuan yaitu dengan
membentuk UndangUndang No.21 Tahun 1945 tentang Pelayaran yang dapat memenuhi
perkembangan keadaan dan kebutuhan moda jasa transportasi sekaligus mempererat
hubungan antara bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tentang tanggung jawab perusahaan
pelayaran PT. Admiral Lines di dalam kapasitasnya sebagai pengangkut barang di
pelabuhan Belawan, terhadap kerugian yang diderita oleh pengirim atau penerima barang,
maka dalam hal ini digunakan suatu bentuk metode pendekatan dengan cara
penggabungan yuridis normatif dan yuridis sosiologis yang didukung oleh data primer dan
data sekunder.
Didalam pengangkutan terdapat berbagai-bagai bentuk transaksi bisnis yang melahirkan
hubungan-hubungan yang bersifat yuridis, terutama yang berkaitan dengan perjanjian bisnis
perdagangan internasional termasuk penyelesaian sengketa, tuntutan ganti rugi yang
penyelesaiannya menggunakan cara berrnusyawarah/mufakat
*)
Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta.
**) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan
***) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
****) Fakultas Hukum Universitas Syahkuala, Banda Aceh.
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
untuk kepentingan kedua belah pihak yang terkait dalam pengangkutan yaitu pelayaran
sebagai pengangkut dan pemilik/penerima barang.
Terhindarnya para pihak dari Birokrasi yang rumit dan berbelit-belit
menghindarkan dana relatif yang lebih besar, menghindarkan waktu yang relatif lebih panjang
adalah menjadi alasan yang kuat para pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui
musyawarah dan mufakat disamping adanya indikasi kurangnya kepercayaan para pihak
terhadap institusi peradilan formal. Adanya kecenderungan dalam hubungan hukum ini
bahwa para pihak lebih menyukai kesederhanaan. Hal-hal yang diatur secara detail dalam
kontrak cenderung tidak menjadi perhatian khusus mereka.
Khususnya mengenai prinsip moralitas, nampaknya menjadi prinsip pokok yang
harus tetap dipertahankan. Ini terbukti dari alasan para pihak untuk mematuhi isi kontrak. Mereka
bukan takut akan sanksi hukum yang dirumuskan dalam contract, tetapi mereka lebih
mematuhi isi contract dan cenderung bermusyawarah untuk penyelesaian sengketa,
dilandasi oleh rasa moral. Mereka bukan hanya berhubungan satu kali saja untuk jangka
waktu yang panjang dengan beberapa kali mengikat contract. Para pihak saling merebut
rasa simpati agar hubungan menjadi langgeng. Cacat dalam setiap contract menyebabkan
hilangnya nama baik, yang lebih lanjut berkurangnya kepercayaan pihak-pihak lain yang
justru sangat diperlukan dalam hubungan bisnis.
Oleh karena itu dalam pengembangan hukum bisnis pada umumnya, khususnya
dalam contract yang lahir dalam peristiwa angkutan laut, prinsip kesederhanaan, prinsip
saling menguntungkan, prinsip kepercayaan, prinsip moralitas merupakan dasar untuk
musyawarah/mufakat harus dikembangkan lebih lanjut. Asasasas hukum ini haruslah
dijadikan dasar bagi perumusan kaedah hukum konkrit.
Kata Kunci : Dengan dilandasi suatu itikad balk dengan Cara bermusyawarah/ mufakat
disertai prinsip
- Kepercayaan
- Kesederhanaan
- Saling menguntungkan
Maka tuntutan ganti rugi (Claim) dapat diselesaikan bagi kepentingan
kedua belah pihak.
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
ABSTRACTION
THE IMPLEMENTATION OF LEGISLATION REGARDING THE
RESPONSIBILITY OF NAVIGATION AGENT OF PT. ADMIRAL LINES AS
GOODS - TRANSPORT ON THE SEA - TRANSPORTATION
AT BELAWAN HARBOR
Djafar Albram*)
Mariam Darus**)
Sanwani Nasution***)
Amiruddin A. Wahab****)
Republic of Indonesian as the law country intends to create good national law and
loyalty national needs which is based on the five principle of Indonesian and constitution
1945. It is however, its independence day, the legislation for national navigation has not
been ever formed. The Indishe Scheepvaarswet Staablad 1936 No.700 still prevails based
on article 2 for the transition regulation of Constitution 1945. In fact, the law product made
bay Deutsche can not follow the present development related to national economy and
navigation as one of very vital sea transportation in supporting either national or
international trade. On such the case to anticipate the economy global in performing
trade activity and to create such as the point, it is necessary to have to have any
upgrading, that is bay forming Constitution No.21 of 1945 regarding the navigation it is
expected, that such as the constitution can fulfill the present development and needs for
transportation. In addition, it can add relationship among countries for achieving the
national objectives based on the five principles of Indonesian and Constitution 1945.
This research is intended to give answer regarding the responsibility of navigation
company PT. Admiral Lines as the goods-transport at Belawan harbor for any loss
suffered by goods sender and receive. Normative juridical and sociological juridical
approach are performed on this research and supported by primary and secondary data.
Due to transportation, there are variety forms of business transaction producing
juridical relationship, especially related to international trade business agreement
including dispute resolution, compensation. Its solution is by using consensus for the both
parties in transportation, namely the navigation company as the transportation means and
owner/goods receiver.
The avoidance from uncertain bureaucratic, avoidance for larger fund, avoidance
for longer time will be as the reasons for the related parties in solving any dispute through such as
consensus. Besides, there is inaction of less trust for the institution of formal justice. On this
relationship the prefer the simplicity. The
*)
Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta.
**) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
***) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
****) Fakultas Hukum Universitas Syahkuala, Banda Aceh.
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007
detailed clauses on the contract tend to be special concern. Especially for morality principle, it is
surely as the main principle. It is obviously seen from their reasons to obey such as the contract. In
fact, they are not afraid of the sanction formulated on the contract however, they tend to obey the
contents of contract and prefer consensus for solving any dispute which is based on morale
feeling. Those parties intend to have any sympathy for having harmonious relationship. Bad
reputation on each contract will lead into less trust from other parties.
Therefore in the development of business law in general, especially come out in sea
transportation event, principle of simplicity, and principle of mutual interaction, principle of
reliance and morality principle as the basic of deliberation for more developed. The base of law
must be made as the basic for formulating concrete law principle.
Key words :
Good attitude for consensus supported by:
- Reliance
- Simplicity
- Morality
- Mutual interaction
On such as the issue, then the claim can be solved for the needs of the two
parties.
Djafar Albram : Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Tanggung Jawab Agen..., 2002
USU Repository © 2007